Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TUGAS MATERI 3 PEREKAT HIDROLIS

Mata Kuliah : TEKNOLOGI BAHAN 1

Disusun oleh :

Muhammad Raihan Albar

2301311054

Dosen :

NUNUNG MARTINA, S. T., M. Si.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL – KONTRUKSI GEDUNG

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Teknologi
Bahan 1 yang berjudul “Perekat Hidrolis”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Pengampu mata kuliah Teknologi Bahan 1
yaitu Ibu Nunung Martina, S. T., M. Si. yang telah membimbing dalam menyusun makalah
ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bekasi, 3 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3 Tujuan Permasalahan.....................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................................6
2.1 Terbentuknya Gips..........................................................................................................6
2.2 Pengolahan Gips..............................................................................................................6
2.3 Penggunaan Gips.............................................................................................................8
2.4 Jenis Batu Kapur.............................................................................................................8
2.5 Pegolahan Batu Kapur Menjadi Batu Padam...............................................................9
2.6 Syarat Pembakaran Batu Kapur..................................................................................10
2.7 Pemadaman Kapur Tohor............................................................................................10
2.8 Pemakaian Batu Kapur Pada Bahan Bangunan dan Jalan........................................11
2.9 Jenis Puzolan..................................................................................................................12
2.10 Pemakaian Puzolan Dalam Pembetonan......................................................................13
2.11 Cara Pengujian Puzolan................................................................................................14
2.12 Proses Pembuatan Semen Portland..............................................................................14
2.13 Sifat Kimia Semen Portland..........................................................................................15
2.14 Sifat Fisik Semen Portland dan Pengujiannya............................................................16
2.15 Proses Hidrasi Semen....................................................................................................17
2.16 Faktor Air Semen (FAS)................................................................................................17
2.17 Dos Jenis Semen Portland Lainnya..............................................................................17
BAB III...............................................................................................................................................19
KESIMPULAN..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan pengikat hidrolis adalah salah satu bahan bangunan yang memiliki peran
penting dalam suatu konstruksi. Materi ini perlu diberiperhatian yang lebih detail dan
teliti. Pemahaman akan bahan melembabkan hidrolis dan pemilihannya akan
menentukan kualitas dari suatu produk yang akan diciptakan dalam sebuah
konstruksi.
Banyak hal yang perlu diketahui mengenai bahan pengikat hidroliskarena dalam
setiap pekerjaan konstruksi bahan mengikat hidrolis merupakanhal yang sangat
penting.
Untuk itu, diperlukan pemahaman yang lebihmengenai bahan ini supaya
menghasilkan suatu konstruksi yang baik danberkualitas

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana terbentuknya gips dan pengolahan gips dan pemakaian gips ?
b. Apa saja jenis batu kapur dan bagaimana pengolahan batu kapur menjadi kapur
padam ?
c. Apa saja syarat pembakaran batu kapur dan bagaimana pemadaman batu tohor?
d. Bagaimana pemakaian batu kapur pada bahan bangunan dan jalan ?
e. Apa saja jenis puzolan dan bagaimana pemakaian puzolan dalam beton?
f. Bagaimana cara pengujian puzolan dan proses pembuatan semen Portland?
g. Apa saja Sifat kimia semen Portland dan sifat fisik semen portland dan
pengujiannya ?
h. Bagaimana proses hidrasi semen dan faktor air semen dan Dos Jenis semen
portland lainnya
1.3 Tujuan Permasalahan
a. Untuk mengetahui terbentuknya gips dan pengolahan gips dan pemakaian gips
b. Untuk mengetahui jenis batu kapur dan pengolahan batu kapur menjadi kapur
padam
c. Untuk mengetahui syarat pembakaran batu kapur dan pemadaman batu tohor
d. Untuk mengetahui pemakaian batu kapur pada bahan bangunan dan jalan
e. Untuk mengetahui jenis puzolan dan pemakaian puzolan dalam beton
f. Untuk mengetahui cara pengujian puzolan dan proses pembuatan semen Portland
g. Untuk mengetahui Sifat kimia semen Portland dan sifat fisik semen portland dan
pengujiannya
h. Untuk mengetahui proses hidrasi semen dan faktor air semen dan Dos Jenis
semen portland lainnya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Terbentuknya Gips


Gipsum (atau gypsum) adalah mineral yang terbentuk dari endapan air garam.
Proses pembentukan gipsum biasanya terjadi ketika air mengandung kalsium dan
sulfat terperangkap di batuan sedimen. Terbentuknya gipsum melibatkan beberapa
tahapan, yang meliputi:
1) Pelarutan dan Presipitasi :
Garam kalsium larut dalam air dan kemudian mengendap. Ketika
air menguap, ion kalsium (Ca2+) dan sulfat (SO42−) bereaksi untuk
membentuk gipsum (CaSO4 • 2H2O). Ini adalah Persamaan kimia untuk
reaksi pembentukan gypsum.
2) Endapan :
Proses presipitasi ini dapat menghasilkan pengendapan garam gipsum di
danau kering, wilayah pesisir, atau laut tertutup, yang memungkinkan
proses ini berulang.
3) Tekanan dan Waktu :
Lama waktu dan tekanan dari lapisan sedimen di atasnya memungkinkan
proses kompresi dan pemadatan dari endapan garam ini. Hal ini kemudian
membentuk batuan gipsum yang padat.

Proses pembentukan batuan gipsum alami berlangsung lama, tergantung pada


kondisi geologis tertentu. Setelah terbentuk, batuan gipsum dapat diekstraksi dan
digunakan dalam berbagai industri, seperti konstruksi, industri papan gipsum,
produksi pupuk, dan lain sebagainya.

2.2 Pengolahan Gips


Pengolahan gips merupakan serangkaian proses yang bertujuan untuk mengubah
gips mentah menjadi produk jadi yang siap digunakan dalam berbagai aplikasi
industri dan konstruksi. Proses pengolahan gips meliputi langkah-langkah seperti
penambangan, penghancuran, pengeringan, penggilingan, kalsinasi, dan pemurnian.
Berikut adalah rincian proses pengolahan gips secara umum:
1) Penambangan:
Gips diekstraksi dari tambang gipsum alam menggunakan teknik
penambangan terbuka atau penambangan bawah tanah. Gipsum yang
diekstraksi kemudian diangkut ke pabrik pengolahan.
2) Penghancuran dan Penggilingan :
Gips mentah dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil
menggunakan crusher dan kemudian digiling menjadi bubuk halus
menggunakan mesin penggiling. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan
luas permukaan gips dan memfasilitasi reaksi kimia selanjutnya.
3) Pengeringan :
Gips yang sudah digiling kemudian dikeringkan menggunakan oven atau
pengering industri untuk menghilangkan kelembaban yang berlebihan dan
memastikan kandungan airnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.
4) Kalsinasi :
Gips kering dipanaskan pada suhu tertentu dalam proses kalsinasi untuk
menghilangkan sebagian besar air kristalnya. Proses ini menghasilkan
produk gips setengah jadi yang dikenal sebagai “kalsin”.
5) Pemurnian :
Produk kalsin kemudian dimurnikan untuk menghilangkan kontaminan
dan mendapatkan tingkat kemurnian yang sesuai dengan standar industri.
Proses pemurnian dapat melibatkan teknik filtrasi, pengendapan, dan
pengolahan kimia lainnya.

Proses pengolahan gips yang tepat sangat penting untuk menghasilkan


produk gips dengan kualitas yang konsisten dan sesuai standar. Hal ini
penting mengingat berbagai aplikasi gips di berbagai sektor industri, seperti
industri konstruksi, industri semen, industri kertas, industri farmasi, dan
industri keramik.
2.3 Penggunaan Gips
Selama berabad-abad, gips telah digunakan dalam berbagai aplikasi konstruksi
dan industri. Berbagai industri menggunakan gips. Ini termasuk konstruksi,
kesehatan, seni, pertanian, dan keramik. Gips digunakan dalam berbagai industri,
seperti berikut:
1) Industri Konstruksi
2) Industri Kesehatan
3) Industri Seni
4) Industri Pertanian
5) Industri Keramik

Pemakaian gips yang luas dan beragam menunjukkan kepentingan dan


keandalannya sebagai bahan konstruksi serbaguna yang penting dalam berbagai
industri. Sifatnya yang mudah diolah, kuat, dan tahan lama membuatnya menjadi
pilihan populer bagi para profesional dalam berbagai bidang.

