Anda di halaman 1dari 15

Tahapan Pembangunan Jalan yang Biasa Dilakukan di Indonesia :

. Tahap Perencanaan (Planning)


2. Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)
3. Tahap Perancangan Detail (Detail Design)
4. Tahap Konstruksi (Construction)
5. Tahap Pemeliharaan (Maintenance)

1. Tahap Perencanaan (Planning) Tujuan dari tahapan ini adalah


a. Perencanaan pengembangan jaringan untuk mengantisipasi kebutuhan pada
masa yang akan dating dengan peningkatan jalan eksisting maupun
pengembangan jalan baru.
b. Identifikasi prioritas pengembangan jaringan.
c. Penyusunan program pengembangan jaringan jalan.

2. Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)


Gunanya karena dengan adanya hasil dari tahapan Perencanaan yang berupa
kebutuhan pembangunan beberapa ruas jalan baru perlu diidentifikasikan prioritas
implementasinya secara lebih detail, mengingat dana yang tersedia seringkali
sangat terbatas. Selain dilakukan prediksi pengguna secara lebih detail, juga
dilakukan •
a. Pemilihan koridor dan trase optimum (route location)
b. Desai awal
c. Prediksi biaya implementasi
d. Analisis kelayakan ekonomi, financial, lingkungan dll.

3. Tahap Perancangan Detail (Detail Design)


Ruas jalan yang dianggap layak diimplementasikan, kemudian dirancang secara
detail, dengan kegiatan yang meliputi •
a. Pengukuran dan pemetaan detail dari lokasi trase terpilih
b. Penyelidikan tanah serta identifikasi daerah-daerah labil serta kondisi
lingkungan di sekitar lokasi trase, juga sumber material konstruksi
c. Perancangan geometrik jalan
d. Perancangan tebal perkerasan
e. Perencanaan drainase
f. Perencanaan bangunan pelengkap lain, termasuk jembatan perambuan dan
marka, penerangan jalan dll
g. Perencanaan galian-timbunan
h. Identifikasi metoda pelaksanaan serta kebutuhan waktu konstruksi yang
optimum
. Perhitungan volume pekerjaan dan besarnya biaya konstruksi
. Persiapan dokumen pelelangan

4. Tahap Konstruksi (Construction) dan Pemeliharaan (Maintenance)


Konstruksi merupakan tahap implementasi perencanaan di lapangan, yang jika
diperlukan dapat dilakukan modifikasi hasil perancangan yang telah dilakukan.
Setelah tahap konstruksi selesai maka perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan, yang
meliputi pemeliharaan rutin dan berkala serta pemantauan.
Uraian Teknis Pelaksanaan

Setiap perkembangan tentu untuk mencapai tujuan dari keperluan jalan itu sendiri
yaitu mutu lebih sempurna dan tahan lama. Dengan adanya perkembangan yang terus
menerus dari ilmu pengetahuan baik untuk bidang penyelidikan bahan-bahan dan alat-alat
pembuatan jalan ini maka tercapailah tujuan dari membuat jalan yang lebih sempurna dan
baik. Dengan demikian kita akan mendapatkan hasil sebagai berikut :
a. Dasar badan jalan stabil dan baik
b. Sanggup menahan beban yang ditentukan
c. Lapisan atas tidak cepat rusak, baik oleh cuaca dan kendaraan yang
melewatinya. Dengan melihat tujuan pembuatan jalan, maka petkerasan jalan
fleksibel khususnya perkerasan jalan aspal beton, hampir di seluruh Indonesia
diterapkan sisitem ini.

PELAKSANAAN
1. Pekerjaan Persiapan
Sebelum pekerjaan survei atau pengukuran dimulai, harus menempatkan dan
memperbaiki gambar kerja dari setiap kesalahan yang ditemui di lapangan khususnya
yang menyangkut dengan lebar jalan lama dan Iokasi pelebaran perkerasan serta
bangunan drainase. Sedangkan untuk pembuatan jalan baru, maka sebagai pekerjaan
awal adalah meninjau rute jalan yang diikuti dengan pembersihan rute dari pohon-
pohon, semak dan Iain-Iain. Setelah rute jalan dibersihkan, maka diadakan survei
kembali. Hal ini untuk menentukan titik dasar atau menentukan ketinggian dari
pekerjaan selanjutnya. Kemudian dibuat BM (Bench Mark) dan CL (Center Line).
Apabila telah selesai, atau telah diketahui hal-hal yang pelu, barulah kita melanjutkan
pekerjaan.

2. Pekerjaan Jalan
2.1. Pekerjaan Jalan Lama (Overlay)
Pada peningkatan jalan, bentuk konstruksinya kiata temui bervariasi pada
pekerjaan sub-base dan base, terutama pada lebar dan tebalnya. Ini terjadi karena
mulea jalan lama (existing road) kurang memenuhi syarat,maka kita akan
mempunyai pekerjaan •
a. Rekonstruksi : ialah melaksanakan konstruksi yang dikehendaki adakalanya mulai dari
Embankment atau hanya dari pekerjaan sub grade proporation saja.
b.Re-surfåce : ialah pekerjaan penambahan sub-base saja baik lebar atau tebalnya.
c. Overlay : ialah penambahan lapisan aspal, langsung di atas aspal/jalan lama. Karena
tempat tertentu kita menemui kekurangan lebar dari yang kita perlukan ataupun juga
pada bagain yang lemah dari itu perlu perbaikan juga umumnya cukup dengan memberi
base course material.
2.1.A. Pekerjaan Tack Coat
Yang dimaksud pekerjaan tack coat adalah pelaburan aspal pada lapisan perkerasan
yang telah ada (pada permukaan jalan lama). Adapun tujuan dari pada pekerjaan ini
adalah
a. Memperbaiki retak-retak pada permukaan jalan
b. Memberikan ikatan antara lapis permukaan lama dengan lapis
permukaan baru (Overlay)
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, jumlah dan jenis aspal yang dipakai benar-benar
diperhatikan, mengingat jika terlalu banyak pemakaian aspalnya, maka kemungkinan
besar akan terjadi bleeding, selain itu jika terlalu sedikit maka dapat menyebabkan
kurangnya ikatan antara perkerasan lama dengan perkerasan baru.
Menurut spesifikasi jumlah pemakaiaan aspla pada pekerjaan ini sebanyak 0,25 - 0,46
liter/m2 sehingga pada pelaksanaan peningkatan/pemeliharaan jalan lama dipakai
- Jenis aspal Tack Coat : Aspal dengan penetrasi 80/100
- Jumlah pemakaian : 0,25 It/m2
- Temperatus penyemprotan : 50 0C - 600C
Pelaksanaan
Sebelum aspal disemprotkan, terlebih dahulu aspal dipanaskan mencapai suhu 50 oc
600C dan permukaan jalan yang akan disemprotkan denga aspal (Tack Coat) terlebih
dahulu harus dibersihkan dari semua kotoran ataupun air dengan mengguanakn alat
penyemprot (compressor). Jika diperlukan harus dikikis dengan sikat baja. Bila
permukaan jalan benar-benar bersih dan kering, penyemprotan aspal dapat dimulai
dengan ketentuan jumlah aspal yang telah disetujui oleh Engineer dan lapisan Tack Coat
yang telah disemprotkan tersebut harus dilindungi dari gangguan-gangguan dari roda
kendaraan, pejalan kaki, kotoran-kotoran dll. Sebelum pekerjaan penghamparan
dilakukan, harus didiamkan dahulu selama 4 jam.

