Anda di halaman 1dari 5

Pertanyaan:

1. Apa yang dimaksud dengan batubara?


2. Sebutkan dan jelaskan secara singkat proses pembentukan batubara?
3. Apa saja penggunaan paling penting yang dimiliki batubara?
4. Sebutkan apa saja jenis tumbuhan pembentuk batubara?
5. Apa yang dimaksud dengan gasifikasi dan liquifikasi pada batubara?
6. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi batubara berdasarkan tingkat proses
pembentukannya?
7. Didalam proses terjadinya batubara ada yang dikenal proses inkolin, cobaan, dan
jelaskan?
8. Apa saja limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri (pertambangan) dan
pengolahan batubara dan bahgaimana upaya pengendalian dan pengolahan limbah
yang dilakukan oleh perusahaan?
9. Kegiatan pertambangan batubara seacra langsung atau tidak langsung telah
melakukan ekploitasi terhadap hasil bumi (alam), apa upaya yang dilakukan
perusahaan pertambangan batubara dalam menjaga kelestarian (keseimbangan)
lingkungan?
10. Sebutkan atau berikan beberapa contoh identifikasi potensi bahaya kecelakaan dan
kesehatan kerja pada kegiatan industri (pertambangan batubara)?

Jawaban:
1. Batu bara adalah salah satu batuan sedimen yang terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks.

2. Proses pembentukan batubara yaitu Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi


gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara
ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
 Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman
terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses
perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang
dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material
organik serta membentuk gambut.
 Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.

3. Penggunaan paling penting yang dimiliki batubara :


 Batubara digunakan sebagai bahan bakar
 Batubara digunakan untuk membuat kokas untuk pembuatan baja
 Batubara digunakan pembangkit listrik
 Batubara digunakan untuk pemanas ruangan
4. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara adalah sebagai berikut:
 Alga
 Silophita
 Pteridophita
 Gimnospermae
 Angiospermae

5. Pengertian gasifikasi dan liquifikasi :


 Gasifikasi batu bara adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat
menjadi gas batu bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah
proses pemurnian gas-gas ini karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2),
hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) – dapat digunakan sebagai
bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas
kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata
mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
 Liquifikasi batubara adalah suatu teknologi proses yang mengubah batubara
menjadi bahan bakar cair sintetis. Batubara yang berupa padatan diubah
menjadi cair dengan cara mereaksikannya dengan hidrogen pada temperatur
dan tekanan yang tinggi.

6. Klasifikasi batubara berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh


tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,
bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
 Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
 Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
 Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminus.
 Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
 Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.

7. Proses terjadinya batu bara disebut proses inkolen (air yang ada di dalamnya dan


bahan-bahan yang mudah menguap, Nitrogen makin kecil sedangkan kadar zat arang
atau karbon bertambah presentasenya).
Setelah tumbuhan mati, proses penghancuran tidak dapat memainkan peranannya
karena air ditempat matinya tumbuh-tumbuhan tersebut tidak atau kurang
menbgandung oksigen. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan tidak mengalami
pembusukan dan kemudian ditimbuni lempung, pasir, kerikil yang akhirnya terjadi
proses pembentukan batu bara.
Proses tersebut terbentuk melalui beberapa tingkatan:

1. Stadium 1 : Proses Biokimia/ Humifikasi, sisa-sisa tumbuhan menjadi keras karena


beratnya sendiri sehingga tumbuh-tumbuhan berubah warnanya tetapi masih utuh
bentuknya karena tidak ada pengaruh suhu dan tekanan yang menjadi gambut
atau Turf.
2. Stadium 2: Proses Metamorfosa, sush dan tekanan bertambah tinggi dan waktu lama
maka Turf berubah menjadi batu bara muda atau Lignit.
3. Stadium 3: Pembentukan batuan berharga yaitu terjadinya batu bara, yang dapat
dilihat struktur tumbuhannya. Jika temperatur tekanan meningkat terus, maka akan
terjadi Antrasit dan Stradium yang akhirnya menjadi Granit.

8. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri (pertambangan) dan pengolohan


batu bara :
 Air asam tambang, cara pengendalian dan pengelolaannya yaitu dengan cara
penambahan bahan organik yang dapat berperan sebagai buffer sehingga dapat
meningkatkan Ph, sehingga sumber unsur hara, dpat meningkatkan water
holding capacity
 Tailing (Seperti tembaga, timbal, merkuri, seng, dan arsen)
 Sludge (Seperti boron, selenium, nikel, dll )
 Polusi udara (Seperti debu batubara)

9. Upaya yang dilakukan perusahaan pertambangan batubara dalam menjaga


kelestarian (keseimbangan) lingkungan, yaitu dengan cara
 Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif
(control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk
pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalah
transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang
kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko
terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).
 Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga
akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan.
Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara
dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas
lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding
place).
 Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan
pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan yang berlaku (law enforcement)
 Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan
untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus
memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut
memelihara kelestarian lingkungan.

