Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertambangan merupakan salah satu sektor yang dapat memberikan

konstribusi ekonomi yang besar bagi sebuah negara, termasuk

pertambangan batubara. Tidak dapa dipungkiri bahwa usaha pertambangan

batubara dapat menurunkan kualitas lingkungan dari waktu ke waktu. Hal

ini tentu saja dapat merugikan masyarakat sekitar wilayah pertambangan.

Adapun persoalan yang timbul akibat penambangan batubara antara lain

gangguan keseimbangan tanah, penurunan produktivitas lahan, kepadatan

tanah menjadi bertambah, terjadinya erosi dan sedimentasi, dan

terganggunya habitat flora dan fauna.

Dengan demikian maka diperlukan tahap kegiatan pertambangan

(reklamasi) dimana kegiatan tersebut bertujuan untuk memperbaiki lahan

yang telah rusak. Reklamsi merupakan kegiatan untuk memperbaiki lahan

yang telah terganggu akibat dari kegiatan pertambangan.

Berdasarkan latar belakang di atas tersebut, maka peneliti akan

melakukan penelitian tentang Analisa Penataan Lahan Pada Lahan Bekas

Tambang Batubara Pada PT. Marunda Grahamineral Di Kecamatan Laung

Tuhup Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah.

1
2

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :
1. Bagaimana tahap penataan lahan pada lahan bekas tambang batubara

pada PT. Marunda Grahamineral?


2. Bagaimana cara mengurangi erosi yang terjadi pada areal reklamasi

lahan yang telah di tata pada PT. Marunda Grahamineral?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana tahap penataan lahan pada lahan bekas

tambang batubara pada PT. Marunda Grahamineral.


2. Untuk mengetahui cara pengaturan lereng untuk mencegah terjadinya

erosi pada lahan bekas tambang batubara yang akan di reklamasi pada

PT. Marunda Grahamineral.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan

serta informasi mengenai kegiatan reklamasi serta bagaimana cara

penataan lahan untuk kegiatan revegetasi di PT. Marunda Grahamineral.

2. Bagi perusahaan
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan masukan

dan sumbangan pemikiran dalam kegiatan reklamasi.


3. Bagi pihak lain
Memberikan wawasan kepada pembaca tentang wacana kegiatan

reklamasi lahan bekas tambang batubara pada PT. Marunda

Grahamineral.

1.5. Batasan Masalah


3

Dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir ini, terdapat batasan-

batasan masalah yaitu sebagai berikut :


a. Dalam hal ini penelitian membatasi masalah mengenai kegiatan

persiapan lahan untuk kemudian akan disiapkan untuk kegiatan

revegetasi pada PT. Marunda Grahamineral.


b. Tidak membahas masalah biaya reklamasi
c. Peneliti membatasi pada cara penanggulangan erosi yang terjadi pada

areal bekas tambang pada PT. Marunda Grahamineral.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Batubara


Batubara merupakan bahan bakar padat organik yang berasal dari

batuan sedimen yang terbentuk dari sisa bermacam-macam tumbuhan purba

dan menjadi padat disebabkan karena tertimbun lapisan di atasnya.

Pembatubaraan (coalifikasi) terjadi karena adanya tekanan dan temperatur

yang tinggi dan berlangsung dalam selang waktu yang sangat lama.

Perbedaan sifat batubara disebabkan adanya perbedaan sumber materialnya

(jenis tumbuhan purbanya), lingkungan sewaktu pengendapannya, keadaan


4

dan kondisi serta derajat perubahan dalam macam, jumlah serta distribusi

pengotornya (impurities-nya). Batubara merupakan bahan bakar padat yang

penting dalam berbagai macam industri, baik digunakan sebagai sumber

energi (disebut steaming coal) untuk pembangkit tenaga listrik, maupun

untuk industri ekstraksi logam (penggunaan kokas metallurgi sebagai

reduktor dalam industri baja).


Untuk menjelaskan terbentuknya batubara di kenal 2 macam teori :
a. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan - bahan pembentuk lapisan

batubara, terbentuknya ditempat dimana tumbuh tumbuhan asal itu berada,

dengan demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati , belum mengalami

proses transportasi segera tertutup oleh


4 lapisan sedimen dan mengalami

proses coalification. Jenis batu bara yang terbentuk dengan cara ini

mempunyai penyebaran luas dan merata , kualitasnya lebih baik karena

kadar abunya relative kecil, batubara yang tebentuk seperti ini di Indonesia

di dapatkan di lapangan batubara muara enim ( Sumatra Selatan ).


b. Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan

batubara terjadinya di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan

semula hidup dan berkembang. dengan demikian dengan tubuhan yang

telah mati di angkut oleh media air dan di berakumulasi di suatu tempat,

tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. jenis

batu bara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak

luas, tetapi di jumpai di beberapa tempat, kualitas kurang baik karena

banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama

proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi.


5

batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia di dapatkan di lapangan

batubara delta Mahakam purba, Kalimantan Timur.

2.2. Proses Pembentukan Batubara


Proses Pembentukan Batubara sendiri sangatlah kompleks dan

membutuhkan waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Secara lebih rinci,

proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai berikut:


a). Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh

bakteri anaerob.
b). Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan

selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang

berair. Akumulasi dari endapan ini dengan endapan-endapan

sebelumnya akhirnya akan membentuk lapisan gambut.


c). Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses

biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya

sebagian unsur karbon dalam bentuk karbondioksida,

karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif, unsur karbon akan

bertambah dengan adanya pelepasan unsur atau senyawa tersebut.


d). Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya

gaya tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan.

Batubara low grade dapat berubah menjadi batubara high grade apabila

gaya tektonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya

tektonik aktif dapat menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya

magma. Selain itu, lingkungan pembentukan batubara yang berair juga

dapat berubah menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting

tertentu.
6

e). Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara yang

telah mengalami proses geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas

akibat erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi manusia.

Sumber. Logku
Gambar 2.1. Proses Pembentukan Batubara

2.3. Jenis-jenis Batubara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh

tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas yaitu:

batubara antrasit, batubara bituminus, batubara sub-bituminus, batubara

lignit dan gambut.

a). Batubara Antrasit

Adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan

(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C)

dengan kadar air kurang dari 8%. Biasanya digunakan untuk proses
7

sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran

batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap.

b). Batubara Bituminus

Mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%

dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di

Australia. Dan batubara ini masih dibedakan menjadi dua, yaitu:

- Batubara ketel uap atau batubara termal atau yang disebut steam coal,

banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pembakaran

umum seperti pada industri bata atau genteng, dan industri semen.
- Batubara metalurgi (metallurgical coal atau coking coal) digunakan

untuk keperluan industri besi dan baja serta industri kimia.

c). Batubara Sub-bituminus

Mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya

menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan

bituminus.

d). Batubara Lignit atau Batubara coklat

Adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35-

75% dari beratnya.

e). Gambut

Gambut berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai

kalori yang paling rendah.

2.4. Pengertian Reklamasi


8

Definisi Reklamasi menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral (Permen ESDM) Nomor : 18 tahun 2008 adalah kegiatan

yang bertujuan rnemperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu

sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan

berdaya guna sesuai peruntukannya. Kata reklamasi berasal dari kata to

reclaim yang bermakna to bring back to proper state, sedangkan arti

umum reklamasi adalah the making of land fit for cultivation yakni

membuat keadaan lahan menjadi lebih baik untuk dibudidayakan, atau

membuat sesuatu yang sudah bagus menjadi lebih bagus, memulihkan

lahan ke kondisi asal dengan mengutamakan fungsi dan asas kemanfaatan

lahan.
Kegiatan reklamasi tersebut meliputi dua tahap yaitu :
a. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang

terganggu.
b. Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki untuk

pemanfaatan lebih lanjut.

2.5. Teknis Lahan Reklamasi

Teknis reklamasi lahan secara umum yang dilakukan adalah

sebagai berikut:
a. Pengaturan Bentuk Lahan
b. Pengelolaan Tanah Pucuk
c. Revegetasi

2.4.1 Pengaturan Bentuk Lahan


Kegiatan penambangan yang dilakukan dengan metode open

pit mining berada pada kondisi yang rusak. Untuk meratakan

kembali lahan yang telah rusak keseimbangannya dilakukan


9

dengan jalan penimbunan dan penggusuran. Adapun dasar penataan

lahan bekas aktivitas penambangan khususnya sistem tambang

terbuka yaitu :
a. Secara hidrologis, antara lain bertambahnya air limpasan,

terjadinya erosi dan sedimentasi, ketidakstabilan dan

kelongsoran lereng
b. Secara ekologis adanya kerusakan struktur tanah, vegetasi,

habitat fauna, dan lain-lain.


Untuk menunjang keberhasilan reklamasi dalam hal penataan

lahan biasanya digunakan peralatan dan sarana prasarana, antara

lain : dump truck, bulldozer, excavator, grader, sekop, cangkul dan

pembuatan bangunan pengendali erosi (susunan karung pasir,

tanggul, susunan jerami, bronjong, pagar keliling).


Cara dalam penataan lahan dalam kegiatan reklamasi ada

bermacam-macam penerapannya yaitu :


a. Reklamasi dengan perbaikan lahan, sistem ini mempunyai

beberapa kriteria sebagai berikut :


1. Tinggi atau jenjang dianggap stabil.
1. Pada lahan bekas tambang terdapat lubang, bongkahan batu

dan sebagainya.
2. Diperlukan pengambilan tanah penutup dari lokasi

penambangan.
3. Terjadi aliran penambangan yang tinggi pada lahan bekas

penembangan.
b. Reklamasi dengan perbaikan kesuburan tanah, sistem ini

memiliki kriteria sebagai berikut :


1. Lahan bekas tambang terdapat pada lokasi yang diperuntukan

sebagai lahan pertanian atau perkebunan.


2. Terjadi pemadatan tanah.
3. Tingkat erosi yang tinggi disekitar wilayah penambangan.
10

4. Terganggunya sistem penyaliran dilokasi bekas tambang

akibat penggalian.
5. Hilangnya lapisan tanah yang subur, sehingga mengakibatkan

menurunnya kemampuan tanah dalam menyerap air dan

unsur hara.
c. Reklamasi dengan cara revegetasi, sistem ini memiliki kriteria

sebagai berikut :
1. Lahan bekas tambang belum mempunyai peruntukan lahan

yang jelas, tetapi mempunyai tanah yang relatif subur.


2. Lahan bekas tambang sudah memiliki peruntukan yang jelas,

misalnya sebagai kawasan hutan atau perkebunan.


2.4.2 Pengaturan Tanah Pucuk (Top Soil)
Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan

memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal ini penting

karena tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman dan

merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan

pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi. Lingkungan

pengupasan dan penanganan lapisan tanah pucuk harus

dijadwalkan di muka untuk menghindari benturan dengan rencana

penambangan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya

penggunaan sumber lapisan tanah pucuk secara maksimal.

Pengangkatan lapisan tanah pucuk harus dijadwalkan dengan baik

di muka sebelum dimulainya aktivitas-aktivitas penambangan

untuk melindungi sumber tersebut dari:


a. Kontaminasi oleh overburden.
b. Keharusan mengangkat lapisan tanah pucuk saat lapisan tersebut

dalam keadaan basah


11

Pengupasan tanah pucuk dilakukan sampai kedalaman 0.5 m

dengan bulldozer dan di dorong secara horizontal ke lokasi

penimbunan sementara di luar area tambang. Tanah pucuk yang

sudah terkupas dimuat dan diangkut ke tempat penimbunan dengan

menggunakan dump truck. Lapisan tanah pucuk yang relatif subur

dan banyak dibutuhkan oleh tumbuhan akan disimpan pada tempat

yang aman dari erosi maupun kegiatan penambangan yaitu berada

di luar daerah penambangan dan terpisah dengan penimbunan tanah

penutup (waste dump). Pengupasan dan pengangkutan lapisan

tanah pucuk harus dijadwalkan sesuai dengan program rehabilitasi

dan pengembangan tambang.Jika memungkinkan, lapisan tanah

pucuk yang dikelupas lebih baik diangkut dan disebarkan dengan

segera dari pada ditimbun. Penimbunan lapisan tanah pucuk

sebaiknya dihindari jika memungkinkan. Pihak pelaksana survey

harus menentukan daerah pengupasan lapisan permukaan tanah

pucuk.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah

pucuk adalah :
a. Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan

ditempatkan pada tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya.

Timbunan tanah pucuk tidak melebihi dari 2 meter.


b. Pembentukkan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah

semula. Tanah pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan

minimal 0.15m.
12

c. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung

racun dianjurkan mengisolasi dan memisahkannya. Tanah

sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk

menghindari Pemadatan dan rusaknya struktur tanah. Bila

lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit), perlu

dipertimbangkan.
2.4.3 Revegetasi Lahan
Tahapan kegiatan revegetasi dengan jenis lokal dapat

dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap penanaman

dan tahap pemeliharaan


a. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi penyiapan bibit tanaman dan

penanaman tanaman penutup tanah (cover crop). Penyiapan

bibit tanaman dilakukan dengan membuat persemaian untuk

menghasilkan bibit yang siap ditanam di lapangan. Pembibitan

merupakan langkah awal dalam menyediakan bibit yang

bermutu untuk kegiatan penanaman. Mutu bibit yang dihasilkan

di persemaian akan menentukan keberhasilan penanamannya di

lapangan. Tanaman penutup tanah ditanam pada lahan yang

memiliki kelerengan cukup tinggi. Tanaman ini berfungsi untuk

mencegah erosi tanah permukaan akibat hujan lebat dan aliran

air. Tanaman penutup tanah dapat berasal dari jenis rumput-

rumputan atau tumbuhan menjalar.


b. Tahap Penanaman
Kegiatan penanaman terkait dengan pengaturan ruang

tumbuh (tata letak dan jarak tanam). Tata letak menjadi hal yang
13

harus diperhatikan jika pola tanam yang dikembangkan adalah

pola campuran, sedangkan jarak tanam yang tepat tidak hanya

akan berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman.


c. Tahap Pemeliharaan
Tanaman yang sudah ditanam hendaknya dipelihara secara

berkala. Pemeliharaan tanaman yang penting untuk dilakukan

meliputi penyulaman, penyiangan gulma dan pemupukan.


Penyulaman tanaman dilakukan untuk mengganti tanaman

yang mati. Penyulaman dilakukan satu hingga dua bulan setelah

penanaman. Penyiangan gulma berguna untuk membebaskan

tanaman dari persaingan tempat tumbuh maupun kebutuhan

akan nutrisi. Tumbuhan memanjat dapat melilit tanaman dan

menghambat pertumbuhan tanaman, sementara jenis rumput-

rumputan yang terlalu rapat akan menimbulkan persaingan

dengan tanaman utama dan kadang kala dapat mendatangkan

hama penyakit bagi tanaman. Walaupun media tanam

merupakan tanah yang berasal dari topsoil tetapi memiliki

tingkat kesuburan yang rendah. Pemberian pupuk dapat

meningkatkan kesuburan tanah dan mempercepat pertumbuhan

tanaman. Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki tingkat

kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup

untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan

tanaman.
Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal

seperti persiapan penanaman, pemeliharaan tanaman serta


14

pemantauan tanaman. Kriteria vegetasi yang akan ditanam

kembali dalam areal penambangan adalah adalah vegetasi lokal

yang mempunyai daya adaptasi tinggi, kecepatan pertumbuhan

yang tinggi serta merupakan tanaman yang hasilnya dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Vegetasi yang

dianggap memenuhi kriteria tersebut adalah akasia, karet lokal,

sungkai, sengon, dan lamtoro karena sesuai dengan kondisi

tanah di lokasi tersebut. Oleh karena itu tanaman sengon

daunnya yang berguguran akan memasok tanah dengan zat

organik yang bermanfaat. Daun-daun sengon menghasilkan

lebih banyak zat organik daripada tanaman lain. Penanaman

pohon sebaiknya dimulai setidaknya 1 minggu setelah kita

menebarkan tanaman penutup lahan (cover crop).

2.6. Landasan Hukum Reklamasi Tambang

Kewajiban pelaksanan kegiatan reklamasi pasca penambangan di

wilayah Negara Indonesia didasarkan pada peraturan-peraturan sebagai

berikut :

1. Peraturan Mentri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2008

Bab I Ketentuan Umum Pasal 1

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau

menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan


15

usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna

sesuai peruntukannya .