2.4 Jenis Batu Kapur


Batu Kapur menjadi dua yaitu batu kapur non klastik dan batu kapur klastik. batu
kapur non klastik merupakan koloni binatang laut terutama terumbu dan koral yang
merupakan anggota coelenterata, sehingga tidak menunjukkan lapisan yang baik dan
belum banyak mengalami pengotoran mineral lain. sedangkan batu kapur klastik
merupakan Batu Kapur yang komponennya berasal dari fasies terumbu oleh
fragmentasi mekanik, kemudian mengalami transportasi dan terendap kembali sebagai
partikel padat diklasifikasikan dalam batu kapur/gamping/limestone. Berikut adalah
jenis kapur bahan bangunan :
1) Kapur Tohor
Hasil pembakaran batu kapur alam yang komposisinya sebagian besar
merupakan kalsium karbonat (CaCO3) pada temperatur 900 derajat Celcius
keatas. Saat pembakaran terjadi proses Kalsinasi dengan pelepasan gas
CO2 hingga tersisa padatan CaO atau bisa disebut Quicklime.
CaCO3 (Batu Kapur) -> CaO (Kapur Tohor) +CO2
2) Padam
Hasil pemadaman kapur tohor dengan air dengan membentuk hidrat.
CaO +Air (H2) -> Ca (OH)2 (Kapur Padam) + Panas
3) Hidrolis
Kapur padam yang diaduk dengan air yang kemudian campuran tersebut
dapat mengeras.

2.5 Pegolahan Batu Kapur Menjadi Batu Padam


Proses pengolahan batu kapur menjadi kapur padam melibatkan serangkaian
langkah yang kompleks untuk menghasilkan produk yang digunakan dalam berbagai
industri, termasuk industri konstruksi, pertanian, kimia, dan lingkungan. Berikut
adalah rincian proses pengolahan batu kapur menjadi kapur padam :
1) Penghancuran dan Penggilingan :
Batu kapur pertama-tama dihancurkan menjadi fragmen yang lebih kecil
menggunakan crusher, dan kemudian digiling menjadi serbuk halus
menggunakan mesin penggiling. Proses ini meningkatkan luas permukaan
batu kapur, memfasilitasi reaksi kimia yang diperlukan selama proses
selanjutnya.
2) Kalsinasi :
Serbuk batu kapur kemudian dipanaskan pada suhu tinggi dalam proses
yang disebut kalsinasi. Proses ini mengubah batu kapur menjadi kapur
padam dengan melepaskan karbon dioksida (CO2) yang terperangkap di
dalamnya. Reaksi ini menghasilkan oksida kalsium (CaO), yang merupakan
bahan dasar dari kapur padam.
3) Pemadatan dan Penyimpanan ;
Kapur padam yang dihasilkan kemudian dipadatkan menjadi bentuk yang
lebih padat, seperti butiran atau pelet, dan disimpan dalam wadah yang
sesuai untuk distribusi dan penggunaan selanjutnya.
4) Pemeriksaan Kualitas :
Sebelum didistribusikan ke pasar, kapur padam biasanya diuji untuk
memastikan bahwa kualitasnya memenuhi standar yang ditetapkan. Uji
kualitas meliputi analisis kandungan oksida kalsium, kelembapan, dan
berbagai parameter kualitas lainnya sesuai kebutuhan industri tertentu.

Pengolahan batu kapur menjadi kapur padam sangat penting bagi industri modern,
terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan baku untuk berbagai aplikasi.
Aplikasinya mencakup berbagai bidang, seperti konstruksi (sebagai campuran beton),
pertanian (sebagai bahan yang meningkatkan pH tanah), dan industri kimia (sebagai
bahan baku untuk membuat bahan kimia).

2.6 Syarat Pembakaran Batu Kapur


Pembakaran batu kapur merupakan proses penting dalam produksi kapur, yang
melibatkan pengolahan batu kapur menjadi kapur padam atau kalsium oksida
(CaO). Proses ini memerlukan pemenuhan syarat-syarat tertentu untuk memastikan
pembakaran yang efisien dan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Beberapa
syarat penting yang perlu dipertimbangkan selama pembakaran batu kapur adalah
sebagai berikut :
1) Suhu Pembakaran yang Tepat
2) Waktu Pembakaran yang Cukup
3) Tingkat Kelembaban yang Terkendali
4) Kontrol Oksigen dan Aliran Udara
5) Kontrol Emisi

Memastikan pemenuhan syarat-syarat tersebut selama proses pembakaran batu


kapur sangat penting untuk menghasilkan kapur padam yang berkualitas tinggi dan
memastikan keamanan lingkungan. Dengan memperhatikan syarat-syarat ini,
industri pengolahan kapur dapat meningkatkan efisiensi produksi dan menghasilkan
produk yang sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan.

2.7 Pemadaman Kapur Tohor


Kapur tohor, biasanya serbuk halus, berwarna putih, dengan sifat alkali, dibuat
melalui hidrasi kalsium oksida (kapur abu) dengan air. Proses pemadaman kapur
tohor melibatkan penggunaan Ca(OH)2 untuk menetralkan asam atau mengontrol pH
dalam berbagai aplikasi industri, pertanian, pengelolaan limbah, dan pengolahan
udara.
Kapur tohor digunakan untuk memadamkan asam atau mengendalikan pH dengan
cara menetralkan kelebihan asam. Saat direaksikan dengan asam, kapur tohor akan
melepaskan ion hidroksida (OH-) yang menetralkan ion hidrogen (H+) dari asam,
membentuk air dan garam. Pemadaman kapur tohor digunakan dalam berbagai
industri, seperti industri pengolahan air limbah, industri pertanian (untuk menetralkan
tanah asam), industri kimia, dan proses pengolahan makanan, di mana kontrol pH
yang tepat sangat penting untuk menjaga keseimbangan kimia dan kinerja proses.
Kapur tohor juga digunakan dalam pengelolaan limbah untuk menetralkan asam
dalam limbah industri sebelum dibuang ke lingkungan. Dengan menyesuaikan pH,
kapur tohor membantu dalam mengurangi dampak negatif limbah asam terhadap
ekosistem dan lingkungan.

2.8 Pemakaian Batu Kapur Pada Bahan Bangunan dan Jalan


Pemakaian Batu Kapur pada Bahan Bangunan:
1) Papan Gipsum:
Batu kapur digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan papan
gipsum, yang merupakan bahan bangunan ringan dan tahan lama yang
banyak digunakan untuk dinding interior, partisi, dan langit-langit dalam
konstruksi bangunan.
2) Plester Dinding:
Batu kapur juga digunakan dalam pembuatan plester dinding, yang
merupakan campuran dari batu kapur, pasir, dan air yang digunakan untuk
menutup dan meratakan permukaan dinding, menciptakan lapisan
pelindung yang kuat dan tahan lama.
3) Batu Kapur sebagai Bahan Penstabil Tanah:
Batu kapur dapat digunakan sebagai bahan penstabil tanah dalam
konstruksi jalan, fondasi bangunan, dan proyek rekayasa sipil lainnya,
membantu meningkatkan kekuatan dan stabilitas tanah, serta mengurangi
kemungkinan pengendapan atau keruntuhan

Pemakaian Batu Kapur pada Jalan:


1) Aspal Kapur:
Batu kapur sering digunakan sebagai bahan pengikat dalam campuran
aspal untuk memperkuat struktur jalan dan meningkatkan daya tahan
terhadap beban berat, getaran, dan kondisi lingkungan yang keras.
2) Pembentukan Permukaan Jalan:
Batu kapur sering digunakan dalam pembentukan permukaan jalan
sebagai bahan dasar, sub-base, atau bahan pengisi, membantu dalam
memperkuat struktur jalan, meningkatkan drainase, dan mengurangi
kemungkinan keretakan atau kerusakan akibat perubahan suhu dan
kelembaban.
3) Batu Kapur sebagai Bahan Pengisi:
Dalam konstruksi jalan, batu kapur juga dapat digunakan sebagai bahan
pengisi untuk meningkatkan stabilitas dan daya dukung tanah di bawah
lapisan jalan, membantu dalam menjaga integritas struktural jalan selama
periode pemakaian jangka panjang.