10. Potensi bahaya dalam penambangan batubara


a.       Ruang Kerja yang Terbatas
Bekerja di bawah tanah tentunya jauh berbeda dibanding bekerja normal diatas
permukaan. Dimensi bukaan tunneling mesti dihitung cermat agar efisien dari
sudut biaya, dan aman dilihat dari pertimbangan teknis. Tunneling yang terlalu
besar akan akan membutuhkan biaya tinggi disertai dengan kerumitan-
kerumitan teknis.
Pekerja tambang dituntut untuk bekerja dalam lingkungan yang terbatas.
Terbatasnya ruang sudah jelas akan mempertinggi resiko yang dapat
mengancam keselamatan. Bahaya tertabrak kendaraan bergerak (LHD, Wheel
Loader, Mine Truck, Jumbro Drill dan lain sebagainya) dapat saja terjadi
akibat keterbatasan ruang gerak.
b.      Cahaya yang terbatas
Bekerja di bawah tanah berarti bekerja tanpa penyinaran yang alami dan di
bawah keterbatasan cahaya. Cahaya bantuan hanya didapat dari penerangan
dengan lampu atau melalui Mine Spot Lamp (MSL). Tetapi jika cahaya
bantuan ini dibandingkan dengan panjang tunneling yang dapat mencapai
beberapa kilometer maka penerangan tidak mungkin dipasang di seluruh
tempat. Bekerja dengan cahaya terbatas atau diterangi oleh MSL tentunya
sangat riskan. Oleh karena itu para pekerja tambang bawah tanah tidak
diperbolehkan untuk bekerja sendirian. Setidaknya ditemani oleh satu orang
untuk mengantisipasi jika salah satu MSL tersebut mati.

c.       Kondisi batuan yang rawan


Batuan rapuh adalah musuh terbesar miners. Telah dilakukan beragam metode
terapan untuk memperkuat batuan tetapi pekerja tambang tetap harus waspada
akan bahaya ini. Runtuhan batuan, sekecil apapun akan beresiko. Runtuhan
batuan kecil mungkin saja merupakan awal dari aktivitas yang memancing
ambrukan lebih besar lagi. Untuk meminimalkan resiko keselamatan kerja,
selain penyanggaan yang harus teliti dan akurat, berbaga macam prosedur
kerja juga diperlukan untuk melengkapi keamanan aktivitas.
d.      Gas berbahaya
Berbagai macam jenis gas berbahaya, tumpah ruah dan banyak terdapat di
dalam tambang bawah tanah. Metan adalah gas berbahaya yang ditemui di
tambang batubara bawah tanah. Sedangkan utuk tambang bijih bawah tanah,
gas yang paling berbahaya adalah carbonmonodioxide (CO). Para pekerja
tambang bawah tanah rawan terpapar dengan gas beracun. Akibat sirkulasi
udara terowongan yang terbatas, gas-gas beracun tidak bisa langsung terlepas
ke atmosfer. Beberapa gas beracun ini antara lain CO, CO 2, H2S, NOx, dan
SO2. Gas ini dapat terjadi akibat proses peledakan, emisi kendaraan dan alat
berat maupun  gas yang terlepas alami oleh kondisi batuan.
Pada banyak kondisi, sulit membuat kadar masing-masing gas itu menjadi
benar-benar nol. Oleh karena itu ditetapkanlah ambang batas. Tidak ada
satupun pun gas yang boleh melebihi ambang batas ini. Jika terdapat dalam
kadar tinggi, gas-gas ini dapat menyebabkan kematian.
Ventilasi yang baik dapat mengurangi potensi keracunan gas berbahaya
Karbon monoksida bersifat racun karena hemoglobin dalam darah lebih
mudah mengikat gas ini dibanding oksigen. Akibat darah yang justru
mengangkut CO, maka suplai oksigen ke organ vital menjadi berkurang. Salah
satu organ yang peka adalah otak. Kekurangan oksigen pada otak dapat
menyebabkan kerusakan otak hingga mengantar pada kematian.
Berikut adalah gejala akibat keracunan karbon monoksida dalam berbagai
konsentrasi:
·         35 ppm (0.0035%)     Pusing jika terdedah lebih dari 6 jam
·         100 ppm (0.01%)        Pusing jika terdedah lebih dari 2 jam
·         200 ppm (0.02%)       Pusing dalam rentang 2-3 jam
·         400 ppm (0.04%)       Pusing hebat dalam rentang 1-2 jam
·         1,600 ppm (0.16%)    Pusing dalam 45 menit. Tak sadar dalam 2 jam.
·         3,200 ppm (0.32%)   Pusing dalam rentang 5-10 menit. Kematian dalam
30 menit.
·         6,400 ppm (0.64%)   Pusing dalam waktu 1-2 menit. Kematian kurang
dari 20 menit.
·         12,800 ppm (1.28%)  Tak sadar dalam 2-3 tarikan napas. Kematian
dalam 3 menit.
e.      Debu dan Partikulat
Aktivitas di bawah tanah hampir selalu dipengaruhi oleh debu baik yang
berasal dari batuan halus, kayu, semen maupun dampak dari lalu lintas alat
berat. Debu yang berbahaya adalah debu silica yang jika terhisap dapat
mengendap di pernafasan dan mengakibatkan penyakit silikosis. Jenis debu
yang juga berbahaya adalah debu batubara dan debu dari bijih radioaktif.
Debu-debu ini juga mampu menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
Upaya yang umum dikerjakan untuk mengurangi tingkat resiko akibat terpapar
debu yaitu dengan membuat sistem ventilasi udara yang baik. Sirkulasi udara
di tambang bawah tanah harus dibuat selancar mungkin dengan mengalirkan
udara bersih dan supply oksigen serta membawa keluar udara kotor. Selain itu
untuk menambah keselamatan, para pekerja juga harus dilengkapi dengan
respirator (masker) sebagai alat pelindung kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai