Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum.


Jalan tol tol Palimanan-Kanci sepanjang 26,8 km melintasi wilayah Kabupaten dan
Kota Cirebon semenjak dioperasikan pada Januari tahun 1998 mengalami kenaikan
volume lalulintas setiap tahunnya, hal ini berpengaruh terhadap wilayah Cirebon itu
sendiri yang semakin pesat, dengan dioperasikannya jalan tol Palimanan-Kanci wilayah
Cirebon menjadi kota transit dari Jakarta menuju Jawa Tengah maupun sebaliknya
sehingga dampak ekonomi bagi masyarakat wilayah Cirebon mengalami peningkatan,
mobilitas angkutan barang dan jasa tentunya sangat mengandalkan keberadaan jalan tol
ini, karena dengan melewati jalan tol Palimana-Kanci kendaraan sudah dipastikan tidak
melewati kota Cirebon, sehingga sangat efisien dengan waktu tempuh dan berhemat
bahan bakar kendaraan itu sendiri, saat ini ruas tol Palimanan-Kanci telah terintegrasi
sebagai bagian dari Jalan Tol Trans Jawa dimana sebelah barat terhubung dengan Jalan
Tol Cikampek – Palimanan ( Cipali ) dan sebelah timur terhubung dengan Jalan tol
Kanci-Pejagan.
Dengan terintegrasinya Tol Trans Jawa volume mobilisasi angkutan barang dan jasa
yang melewati jalan tol Palimanan-Kanci semakin tinggi, kemajuan teknologi
transportasi saat ini semakin maju dan berlomba-lomba meningkatkan volume penjualan
dan peningkatan kapasitas angkut kendaraan. Pertumbuhan perusahaan besar maupun
kecil dan kemajuan industri diwilayah pulau jawa pada ahirnya meningkatkan volume
kendaraan besar yang melewati jalan tol Palimana-Kanci, sehingga mengakibatkan
beberapa kerusakan jalan tol Palimanan-Kanci, hal ini terjadi karena kapasitas angkut
yang diabaikan oleh pengemudi/perusahaan angkutan untuk menutupi biaya operasinal
yang semakin tinggi, pada sisi lain menimbulkan hal hal yang mebahayakan pengguna
jalan tol lainnya sehingga terjadi kerusakan jalan, laju kendaraan menjadi lambat,
menimbulkan antrian dan kepadatan di jalur tol. Untuk itu perlunya dilakukan
pengendalian dan pembatasan tonase angkutan barang pada kendaraan kendaraan truk
yang melintas jalan tol Palimanan-Kanci,
Dengan kondisi dilapangan yang saat ini terjadi maka dalam hal ini PT Jasa Marga
(persero (Tbk) merencanakan melakukakan pengedalian kendaraan angkutan barang
dengan melakukan pembangunan area timbangan WIM di km 216 B jalan tol
Palimanan-Kanci, hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui berat kendaraan secara
rinci dan akurat terdiri dari berat kendaraan kotor dan beban gandar (kelompok) yang
dapat dikombinasikan dengan parameter lain seperti : hari, tanggal, jam, lokasi,
kecepatan dan kelas kendaraan, pengetahuan melalui alat ini akan menggantikan
teknologi sebelumnya sehingga ketidaksesuian atau ketidakpastian akan kendaraan
barang berat dapat dioptimalkan dan mengarah kepada transportasi yang handal,efisien
dan manajemen juga pruduktivitas infrastruktur yang lebih baik.
Dalam hal pembangunan area timbangan WIM di km 216 B penulis merencanakan
pembangunan jalur area timbangan dengan menggunakan kontruksi perkerasan kaku
( Rigid Pavement) tentunya dengan mempertibangkan beberapa hal yang
menguntungkan diantaranya sebagai berikut :
a. Sudah dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1985, sehingga sudah
mendapatkan pengalaman yang cukup banyak terutama dalam tata cara
pelaksanaannya.
b. Tingkat kekakukan yang cukup tinggi disbanding dengan perkerasan aspal ( E
beton semen = 40.000 MPa sedangkan E Beton aspal = 4000 MPa).
c. Tebal keseluruhan perkerasan kaku (Rigid Pavement) jauh lebih tipis dari tebal
perkerasan lentur (Flexible Pavement).
d. Tidak terlalu peka terhadap kelalaian kegiatan proses pemeliharaan rutin.
e. Tidak terlalu peka terhadap kegiatan kelalalian pemanfaatan (over loading).
f. Pelat beton dengan flexural strength 45 kg/cm² ( equivalent dengan beton K-
400 ) STEBAL 25 cm dapat menampung sebesar 8 juta ESAL.
g. Life-Cycle-cost lebih murah daripada perkerasan lentur (Flexible pavement)
4.2 Lokasi Penelitian.
Pada lokasi penelitian merupakan area jalur akses memamsuki Gerbang Tol Kanci
tujuan arah Jakarta dan Jawa tengah, lalu lintas berasal dari jalan arteri Cirebon Losari
yang lalu-lintasnya cukup padat sehingga harus mengelola managemen lalulintas diarea
pekerjaan dengan cukup baik, diantaranya adalah :
a. Harus melakukan pengamanan lokasi pekerjaan dengan prinsif K3 yang baik.
b. Harus melakukan pengamanan lokasi pekerjaan dengan rambu pekerjaan yang
baik lengkap untuk siang hari maupun malam hari.
c. Melakukan mobilisasi alat pekerjaan dan keluar masuknya kendaraan proyek
berkoordinasi dengan Petugas Layanan Lalu lintas Jalan tol agar terhindar dari
potensi terjadinya resiko kecelakaan dilokasi pekerjaaan.
d. Merencanakan rekayasa lalu-lintas jika kondisi lokasi pekerjaan membutuhkan
area yang luas dalam mengoperasikan alat sehinngga menggunakan jalur utama
akses Kanci.
e. Harus membuat Acces road sementara jika keluar masuk kendaraan tidak bisa
dilakukan langsung dari jalur utama akses kanci.
4.3 Pelaksanan pekerjaan Perkerasan kaku ( Rigid Pavement ).
Pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku ini akan berhasil dengan baik apabila
pekerjaan yang berada dibawahnya / penopangnya dilaksanakan dengan kondisi dan
kuwalitas yang baik dengan mengikuti standar perencanaan yang diisyaratkan seperti :
4.3.1 Tanah Dasar.
Permukaan tanah semula atau permukaan tanah gakian atau permukaan tanah
timbunan yang dipadatkan merupakan tanah dasar untuk melakukan perletakan
perkerasan lainnya. Hal ini mengacu kepada “Pedoman Bahan Kontruksi
Bangunan Rekayasa Teknik Sipil, Kemetrian Pekerjaan Umum” menyebutkan
bahwa kekuatan dan keawetan kontruksi perkerasan jalan sangat tergantung
kepada sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Jenis tanah dasar yang
direkomendasikan adalah jenis tanah dasar yang tidak berpastisitas tinggi dan
diklasifikasikan sebagai A-7-1 menurut SNI/03-6797-2002 atau CH menurut
Uninfied atau casagranda soil classification.
Apabila tidak dapat dihindari perkerasan yang akan dbangun diatas tanah asli
yang berplasistisitasnya tinggi (expansif) dengan nilai aktivitas >1.25 maka tanah
asli tersebut harus ditangani terlebih dahulu dengan mengacu kepada T-10-
2005-B ”Penanganan Tanah Expansif untuk Kontruksi Jalan”.
Tanah dasar harus bebas dari pengaruh muka air tanah pada ruas jalan yang akan
dibangun dengan timbunan cukup tinngi, dengan minimal kurang dari 80 cm dari
level muka air tanah, untuk menghindari adanya rembesan air di area timbunan
pilihan menjaga tanah stabil dibagian kiri. Kanan atau melintang jalan dipasang
subdrain. Jai tanah dasar harus memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Bukan bahan lunak.
b. Tidak boleh tanah yang memiliki kecenderungan mengalami deformasi yang
berlebihan.
c. Harus memiliki daya dukung yang seragam.
d. Tidak memiliki perubahan volume yang besar.
e. Tidak mengandung larutan garam.
f. Nilai CBR minimal 6%.
4.3.2 Ground Treatment
4.3.2.1 Pekerjaan persiapan.
Pekerjaan persiapan meliputi : pekerjaan penyiapanlahan pada lokasi
cutting dan filling area pada kondisi tanah expansive yang memerlukan
stabilitas tanah, serta mempersiapkan seluruh sarana dan peralatan yang
mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan Ground Treatmenr
4.3.2.3 Sarana dan Alat Penunjang.
a. Dump Truck
b. Buldozer
c. Excavator
d. Vibro Roller & Sheef Foot Roller
e. Water Tank
f. FDT Equitment (Alat Desnity test) Sand Cone Methode
g. Alat ukur ( Survey Equitment)
h. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)/ Hand Penetrometer (HP)
4.3.2.3 Material
a. Granular ((Quarry yang telah ditentukan .
b. Material granular mengacu kepada spesifikasi teknis.
c. Dari lokasi lain, material yang sudah disetujui oleh instansi
terkait.
