1, April 2016 : 1 - 10
e-mail: *adipmustofa@gmail.com
ABSTRAK
Jalan angkut memiliki peranan yang sangat penting dalam siklus operasi produksi penambangan. Kualitas jalan angkut akan
menjadi faktor penentu dalam pencapaian target produksi suatu perusahaan. Pencapaian target produksi antara lain dipengaruhi oleh
produktivitas alat. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh perbaikan jalan angkut terhadap produktivitas alat angkut.
Perbaikan yang diterapkan berupa perubahan struktur lapis jalan berdasarkan daya dukung material jalan yang diperoleh
melalui uji lab serta beban maksimum yang diterima jalan. Penentuan rancangan ketebalan struktur lapis jalan mengacu pada nilai
California Bearing Ratio (CBR). Sedangkan beban maksimum dihitung dari alat angkut terbesar dalam keadaan bermuatan penuh yang
melewati jalan. Geometri jalan angkut yang meliputi panjang segmen, lebar jalan, dan kemiringannya merupakan perpaduan hasil
pengukuran langsung dan pengolahan data dari peta jalan angkut. Data waktu edar alat diambil langsung di lapangan sebelum dan
sesudah jalan diperbaiki untuk mengetahui dampaknya terhadap perubahan produktivitas.
Alat angkut terbesar yang melewati jalan berupa Komatsu HD465-7 dengan berat bermuatan 97,875 kg dan distribusi beban
maksimum terletak pada bagian belakang alat angkut sebesar 36,682.5 lbs. Tebal perkerasan di atas subgrade yang sesuai untuk
menahan beban ini adalah setebal 28 inch, dengan minimal lapisan base coarse 8 inch, dan lapisan surface coarse 9 inch. Hasil uji lab
material yang tersedia di lapangan yaitu batulempung dan batulempung pasiran memiliki nilai CBR maksimum masing-masing 43% dan
48%. Batulempung digunakan sebagai material surface coarse dengan tebal 7 inch. Batulempung pasiran digunakan sebagai material
base coarse dengan tebal 21 inch. Kecepatan rata-rata alat angkut yang sebelumnya 20.65 km/jam naik menjadi 22.19 km/jam setelah
jalan diperbaiki sehingga terjadi peningkatan produktivitas alat angkut yaitu sebesar 2.1 BCM/ jam untuk setiap alat angkut.
Kata-kata kunci: Jalan angkut tambang, perbaikan jalan, produktivitas alat angkut, struktur lapis jalan
1
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 1, April 2016 : 1 - 10
sehingga lebih padat karena ikatan partikel di dalamnya kepadatan laboratorium yang berbeda, yaitu dengan 10
lebih erat. Karena memiliki sifat seperti itu, batulempung tumbukan, 25 tumbukan dan 56 tumbukan sesuai dengan
akan terasa berat dan susah diolah terutama di musim prosedur standart uji laboratorium. Hal ini bertujuan untuk
penghujan, namun material ini akan menjadi sangat keras memperoleh nilai CBR maksimum pada material.
dan pecah di musim kemarau. Bahkan karena sifatnya itu, Pengujian ini menggunakan metode standart laboratorium
air lebih sulit meresap sehingga mempunyai kemampuan yaitu AASHTO T-193-74 dan SNI Termodifikasi 03 –
untuk menahan air cukup baik. 1743 - 1989. Dari hasil pengujian diperoleh nilai CBR
Material Batulempung pasiran terbentuk dari maksimum masing-masing material yaitu untuk material
sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh batulempung memiliki nilai CBR 43% dan untuk material
aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi batulempung pasiran memiliki nilai CBR 48%.
pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16
hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi,
tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari
batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit
dan bijih besi. Sifat material batulempung pasiran
umumnya memiliki daya dukung yang cukup baik jika
digunakan sebagai material lapis jalan, tetapi jenis
material ini memiliki kekurangan yang sangat krusial,
yaitu berupa kesukaran jenis material ini untuk tetap stabil
pada kondisi yang diinginkan setelah material ini
dipadatkan.