Bab I Ketentuan Umum Pasal 4

Jaminan Reklamasi adalah dana yang disediakan oleh perusahaan

sebagai jaminan untuk melakukan reklamasi .

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013

Tentang Reklamasi Dan Pascatambang

Bab II Pasal 2 Prinsip Reklamasi dan

Pascatambang

Pemegang IUP eksplorasi dan IUPK eksplorasi wajib

melaksanakan reklamasi .

3. Peraturan Mentri Kehutanan Republik Indonesia nomor : P. 4/Menhut-

ii/2011 tentang pedoman reklamasi hutan bagian kedua penataan lahan

pasal 32 penataan lahan sebagai mana dimaksud dalam pasal 31 huruf

ii terdiri dari :

Pengisian kembali lubang bekas

tambang

Pengaturan bentuk lahan

Pengelolaan tanah pucuk.


16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian


3.1.1. Sejarah Perusahaaan
PT. Marunda Grahamineral memulai usaha pertambangan dengan

terlebih dahulu melakukan eksplorasi yang dimulai pada tahun 1997 sampai

tahun 2000. Sebagai tindakan untuk menindaklanjutinya PT.Marunda

Grahamineral mengadakan Fasibility Study (FS) atau studi kelayakan yang

dilaksanakan pada tahun 2000 sampai tahun 2001 untuk mempelajari

dampak baik positif maupun negatif dari penambangan dan memprediksi

kemungkinan yang akan terjadi jika penambangan dilakukan dalam lokasi

tersebut. Dari hasil studi kelayakan inilah pihak PT.Marunda Grahamineral

bisa melakukan desain kontruksi tambang.


Tindakan selanjutnya setelah studi kelayakan yang dilakukan adalah

usaha Development yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan

sebelum penambangan dilakukan, mulai dari membuat desain tambang

sampai menyediakan sarana dan prasarana yang dilaksanakan dari tahun

2002 sampai tahun 2003. Setelah semuanya terencana dan tersedia maka

kegiatan yang dilakukan adalah produksi yang dilakukan mulai tahun 2004

sampai sekarang.

3.1.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT.Marunda Grahamineral adalah perusahaan pemegang kontrak
18
Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
17

Generasi II dengan Nomor 006/PK/PTBA-MGM/1994 yang ditandatangani

pada tanggal 14 Agustus 1994. Secara administrasi wilayah PKP2B

PT.Marunda Grahamineral terletak di Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten

Murung Raya, Propinsi Kalimantan Tengah. Secara astronomis terletak pada

114o 38 15 BT 114o 48 0 BT dan 0o 13 30 LS 0o 25 27 LS.

Sumber : PT.Marunda Grahamineral


Gambar 3.1. Peta Lokasi Daerah Penelitian

Daerah konsesi PT.Marunda Grahamineral berdasarkan Surat

Keputusan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral No:

231.K/40.00/DJG/2004 yang bertanggal 29 September 2004 bahwa wilayah

PKP2B PT.Marunda Grahamineral seluas 23.541,3 Ha, yang terdiri dari:


18

1. Wilayah KW 00 PB 0179 seluas 12.880 Ha status tahap produksi terdiri

dari blok potensial yaitu North Kawi, Central Kawi, SE Mantubuh,

Central Kawi, Tahujan, Bondang, East Kawi, Bambang, Menyango,

Pendasirun.
2. Wilayah KW 98 PB 0025 seluas 10.661, 3 Ha status kontruksi terdiri dari

blok potensial yaitu Maruwei dan Belawan (Env.dept.,2012)


Lokasi tambang aktif saat ini yaitu:
1. Lokasi Tambang North Kawi dengan jarak ke Coal Crushing Plant di

Beras Belange 55 Km.


2. Lokasi Tambang Central kawi dengan jarak ke Coal Crushing Plant di

Beras Belange 42 Km.


3. Lokasi Tambang SE Mantubuh dengan jarak ke Coal Crushing Plant di

Beras Belange 46 Km.


4. Lokasi Tambang Manyango dengan jarak ke Coal Crushing Plant di

Beras Belange 45 Km.

Untuk mencapai lokasi wilayah izin Usaha Pertambangan PT.Marunda

Grahamineral dapat melalui rute sebagai berikut:

- Dari kota Palangka Raya menuju Muara Teweh dengan melewati

perjalanan darat selama 10 jam, perjalanan sejauh 300 Km.


- Dari Muara Teweh kemudian perjalanan dapat dilanjutkan melalui jalur

air menyusuri sungai Barito menuju Desa Beras Belange kecamatan

Laung Tuhup dengan menggunakan speed boat selama 2 jam untuk

mencapai site jamut. Dari Jamut perjalanan dilanjutkan dengan

perjalanan darat sejauh 40 km ke arah utara menuju Menyango Camp

yang merupakan site office dari PT. Marunda Grahamineral.

3.1.3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan


19

Seperti pada daerah Indonesia pada umumnya, lokasi pengamatan di

PT.Marunda Grahamineral yang berada di Kabupaten Murung Raya

termasuk daerah beriklim tropis yang lembab dan panas, karena secara

Geografis terletak digaris Khatulistiwa dengan Curah Hujan yang cukup

tinggi. Dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April sebesar 18.47

mm/hari, sedangkan curah hujan terendah sebesar 1.10 mm/hari terjadi pada

bulan September.
Tabel 3.1. Data Rata-rata Curah Hujan Pada Tahun 2014 di PT. Marunda

Grahamineral

Jumlah Curah Curah Hujan


No Bulan
Hujan (mm/hari)
1 Januari 248 8.00
2 Februari 148 5.29
3 Maret 252 8.13
4 April 554 18.47
5 Mei 326 10.52
6 Juni 200 6.67
7 Juni 249 8.03
8 Agustus 183 5.90
9 September 33 1.10
10 Oktober 122 3.94
11 November 365 12.17
12 Desember 507 16.35
Sumber. PT.Marunda Grahamineral
20

Grafik 3.1. Curah Hujan Tahun 2014

3.1.4. Flora dan Fauna


Keadaan Flora dan Fauna di daerah penelitian sangat bervariasi,

namun dapat digolongkan dalam kelompok pulau tropis yang umumnya

dijumpai di Indonesia. Kelompok flora yang dijumpai di daerah

penyelidikan antara lain yaitu karet, rotan, durian. Sedangkan fauna terdiri

dari binatang umumnya seperti babi hutan, ular, monyet, rusa serta beberapa

jenis burung. Binatang peliharaan terdiri dari anjing, ayam, babi, kucing

yang terdapat di sekitar pemukiman.


3.1.5. Sosial dan Kependudukan

Daerah pengamatan ini sebelumnya termasuk dalam kawasan hutan

tropis yang sangat lebat, tetapi sekarang daerah pengamatan sebagian sudah

dipadati oleh pemukiman penduduk.

Penduduk yang berada disekitar lokasi PT.Marunda Grahamineral

yang terdiri dari berbagai suku diantaranya adalah Dayak Bakumpai,

Ngaju, Dayak Manyan, Dusun, Lawangan, Banjar, Jawa dll.

Adat istiadat yang berlaku pada kelompok masyarakat yang

tinggal di desa wilayah penelitian secara umum masih bersifat tradisional,

simbol kehidupan tersebut di wujudkan dalam berbagai kehidupan sehari-

hari seperti upacara adat sewaktu membuka hutan, pernikahan, kelahiran,

kematian dan acara penanaman/panen padi.

Penduduk yang bermukim di kawasan wilayah penelitian yaitu Desa

Beras Belange Kecamatan Laung Tuhup Kabupaten Murung Raya


21

Kalimantan Tengah, mayoritas beragama Islam, Kristen dan Katolik.

Sedangkan penduduk asli sebagian masih menganut Kepercayaan Hindu.

Dengan sarana dan prasarana yang cukup tersedia, begitu juga sarana

Pendidikan dan Kesehatan. Mata pencaharian penduduk yang ada di

Wilayah Penelitian dan sekitarnya yaitu bertani, berdagang, kariawan swasta

dan wiraswasta.