2.1.B. Pekerjaan Lapisan Tambahan


a. Penghamparan
Tebal penghamparan disesuaikan kebutuhan tebal rencana padat yang disesuaikan
dengan tebal yang telah diketahui sebelumnya, dimana biasanya diambil tebal 1,17 dari
tebal padat. Temperatur penghamparan harus 120 0C - 1500C.
b. Pemadatan
Pemadatan merupakan tahap akhir dari rangkaian kegiatan konstruksi, sehingga
dengan demikian pada tahap ini benar-benar dilakukan pengawasan yang kontinu pada
setiap tahap pemadatan, dan harus benar-benar mengikuti ketentuan yang ditetapkan
oleh direksi tehnik.
1. Pemadatan pertama (Break Down Rolling) : dilakukan dengan memakai Tandem
Roller 8 ton pada suhu 110 - 125 0C dengan 4 lintasan pada kecepatan 3 - 4 km/jam.
2. Pemadatan kedua (Intermediate Rolling) : setelah pemadatan penama selesai, disusul
dengan pemadatan kedua pada suhu 90 0C - 1 IO OC dengan menggunakan Pneumatic
Tire Roller 5 - 10 km/jam dengan tekanan angin roda antara 70 - 80 psi.
3. Pemadatan terakhir (Finishing Rolling) : pemadatan terakhir dipakai Tandem
Rollerdengan berat 8 ton sebanyak 2 lintasan pada kecepatan 5 - 8 km/jam pada suhu
80 - 95 0C.
c. Cara Pelaksanaan Pemadatan
L Pada bagian lurus (Jalan Lurus)
Pemadatan dimulai dari tepi jalan menuju ke tengah, dan lintasan pertama, lintasan
kedua.
2. Padajalan tikungan
Pemadatan dimulai dari bagian yang rendah yang sejajar as jalan menuju ke bagian
yang lebih tinggi dan overlap sebesar 10 - 15 cm.
3. Pada tanjakan (jalan mendaki)
Pada bagian tanjakan dan turun, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah menuju
bagian yang tinggi sejajar as jalan dengan overlap 10 - 15 cm. Pada saat pemadatan
berlangsung, roda mesin pemadat harus diberi air secara kontinu, hal ini dimaksudkan
agar aspal tidak melekat pada roda mesin pemadat.
2.2 Pekerjaan Jalan Baru
2.2.A. Pekerjaan Tanah (Earth Work)
Ada dua macam pekerjaan tanah yaitu
l . Galian - Cut
2. Timbunan - Fill
1. Galian - cut
Tanah galian yang akan digunakan untuk timbunan pertama-tama harus dibersihkan dari
tumbuh-tumbuhan serta lapisan humus harus dibuang. Dapat tidaknya material ini
dipakai untuk timbunan dilakukan dengan pengetesan di laboratorium. Tehnis
penggaliannya adalah sebagai berikut : setiap akan berhenti pekerjaan diusahakan agar
apabila turun hujan, air tidak akan tergenang. Setelah sampai pada permukaan yang
dikehendaki (sub grade) dilakukan pengecekan elevasi dan dipadatkan, kemudian ditest
oleh Soil Material Engineer (Sub grade preparation), baru dapat diteruskan kelapisan sub
base.

2. Timbunan - fill - embankment


Materialnya dapat dipakai dari hasil galian (cut) yang termasuk dalam rencana
(Common Excavation), atau material/bahan galian yang didatangkan dari luar daerah
pekerjaan (Borrow Excavation). Dapat tidaknya material ini dipakai untuk badan
jalan/Embankment harus ditest di laboratorium atau mendapat persetujuan dari Soil
Material Engineer. Sebelum dilakukan penimbunan harus dibuat profil (patok-patok,
ketinggian, kemiringan) dari daerah yang akan dilaksanakan. Cara pelaksanaan adalah
sebagai berikut :
Setelah diketahui dengan pasati daerah yang akan dilaksanakan serta siap segala
peralatannya, maka dapat dilakukan pekerjaan •
Clearing & Grubbing : yaitu pekerjaan pemotongan pohon-pohon besar dan kecil.
Top Soil & Stripping yaitu pembungan humus dan lapisan atas akar kayu biasanya
setebal 10 - 30 cm
Compaction of Foundation of Embankment yaitu pemadatan tanah dasar sebelum
dilakukan penimbunan. Lapisan ini perlu ditest (density test of proof rooling test),
baru dilakukan penimbunan. Penimbunan dilakukan lapis demi lapis (layer by layer)
setebal ± 20 cm dan dipadatkan. Alat untuk meratakan dapat digunakan Motor Grader
dan Buldozer. Untuk pemadatan digunakan Road Roller, Tandem Roller, Mac Adam
Roller. Memilih atau menentukan pemakaian alat dengan melihat medan atau
lapangan kerja, jenis dan keadaan material. Setelah ketinggian yang diperlukan cukup,
maka pekerjaan selanjutnya dapat diteruskan. Untuk ketinggian ini dilaksanakan oleh
surveyor sedangkan pengetesan dilakukan di laboratorium (Soil Material Engineer),
baru kita teruskan pekerjaan selanjutnya.

2.2.B. Sub Base


Sesudah lapisan sub grade betul-betul telah memenuhi syarat-syarat elevasi dan
kepadatan, kita memulai pekerjaan sub base course.
Pertama-tama ditentukan patok-patok untuk mencapai ketebalan yang dikehendaki.
Diperlukan minimum 5 titik menurut potongan melintang dengan jarak maksimum 25
meter menurut potongan memanjang.
Setelah selesai pemasangan patok-patok untuk menentukan ketinggian /tebalnya,
maka material sub base ini dapat didatangkan ke lapangan. Pemasangan patok harus
cukup kuat dan dilindungi oleh material sub base tersebut.
Sebagai toleransi ketinggian untuk mencapai ketinggian yang kita inginkan, setelah
dipadatkan dilebihkan ± 15% dari yang kita perlukan.
Prinsip pemadatan harus dimulai dari pinggir/yang terendah ke tengah/tinggi.
Setelah diratakan permukaannya dengan Road Roller (Mac Adam Roller atau Tandem
Roller). Sesudah cukup padat dilihat dengan pandangan mata, sebelum meneruskan ke
pekerjaan selanjutnya, elevasi dicek oleh surveyor dan kepadatan (density test oleh Soil
Material Engineer/Laboratorium). Apabila sudah memenuhi syarat untuk kedua hal ini
(elevasi dan kepadatan) secara tertulis, baru dapat dilaksanakan pekerjaan berikutnya
yaitu base course.

2.2.C. Base Course


Seperti pada pekerjaan sub base course, pekerjaan base course pada prinsipnya sama
saja, yaitu :
Permukaan sub base course sudah rata dan padat
Dipasang patok-patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam arah melintang 5 patok,dan
arah memanjang dengan jarak maksimun 25 meter)
Toleransi ketinggian diambil ± I cm, dilebihkan dari tinggi yang diperlukan. Sesudah
material tersedia di lapangan kerja dengan volume yang diperlukan barulah diratakan
dan dipadatkan (pertama dengan Mac Adam Roller, dimana bisanaya dilihat yang
rendah/tinggi yang perlu ditambah/tinggi yang perlu dikurangi), baru dipadatkan
dengan Tiri Roller sambil disiram. Finishing dignakan Mac Adam Roller kembali.
Setelah rata dan padat melalui pengecekan oleh surveyor (check level) dan kepadatan
oleh Soil Material Engineer (density test) dengan data tertulis.

2.2.D. Priming
Apabila pekerjaan priming ini akan dillaksanakan, base coursenya telah memenhuhi
syarat yang dikendaki, baik ketinggi maupun kepadatannya. Perlu dijaga hal sebagai
berikut: permukaan harus bersih dari kotoran dan debu serta harus kering. Alat untuk
membersihkan adalah kompressor, sapu lidi dan karung goni, power blower.
Pemakaiannya dilihat dari kotoran debu yang melekat pada permukaan base course
tersebut.
Setelah ini selesai, baru dipersiapkan alat-alat untuk priming distributor aspal,
langkah selanjutnya adalah penyemportan (priming) dengan aspal (MC 70).

2.2.E. Pelapisan Dengan Aspalt Concrete (Aspal Beton)


Pelapisan terakhir berupa aspal beton (Asphalt Concrete) baru dapat dilaksanakan
apabila prime coat (priming) telah memenuhi syarat-syarat berikut : Sudah kering dan
permukaan prime saat itu bersih dari kotoran atau debu. Sesudah kita mengetahu berapa
lebar jalan yang akan dilaksanakan kita memakai form bentuk/mail. Alatalatnya harus
lengkap seperti : finisher, Mac Adam Roller, Tandem Roller, mobil tangki air, AMP
(Asphalt Mixing Plant), Dump Truck, haur dalam kondisi baik.
Sebelum penghamparan, finisher diatur sedemikian rupa sehingga didapat tebal
asphalt concrete yang diperlukan. Asphalat Concrete (A/C) dapat dihampar setelah
sampai di lapangan dalam keadaan utuh atau tidak basah dan panasnya memenuhi
syarat (specification).
3.Pemadatan
Sewaktu penghamparan mungkin saja terjadi pada tempat-tempat tertentu kurang rata,
maka perlua ditambah penghamparan, cukup dengan tenaga manusia. Sesuah tidak ada lagi
bagian yang kurang sempurna maka pemadatan dapat dilaksanakan.
Pemadatan merupakan tahap akhir dari rangkaian kegiatan konstruksi, sehingga dengan
demikian pada tahap ini benar-benar dilakukan pengawasan yang kontinu pada setiap tahap
pemadatan, dan harus benar-benar mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh direksi tehnik.
Pemadatan pertama (Break Down Rolling) : dilakukan dengan memakain Tandem
Roller 8 ton pada suhu 110 - 125 0C dengan 4 lintasan pada kecepatan 3-4 km/jam.
Pemadatan kedua (Intermediate Rolling) : setelah pemadatan pertama selesai, disusul
dengan pemadatan kedua pada suhu 90 0C - I I O OC dengan menggunakan Pneumatic
Tire Roller 5-10 km/jam dengan tekanan angin pada roda antara 70-80 psi.
Pemadatan terakhir (Finishing Rolling) : pemadatan tetakhir dipakai Tandem Roller
dengan berat 8 ton sebanyak 2 lintasan pada kecepatan 5-8 km/jam pada suhu 80 - 95
0
C.
Cara Pelaksanaan Pemadatan
Pada Bagian Lurus (Jalan Lurus)
Pemadatan dimulai dari tepi jalan menuju ke tengah, dan lintasan pertama, lintasan
kedua serta lintasan seterusnya harus overlap sebesar 10 - 15 cm Pada Jalan Tikungan
Pemadatan dimulai dari bagian yang rendah yang sejajar as jalan menuju kebagian
yang lebih tinggi dan overlap sebesar 10-15 cm. Pada Tanjakan (Jalan Mendaki)
Pada bagian tanjakan dan tutun, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah menuju
bagian yang tinggi sejajar as jalan dengan overlap 10-15 cm.
Pada saat pemadatan berlangsung, roda mesin pemadat harus diberi air secara kontinu,
hal ini dimaksudkan agar aspal tidak melekat pada roda mesin pemadat.

PERALATAN UTAMA YANG DIGUNAKAN


1. Peralatan Pencampur Aspal
Alat yang digunakan untuk mengolah campuran dengan pemanasan terpisah yang terdiri
dari :
- Tipe Batch Plant
- Tipe Continu Plant
Dari kedua tipe ini, perbedaannya terletak pada cara pemasukan bahan ke dalam alat
pencampur.
Untuk tipe pertama berdasarkan timbangan berat material campuran atau dengan kata
lain berat tiap ukuran fraksi agregat di dalam suatu Batch. Juga aspal ditimbang sesuai
kebutuhan pada tiap kali pengadukan campuran di dalam mixer.
Sedangkan untuk tipe kedua berdasarkan pada penyetelan rongga. Apabila penyetelah
rongga dari setiap material telah ditetapkan, maka pengolahan campuran akan berjalan
secara otomatis, dengan prinsip secara terus menerus dari hotbin ke mixer. Demikian pula
aspal diukur kecepatan putaran pompa aspal yang diperlukan. Alat pencampur aspal yang
sering digunakan adalah AMP (Asphlat Mixing Plant) dimana dengan menggunakan alat ini
pencampuran antara asphalt dan agregat dilakukan secara panas pada temperatur tertentu
yang sesuai dengan perbandingan pencampuran antara asphalt dan agregat tertentu sesuai
dengan ketentuan Mix Design.
2. Peralatan Lapangan
a. Mesin Penghampar (Asphalt Finisher)
Alat ini belfungsi untuk penghamparan campuran ke pennukaan. Finisher ini
prinsipnya mempunyak dua bagian utama yaitu :
Hopper yaitu bagian yang menerima panas dari alat angkut. Hopper ini meneruksan
penghamparan yang dibantu oleh mesin penggerak.
Scleed yaitu berfungsi untuk memtakan dan sedikit pemadatan serta untuk
menentukan tebal lapisan yang kita perlukan.
b. Alat Pemadat Tandem Roller 4 - 6 ton
Alat ini digunakan untuk pengerjaan penggilasan pertama dan penggilasan terakhir.
c. Alat Pemadat Tired Roller
Alat ini digunakan untuk penggilasan kedua.
d. Dump Truck
Adalah sebuah truck dimana bak materialnya dapat membuang sendiri dengan
dikemudikan sopir dari dalam truck. Fungsi alat ini untuk mengangkut campuran dari
AMP ke lokasi penghamparan.
e. Asphalt Sprayer
Alat ini berfungsi untuk menyemprot tack coat.
f. Compressor
Fungsinya untuk membersihkan permukaan yang akan dilapisi dari kotoran-kotoran
berupa debu atau bahan lapis lainnya.
g. Peralatan-peralatan kecil lainnya,
Seperti sekop, gerobak dorong, stick pengukur ketebalan, thermometer dan lain-lain.

PERHITUNGANVOLUME
A. Volume Perkerasan
Volume ini didapat dari hasil kali dari tebal masing-masing perkerasan dengan lebar
perkerasan dikali dengan panjangnya. B. Volume Galian dan Timbungan
Di dalam perencanaan jalan raya diusahakan agar volume galian dan volume timbunan
sama. Dengan mengkombinasikan alinemen horisontal dan alinemen vertikal
memungkinkan perencanaan untuk menghitung volume galian dan timbunan.
Langkah-langkah perhitungan galian dan timbunan
. Penentuan stasioning (jarak) patok sehingga diperoleh panjang horisontal jalan
dari alinemen horisontal.
2. Gambarkan ptofil memanjang (alinemen vertikal) yang memperlihatkan beda
tinggi muka perkerasan yang direncakanan.
3. Gambarkan profil melintang pada tiap titik stasioning sehingga didapat luas
penampang galian dan timbunan atau galian yang diukur dengan planimeter.
4. Hitung volume galian atau timbunan dengan jarak antar patok.

TEBAL PERKERASAN
Perkerasan jalan adalah lapis-lapis material yang dipilih dan dikerjakan menurut
pernyataan tertentu sesuai dengan macamnya dan fungsinya untuk menyebarkan beban roda
kendaraan sedemikian rupa sehingga dapat ditahan oleh tanah dasar dalam batas daya
dukungnya.
Umumnya bagian-bagian perkerasan jalan terdiri dari :
I. Tanah dasar (Sub Grade)
2. Lapis pondasi bawah (Sub Base Course)
3. Lapis pondasi (Base Course)
4. Lapis permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan

Lapisan Pondasi atas

Lapisan Pondasi
Bawah
Tanah Dasar

1. Tanah Dasar
Tanah dasar adalah permukaan tanah asli, permukaan tanah galian atau
permukaan tanah timbunan yang merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-
bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan keawetan dari konstruksi perkerasan jalan ini
sangat tergantung dari sifat-sifatnya dan daya dukung dari tanah dasar. Tebalnya kira-
kira 50-100 cm.
Kekuatan dan keawwetan kostruksi perkerasan jalan sangat ditentukan oleh
sifatsifat daya dukung tanah dasar. Masalah-masalah yang sering ditemui menyangkut
tanah dasar adalah :
. Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas.
Cenderung bagi tanah-tanah dengan plastisitas tinggi.
2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar
air. Hal ini dapat dikurangi dengan memadatkan tanah pada kadar air optimum
sehingga mencapai kepadatan tertentu sehingga perubahan volume yang
mungkin terjadi dapat dikurangi.
3. Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan macam tanah
yang sangat berbeda. Penelitian yang seksama atas jenis dan sifat tanah dasar
sepanjang jalan dapat mengurangi akibat tidak meratanya daya dukung tanah
dasar.
4. Daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik. Hal ini
akan lebih buruk pada tanah dasar dan jenis tanah berbutir kasar dengan adanya
tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas ataupun akibat tanah dasar
itu sendiri. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengawasan yang baik pada
saat pelaksanaan pekerjaan tanah dasar.
5. Perbedaan penutunan (diffetential settlement) akibat terdapatnya lapisan-
lapisan tanah lunak di bawah tanah dasar akan mengakibatkan terjadinya
pembahan bentuk tetap.
6. Kondisi geologist dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, jika ada
kemungkinan lokasi jalan berada pada daerah patahan, dan lain sebagainya.

2. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)


Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapisan
pondasi dan tanah dasar. Umumnya bermacam type tanah setempata yang relatif lebih
baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan dasar pondasi bawah.
Campurancampuran tanah setempat dengan kapur atau semen Portland dalam beberapa
hal sangat dianjurkan agar didapat batuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi
perkerasan. Lapisan pondasi bawah ini berfungsi sebagai •
1. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah
dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR 20% dan plastisitas
Indeks (PI)
2. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relative murah
dibandingkan dengan lapisan perkerasan di atasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
4. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
5. Lapisan pertama agar pekerjaan dapat berjalan lancer.HaI ini sehubungan
dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari
pengaruh cuaca.
6. Lapisan untuk mencegah pattikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.

3. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)


Lapis pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan
dan lapis pondasi bawah. Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya dibutuhkan
kekuatan dan keawetannya sedemikian sehingga dapat menahan gaya-gaya lintang dari
bebanbeban roda. Bermacam-macam bahan alam atau bahan setempat dapat digunakan
sebagai bahan lapis pondasi antara Iain batu pecah, kerikil pasir, ataupun campuran-
campuran dari padanya dengan atau tanpa bahan stabilisasi (aspal, kapur, PC) yang
masing-masing akan bervariasi juga dari segi derajat kekuatannya. Fungsi lapisan ini
antara Iain sebagai berikut •
Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya
2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
3. Bantalan terhadap lapisan permukaan
Jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia antara Iain :
Agregat bergradasi baik, dibagi atas :
Batu pecah kelas A
Batu pecah kelas B
Batu pecah kelas C
Dimana batu pecah kelas A mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu
pecah kelas B, batu pecah kelas B lebih kasar dari pada batu pecah kelas C.
2. Pondasi macadam
3. Pondasi Telford
4. Penetrasi macadam (Lapen)
5. Aspal Beton Pondasi (Asphalt Concrete Base/AsphaIt Treated Base)
6. Stabilisasi yang terdiri dari :
Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Base)
Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Base)
Stabilisasi agregat dengan aspal (Asphalt Treated Base)
4. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Bahan-bahan
untuk lapis pennukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis pondasi, hanya
dengan persyaratan mutu yang lebih tinggi, serta penambahan aspal agar lapisan dapat
bersifat kedap air dan memberikan tegangan tarik yang berarti mempertinggi daya
dukung lapisan terhadap beban roda Ialu lintas. Lapisa permukaan ini berfungsi sebagai
:
A. Lapis perkerasan penahan beban roda , lapisan mempunyai stabilitas tinggi untuk
menahan beban roda selama masa pelayanan.
B. lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan di
bawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut.
C. Lapis aus (wœaring course), lapisan yan glangsung menderita gesekan akibat rem
kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
D. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebihjelek.

Definisi dan Istilah dalam Penentuan Tebal Perkerasan


a. Jalur Rencana, adalah salah satu jalur lalu lintas dari suatu sistem jalan raya, yang
menampung lalu lintas terbesar. Umumnya jalur ini adalah salah satu jalur dari
jalan raya dua jalur atau jalur tepi Iuar dari jalan raya berjalur banyak.
b. Umur Rencana, adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung dari mulai
dibukanyajalan raya tersebut sampai saat diperlukannya perbaikan berat atau
dianggap perlu untuk memberikan lapisan permukaan yang baru agar jalan tersebut
tetap berfungsi dengan baik sebagaimana direncanakan.
c. Indeks Permukaan, adalah suatu angka yang diperlukan untuk menyatakan
kerataan atau kehalusan serta kekokohan permukaan jalan yang bertalian dengan
tingkat pelayanan bagi lalu lintas,
d. Lintas Harian Rata-rata (LHR), adalah jumlah rata-rata dari lalu lintas berjenis-
jenis kendaraan selama 24 jam sehari untuk kedua jurusan.
e. Angka Ekivalen (E), merupakan angka yang menyatakan perbandingan tingkat
kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan
sebeat 8,2 ton.
f. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP), adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata
dari as tunggal sebesar 8,2 ton pada jalur rencana yang diduga terjadi pada
permulaan umur rencana.
g. Lintas Ekivalen Akhir (LEA), adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari as
tunggal seberat 8,2 ton pada jalur rencana yang diduga terjadi pada akhir rencana.
h. Lintas Ekivalen Rata-rata (LER), merupakan suatu besaran yang dipakai dalam
nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen as
tunggal seberat 8,2 ton pada jalur rencana.
i. Faktor Regional, adalah faktor setempat sehubungan dengan iklim, curah hujan,
dan kondisi lapangan secara umum yang akan berpengaruh terhadap daya dukung
tanah dasar.
j. Daya Dukung Tanah Dasar, adalah suatu skala yang dipakai dalam nomogram
penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan kekuatan dasar. Skala tersebut
dikorelasikan dengan bermacam-macam cara test yang umum dipakai untuk
menentukan kekuatan tanah dasar.
k. Indeks Tebal Perkerasan, adalah suatu angka yang berhubungan dengan penentuan
tebal perkerasan yang disesuaikan dengan jenis material yang digunakan.
l. Besaran Rencana, adalah angka-angka yang perlu ditetapkan agar dapat
menggunakan nomogram penetapan tebal perkerasan.
m. As Tunggal, adalah suatu asa dengan dua roda atau empat roda.
n.As Tandem, adalah as yang berdekatan, berjarak paling dekat 100 cm, paling jauah
240 cm dan dilengkapi sedemikian rupa sehingga keduanya bekerja sama dan
merupakan suatu kesatuan.
o.Pembatasan Beban As, adalah berat beban as tunggal maksimum yang diizinkan
untuk kendaraan-kendaraan yang menggunakan jalan.
p. Pembatasan Beban Total, adalah berat total kendaraan dan muatan maksimum yang
diizinkan.
PARAMETER PERENCANAAN TEBAL LAPISAN KONSTRUKSI
PERKERASAN
1. Fu ngsi j al an
Sesuai Undang-Undang tentang jalan, No. 13 tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah No. 26
tahun 1985, sistim jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan atas sistim jaringan jalan
primer dan sistim jaringan jalan sekunder.
Sistim jaringan jalan primer adalah sitim jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa
distribusi yang kemudian berwujud kota.
Sistim jafingan jalan sekunder adalah sistim jaringan jalan dengan pemnan pelayanan jasa
distribusi untuk masyarakat dalam kota, ini berarti sistim jaringan jalan sekunder disusun
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan —
kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu. Fungsi sekunder
kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Berdasarkan fungsi jalan, jalan dapat dibedakan atas :