2.9 Jenis Puzolan


Puzolan adalah bahan alami atau buatan manusia yang digunakan sebagai bahan
tambahan dalam campuran beton dan material konstruksi lainnya. Puzolan dapat
meningkatkan kekuatan, ketahanan terhadap kimia, dan sifat mekanik beton.
Berikut adalah beberapa jenis puzolan yang umum digunakan dalam industri
konstruksi :
1) Abu Vulkanik: Abu vulkanik adalah puzolan alami yang dihasilkan dari
aktivitas letusan gunung berapi. Bahan ini memiliki kandungan silika yang
tinggi dan merupakan salah satu jenis puzolan yang paling umum
digunakan dalam campuran beton.
2) Abu Terbang: Abu terbang adalah puzolan yang dihasilkan dari
pembakaran batubara di pembangkit listrik tenaga uap. Bahan ini memiliki
sifat puzolanik yang kuat dan sering digunakan sebagai pengganti sebagian
semen dalam campuran beton.
3) Silika Fume: Silika fume, juga dikenal sebagai microsilica, adalah puzolan
yang dihasilkan dari industri ferrosilikon atau ferromanganese. Bahan ini
memiliki partikel yang sangat halus dan memiliki sifat reaktif yang kuat.
4) Metakaolin: Metakaolin adalah puzolan yang dihasilkan dari pengolahan
kaolin pada suhu tinggi. Bahan ini memiliki kandungan aluminium silikat
yang tinggi dan dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan terhadap korosi,
dan sifat mekanik beton.
Puzolan merupakan bahan tambahan yang penting dalam industri konstruksi
modern karena kemampuannya untuk meningkatkan kualitas dan performa beton.
Dengan memahami karakteristik dan sifat-sifat unik dari berbagai jenis puzolan,
profesional konstruksi dapat memilih jenis yang paling sesuai untuk memenuhi
kebutuhan spesifik proyek konstruksi

2.10 Pemakaian Puzolan Dalam Pembetonan


Puzolan merupakan bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembetonan
untuk meningkatkan kinerja beton. Pemakaian puzolan dalam pembetonan memiliki
beberapa manfaat, termasuk peningkatan kekuatan, ketahanan terhadap serangan
kimia, dan ketahanan terhadap korosi. Berikut adalah beberapa poin rinci terkait
pemakaian puzolan dalam pembetonan:
1) Peningkatan Kekuatan: Puzolan dapat meningkatkan kekuatan beton
dengan membentuk lebih banyak produk hidrasi yang padat dan
berinteraksi dengan partikel semen. Hal ini menghasilkan matriks beton
yang lebih padat dan kuat, meningkatkan daya tahan terhadap beban
mekanis.
2) Pengurangan Retak: Puzolan dapat mengurangi retakan dalam beton
dengan mengisi pori-pori yang ada dan mengurangi peluang terbentuknya
celah akibat kontraksi hidrasi. Hal ini membantu mengurangi kemungkinan
terjadinya retak yang disebabkan oleh perubahan volume beton.
3) Meningkatkan Ketahanan Terhadap Serangan Kimia: Dengan
menambahkan puzolan ke dalam campuran beton, ketahanan terhadap
serangan kimia, seperti serangan sulfat atau serangan asam, dapat
ditingkatkan. Puzolan membantu mengurangi reaktivitas alkali dan
meningkatkan ketahanan terhadap korosi.
4) Peningkatan Kinerja di Bawah Kondisi Ekstrem: Puzolan dapat
meningkatkan kinerja beton dalam kondisi lingkungan ekstrem, termasuk
suhu ekstrem, tekanan air yang tinggi, atau lingkungan yang korosif.
Peningkatan kinerja ini membuat beton lebih tahan lama dan dapat
digunakan dalam berbagai kondisi lingkungan yang keras.
Pemakaian puzolan dalam pembetonan memainkan peran penting dalam
meningkatkan kualitas dan keandalan beton, serta memperpanjang umur
pemakaian struktur beton. Dengan memahami karakteristik puzolan dan efeknya
terhadap sifat-sifat beton, insinyur dan profesional konstruksi dapat memilih jenis
puzolan yang tepat sesuai dengan persyaratan spesifik proyek konstruksi.

2.11 Cara Pengujian Puzolan


Pada ASTM C.593-95 ASTM 2000, aktivitas pozzolan diuji dengan kapur
tohor pada umur pengujian 7 hari dan kuat tekan harus 600 psi. Selain uji
pozzolan ASTM, juga dapat menggunakan BS EN 196-5, Bagian 5 "Uji Pozzolan
untuk Semen Pozzolan". Pengujian dilakukan dengan mencampurkan 20 gram
semen dengan air 100% pada suhu 40°C dan disimpan pada suhu 40°C hingga
masa pengujian dapat 8 hari atau 15 hari.
Pozzolanisitas diukur dengan membandingkan jumlah (kuantitas) kalsium
hidroksida yang terdapat dalam larutan yang bersentuhan dengan semen terhidrasi
setelah waktu tertentu, dengan jumlah kalsium hidroksida jenuh dalam larutan
pada kadar basa yang sama. Tes dianggap positif jika konsentrasi kalsium
hidroksida dalam larutan kurang dari konsentrasi jenuhnya. Percobaan dilakukan
terhadap beberapa bahan antara lain: Fly ash, Pozzolan (trass), Andesit, abu
sekam, bahan-bahan tersebut digiling hingga 100% lolos saringan 90 mikron.
Kemudian masing-masing bahan dicampur dengan semen dengan perbandingan
10% bahan dan 90% semen

2.12 Proses Pembuatan Semen Portland


Untuk menghasilkan semen Portland berkualitas tinggi, proses pembuatan semen
Portland terdiri dari beberapa tahap yang kompleks dan terkontrol yang melibatkan
serangkaian langkah produksi yang teratur. Tahapan ini termasuk sejumlah bahan
baku, penggilingan, pengeringan, penggilingan akhir, dan pengemasan. Dalam
proses pembuatan semen Portland, berikut adalah tahapan utama:
1) Penggalian Bahan Baku: Proses dimulai dengan penggalian bahan baku
utama, seperti batu kapur, tanah liat, dan material tambahan lainnya, yang
diperlukan untuk pembuatan semen. Bahan baku kemudian diangkut ke
pabrik dengan menggunakan alat berat seperti truk, konveyor, atau kereta
api.
2) Penghancuran dan Penggilingan Bahan Baku: Bahan baku yang telah digali
kemudian dihancurkan dan digiling menjadi ukuran partikel yang lebih
halus menggunakan crusher dan penggilingan bola. Proses ini bertujuan
untuk meningkatkan luas permukaan bahan baku sehingga reaksi kimia
dapat terjadi secara efisien selama tahap selanjutnya.
3) Pencampuran Bahan Baku: Bahan baku yang telah dihancurkan dan
digiling kemudian dicampur dalam proporsi yang tepat sesuai dengan
komposisi kimia yang diinginkan untuk menghasilkan campuran baku.
4) Kalsinasi dan Penggilingan Akhir: Campuran baku kemudian dimasukkan
ke dalam kiln putar yang dipanaskan pada suhu tinggi. Selama proses
kalsinasi, bahan baku bereaksi dan membentuk klinker. Klinker kemudian
digiling bersama dengan gypsum dan bahan tambahan lainnya, seperti fly
ash atau slag, untuk menghasilkan semen Portland akhir.
5) Pengemasan dan Distribusi: Semen Portland akhir dikemas dalam kantong
atau dikemas dalam bentuk curah, siap untuk didistribusikan ke pasar
konstruksi.

2.13 Sifat Kimia Semen Portland


Bahan pengikat utama yang digunakan dalam konstruksi kontemporer adalah
semen Portland. Sifat kimia semen Portland sangat mempengaruhi kinerja
karakteristik dan beton yang dibuat. Sifat kimia utama semen Portland adalah
sebagai berikut :
1) Reaktivitas: Proses hidrasi semen Portland terjadi ketika semen dicampur
dengan air, menghasilkan produk hidrasi yang kuat, seperti gel silika dan
kalsium hidroksida, yang membantu dalam pembentukan matriks beton
yang padat dan tahan lama.
2) Kandungan Komponen Utama: Sement Portland terdiri dari komponen
utama seperti klinker, gypsum, dan bahan tambahan lainnya.
3) Kekuatan Awal dan Kekuatan Akhir: Sifat kimia semen Portland
memengaruhi kekuatan awal dan kekuatan akhir beton yang dihasilkan.
Kekuatan awal beton tergantung pada laju hidrasi awal semen, sementara
kekuatan akhir beton tergantung pada struktur dan kekuatan produk hidrasi
yang terbentuk selama proses hidrasi berlanjut.

2.14 Sifat Fisik Semen Portland dan Pengujiannya


Sifat Fisik Semen Portland:
1) Fineness (Kelarutan): Fineness atau kelarutan semen Portland mengacu
pada ukuran partikel semen. Semakin halus partikel semen, semakin besar
luas permukaan spesifiknya, yang dapat memengaruhi kemampuan semen
untuk mengikat air dan membentuk pasta yang kuat.
2) Waktu Pengerasan: Waktu pengerasan semen Portland merujuk pada waktu
yang dibutuhkan untuk campuran semen dan air untuk mulai mengeras.
Sifat ini penting dalam menentukan waktu kerja beton dan waktu
pembentukan yang optimal.
3) Volume Pengembangan: Volume pengembangan adalah ukuran perubahan
volume yang terjadi pada semen Portland setelah dicampur dengan air.
Sifat ini dapat memengaruhi kestabilan dimensi struktur beton saat
mengeras.
4) Kepadatan: Kepadatan semen Portland merujuk pada berat per unit volume
semen. Kepadatan yang tinggi menunjukkan bahwa partikel-partikel semen
padat dan berinteraksi dengan baik, menghasilkan beton yang lebih padat
dan kuat.

Pengujian Sifat Fisik Semen Portland:


1) Uji Blaine: Uji Blaine digunakan untuk menentukan fineness atau kelarutan
semen Portland dengan mengukur luas permukaan spesifik dari partikel-
partikel semen. Semakin tinggi nilai Blaine, semakin halus partikel semen.
2) Uji Vicat: Uji Vicat digunakan untuk menentukan waktu pengerasan semen
Portland. Uji ini melibatkan pengukuran kedalaman penetrasi jarum standar
ke dalam pasta semen yang mulai mengeras, yang menunjukkan waktu
awal dan akhir pengerasan.
3) Uji Pengebangan: Uji ini dilakukan untuk menentukan volume
pengembangan semen Portland. Pengebangan diukur menggunakan alat
pengukur volume yang tepat saat semen bereaksi dengan air.
4) Pengukuran Kepadatan: Kepadatan semen Portland diukur dengan
mengukur berat semen dalam volume yang diketahui. Kepadatan dihitung
dengan membagi berat dengan volume.

2.15 Proses Hidrasi Semen


Proses hidrasi semen adalah proses kimia kompleks di mana komponen utama
semen, terutama klinker, bereaksi dengan air untuk membentuk produk hidrasi yang
memberikan kekuatan dan stabilitas pada beton. Proses ini terdiri dari beberapa
tahap penting yang terjadi seiring waktu setelah campuran semen dan air dicampur.
Berikut adalah tahapan utama dalam proses hidrasi semen :
1) Uji Blaine: Uji Blaine digunakan untuk menentukan fineness atau kelarutan
semen Portland dengan mengukur luas permukaan spesifik dari partikel-
partikel semen. Semakin tinggi nilai Blaine, semakin halus partikel semen.
2) Uji Vicat: Uji Vicat digunakan untuk menentukan waktu pengerasan semen
Portland. Uji ini melibatkan pengukuran kedalaman penetrasi jarum standar
ke dalam pasta semen yang mulai mengeras, yang menunjukkan waktu
awal dan akhir pengerasan.
3) Uji Pengebangan: Uji ini dilakukan untuk menentukan volume
pengembangan semen Portland. Pengebangan diukur menggunakan alat
pengukur volume yang tepat saat semen bereaksi dengan air.
4) Pengukuran Kepadatan: Kepadatan semen Portland diukur dengan
mengukur berat semen dalam volume yang diketahui. Kepadatan dihitung
dengan membagi berat dengan volume.

2.16 Faktor Air Semen (FAS)


Faktor air-semen (FAS) adalah parameter penting dalam campuran beton yang
mengukur jumlah air yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi yang diinginkan
dalam campuran beton tertentu. Faktor air-semen ini memengaruhi kekuatan,
kepadatan, ketahanan, dan konsistensi akhir dari beton yang dihasilkan. Faktor air-
semen (FAS) merupakan perbandingan antara berat air yang diperlukan dalam
campuran beton dengan berat semen yang digunakan. FAS biasanya dinyatakan
dalam bentuk rasio atau persentase, dan nilai yang lebih rendah menunjukkan
campuran beton yang lebih padat dan kuat.
2.17 Dos Jenis Semen Portland Lainnya
Adanya perbedaan persentase senyawa kimia semen akan menyebabkan
perbedaan sifat semen. Kandungan senyawa yang ada pada semen akan
membentuk karakter dan jenis semen. Menurut SNI 15-2049-1994 dan ASTM
C150-1998, semen Portland diklasifikasikan dalam 5 tipe yaitu:
1) Tipe I (Ordinary Portland Cement), semen yang dalam penggunaannya
tidak secara khusus(pemakaian secara umum). Biasanya digunakan pada
bangunanbangunanumum yang tidak memerlukan persyaran khusus.
2) Tipe II (Moderate sulfat resistance), mengandung kadar C3A < 8 %. Semen
yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas
hidrasi sedang. Semen ini digunakan untuk bangunan dan konstruksi beton yang
selalu berhubungan dengan air kotor, air tanah atau utnuk podasi yang tertanam di
dalam tanah yang garam sulfat dan saluran air limbah atau bangunan yang
berhubungan langsung dengan air rawa.
3) Tipe III (High Early Strength), memiliki kadar C3S dan C3A yang tinggi
dan butirannya digiling sangat halus sehingga cepat mengalami proses hidrasi.
Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang
tinggi dalam fase setelah pengikatan terjadi. Biasanya digunakan pada
bangunanbangunan di daerah yang bertemperatur rendah (musim dingin).
4) Tipe IV (Low Heat Of Hydration), kadar C3S maksimum 35 % dan C3A
maksimum 5 %. Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi rendah. Digunakan pada pekerjaan beton dalam volume besar (beton
massa) dan masif, misalnya bendungan, pondasi berukuran besar dll.
5) Tipe V (Sulfat Resistance Cement), semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Biasanya
digunakan pada bangunanbangunan yang selalu berhubungan dengan air laut,
saluran limbah industri, bangunan yang terpengaruh oleh uap kimia dan gas
agresif serta untuk pondasi yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung
sulfat tinggi
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bahan perekat hidrolis adalah bahan
yang apabila dicampur dengan air akan membentuk pasta kemudian mengeras dan setelah
mengeras tidak larut kembali dalam air. Perekat hidolis yang biasa digunakan terdiri dari:
gips hemihidrat, kapur padam, puzzolan dan semen portland. Untuk menentukan dan
mengolah bahan perekat hidrolis memerlukan data dan syarat yang sesuai dengan peraturan
yang berlaku, karena bahan perekat hidrolis sangat berpengaruh dalam pembetukan beton.
Jika hasil tidak sesuai, maka dapat mengakibatkan kerugian dalam proses konstruksi dalam
segi biaya dan waktu. Maka dari itu, dalam proses pengolahan bahan perekat hidrolis
diperlukan ketepatan dan ketelitian agar bahan yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku dalam konstruksi

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/107825-38952-1-PB.pdf

https://www.prahu-hub.com/batu-kapur-jenis-kegunaan-serta-manfaatnya/#:~:text=Batu
%20Kapur%20menjadi%20dua%20yaitu,klastik%20dan%20batu%20kapur%20klastik.

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5820/Yeni%20Nur%20BAB
%20II.pdf?sequence=3#:~:text=Jenis%2Djenis%20pozzolan%20menurut
%20proses,Pozzolan%20alam%20dan%20Pozzolan%20buatan.

https://www.orami.co.id/magazine/kerajinan-gips?page=all

https://press.pnj.ac.id/book/Amalia-Material-Bangunan/136/

Anda mungkin juga menyukai