Gambar-1. Batulempung Warna Keputihan Gambar-4. Hasil Uji CBR Material Batulempung Pasiran
▪ Proses kompaksi ini dilakukan oleh compactor dengan peningkatan fungsi jalan setelah dilakukan perbaikan
cara melakukan passing pada lokasi timbunan terhadap jalan tersebut, maka setelah dilakukan perbaikan
sebanyak minimal 8 kali passing bolak-balik untuk terhadap jalan tersebut, dilakukan lagi pengamatan
memperoleh kepadatan optimum material. mengenai waktu edar alat angkut setelah dilakukan
▪ Sambil menunggu proses kompaksi pada lokasi perbaikan pada jalan tersebut. Pengamatan pada fase
timbunan pertama selesai, alat dozer dan grader kedua ini juga dilakukan selama 1 minggu pengamatan
melakukan pembongkaran material lagi pada titik untuk pengambilan data mengenai waktu edar alat angkut
berikutnya. Begitu seterusnya sampai semua lubang setelah dilakukan perbaikan terhadap jalan angkut
pada jalan angkut selesai diperbaiki. tersebut.
Penentuan Beban Jalan dan Waktu Edar Alat Angkut HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengamatan terhadap alat angkut ini Struktur Lapis Jalan Angkut
dilakukan untuk mengetahui jenis alat angkut apa yang Jalan angkut pada daerah penelitian memiliki
melewati jalan angkut. Spesifikasi alat angkut yang struktur lapis jalan tersusun berdasarkan 3 lapisan utama,
melewati jalan angkut tersebut dapat diketahui dengan dari atas ke bawah yaitu lapisan surface coarse, lapisan
mengetahui jenis alat angkutnya. Spesifikasi alat angkut base coarse, dan lapisan subgrade.
nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam Lapisan pondasi atas (surface coarse) merupakan
menentukan perencanaan konstruksi jalan angkut. bagian perkerasan untuk menahan gaya melintang dari
Dari hasil pengamatan di lapangan, diketahui beban roda dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
bahwa alat angkut terbesar yang digunakan untuk Fungsi lapisan pondasi atas yaitu sebagai lapis peresapan
memindahkan overburden dari front kerja menuju area untuk lapisan di bawahnya dan sebagai bantalan bagi lapis
disposal yaitu berupa alat angkut HD465-7. Alat inilah permukaan. Lapisan surface coarse berfungsi sebagai lapis
yang nantinya akan digunakan sebagai dasar penentuan perkerasan penahan beban roda yang mempunyai stabilitas
ketebalan lapisan struktur jalan angkut. Pada Gambar-5 tinggi untuk menahan roda selama masa pelayanan jalan.
tampak lekukan pada jalan yang terbentuk pada sisi luar Lapisan ini juga dikenal sebagai lapis aus yang artinya
jejak roda ban (undulating), Undulating merupakan lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem
indikasi bahwa beban maksimum yang diterima jalan lebih kendaraan, sehingga mengakibatkan keausan ban, dan
besar dari daya dukungnya. sebagai lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah,
Rangkaian kerja yang diperlukan untuk sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai
menghitung waktu edar dump truck dalam mengangkut daya dukung lebih jelek.
suatu ritasi bermuatan yaitu mulai penempatan posisi Pada lapisan ini digunakan material batulempung
pengisian (spotting), pemuatan (loading), perjalanan yang memiliki nilai CBR sebesar 43% dengan tebal
bermuatan (load travel), penempatan posisi penumpahan, lapisan sebesar 9 inch. Lempung terdiri dari butir – butir
penumpahan (dumping), kembali kosong (empty travel), yang sangat kecil dan menunjukkan sifat plastisitas dan
mengantri (queueing, apabila ada), dan penempatan posisi kohesi. Kohesi menunjukkan sifat bahwa bagian-bagian
untuk kembali melakukan pengisian. Rangkaian kerja dari bahan melekat satu sama lain, sedangkan plastisitas
tersebut yang disebut satu waktu edar bagi sebuah alat adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dapat
angkut (cmt). diubah – ubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke
bentuk aslinya dan tidak terjadi retakan-retakan atau
pecah-pecah. Ciri -ciri tanah lempung (clay), dapat dirinci
sebagai berikut :
4
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 1, April 2016 : 1 - 10
Pada daerah penelitian, kerusakan lapis jalan kerusakan sebesar 189,6200 m2. Lapisan konstruksi jalan
angkut banyak terjadi pada lapis struktur surface coarse yang rusak adalah lapis surface coarse.
jalan angkut. Pada musim penghujan, adanya resapan air d. Segmen R5 (E-F)
hujan secara berlebihan dapat menyebabkan turunnya nilai Pada segmen R5 (E-F) dengan panjang jalan 95 m,
CBR dari material pembentuk struktur lapis jalan angkut. kerusakan jalan angkut pada segmen ini berada pada
Dengan keadaan kadar air yang berlebihan, maka struktur bagian kanan badan jalan menuju ke disposal. Dimensi
lapis jalan ini akan sangat lemah dan membentuk lumpur kerusakan jalan pada segmen ini yaitu panjang 25,53 m,
pada badan jalan angkut. Keadaan ini akan sangat lebar 6,52 m dan kedalaman lubang 10 cm, dengan luas
berbahaya, karena selain memudahkan terbentuknya area kerusakan sebesar 156,5925 m2. Lapisan konstruksi
lendutan pada struktur lapis jalan angkut, keadaan ini juga jalan yang rusak adalah lapis surface coarse.
akan menyebabkan terjadinya slippery yang terntunya e. Segmen R6 (F-G)
akan sangat mempengaruhi terhadap laju perjalanan alat Pada segmen jalan R6 (F-G) dengan panjang 131 m,
angkut. kerusakan pada segmen ini berada pada tengah badan jalan
Faktor yang lebih berperan dalam menyebabkan menuju disposal. Dimensi kerusakan jalan pada segmen
kerusakan pada struktur lapis jalan angkut ini yaitu proses ini yaitu panjang 17,76 m, lebar 16,33 m dan kedalaman
abrasi yang terjadi secara terus menerus antara ban dengan lubang yang ada di segmen ini adalah 10 cm, dengan luas
lapisan atas struktur jalan angkut. Dengan adanya proses area kerusakan sebesar 214,7433 m2. Lapisan konstruksi
abrasi ini, maka tebal lapisan struktur jalan akan semakin jalan yang rusak adalah lapis surface coarse.
menipis, sehingga menyebabkan semakin mudah f. Segmen R7 (G-H)
terbentuknya suatu lendutan pada jalan struktur lapis jalan Pada segmen jalan R7 (G-H) dengan panjang 115 m,
angkut tersebut. Selain adanya proses abrasi yang terjadi kerusakan pada segmen ini berada pada sisi kiri badan
pada lapis struktur surface coarse, lendutan jalan yang jalan menuju disposal. Dimensi kerusakan jalan pada
terjadi pada lapis struktur jalan angkut lebih dominan segmen ini yaitu panjang 48,15 m, lebar 10,94 m, dan
disebabkan karena pada lapis struktur jalan tersebut kedalaman lubang 15 cm, dengan luas area kerusakan
banyak tercampur material batulempung pasiran yang sebesar 469,0758 m2. Lapisan konstruksi jalan yang rusak
seharusnya ditempatkan pada lapis struktur base coarse. adalah lapis surface coarse.
Sehingga jika pada lapis surface coarse jalan yang g. Segmen R8 (H-I)
terkontaminasi oleh batulempung pasiran dilewati oleh Pada segmen jalan R8 (H-I) dengan panjang 98 m
alat angkut, maka daerah tersebut akan sangat mudah kerusakan pada segmen ini berada pada sisi tengah badan
mengalami deformasi, sehingga menyebabkan jalan menuju disposal. Dimensi kerusakan jalan pada
terbentuknya lendutan pada jalan angkut. Pada lapis segmen ini yaitu panjang 25,41 m, lebar 11,53 m, dan
surface coarse seharusnya hanya di isi oleh material kedalaman lubang 4 cm, dengan luas area kerusakan
batulempung saja, meskipun nilai CBR dari material ini sebesar 249,9309 m2. Lapisan konstruksi jalan yang rusak
lebih rendah daripada nilai CBR material batulempung adalah lapis surface coarse.
pasiran, tetapi jenis material ini memiliki tingkat h. Segmen R9 (I-J)
kestabilan yang lebih baik jika dibandingkan dengan Pada segmen jalan R9 (I-J) dengan panjang 120 m,
material jenis batulempung pasiran kerusakan pada segmen ini berada pada sisi tengah badan
Kerusakan jalan diamati per segmen (lihat jalan menuju disposal. Dimensi kerusakan jalan pada
Gambar-8 sampai Gambar-15) dan diperoleh hasil dari 10 segmen ini yaitu panjang 18,80 m, lebar 5,90 m, dan
segmen jalan, hanya dua segmen yang tidak mengalami kedalaman lubang 8 cm, dengan luas area kerusakan
kerusakan, yaitu segmen R4 (D-E) dan segmen R10 (J-K). sebesar 91,9714 m2. Lapisan konstruksi jalan yang rusak
a. Segmen R1 (A-B) adalah lapis surface coarse.
