Anda di halaman 1dari 10

Sabtu, 31 Desember 2011

BATUBARA

1. Pendahuluan
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70%
berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan
termasuk inherent moisture. Pengertian umum dari batubara adalah batuan sedimen
yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya
terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon,
daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar, dan lain-lain. Materi pembentuk
batubara dapat berupa jenis:

 Alga
 Silofita
 Pteridofita
 Gimnospermae
 Angiospermae

2. Pembentukan Batubara
Batubara bagus terbentuk dari endapan yang terbentuk pada zaman Karbon,
kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl)> Pada masa ini pembentukan batu bara terjadi
paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang
ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-kira
270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi
bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier
(70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan
(dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik
sebelum ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya. Proses pembentukan
batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap
geokimia (pembatubaraan).
a. Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi
hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini
adalah kadar air, tingkat oksidasi
dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut
b. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.
Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan
yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem
pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter.
Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk
senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri
anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi,
kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang
menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari
gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon
akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang
(Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara
dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub
bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
Gambar 1. Tahap Pembentukan Batubara

Gambar 2. Skema Pembentukan Batubara


Faktor – faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara antara lain :
a. Posisi Geotektonik
Posisi geotektonik akan berpengaruh pada pembentukan cekungan batubara yang
dikontrol oleh gaya-gaya tektonik lempeng.
b. Topografi
Topografi berpengaruh terbatas pada iklim dan morfologi dari cekungan batubara
sehingga menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara terbentuk.
c. Iklim
Iklim berpengaruh pada pertumbuhan flora pembentuk batubara.
d. Penurunan
Penurunan cekungan akan berpengaruh pada ketebalan lapisan batubara yang
terebdapkan didalamnya.
e. Umur Geologi
Umur geologi disini berpengaruh pada kualitas terbentuknya batubara.
f. Tumbuhan
Tumbuhan tentu sangat berpengaruh pada pembentukan batubara karena memang
batubara terbentuk oleh akumulasi sisa tumbuh – tumbuhan yang tertimbun dalam
sedimen. Kualitas tumbuhan akan berpengaruh terhadap kualitas batubara yang
terbentuk.
g. Dekomposisi
Dekomposisi flora merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organik dan
merupakan titik awal untuk seluruh akterasi.
h. Metamorfosa Organik
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau penguburan
oleh sedimen baru. Proses ini lebih didominasi oleh proses dinamokimia yang
menyebabkan perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Proses
metemorfosa organik akan dapat mengubah gambut menjadi batubara sesuai
dengan perubahan sifat kimia, fisik, dan optiknya.

3. Klasifikasi Batubara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,
panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus,
sub-bituminus, lignit dan gambut.

 Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
Gambar 3. Antrasit

 Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
 Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminus.

Gambar 4. Sub-bituminus
 Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.

Gambar 5. Lignit

 Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.

Gambar 6. Gambut

Faktor-faktor yang berperan pada pembentukan gambut

o Evolusi tumbuhan : jenis tumbuhan pada skala waktu geologi.


o Iklim : berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh dan variasi jenis
tumbuhan serta proses dekomposisi
o Geografi dan posisi : kenaikan muka air tanah relatif lambat, dan ada
perlindungan rawa terhadap pantai atau sungai.
o Struktur Geologi dan tektonik :Adanya keseimbangan antara
penurunan cekungan terhadap kecepatan penumpukan sisa tumbuhan
(kesimbangan biotektonik).

4. Bentuk Batubara

Lapisan batubara terbentuk berdasarkan bentuk lingkungan


pengendapannya dan struktur. Ada beberapa bentuk lapisan batubara,
diantaranya adalah:

e. Endapan Batubara bentuk Horse Back

Dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang menutupinya


melengkung kearah atas akibat gaya kompresi.

Gambar 7. Endapan Batubara bentuk Horse Back

o Bentuk Clay Vein

Bentuk ini terjadi apabila diantara 2 bagian deposit batubara terdapat


urat lempung.

c. Bentuk Pinch
Dicirikan oleh perlapisan yang menipis dibagian tengah. Pada
umumnya dasar lapisan batubata merupakan batuan yang plastis.

d. Endapan Batubara bentuk Burreid Hill

Bentuk ini terjadi apabila didaerah dimana batubara semula terbentuk,


terdapat akumulasi sehingga lapisan batubara seperti “terintrusi”.

Gambar 8. Endapan Batubara bentuk Burreid Hill

e. Endapan Batubara Akibat Sesar

Bentuk ini terjadi apabila didaerah dimana deposit batubara mengelami


seri patahan

Gambar 9. Endapan Batubara Akibat Sesar

f. Endapan Batubara Akibat Lipatan


Bentuk ini terjadi apabila didaerah dimana deposit batubara mengalami
perlipatan

Gambar 10. Endapan Batubara Akibat Lipatan

5. Batubara di Indonesia

Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di


cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk
Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batu bara
ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur
Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan
Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut
Skala waktu geologi.

Batubara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba


sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya
tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata
pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini
terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa
air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang
berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat
umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara
Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur
endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai
atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini
di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.

Gambar 11. Cekungan Batubara di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai