Kelas : B Indralaya
Nim : 03011182025004
Uts : Manajemen Pelaksanaan dan Pemeliharaan Jalan
Lapisan Base-Subbase
1.Bagaimanakah pelaksanaan dan pemeliharaan lapis pondasi CTB dan
CTSB?
Jawaban :
Terdapat 4 (empat) tahapan pelaksanaan serta pemeliharaan lapis pondasi CTB
dan CTSB. Tahapan-tahapan tersebut yaitu sebagai berikut :
- Persiapan formasi untuk lapis pondasi agregat
a. Jika pada Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan lama,
semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan lama harus diperbaiki
terlebih dahulu.
b. Jika Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan
lama atau tanah dasar baru, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya
terlebih dahulu
c. Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapis Pondasi Agregat harus
disiapkan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi
penghamparan.
d. Jika Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas permukaan
perkerasan aspal lama yang kondisinya tidak rusak, maka harus diperlukan
penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar
diperoleh tahanan geser yang lebih baik
e. Untuk perbaikan tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh
formasi harus disiapkan sebelum Lapis Pondasi Agregat dihampar
- Penghamparan Material
a. Proses penghamparan material untuk lapisan pondasi bawah dilakukan
setelah subgrade telah memenuhi standar kepadatan.
b. Pada pekerjaan lapisan pondasi bawah, pertama tama membuat patok-
patok untuk mengukur ketebalan, kemudian mendatangkan material ke
lapangan lalu dibuat dulu kepalanya yaitu antara patok kanan dan patok
kiri.
c. Bahan untuk Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai
campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang
yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kadar air dalam bahan harus
tersebar secara merata.
d. Setelah ada dua kepala patok kemudian material disebarkan pada area
antara kepala satu dan kepala yang lain.
e. Penghamparan material agregat tidak boleh di lakukan apabila cuaca tidak
mendukung seperti pada waktu hujan karena kadar air terlalu tinggi.
f. Alat untuk menghamparkan material agregat lapis pondasi menggunakan
Motor Grader
g. Setiap lapis harus dihampar secara merata agar menghasilkan tebal padat
yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan
dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus
diusahakan sama tebalnya.
h. Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan tidak
menyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang
bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang
bergradasi baik
i. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh
melebihi 20 cm.
j. Cara penghamparaan batu Base course sama dengan penghamparan batu
sub Base course.
k. Setelah Base course terhampar dengan rata barulah dilakukan pemadatan,
jika pada saat pemadatan masih terlihat rendah atau tinggi harus di tambah
atau dikurangi.
- Pengendalian mutu
a. Pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus mencakup
seluruh jenis pengujian yang disyaratkan (gradasi dan sifat fisik lapis
pondasi agregat).
b. Untuk masing-masing sumber bahan yang diusulkan diperlukan minimum
3 contoh yang mewakili rentang mutu bahan tersebut.
c. Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi bila terdapat perubahan
sumber, mutu bahan atau metode produksinya.
d. Program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan
untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi
pekerjaan.
e. Pengujian lebih lanjut harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik
bahan yang diproduksi paling sedikit lima (5) pengujian indeks
plastisitas, lima (5) pengujian gradasi, dan satu (1) penentuan
kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D.
f. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis
terpasang dengan selang jarak tidak boleh lebih dari 200 m.
b. Penyapu/penyikat melintang
Penyapu/penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu lintas yang rendah
maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan. Penyikat bisa
dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur
permukaan yang seragam sampai kedalamam 1,5 mm. Penyikatan biasanya
dilakukan dalam arah melintang. Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar
sikat tidak boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak
2 cm dari sumbu ke sumbu, masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan
kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat.
Letak ikatan kawat harus dipasang secara zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus
diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.
c. Pembuatan alur-dalam pada arah melintang
Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan karung goni, yang terakhir
diikuti pembuatan alur dengan sisir kawat. Ukuran penampang kawat 0,6 mm x 3
mm dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar kawat 2 cm dalam arah memanjang
serta 2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang secara acak. Lakukan
penggoresan sampai kedalaman alur mencapai 3 mm – 6 mm. Untuk mendapatkan
alur yang lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan harus dilakukan
dengan bantuan mistar pelurus (straightedge).
Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan
pada saat masih plastis. Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan
permukaan beton yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif,
temperatur beton dan udara serta kecepatan angin. Tingkat penguapan akan sangat
tinggi bila kelembaban relatif kecil, temperatur beton lebih tinggi dari temperatur
udara, dan bila angin bertiup pada permukaan beton. Bilamana terjadi kombinasi
panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan mengakibatkan hilangnya
kelembaban yang lebih cepat dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh
proses aliran air. Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika
temperatur beton pada saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur
udara. Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m 2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis.
1. Buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar
matahari terhadap permukaan beton semen
2. Kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan udara baik
cuaca panas maupun dingin
Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan
seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.