Pada segmen jalan R1 (A-B) dengan panjang 180 m,
kerusakan pada segmen jalan ini berada pada sisi kiri
badan jalan menuju ke disposal. Dimensi kerusakan jalan
pada segmen ini yaitu panjang 15,7 m, lebar 4,8 m, dan
kedalaman lubang 2 cm dengan luas area total kerusakan
yaitu sebesar 62,992 m2. Lapisan konstruksi jalan yang
rusak adalah lapis surface coarse.
b. Segmen R2 (B-C)
Pada segmen jalan R2 (B-C) dengan panjang 135 m,
kerusakan pada segmen jalan ini berada pada sisi kanan
badan jalan menuju ke disposal. Dimensi kerusakan jalan
pada segmen ini yaitu panjang 12,6 m, lebar 2,5 m dan Gambar-8. Peta Kerusakan Jalan Segmen R1 (A-B)
kedalaman lubang 3 cm dengan luas area total kerusakan
yaitu sebesar 25,4888 m2. Lapisan konstruksi jalan yang
rusak adalah lapis surface coarse.
c. Segmen R3 (C-D)
Pada segmen jalan R3 (C-D) dengan panjang 101 m,
kerusakan pada segmen jalan ini berada pada sisi kiri
badan jalan menuju ke disposal. Dimensi kerusakan jalan
pada segmen ini yaitu panjang 31,85 m, lebar 5,86 m dan
memiliki kedalaman lubang 5 cm dengan luas area
5
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 1, April 2016 : 1 - 10
Gambar-9. Situasi Kerusakan Jalan Segmen R2 (B-C) Gambar-14. Situasi Kerusakan Jalan Segmen R8 (H-I)
kondisi kering. Untuk mengantisipasi kerusakan jalan sehingga akan berpengaruh terhadap besaran nilai
yang sangat parah pada musim penghujan, maka dipilihlah produktivitas alat angkut yang digunakan.
material batulempung berwarna keputihan dibandingkan Pada kondisi ini, terjadi peningkatan
dengan batulempung berwarna kehitaman. Alasan produktivitas alat angkut antara sebelum dilakukan
pemilihan ini dikarenakan kandungan mineral yang perbaikan jalan dengan kondisi setelah dilakukannya
terdapat didalamnya. Untuk material batulempung perbaikan jalan angkut. Pada kondisi jalan sebelum
berwarna keputihan, mengandung lebih banyak unsur dilakukan perbaikan jalan angkut, dengan kecepatan rata-
mineral non-organik, sehingga jika dikenai oleh air, rata alat angkut sebesar 20.73 Km/jam, travel time total
terutama air hujan maka material jenis ini tidak akan sebesar 7.08 menit, diperoleh produktivitas alat angkut
terlalu rusak jika dibandingkan dengan material lempung sebesar 118,24 BCM/ jam. Setelah dilakukan perkerasan
kehitaman yang mengandung lebih banyak unsur organik pada jalan, diperoleh peningkatan kecepatan rata-rata alat
di dalamnya. angkut menjadi 22.19 Km/ jam dan otomatis menurunkan
Produktivitas Alat Angkut dan Perubahan Kecepatan travel time total alat angkut menjadi 6,22 menit. Dengan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di keadaan ini diperoleh peningkatan produktivitas alat
lapangan, peningkatan kecepatan alat angkut terjadi baik angkut menjadi sebesar 120,34 BCM/ jam. Dari hasil
pada saat bermuatan maupun pada saat kosongan. perbandingan produksi alat angkut sebelum dan sesudah
Peningkatan kecepatan alat angkut ini dipengaruhi karena perbaikan jalan angkut, diperoleh peningkatan produksi
berkurangnya travel time alat angkut saat melewati jalan sebesar 2,1 BCM/ jam.
angkut. Dengan adanya kegiatan perbaikan jalan angkut,
terjadi perubahan travel time alat angkut dimana travel
time alat angkut bermuatan yaitu sebesar 3.48 menit
berkurang menjadi 3.17 menit setelah perbaikan jalan.
Sedangkan travel time alat angkut pada saat kembali
kosong berkurang dari 3.21 menit menjadi 3.05 menit
setelah dilakukan perbaikan jalan.