3.1.6. Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi PT. Marunda Grahamineral dari paling tinggi di

pimpin oleh Direktur Utama yang membawahi direksi. Struktur yang ada di

bawah direksi adalah Mine Operator Manager atau Kepala Teknik Tambang

(KTT) yang membawahi beberapa departement head. Di bawah

departement head diisi oleh kedudukan superintendent yang memimpin

supervisor dan dibawah supervisor ada junior supervisor, selanjutnya junior

supervisor mengawasi para crewnya. Struktur organisasi dapat dilihat di

lampiran.

3.2. Kondisi Geologi


3.2.1. Kondisi Geologi Regional
1. Morfologi Regional
Keadaan Morfologi Regional daerah penelitian disusun oleh

perbukitan bergelombang sedang-kuat, morfologi perbukitan lemah-

sedang, morfologi perbukitan kerucut dan morfologi dataran alluvial.


a. Satuan Morfologi Perbukitan Sedang-Kuat
22

Satuan perbukitan ini terdapat di ruas tengah-hulu sungai,

ditandai dengan perbukitan yang memanjang dan saling berhubungan,

beda tinggi antara puncak bukit dengan lembah yang berdekatan

antara 25-80 meter, dengan bentuk lembah relatif menyerupai huruf V.

Batuan penyusun yang ada merupakan batupasir dengan vegetasi

penutup berupa hutan primer yang menempati luasan hampir 65%.

b. Satuan Morfologi Perbukitan Lemah-Sedang


Pada umumnya satuan morfologi ini menempati daerah kiri-

kanan sungai besar dengan bentuk bukit membulat dan bentuk lembah

relatif menyerupai huruf U. Batuan penyusunnya umumnya adalah

batulempung dan batulanau. Beda tinggi antara puncak bukit dengan

lembah yang terdekat antara 10-30 meter dengan vegetasi penutup

berupa hutan sekunder dan ladang maupun bekas ladang yang

ditanami pohon karet yang menempati luasan kurang lebih 30%.


c. Satuan Morfologi Perbukitan Kerucut
Dibagian kiri-kanan sungai Laung, bentuk bukit kerucut

dengan lereng yang terjal. Beda tinggi antara puncak bukit dengan

lembah bisa mencapai 50-100 meter. Batuan penyusun dari morfologi

ini adalah batuan beku intrusif (andesit-diorit), dengan vegetasi

penyusunnya bervariasi mulai dari semak belukar sampai hutan

primer. Morfologi ini menempati luasan kurang lebih 5%.

2. Stratigrafi Regional
Daerah Sungai Laung dan sekitarnya termasuk ke dalam

Cekungan Barito Utara atau merupakan bagian tepi dari pengendapan

Tersier di Cekungan Barito. Stratigrafi regional daerah penelitian dan


23

sekitarnya terdiri formasi batuan sedimen yang mempunyai hubungan

saling selaras, saling menjari, saling tidak selaras dan satuan batuan beku

baik berupa intrusive maupun ekstusif. Penjelasan masing-masing

formasi tersebut (dari tua ke muda) yaitu sebagai berikut:


Formasi Batu Ayau (Tea), Formasi Halog-Batu Kelau (Teh-Tek)
Tidak ada hubungan yang jelas antara Formasi Batu Ayau dan

Formasi Halog-Batu Kelau dan Formasi Tanjung, karena formasi

tersebut terdapat di sub-cekungan Barito. Formasi Batu Ayau berumur

Eosen dan mempunyai hubungan menjari dengan Formasi Halog-Batu

Kelau. Formasi Batu Ayau merupakan penyusun utama stratigrafi

Daerah Sungai Laung dan disekitarnya, dan juga merupakan formasi

pembawa seam batubara (coal bearing formation). Formasi Batu Ayau

ini disusun oleh batupasir, batulempung, dan batulanau, umumnya

karbonan setempat bersisipan tufa dan batubara. Formasi Halog

dicirikan oleh batupasir kuarsa, sedikit konglomerat, batulumpur, dan

batugamping (jarang/setempat). Sedangkan Formasi Batu Kelau

didominasi oleh serpih, batulanau, dan sedikit batupasir.


Batuan Gunung api Malasan (Tom)
Terdiri dari: leleran andesit sampai basal, breksi lahar, tuf

sedikit riolit, bersisipan tipis batulempung dan batulanau, umumnya

terubah, terpecahkan dan termineralisasikan setempat struktur bantal

dan kekar meniang.


Formasi Purukcahu (Tomc)
Terdiri dari: batulempung berfosil, kelabu tua, berselingan

dengan batulanau mengandung lensa kecil dan lapisan tipis batubara

vitrinit, dan batupasir berstruktur perairan sejajar dan konvolut,


24

bersisipan breksi berfagmen andesit, dasit, genes dan batubara,

matriks berupa batupasir kasar mengandung fragmen batubara vitrinit.

Selama Kala Oligin Atas-Miosen Bawah tersebut, kedalam Cekungan

Barito juga dan diendapkan batuan-batuan dari Anggota Batugamping

Penut, Anggota Batugamping Jangkan, Formasi Montalat dan Formasi

Berai. Terdapat secara tidak selaras di atas Formasi Ujohbilang

terhadap sesamanya berhubungan saling menjari dan berumur

Oligosen Atas-Miosen Bawah.


Formasi Karamuan (Tomk)
Terdiri dari: batulumpur abu-abu sebagian gampingan dan

berfosil batupasir kuarsa berlapis baik, batulanau abu-abu, batulanau

tufan abu-abu kehijauan, bersisipan batugamping berfosil, batulanau

serpihan dan batulanau karbonat. Lingkungan pengendapan laut

dangkal sampai paparan luar.


Formasi Warukin (Tmw)
Diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Karamuan dan

Formasi Purukcahu, tersebar dominan di Timur daerah telitian dan

berumur Miosen-Tengah. Formasi Warukin dicirikan oleh batupasir

kwarsa berbutir halus-sedang, urai, bersisipan batu lempung karbonan

dan batulanau karbonan.

Sintang Intrusion : Andesit dan Diorit (Toms)

Sintang Intrusion adalah batuan beku yang menerobos ke

permukaan (batuan terobosan), berupa batuan Andesit dan Diorit.

Bentuknya berupa sill yang terletak sejajar perlapisan dan dike yang
25

memotong perlapian serta dapat dijumpai dilapisan permukaan secara

langsung.

Gambar 3.2. Stratigrafi Regional Daerah Penyelidikan

3. Struktur Geologi Regional


Struktur geologi yang dijumpai didaerah ini berupa sesar,

perlipatan dan kelurusan yang secara umum bearah Baratdaya-Baratlaut-

Tenggara. Sesar terdiri sesar normal, sesar geser, dan sesar naik yang

melibatkan batuan sedimen yang berumur Tersier dan Pra-tersier.

Kelurusan-kelurusan ini diduga merupakan petunjuk sesar dan kekar

yang berarah sejajar dengan struktur umum.


26

Lipatan-lipatan berupa Sinklin dan Antiklin seperti halnya sesar

dan kelurusan juga berarah sejajar dengan struktur regional Timurlaut-

Baratdaya, mengingat slitologi di daerah ini didominasi oleh batuan yang

berumur Tersier sehingga kehadiran sesar, kelurusan dan lipatan diduga

berhubungan erat dengan kegiatan tektonik yang terjadi pada jaman itu

(Tersier).

3.2.2. Keadaan Geologi Daerah Penelitian


1. Morfologi Daerah Penelitian

Keadaan morfologi daerah pada PT.Marunda Grahamineral

dikategorikan memiliki morfologi dengan gelombang lemah dengan

persentase lereng berkisar antara 2 8%. Hal ini dapat dibuktikan dengan

banyaknya daerah yang relatif datar meskipun ada beberapa blok yang

memiliki tingkat morfologi bergelombang kuat dan memiliki tingkat

struktur geologi yang cukup kompleks seperti pada daerah bondang.

2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Formasi Tanjung

Merupakan formasi batuan sedimen tertua pada cekungan

Barito ini yang diendapkan pada Eosen Bawah. Formasi Tanjung

terdiri dari persilangan batu pasir (kuarsa), batu lempung, dan batu

lanau sisipan batubara, batu gamping, dan konglomerat. Pada formasi

ini PT. Marunda grahamineral tidak dilaluinya.

Formasi Batu Ayau, Formasi Halog-Batu Kelau


27

Formasi Batu Ayau berumur Eosen dan mempunyai hubungan

menjari dengan Formasi Halog-Batu Kelau. Formasi Batu Ayau ini

disusun oleh batupasir, batulempung dan batulanau, umumnya

karbonan setempat bersisipan tufa dan batu bara. Formasi Halog

dicirikan oleh batupasir kuarsa, sedikit konglomerat, batulumpur, dan

batugamping (jarang/setempat). Sedangkan Formasi Batu Kelau

didominasi oleh serpih, batulanau, batulumpur, dan sedikit batupasir.

Formasi batu ayau dan formasi batu kelau ini berada di wilayah

konsesi dari PT. Marunda Grahamineral yang letaknya berada di blok

IV dan juga blok III sebelah utara.

Formasi Ujoh Bilang

Formasi Ujoh bilang terendapkan selaras di atas Formasi Batu

Ayau, berumur Oligosen Bawah, dan tersebar di bagian timur sampai

timur laut daerah penelitian. Formasi Ujoh bilang ini dicirikan oleh

batu lumpur (dominan) dan sedikit batupasir.

Formasi Karamuan dan Formasi Puruk Cahu

Formasi Karamuan dan Formasi Puruk cahu terendapkan tidak

selaras di atas Formasi Ujoh bilang, dan mempunyai hubungan

menjari, berumur Oligosen Atas gampingan dan berfosil; batupasir;

batulanau yang bersifat serpihan dan karbonan. Formasi Puruk cahu

dicirikan oleh batulempung abu-abu tua, berfosil, berselingan dengan

batulanau dengan lensa tipis batubara, batupasir sisipan breksi dan

lensa-lensa batubara. Selama Kala Oligosen Atas Miosen Bawah


28

tersebut juga terendapkan batuan-batuan dari anggota: Batugamping

Penuut, Batugamping Jangkaan, Formasi Montalat, dan Formasi

Berai. Formasi puruk cahu terdapat pada PKP2B dari PT.Marunda

Grahamineral. Formasi ini berada di sebelah tenggara atau berada di

daerah SE mantubuh dan juga menyango.

Formasi Warukin

Formasi Warukin diendapkan tidak selaras di atas Formasi

Karamuan dan Formasi Puruk cahu, berumur Miosen Tengah, dan

pada umumnya tersebar di bagian timur daerah penelitian. Formasi ini

dicirikan oleh batupasir kuarsa berbutir halussedang, bersisipan

batulempung karbonan dan batulanau karbonan. Formasi-formasi

batuan sedimen di atas diterobos oleh intrusi batuan beku andesit

diorit dan batuan gunung api Bondang (andesit dan basalt).

3. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Lokasi secara keseluruhan PT. Marunda Grahamineral

mempunyai kompleksitas struktur yang dikategorikan sebagai

kompleksitas struktur medium. Dimana jenis struktur ini struktur tidak

mempunyai banyak patahan dan rekahan maupun lipatan.

Kedua intrusi di lokasi ini bentuknya berbedabeda. Untuk

daerah SE Mantubuh bentuk intrusinya berupa sill. Dimana sill tersebut


29

merupakan penerobosan magma melalui bidangbidang lemah yang

searah lapisan batuan.

Bidangbidang lemah tersebut dapat diciptakan melalui adanya

struktur geologi yang terindikasi patahan ataupun rekahan. Sedangkan di

daerah yang bernama Tahujan ada intrusi yang berbentuk dike. Dimana

dike ini adalah penerobasan magma yang memotong arah lapisan batuan.

Diduga daerah terdapat gunung api purba yang sempat aktif sehingga

terciptanya intrusi seperti halnya yang terdapat di daerah bondang.

Tabel 3.2. Keadaan Geologi di Wilayah PKP2B PT. Marunda Grahamineral

Lokasi Morfologi Formasi Batuan Struktur


SE Puruk Cahu dan -Intrusi batuan beku
Gelombang Kuat -Patahan
Mantubuh Karamuan -Kekar
Puruk Cahu dan -Patahan
Menyango Gelombang Kuat
Karamuan -Intrusi batuan beku
Central Gelombang Batu ayau, Halog,
-
Kawi lemah Batu Kelau
North Gelombang Batu Ayau, Halog
-
Kawi lemah Batu Kelau
-Intrusi batuan beku
-Patahan
Bondang Pegunungan Warukin
-Kekar
-Lipatan
Gelombang Puruh Cahu dan
Tahujan -
lemah Karamuan

Struktur utama yang membentuk geologi daerah penelitian

adalah sesar normal dengan penjelasan sebagai berikut: mempunyai arah

relatif baratdaya-timurlaut, merupakan sesar orde pertama, dan

memotong arah umum penyebaran seam batubara.


30

Sedangkan struktur sesar yang lain merupakan sesar orde kedua

bararah relative utara-selatan, dimana blok barat turun dan blok timur

naik. Perpotongan sesar orde kedua ini dengan sesar utama menyebabkan

kemiringan bidang seam batubara di bagian selatan menjadi lebih besar

(rata-rata 30o sampai 50o).

3.3. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam kerja praktik ini adalah:
- Alat pelindung diri (APD)
- Kertas/buku
- Pensil atau pulpen
- Kamera
- Laptop

3.4. Tata Laksana


3.4.1. Langkah Kerja

Langkah-langkah kerja dalam penyusunan Laporan KP ini meliputi:

1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan tugas akhir,

mempelajari buku-buku literatur dan buku petunjuk maupun buku

panduan yang tersedia serta berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Sasaran utama studi pendahuluan ini adalah gambaran umum daerah

penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam pengamatan ini mencakup data

primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan

cara pengamatan langsung dilapangan. Sedangkan data sekunder


31

diperoleh dari perusahaan, meliputi pengumpulan data curah hujan,

keadaan regional geologi daerah penelitian, Flow Sheet dan lain-lain.

Sumber data sekunder yaitu dari studi pustaka dan dari Perusahaan, yakni

PT.Marunda Grahamineral.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan penelitian ke lapangan untuk

mengetahui tahap kegiatan penataan lahan pada lahan bekas tambang.


4. Tahap Penyusunan Laporan
Hasil dari data keseluruhan di rangkum ke dalam laporan tertulis

untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan.


3.4.2. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah

metode kuantitatif deskriptif dengan judul Analisa Penataan Lahan pada

Lahan Bekas Tambang Batubara pada PT. Marunda Grahamineral di

Kecamatan Laung Tuhup Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan

Tengah adalah:
1. Observasi
Adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan

mengamati secara langsung di lapangan.


2. Interview
Adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara

bertanya langsung pada kariawan atau nara sumber yang terkait.


3. Studi Pustaka
Selain dari kedua cara diatas, penulis juga memperoleh data dari referensi

buku atau modul dari perusahaan serta buku lain yang relevan untuk

digunakan sebagai data laporan.


32

3.4.3. Bagan Alir Penelitian Tugas Akhir

Start

Rumusan Permasalahan

Studi Literatur

Pengamatan dan
Pengambilan Data
Data Primer: Data Sekunder:
Tahap penataan lahan pada lahan Sejarah Perusahaan
bekas tambang Kondisi dan kesampaian daerah
Cara mengurangi erosi yang Kondisi geologi daerah penelitian
terjadi pada areal reklamasi lahan Peta-peta
yang telah di tata Data curah hujan
Pengolahan dan
Analisis Data

Pembuatan
Gambar 3.3. Bagan Alir Penelitian Tugas Akhir
Laporan
3.4.4. Waktu Penelitian Tugas Akhir
Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu mulai

tanggal 8 Agustus 2016 sampai 8 September 2016 yang dilakukan di

daerah ijin usaha pertambangan PT.Marunda Grahamineral di Kecamatan

Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.


Tabel. 3.3. Waktu Penelitian

Kegiatan Agustus September


I II III IV I II III IV
Studi Literatur
Orientasi Lapangan
Pengambilan Data
Pembuatan Laporan
33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Cara Pengambilan Sample Produksi dan Loading pada PT. Marunda

Grahamineral.
Sampling untuk tahap produksi dan penjualan pada PT. Marunda

Grahamineral terbagi menjadi 2 yaitu:


4.1.1.1. Cara Pengambilan Sample Produksi
Pengambilan Sample Produksi pada PT.Marunda Grahamineral

bertujuan untuk mengetahui spesifikasi kualitas (mutu) batubara baik

secara umum maupun lengkap dan untuk menjamin agar pelaksanaan

pengendalian mutu lebih tepat dan akurat.


Cara Pengambilan Sample Produksi pada PT. Marunda

Grahamineral yaitu sebagai berikut :


- Pemeriksaan lokasi sampling.
34

- Prosedur sampling yang cocok dengan memperhitungkan factor

jumlah minimal dan berat inkrimen ukuran butir dan kondisi

preparasi, pengambilan sample setiap interval 7 menit per inkriment.


- Sampler (petugas pengambil sample) harus mengisi sampling

instruction sheed seperti jumlah inkriment, dan durasi pengambilan

sample.
- Pengawas diwajibkan hadir pada jam pertama penyamplingan untuk

mengatasi masalah-masalah yang belum di ketahui sebelumnya dan


36
untuk mengamati pengambilan sample.
- Cara yang digunakan untuk mengumpulkan inkriment supaya

diperoleh pengumpulan sample dengan semua ukuran partikel secara

sempurna, maka sample sebaiknya di ambil dari ban berjalan dari

seluruh bagian lebarnya dengan kecepatan tetap, kecuali dalam

keadaan darurat dimana Automatic Sampler tidak bisa digunakan,

harus dicari alternatif representasi dan safety sebagai pertimbangan

utama.
- Kemudian membungkus sample untuk menjaga kestabilan moisture

dan ikriment yang diperoleh selama sampling harus di jaga agar

susunannya tidak berubah karena hujan, atau kontak dengan material

lain.
- Jika sample General Analysis (GA) telah dikumpulkan dan bungkus

sendiri.
- Dan yang terakhir mengirim sample ke Laboratorium untuk proses

selanjutnya.
35

Gambar 4.1. Proses Pengambilan Sample di Produksi

4.1.1.2. Cara Pengambilan Sample Loading

Pengambilan Sample Loading pada PT.Marunda Grahamineral

bertujuan untuk mengetahui spesifikasi kualitas (mutu) batubara baik

secara umum maupun lengkap dan untuk menjamin agar pelaksanaan

pengendalian mutu lebih tepat dan akurat.


Cara Pengambilan Sample Loading pada PT. Marunda

Grahamineral yaitu sebagai berikut :


- Pemeriksaan lokasi sampling.
- Prosedur sampling yang cocok dengan memperhitungkan factor

jumlah minimal dan berat inkrimen ukuran butir dan kondisi

preparasi, pengambilan sample setiap interval 3.45 menit per

inkriment.
- Sampler (petugas pengambil sample) harus mengisi sampling

instruction sheed seperti jumlah inkriment, dan durasi pengambilan


- sample.
- Pengawas diwajibkan hadir pada jam pertama penyamplingan untuk

mengatasi masalah-masalah yang belum di ketahui sebelumnya dan

untuk mengamati pengambilan sample.


- Cara yang digunakan untuk pengambilan inkriment supaya diperoleh

pengumpulan sample dengan semua ukuran partikel secara sempurna


36

maka dilakukan setiap inkrament diambil 3 kg dengan cara merandom

jumlah sample dibagi menjadi 4 (2 bagian diambil untuk GA, dan 2

bagian dikembalikan ke belt). Sample di ambil dari belt berjalan dari

seluruh bagian lebarnya dengan kecepatan tetap, kecuali dalam

keadaan darurat dimana Automatic Sampler tidak bisa digunakan,

harus dicari alternatif representasi dan safety sebagagi pertimbangan

utama.
- Kemudian membungkus sample untuk menjaga kestabilan moisture

dan ikriment yang diperoleh selama sampling harus di jaga agar

susunannya tidak berubah karena hujan, atau kontak dengan material

lain.
- Jika sample General Analysis (GA) kumpulkan dan bungkus sendiri.
- Dan yang terakhir mengirim sample ke Laboratorium untuk proses

selanjutnya.

Gambar 4.2. Proses Pengambilan Sample Loading

4.1.2. Tahap Preparasi Sample Pada PT. Marunda Grahamineral

Tahap Preparasi sample pada PT. Marunda Grahamineral baik

tahap preparasi sample produksi maupun loading pada dasarnya sama.


37

Tahap Preparasi sample pada PT. Marunda Grahamineral yaitu

sebagai berikut :
- Setelah sample batubara masuk ke Laboratoriuml, lalu sample tersebut

di timbang dan mencatat di log book seperti ID sample, Type sample,

dan berat sample.

Gambar 4.3. Proses Penimbang sample batubara


- Kemudian hamparkan sample yang sudah di timbang menjadi persegi

empat (4 x 5). Lalu ambil 10 Incrament untuk analisa Free Moisture

(FM) dan 10 Incrament untuk Store Sample Total Moisture (TM).

Untuk Free Moisture (FM) sebelum di reduksi dikeringkan terlebih

dahulu selama 6 jam.

Gambar 4.4. Proses penghamparan sample


- Kemudian sisa seluruh sample dimasukkan ke alat Double Roll

Crusher untuk memperkecil ukuran menjadi 11.2 mm.


38

Gambar 4.5. Proses Doubel Roll Crusher


- Kemudian sample dimasukkan ke alar Rotary Sample Divider (RSD)

untuk membagi sample (6/8 dibuang dan dan 2/8 di ambil).

Gambar 4.6. Proses Rotary Sample Divider


- Kemudian 2/8 sample di masukkan ke alat Jaw Crusher untuk

memperkecil ukuran sample menjadi 4,75 mm.

Gambar 4.7. Proses Jaw Crusher


39

- Kemudian sample dimasukkan ke alat Rotary Sample Divider (RSD)

untuk membagi sample (4/8 dibuang, 1/8 di ambil untuk GA, 1/8 di

ambil untuk CSN, dan 2/8 untuk store GA dan CSN).

Gambar 4.8. Proses Rotary Sample Divider (RSD)


- Setelah itu 1/2 sample untuk GA tadi dimasukkan ke dalam alat

Drying Shed selama 6 jam.

Gambar 4.9. Proses Drying Shed


- Kemudian 1/2 sample untuk CSN di simpan di Rak selama 6 jam.

Gambar 4.10. Proses Penyimpanan Sampel di Rak


40

- Dan yang terakhir ambil sample GA dan CSN yang ada di dalam

Drying Shed dan di Rak lalu dimasukkan ke alat Raymond Mill untuk

memperkecil ukuran menjadi 0,212 mm agar dapat di Analisis di

Laboratorium.

Gambar 4.11. Proses Raymond Mill

4.1.3. Cara Analisa Unsur-Unsur Kualitas Batubara di Laboratorium pada

PT. Marunda Grahamineral


Cara analisa unsur-unsur kualitas batubara di laboratorium pada

PT. Marunda Grahamineral pada dasarnya sama baik analisa kualitas

batubara untuk sample produksi maupun sample loading.


Adapun Cara analisa unsur-unsur kualitas batubara di laboratorium

pada PT. Marunda Grahamineral menggunakan analisa sebagai berikut :


1. Analisa Proksimat
Untuk analisa Analisa Proksimat di laboratorium pada PT.

Marunda Grahamineral terbagi menjadi 4 yaitu:

1. Analisa Zat Terbang (Volatile Matter)


Tujuan dilakukan analisa Volatile Matter pada PT.

Marunda Grahamineral yaitu untuk mengetahui jumlah kandungan

zat terbang .
41

2. Analisa Kadar Abu (Ash)


Tujuan dilakukan analisa General Ash pada PT.Marunda

Grahamineral yaitu untuk mengetahui jumlah kandungan abu secar

umum.
3. Analisa Inherent Moisture
Tujuan dilakukan analisis Inherent Moisture pada PT.Marunda

Grahamineral yaitu untuk mengetahui jumlah kandungan lengas air

dalam batubara.
4. Karbon Padat (Fixed Carbon)
Karbon padat (fixed carbon) merupakan jumlah karbon sisa

FC = 100% - IM Ash VM.

2. Analisa Total Sulfur


Tujuan dilakukan analisa Total Sulfur pada PT.Marunda

Grahamineral yaitu untuk mengetahui kadar sulfur dalam batubara.

3. Analisa Total Moisture


Analisa total moisture pada PT. Marunda Grahamineral terbagi

menjadi dua yaitu :


1. Free Moisture
Tujuan dilakukan analisis Free Moisture pada PT. Marunda

Grahamineral yaitu untuk mengetahui jumlah kandungan lengas air

dalam batubara.
2. Residual Moisture
Tujuan dilakukan analisis Residual Moisture pada

PT.Marunda Grahamineral yaitu untuk mengetahui jumlah

kandungan lengas air dalam batubara.