4.3.2.4 Pelaksanaan pekerjaan.
a. Pengupasan (Cuting) tanah ditentukan dari elevasi existing
tanah
b. Pemadatan tanah existing / Platform menggunakan alat viro
roller dengan kepadatan minimal 95% (untuk kondisi tanah
kering).
c. Jika kondisi tanah basah tidak memungkinkan dilakukan untuk
pemadatan platform maka granular dapat dihamparkan sesuai
level yang ditentukan dengan ketebalan 25 cm dan hasil
pemadatan harus mencapai 95% sesuai teknis pelaksanaan
pelerjaan granular.
d. Penghamparan san pemadatan granular pada kondisi tanah
basah akibat hujan.
e. Granular yang telah dihamparkan dan dipadatkan dengan
minimal 95% harus segera dilindunggi /ditutup dengan terpal
plastik untuk menhindari turunnya hujan sampai ditutup dengan
suitable matrial diatasnya, dan sudah dipadatkan dengan
kepadatan 100%.
f. Penghamparan matrial adalah sebgai berikut :
1. Pekerjaan timbunan granular dengan ketebalan padat 25
cm
2. Dilakukan Trial compaction untuk menentukan pasingn
dan tebal gembur (loss).
3. Penghamparan granular dengan alat bulldozer, layer per
layer untuk merataka permukaan (spreading)
4. Dilanjutkan pemadatan dengan alat vibro roller dan sheep
roller sebagai stability material.
5. Dilakukan test density dengan alat sand cone tingkat
kepadatan minimal 75 %.
4.3.2.5 Data Test.
a. Mengambil data test hand penetrometer sebelum pengupasan dasar
daerah tanah labil dengan nilai CBR< 6%
b. Test CBR lapangan mencapai 40% untuk material granular.
4.3.3 Lapis pondasi agregat atas.
Lapis pondasi agregat adalah lapis pondasi yang beban utamanya sendiri atas
agregat atau campuran batu pecah halus dan kasar, agregat adalah material yang
berbutir yang keras dan kompak dan agregat mencakup antara lain batu pevah,
batu bulat abu batu dan pasir.
Disamping untuk lapis pondasi agregat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam sarana trnsportasi, khususnya dalam hal eperkersan jalan. Daya
dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat
yang digunakan.
Pemilihan agregat yang persyaratannya tepat dan memenuhi akan sangat
menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan. Lapis
pondasi agregat C, Lapis Pondasi terdiri dari agregar kelas A dan kelas B
sedangkan lapis pondasi bawah terdiri atas agregat kelas C.
4.3.3.1 Istilah dan definisi.
a. Agregat halus adalah agregat yang lolos ayakan n0 4 (4,75 mm).
b. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada ayakan no 4(4,75).
c. Berat kering maximum( maximum dry density MDD) adalah bahan
yang digunakan campuran.
d. Kadar air optimum ( maximum Dry density content, OMC) yaitu
jumlah atau proporsi air terhadap berat kering agregat yang
menghasilkan kepadatan tertinggi.
e. Kerikil adalah partikel batuan berukuran 5mm sampai 150 mm.
f. Lapis pondasi adalah lapisan pada sitem perkerasan yang terletak
dibawah lapisan permukaan dan diatas tanah dasar yang berfungsi
menyebarkan tegangan dari lapis permukaan kepada lapisan
bawahnya. Sirtu adalah jenis tanah berbutir yang komposisinya
terdiri atas tanah,pasir dan batu.
4.3.3.2 Persyaratan bahan dan campuran.
a. Agregat kasar.
1. Agregat kasar (tertahan pada ayakan 4,75) harus terdiri atas
partikel yang keras dana wet.
2. Agregat kasar kelas A berasal dari batu kali harus 100%
mempunyai paling sedikit dua bidang pecah.
3. Agregat kasar kelas B yang bersal paling sedikit dari batu kali
harus 65% mempunyai satu bidang pecah.
4. Agregat kasar kelas C bersal dari kerikil

Kondisi tanah di ruas tol Palimanan-Kanci cenderung datar,


sedikit melewati perbukitan diwilayah kecamatan Argasunya
dan selebihnya tanah pesawahan.

Anda mungkin juga menyukai