Jalan tol tol Palimanan-Kanci sepanjang 26,8 km melintasi wilayah Kabupaten dan Kota Cirebon semenjak dioperasikan pada Januari tahun 1998 mengalami kenaikan volume lalulintas setiap tahunnya, hal ini berpengaruh terhadap wilayah Cirebon itu sendiri yang semakin pesat, dengan dioperasikannya jalan tol Palimanan-Kanci wilayah Cirebon menjadi kota transit dari Jakarta menuju Jawa Tengah maupun sebaliknya sehingga dampak ekonomi bagi masyarakat wilayah Cirebon mengalami peningkatan, mobilitas angkutan barang dan jasa tentunya sangat mengandalkan keberadaan jalan tol ini, karena dengan melewati jalan tol Palimana-Kanci kendaraan sudah dipastikan tidak melewati kota Cirebon, sehingga sangat efisien dengan waktu tempuh dan berhemat bahan bakar kendaraan itu sendiri, saat ini ruas tol Palimanan-Kanci telah terintegrasi sebagai bagian dari Jalan Tol Trans Jawa dimana sebelah barat terhubung dengan Jalan Tol Cikampek – Palimanan ( Cipali ) dan sebelah timur terhubung dengan Jalan tol Kanci-Pejagan. Dengan terintegrasinya Tol Trans Jawa volume mobilisasi angkutan barang dan jasa yang melewati jalan tol Palimanan-Kanci semakin tinggi, kemajuan teknologi transportasi saat ini semakin maju dan berlomba-lomba meningkatkan volume penjualan dan peningkatan kapasitas angkut kendaraan. Pertumbuhan perusahaan besar maupun kecil dan kemajuan industri diwilayah pulau jawa pada ahirnya meningkatkan volume kendaraan besar yang melewati jalan tol Palimana-Kanci, sehingga mengakibatkan beberapa kerusakan jalan tol Palimanan-Kanci, hal ini terjadi karena kapasitas angkut yang diabaikan oleh pengemudi/perusahaan angkutan untuk menutupi biaya operasinal yang semakin tinggi, pada sisi lain menimbulkan hal hal yang mebahayakan pengguna jalan tol lainnya sehingga terjadi kerusakan jalan, laju kendaraan menjadi lambat, menimbulkan antrian dan kepadatan di jalur tol. Untuk itu perlunya dilakukan pengendalian dan pembatasan tonase angkutan barang pada kendaraan kendaraan truk yang melintas jalan tol Palimanan-Kanci, Dengan kondisi dilapangan yang saat ini terjadi maka dalam hal ini PT Jasa Marga (persero (Tbk) merencanakan melakukakan pengedalian kendaraan angkutan barang dengan melakukan pembangunan area timbangan WIM di km 216 B jalan tol Palimanan-Kanci, hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui berat kendaraan secara rinci dan akurat terdiri dari berat kendaraan kotor dan beban gandar (kelompok) yang dapat dikombinasikan dengan parameter lain seperti : hari, tanggal, jam, lokasi, kecepatan dan kelas kendaraan, pengetahuan melalui alat ini akan menggantikan teknologi sebelumnya sehingga ketidaksesuian atau ketidakpastian akan kendaraan barang berat dapat dioptimalkan dan mengarah kepada transportasi yang handal,efisien dan manajemen juga pruduktivitas infrastruktur yang lebih baik. Dalam hal pembangunan area timbangan WIM di km 216 B penulis merencanakan pembangunan jalur area timbangan dengan menggunakan kontruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) tentunya dengan mempertibangkan beberapa hal yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut : a. Sudah dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1985, sehingga sudah mendapatkan pengalaman yang cukup banyak terutama dalam tata cara pelaksanaannya. b. Tingkat kekakukan yang cukup tinggi disbanding dengan perkerasan aspal ( E beton semen = 40.000 MPa sedangkan E Beton aspal = 4000 MPa). c. Tebal keseluruhan perkerasan kaku (Rigid Pavement) jauh lebih tipis dari tebal perkerasan lentur (Flexible Pavement). d. Tidak terlalu peka terhadap kelalaian kegiatan proses pemeliharaan rutin. e. Tidak terlalu peka terhadap kegiatan kelalalian pemanfaatan (over loading). f. Pelat beton dengan flexural strength 45 kg/cm² ( equivalent