4. Analisa Calorific Value


Tujuan dilakukan analisa Calorific Value pada PT.Marunda

Grahamineral yaitu untuk mengetahui nilai kalori atau nilai panas yang

dihasilkan dalam batubara.


42

5. Analisa Crusible Swelling Number (CSN)


Tujuan dilakukan analisa Crusible Swelling Number (CSN) pada

PT.Marunda Grahamineral yaitu untuk mengetahui nilai daya kembang

secara spontan pada batubara.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Cara Pengambilan Sample
Sampling adalah proses pengambilan sebagian komoditas dari

seluruh komoditas yang akan diperiksa kualitasnya. Seluruh komoditas

tersebut di sebut populasi, sedangkan bagian komoditas yang terambil di

sebut sample atau contoh.


Tujuan sampling adalah mendapatkan contoh yang selain

kualitasnya bisa mewakili kualitas seluruh populasi, jumlahnya pun relatif

masih bisa ditangani.


Faktor utama yang menentukan tingkat kesulitan suatu

sampling ialah heterogenitas komponen - komponen pembentuk populasi.


Batubara merupakan material yang mempunyai tingkat

heterogenitas sangat tinggi, baik secara fisik maupun secara kimia, oleh

karena itu, sampling batubara yang baik tidak mudah dilakukan, padahal

hasil yang mewakili seluruh populasi merupakan tuntutan utama semua

pihak terkait.
Sampling yang baik ialah sampling yang disamping dilakukan

dengan akurat dan presisinya tinggi, sehingga contoh mewakili seluruh

populasi dengan baik, jumlah contoh yang terambilnya pun harus dapat

ditangani.
Pada dasarnya cara pengambilan sample dapat dilakukan dimana

saja, dalam dua kondisi yang berbeda yaitu :


1. Moving Stream (sementara batubara dipindahkan)
43

Lokasi pengambilan sample Moving Stream dapat dilakukan di belt

conveyor, stockpile, barge, dan ship (incremental). Cara Pengambilan

sample dalam kondisi moving steam lebih disukai para praktis daripada

dalam kondisi stationary. Hal ini karena, dalam kondisi moving stream,

increment contoh diambil persatuan jumlah berat atau waktu tertentu

pada saat batubara tersebut dipindahkan, sehingga contoh yang

terambil dapat lebih mewakili seeluruh populasi.


2. Stationary (batubara dalam tumpukan)
Lokasi pengambilan stationary dapat dilakukan di stockpile, barge,

dan ship. Cara Pengambilan sample dalam kondisi stationary hanya

diambil dari permukaan saja (kira-kira satu meter dari permukaan),

sehingga contoh tidak cukup untuk mewakili populasi, terutama di

stockpile dimana segregasi tidak mungkin dapat dihindarkan, sehingga

kemungkinan terjadi bias yang besar sekali.

Kegiatan sampling di stockpile PT. Marunda Grahamineral

dilakukan secara mechanical sampling, mechanical sampling dilakukan

untuk mengambil sample produksi dan sample loading. Mechanical

sampling di lakukan pada kondisi moving stream (sementara batubara di

pindahkan), increment contoh diambil persatuan jumlah berat atau waktu

tertentu pada saat batubara tersebut dipindahkan, sehingga contoh yang

terambil dapat lebih mewakili seluruh populasi.

4.2.2. Preparasi Sample


44

Tujuan dari sample preparation ialah menghasilkan contoh yang

jumlah dan ukurannya cukup untuk suatu pengujian namun tetap

mewakili seluruh contoh awal (representative).


Sample preparation untuk setiap pengujian tidak selalu sama,

tergantung dari ukuran partikel dan jumlah contoh yang diperlukan untuk

pengujian tersebut. Contoh untuk proximate (general analisys), berbeda

dengan contoh untuk pengujian HGI atau total moisture.


Sample preparation selalu melibatkan kegiatan-kegiatan di bawah

ini yaitu :
1. Timbangan
2. Pengeringan
3. Penggilingan / penggerusan
4. Pengadukan
5. Pembagian
6. Penyimpanan contoh
Umumnya pengeringan dilakukan sebelum penggilingan, yang

kemudian di lanjutkan dengan pembagian, namun sebelumnya dilakukan

pengadukan.
Alat alat kegiatan preparasi sample :
1. Alat tulis,Timbangan dan log book
2. Sekop ,tong plastik
3. Double Roll Crusher
4. Rotary Sample Divider (RSD)
5. Jaw crusher
6. Plastik sample
7. Raymond Mill
8. Drying Shed

4.2.3. Analisa Unsur-Unsur Kualitas Batubara


Pada hakikatnya, analisis kimia batubara (kuantatif) dapat dibagi

menjadi :

1. Analisa proksimat meliputi penentuan moisture dalam sampel yang

dianalisis, kandungan ash, volatile matter, dan fixed carbon.


45

2. Analisa Total Sulfur


3. Analisa Total moisture meliputi penentuan free moisture dan resedual

moisture
4. Analisa parameter khusus batubara bahan bakar :
a. Penentuan nilai kalori batubara (calorific value atau specific

energy)
b. Penentuan kekerasan batubara (hardgrove grindability index dan

abrasian index)
c. Penentuan suhu leleh ash
d. Analisia ash (oksida - oksida dan silikon, aluminium,besi,

magnesium, kalsium, natrium, kalium, mangan, titanium, dan

fosfor).
e. Penentuan unsur fosfor, klor, arsen, dan lain sebagainya dalam

batubara.
5. Analisa ultimat meliputi penentuan unsur karbon, hidrogen, nitrogen,

karbondioksida, dan oksigen.

1. Analisa Proksimat
a. Zat Terbang (Volatile matter)

Definisi zat terbang (volatile matter) ialah banyaknya zat

yang hilang bila sampel batubara dipanaskan pada suhu dalam

waktu yang telah ditentukan (setelah dikoreksi oleh kadar

moisture). suhunya adalah 900oC, dengan waktu pemanasan 15

menit tepat. Volatile yang menguap terdiri dari sebagian besar gas-

gas yang mudah terbakar, seperti hidrogen, karbon monoksida dan

metan, serta sebagian kecil uap yang dapat mengembun seperti tar,

hasil pemecahan termis seperti karbondioksida dari karbonat,sulfur

dari pirit dan air lempung. Faktor faktor lain hasil penentuan
46

yang mempengaruhi VM ini ialah waktu, kecepatan pemanasan,

penyebaran butir dan ukuran partikel.

b. Kandungan Ash
Ash dalam batubara didefinisikan sebagai zat organik yang

tertinggal setelah sampel batubara dibakar dalam kondisi standar

sampai diperoleh berat yang tetap. Selama pembakaran batubara,

zat mineral mengalami perubahan,karena itu banyaknya ash

umumnya lebih kecil dibandingkan dengan banyaknya zat mineral

yang semula ada didalam batubara. Hal ini di sebabkan antara lain

karena menguapnya air (hidratasi) dari lempung, karbondioksida

dari karbonat, teroksidanya pirit menjadi besi oksida, serta

terjadinya fiksasi belerang.


Ash batubara, disamping ditentukan kandungannya (ash

content), ditentukan pula susunan (komposisi) kimianya dalam

analisis ash dan suhu lelehnya dalam penentuan suhu leleh ash.
c. Inherent moisture
inherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat

didalam rongga-rongga kapiler dan pori-pori batubara yang relatif

kecil,pada kedalaman aslinya yang secara teori dinyatakan bahwa

kondisi tersebut ialah kondisi dengan tingkat kelembaban 100%

serta suhu 30 derajat celcius.


Banyaknya jumlah inherent moisture dalam suatu batubara

dapat dipergunakan sebagai tolak ukur tinggi rendahnya tingkat

rank batubara tersebut.semakin tinggi nilai inherent moisture suatu

batubara,semakin rendah tingkat rank batubara tersebut.

d. Karbon Padat (Fixed carbon)


47

Karbon padat atau fixed carbon menyatakan banyaknya

karbon yang terdapat dalam material sisa setelah zat terbang

dihilangkan. Karbon padat ini mewakili sisa penguraian dari

komponen organik batubara ditambah sedikit senyawa nitrogen,

belerang, hidrogen, dan mungkin oksigen yang terserap atau

bersatu secara kimiawi.