Setelah dilakukan kegiatan perbaikan pada jalan
angkut, diperoleh kenaikan tingkat kecepatan rata-rata alat
angkut saat melewati jalan. Pada saat bermuatan sebelum
perbaikan jalan, kecepatan alat angkut yaitu 19.82
Km/jam, sedangkan setelah dilakukan perbaikan jalan
kecepatan rata-rata alat angkut menngkat menjadi 21.76
Km/jam. Kemudian pada saat kembali kosong, sebelum
perbaikan jalan dilakukan alat angkut memiliki kecepatan
rata-rata sebesar 21.63 Km/jam, dan setelah dilakukan
perbaikan jalan angkut kecepatannya dapat meningkat Gambar-20. Jalan Setelah Perbaikan
menjadi 22.62 Km/jam. Hal ini berarti terjadi peningkatan
kecepatan rata-rata alat angkut baik dalam keadaan Tabel-2. Travel Time Aktual Alat Angkut Material
bermuatan yaitu sebesar 1,94 Km/jam dan dalam keadaan Overburden Sebelum Perbaikan Jalan
kembali kosong yaitu sebesar 0.99 Km/jam.
Perubahan ini dikarenakan berkurangnya keadaan
jalan berlubang atau undulasi, sehingga dapat mengurangi
waktu bagi alat angkut untuk menurunkan kecepatannya.
Pada saat jalan dalam keadaan berlubang, alat angkut akan
cenderung menurunkan kecepatannya untuk menghidari
terjadinya tumpahan pada material yang dibawanya.
Dengan keadaan jalan yang rata, maka akan mengurangi
waktu bagi alat angkut untuk menurukan kecepatannya
sehingga secara otomatis akan menaikkan kecepatan rata-
rata alat angkut tersebut, baik pada saat pergi bermuatan Tabel-3. Travel Time Aktual Alat Angkut Material
untuk menuju disposal maupun pada saat kembali dalam Overburden Setelah Perbaikan Jalan
keadaan kosong menuju loading point.
Besar kecilnya produktivitas ditentukan oleh
banyak faktor yang antara lain kinerja alat angkut dan alat
muat, kemampuan operator, juga kondisi jalan angkut
yang dilewatinya. Pembahasan mengenai produktivitas
alat ini dilakukan dengan memandang dari segi waktu edar
alat angkut pada jalan angkut yang telah diperbaiki.
Dengan kondisi jalan yang semakin baik, diharapkan dapat
memberikan pengaruh terhadap total waktu waktu edar
alat angkut, karena dengan meningkatnya kualitas jalan
KESIMPULAN
angkut, maka kecepatan alat angkut akan semakin
meningkat. Kecepatan alat angkut yang semakin tinggi Jalan angkut di lokasi penelitian mengalami
akan mempersingkat waktu edar alat angkut tersebut amblasan karena daya dukung struktur lapis jalan belum
sesuai dengan beban maksimum yang melewatinya.
9
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 1, April 2016 : 1 - 10
Perbaikan jalan dilakukan dengan mengubah ketebalan 154. [4] H. Saodang. 2005. Konstruksi Jalan
struktur lapis jalan yang terdiri dari base coarse 21 inch Raya Buku 2. Penerbit Nova, Bandung.
menggunakan batulempung pasiran dan surface coarse 7
inch menggunakan batulempung. Perbaikan jalan ini [5] Slamet, M. 1995. Petunjuk Praktikum Mekanika
secara tidak langsung telah meningkatkan produktivitas Tanah II. ITB, Bandung. hal : 10-15.
alat angkut sebanyak 2.1 BCM/jam.
[6] Prodjosumarto, P. 1989. Pemindahan Tanah
UCAPAN TERIMA KASIH Mekanis. Jurusan Teknik Pertambangan, ITB,
Terima kasih disampaikan kepada Bapak Arditya Bandung.
Koesnidar atas kesempatan yang telah diberikan untuk
melakukan penelitian ini. Terima kasih kepada seluruh staf [7] Sukirman, S. 2010. Perencanaan Tebal Struktur
Engineering Department PT Kalimantan Prima Persada Perkerasan Lentur, Nova, Bandung. hal 14-30.
Job Site Rantau, yang telah membantu dalam pengambilan
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. [8] Kaufman W.W., and Ault J.C. 1977. Design of
Surface Mine Haulage Roads – A Manual. United
DAFTAR PUSTAKA States. 50 p.
[1] Asiyanto. 2010. Metode Konstruksi Proyek Jalan. UI
Pressm Jakarta. hal : 5-55.
10