dengan beton K- 400 ) STEBAL 25 cm dapat menampung sebesar 8 juta ESAL. g. Life-Cycle-cost lebih murah daripada perkerasan lentur (Flexible pavement) 4.2 Lokasi Penelitian. Pada lokasi penelitian merupakan area jalur akses memamsuki Gerbang Tol Kanci tujuan arah Jakarta dan Jawa tengah, lalu lintas berasal dari jalan arteri Cirebon Losari yang lalu-lintasnya cukup padat sehingga harus mengelola managemen lalulintas diarea pekerjaan dengan cukup baik, diantaranya adalah : a. Harus melakukan pengamanan lokasi pekerjaan dengan prinsif K3 yang baik. b. Harus melakukan pengamanan lokasi pekerjaan dengan rambu pekerjaan yang baik lengkap untuk siang hari maupun malam hari. c. Melakukan mobilisasi alat pekerjaan dan keluar masuknya kendaraan proyek berkoordinasi dengan Petugas Layanan Lalu lintas Jalan tol agar terhindar dari potensi terjadinya resiko kecelakaan dilokasi pekerjaaan. d. Merencanakan rekayasa lalu-lintas jika kondisi lokasi pekerjaan membutuhkan area yang luas dalam mengoperasikan alat sehinngga menggunakan jalur utama akses Kanci. e. Harus membuat Acces road sementara jika keluar masuk kendaraan tidak bisa dilakukan langsung dari jalur utama akses kanci. 4.3 Pelaksanan pekerjaan Perkerasan kaku ( Rigid Pavement ). Pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku ini akan berhasil dengan baik apabila pekerjaan yang berada dibawahnya / penopangnya dilaksanakan dengan kondisi dan kuwalitas yang baik dengan mengikuti standar perencanaan yang diisyaratkan seperti : 4.3.1 Tanah Dasar. Permukaan tanah semula atau permukaan tanah gakian atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan merupakan tanah dasar untuk melakukan perletakan perkerasan lainnya. Hal ini mengacu kepada “Pedoman Bahan Kontruksi Bangunan Rekayasa Teknik Sipil, Kemetrian Pekerjaan Umum” menyebutkan bahwa kekuatan dan keawetan kontruksi perkerasan jalan sangat tergantung kepada sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Jenis tanah dasar yang direkomendasikan adalah jenis tanah dasar yang tidak berpastisitas tinggi dan diklasifikasikan sebagai A-7-1 menurut SNI/03-6797-2002 atau CH menurut Uninfied atau casagranda soil classification. Apabila tidak dapat dihindari perkerasan yang akan dbangun diatas tanah asli yang berplasistisitasnya tinggi (expansif) dengan nilai aktivitas >1.25 maka tanah asli tersebut harus ditangani terlebih dahulu dengan mengacu kepada T-10- 2005-B ”Penanganan Tanah Expansif untuk Kontruksi Jalan”. Tanah dasar harus bebas dari pengaruh muka air tanah pada ruas jalan yang akan dibangun dengan timbunan cukup tinngi, dengan minimal kurang dari 80 cm dari level muka air tanah, untuk menghindari adanya rembesan air di area timbunan pilihan menjaga tanah stabil dibagian kiri. Kanan atau melintang jalan dipasang subdrain. Jai tanah dasar harus memiliki persyaratan sebagai berikut : a. Bukan bahan lunak. b. Tidak boleh tanah yang memiliki kecenderungan mengalami deformasi yang berlebihan. c. Harus memiliki daya dukung yang seragam. d. Tidak memiliki perubahan volume yang besar. e. Tidak mengandung larutan garam. f. Nilai CBR minimal 6%. 4.3.2 Ground Treatment 4.3.2.1 Pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan meliputi : pekerjaan penyiapanlahan pada lokasi cutting dan filling area pada kondisi tanah expansive yang memerlukan stabilitas tanah, serta mempersiapkan seluruh sarana dan peralatan yang mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan Ground Treatmenr 4.3.2.3 Sarana dan Alat Penunjang. a. Dump Truck b. Buldozer c. Excavator d. Vibro Roller & Sheef Foot Roller e. Water Tank f. FDT Equitment (Alat Desnity test) Sand Cone Methode g. Alat ukur ( Survey Equitment) h. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)/ Hand Penetrometer (HP) 4.3.2.3 Material a. Granular ((Quarry yang telah ditentukan . b. Material granular mengacu kepada spesifikasi teknis. c. Dari lokasi lain, material yang sudah disetujui oleh instansi terkait. 4.3.2.4 Pelaksanaan pekerjaan. a. Pengupasan (Cuting) tanah ditentukan dari elevasi existing tanah b. Pemadatan tanah existing / Platform menggunakan alat viro roller dengan kepadatan minimal 95% (untuk kondisi tanah kering). c. Jika kondisi tanah basah tidak memungkinkan dilakukan untuk pemadatan platform maka granular dapat dihamparkan sesuai level yang ditentukan dengan ketebalan 25 cm dan hasil pemadatan harus mencapai 95% sesuai teknis pelaksanaan pelerjaan granular. d. Penghamparan san pemadatan granular pada kondisi tanah basah akibat hujan. e. Granular yang telah dihamparkan dan dipadatkan dengan minimal 95% harus segera dilindunggi /ditutup dengan terpal plastik untuk menhindari turunnya hujan sampai ditutup dengan suitable matrial diatasnya, dan sudah dipadatkan dengan kepadatan 100%. f. Penghamparan matrial adalah sebgai berikut : 1. Pekerjaan timbunan granular dengan ketebalan padat 25 cm 2. Dilakukan Trial compaction untuk menentukan pasingn dan tebal gembur (loss). 3. Penghamparan granular dengan alat bulldozer, layer per layer untuk merataka permukaan (spreading) 4. Dilanjutkan pemadatan dengan alat vibro roller dan sheep roller sebagai stability material. 5. Dilakukan test density dengan alat sand cone tingkat kepadatan minimal 75 %. 4.3.2.5 Data Test. a. Mengambil data test hand penetrometer sebelum pengupasan dasar daerah tanah labil dengan nilai CBR< 6% b. Test CBR lapangan mencapai 40% untuk material granular. 4.3.3 Lapis pondasi agregat atas. Lapis pondasi agregat adalah lapis pondasi yang beban utamanya sendiri atas agregat atau campuran batu pecah halus dan kasar, agregat adalah material yang berbutir yang keras dan kompak dan agregat mencakup antara lain batu pevah, batu bulat abu batu dan pasir. Disamping untuk lapis pondasi agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam sarana trnsportasi, khususnya dalam hal eperkersan jalan. Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang digunakan. Pemilihan agregat yang persyaratannya tepat dan memenuhi akan sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan. Lapis pondasi agregat C, Lapis Pondasi terdiri dari agregar kelas A dan kelas B sedangkan lapis pondasi bawah terdiri atas agregat kelas C. 4.3.3.1 Istilah dan definisi. a. Agregat halus adalah agregat yang lolos ayakan n0 4 (4,75 mm). b. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada ayakan no 4(4,75). c. Berat kering maximum( maximum dry density MDD) adalah bahan yang digunakan campuran. d. Kadar air optimum ( maximum Dry density content, OMC) yaitu jumlah atau proporsi air terhadap berat kering agregat yang menghasilkan kepadatan tertinggi. e. Kerikil adalah partikel batuan berukuran 5mm sampai 150 mm. f. Lapis pondasi adalah lapisan pada sitem perkerasan yang terletak dibawah lapisan permukaan dan diatas tanah dasar yang berfungsi menyebarkan tegangan dari lapis permukaan kepada lapisan bawahnya. Sirtu adalah jenis tanah berbutir yang komposisinya terdiri atas tanah,pasir dan batu. 4.3.3.2 Persyaratan bahan dan campuran. a. Agregat kasar. 1. Agregat kasar (tertahan pada ayakan 4,75) harus terdiri atas partikel yang keras dana wet. 2. Agregat kasar kelas A berasal dari batu kali harus 100% mempunyai paling sedikit dua bidang pecah. 3. Agregat kasar kelas B yang bersal paling sedikit dari batu kali harus 65% mempunyai satu bidang pecah. 4. Agregat kasar kelas C bersal dari kerikil
Kondisi tanah di ruas tol Palimanan-Kanci cenderung datar,
sedikit melewati perbukitan diwilayah kecamatan Argasunya dan selebihnya tanah pesawahan.