Data karbon padat digunakan dalam mengklasifikasikan

batubara, pembakaran dan karbonisasi batubara. Karbon padat

kemungkinan juga membawa sedikit persentase nitrogen, belerang,

hidrogen dan mungkin pula oksigen sebagai zat yang terabsorpsi

atau bergabung secara kimia.

Karbon padat merupakan ukuran dari padatan yang dapat

terbakar yang masih dalam peralatan pembakaran setelah zat zat

yang mudah menguap dalam batubara.untuk perhitungan efisiensi

yang terbaik , nilai karbon dari analisis ultimat mungkin yang dapat

dipercaya.

2. Total sulfur

dalam batubara, sulfur terdapat dari mineral carbonaceous atau

berupa bagian dari mineral-mineral seperti sulfat dan sulfide. Dalam

batubara sulfur terdapat dalam tiga bagian. Bagian-bagian tersebut

adalah :

a. sulphate sulphur
48

b. pyritic sulphur

c. organic suphur

sulfur dalam batubara dapat ditetapkan dengan cara high

temperature method (HTM) yang dapat menghitung kandungan sulfur

secara keseluruhan sedangkan untuk bagian-bagian sulfur dapat

ditetapkan dengan cara pengujian lanjutan yaitu dengan metode forms

of sulphur (FOS). Kandungan sulfur dalam batubara adalah faktor

yang sangat penting didalam mengkalkulasi nilai energi kalor bersih

dan energi kalor yang kotor.

3. Analisa Total Moisture

Total moisture ialah seluruh jumlah air yang terdapat pada

batubara dalam bentuk inherent dan adherent pada kondisi saat batubara

tersebut diambil contohnya (as sampled) atau pada kondisi saat

batubara tersebut diterima (as received)

Nilai total moisture diperoleh dari hasil perhitungan nilai free

moisture dengan nilai resedual.

Nilai-nilai free moisture dan resedual moisture diperoleh dari

hasil analisis penetapan total moisture metode dua tahap (two state

determination).

a. Free moisture

Free moisture (FM) ialah jumlah air yang menguap apabila

contoh batubara yang baru diterima atau yang baru diambil,


49

dikeringkan dalam ruangan terbuka pada kondisi tertentu sampai

didapat berat konstannya.

Berat konstan ialah berat penimbangan terakhir apabila pada

dua penimbangan terakhir dicapai perbedaan berat < 0,1 / jam.

b. Resedual moisture

Resedual moisture ialah jumlah air yang menguap dari contoh

batubara yang sudah kering (setelah free moisture nya menguap)

apabila dipanaskan kembali pada suhu 105 110 derajat celcius,

proses pengerjaan untuk mendapatkan nilai resedual moisture

merupakan tahap kedua dari penetapan total moisture.

4. Analisa Calorivic Value

Calorivic value adalah jumlah panas yang dihasilkan oleh

pembakaran contoh batubara di laboratorium. Pembakaran dilakukan

pada kondisi standar, yaitu pada volume tetap dan dalam ruangan yang

berisi gas oksigen dengan tekanan 25 atm. Selama proses pembakaran

yang sebenarnya pada ketel, nilai calorivic value tidak pernah tercapai

karena beberapa komponen batubara, terutama air, menguap dan

menghilang bersama-sama dengan panas penguapannya. Maksimum

kalori yang dapat dicapai selama proses adalah nilai net calorivic

value.
50

5. Crucible Swelling Number (CSN)

Crucible Swelling Number (CSN) adalah salah satu tes untuk

mengamati caking properties batubara, yang paling sederhana dan

mudah dilakukan. Caking adalah sifat yang menggambarkan

kemampuan batubara untuk membentuk gumpalan yang mengembang

selama proses pemanasan.

6. Analisa Ultimat

Analisa ultiamat didefinisikan sebagai analisis batubara yang

dinyatakan dalam kandungan unsur karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur

dan oksigen. Jadi, penjumlahan karbon, hidrogen, sulfur, ash, nitrogen,

dan oksigen sama dengan 100%. Tiap unsur ditentukan dalam sampel

analitik dan hasil penentuan dinyatakan dalam basis kering,bebas

mineral matter (dmmf).


51

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Cara pengambilan sample produksi pada PT. Marunda Grahamineral

yaitu pemeriksaan lokasi sampling, lalu pengambilan sample setiap

interval 7 menit per inkriment, setelah itu sample sebaiknya di ambil dari

ban berjalan dari seluruh bagian lebarnya dengan kecepatan tetap dan

yang terakhir membungkus sample lalu bawa ke Laboratorium untuk

proses selanjutnya. Sedangkan Cara pengambilan sample loading pada

PT. Marunda Grahamineral yaitu pemeriksaan lokasi sampling, lalu

pengambilan sample setiap interval 3.45 menit per inkriment, setelah itu

cara yang digunakan untuk pengambilan inkriment supaya diperoleh

pengumpulan sample dengan semua ukuran partikel secara sempurna

maka dilakukan setiap inkrament diambil 3 kg dengan cara merandom

jumlah sample dibagi menjadi 4 (2 bagian diambil untuk GA, dan 2

bagian dikembalikan ke belt). Sample di ambil dari belt berjalan dari

seluruh bagian lebarnya dengan kecepatan tetapsample dan yang terakhir


52

membungkus sample lalu bawa ke Laboratorium untuk proses

selanjutnya.

2. Tahap preparasi sample pada PT. Marunda Grahamineral yaitu sample di

timbang, kemudian hamparkan sample yang sudah di timbang menjadi

persegi empat (4 x 5). Lalu ambil 10 Incrament untuk analisa Free

Moisture (FM) dan 10 Incrament untuk Store Sample Total Moisture


57
(TM), kemudian sisa seluruh sample dimasukkan ke alat Double Roll

Crusher untuk memperkecil ukuran menjadi 11.2 mm, Kemudian sample

dimasukkan ke alar Rotary Sample Divider (RSD) untuk membagi

sample (6/8 dibuang dan dan 2/8 di ambil), Kemudian 2/8 sample di

masukkan ke alat Jaw Crusher untuk memperkecil ukuran sample

menjadi 4,75 mm, kemudian sample dimasukkan ke alat Rotary Sample

Divider (RSD) untuk membagi sample (4/8 dibuang, 1/8 di ambil untuk

GA, 1/8 di ambil untuk CSN, dan 2/8 untuk store GA dan CSN), setelah

itu 1/2 sample untuk GA tadi dimasukkan ke dalam alat Drying Shed

selama 6 jam, kemudian 1/2 sample untuk CSN di simpan di Rak selama

6 jam, dan yang terakhir ambil semua sample yang ada di dalam Drying

Shed dan di Rak lalu dimasukkan ke alat Raymond Mill untuk

memperkecil ukuran menjadi 0,212 mm agar dapat di Analisis di

Laboratorium.

3. Unsur-unsur yang di analisa di laboratorium untuk mengetahui kualitas

batubara pada PT. Marunda Grahamineral yaitu analisa proksimat

(Volatile Matter, Ash, Inherent Moisture dan Fixed Carbon), analisa total
53

sulfur, analisa calorific value, analisa total moisture dan analisa Crusible

Swelling Number (CSN).

5.2. Saran
1. Untuk alat pengambilan sample (Automatic Sampler) pada produksi dan

barge hendaknya menggunkan alat yang mampu memperkecil ukuran

sample menjadi ukuran 11.2 mm agar dapat mempermudah pekerjaan

dalam tahap preparasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, batubara


http://ayobelajargeologi.blogspot.co.id/2011/12/batubara.html

Anonim, 2011, jenis-jenis-batubara


http://bahangaliantambang.blogspot.co.id/2011/12/jenis-jenis-
batubara.html

Anonim, 2011, proses-pembentukan-batubara


54

http://logku.blogspot.co.id/2011/02/proses-pembentukan-batubara.html

Ekperindo, 2013, Reklamasi Penambangan Batubara, Jogjakarta

Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Reklamasi dan Penutupan Tambang

Peraturan Mentri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 4/Menhut-ii/2011


tentang Pedoman Reklamasi Hutan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 Tentang


Reklamasi Dan Pascatambang

Anda mungkin juga menyukai