Jalan arteri, adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
Jalan kolektor, adalah jalan yang melayaniangkutan pengumpulan/pembagian dengan
cirri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan jalan
masuk dibatasi.
Jalan lokal, adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciö-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2. Kinerja Perkerasan (Pavement Performance)
Kinerja Perkerasan Jalan meliputi 3 hal :
Keamanan, yang ditentukan Oleh besarnya gesekan akibat adanya kontak antara ban dan
permukaan jalan. Besarnya gaya gesek yang terjadi dipengaruhi Oleh bentukdan kondisi
ban, tekstur permukaan jalan, kondisi cuaca dan Iain sebagainya.
Wujud Perkerasan (structural perkerasan), sehubungan dengan kondisi fisik dari jalan
tersebut seperti adanya retak-retak, amblas, alur, gelombang dan Iain sebagainya.
Fungsi pelayanan (fungtional perfotmance), sehubungan dengan bagaimana perkerasan
tersebut memberikan pelayanan bagi pemakai jalan. Wujud perkerasan dan fungsi
pelayanan umumnya merupakan satu kesatuan yang dapat digambarkan dengan
"kenyamanan mengemudi (riding quality)".
3. Umur Rencana
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk
lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat structural (sampai
diperlukan overlay lapisan perkerasan).
Lalu Lintas Yang Merupakan Beban Dari Perkerasan Jalan Besarnya
arus lalu lintas dapat diperoleh dari :
Analisa lalu lintas saat inni, sehingga dapat diperoleh data mengenai :
Jumlah kendaraan yang hendak memakai jalan
Jenis kendaraan beserta jumlah tiap jenisnya
Konfigurasi sumbu dari setiap jenis kendaraan
Beban masing-masing sumbu kendaraan
Perkiraan factor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana , antara lain berdasarkan
atas analisa ekonomi dan social daerah tersebut.
Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari campuran kendaraan cepat,
kendaraan lambat, dan kendaraan tak bermotor. Dalam hubungannya dengan
kapasitas jalan, pengaruh dari setiap jenis kendaraan tersebut terhadap
keseluruhan arus lalu lintas diperhitungkan dengan membandingkan terhadap
pengaruh dari suatu mobil penumpang dalam hal ini dipakai sebagai satuan yang
disebut "satuan mobil penumpang” (smp).
Untuk nilai setiap kendaraaan dalam smp, bagi jalan-jalan di daerah datar digunakan
koefisien sebagai berikut :
- sepeda = 0,5
- mobil penumpang / sepeda motor = 1,0
- tłuck ringan ( < 5 ton ) = 2,0
- truck sedang ( > 5 ton ) =
- bus 2,5
- truck berat ( > IO ton )
- kendaraan tak bermotor =
7,0
4. Sifat Tanah Dasar
Tanah dasar adalah permukaan tanah asli, permukaan tanah galian atau
permukaan tanah timbunan yang merupakan permukaan dasar untuk perletakan
bagian-bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan keawetan dari konstruksi
perkerasan jalan ini sangat tergantung dari sifat-sifatnya dan daya dukung dari
tanah dasar.

5. Kondisis Lingkungan
Pengaruh kondisi lingkungan terhadap lapisan perkerasan jalan dan tanah dasar antara
lain
Berpengaruh terhadap sifat teknis konstruksi perkerasan dan sifat komponen material
lapisan perkerasan.
Pelapukan bahan material
Mempengaruhi penurunan tingkat kenyamanan dari perkerasan jalan.
Faktor utama yang mempengaruhi konstruksi perkerasan jalan ialah air yang berasal dari
hujan dan pengaruh perubahan temperature akibat perubahan cuaca.
6. Sifat dan Banyak Material Tersedia di Lokasi, yang Akan Dipergunakan sebagai
Bahan Lapisan Perkerasan
Perencanaan tebal lapisan perkerasan ditentukan juga dari jenis lapisan
perkerasan. Hal ini ditentukan dari tersedianya material di lokasi dan mutu
material tersebut. Sedangkan bentuk lapisan geometric lapisan perkerasan jalan
mempengaruhi cepat atau lambatnya aliran air meninggalkan lapisa perkerasan
jalan.

Anda mungkin juga menyukai