Anda di halaman 1dari 4

BAB II

STUDI PUSTAKA

Pengertian Batubara

Menurut Achmad Prijono, dkk. (1992), Batubara adalah bahan bakar hydro-karbon
padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena
pengaruh temperatur serta tekanan yang berlangsung sangat lama. Secara umum, batubara
dapat didefinisikan sebagai sedimen organik bahan bakar hidrokarbon padat yang terbentuk
dari tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami pembusukan secara biokimia, kimia dan fisika
dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada tekanan serta temperatur tertentu pada
kurun waktu yang sangat lama.

Material Pembentuk Batubara

Secara Kimia Batubara tersusun atas senyawa – senyawa yaitu Combustible Material
dan Non Combustible Material. Combustible Material adalah bahan atau material yang dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Sedangkan Non-Combustible Material adalah bahan atau
material yang tidak dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen.

Secara umum hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan, Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batubara dan umumnya adalah sebagai berikut :

1. Alga, dari zaman pre-kambrium hingga ordvisium dan bersel tunggal. sangat sedikit
endapan batubara dari perioda ini.
2. Silofita, dari zaman silur hingga devon tengah merupakan turunan dari alga sedikit
endapan batubara dari perioda ini.
3. Pteridofita, Umur devon atas hingga karbon atas. Materi utama pembentuk batubara
berumur karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji.
Berkembang biak dengan spora dan tumbuhan di iklim hangat.
4. Gimnospermae, Kurun waktu mulai dari zaman permian hingga kapur tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tainggi. Jenis pteridospermae seperti ganggamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batubara permian seperti di Australia, India, dan
Afrika.
5. Angiospermae, dari zaman kapur atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah
yang menutupi biji, jantan dan bunga dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum kurang dapat terawetkan.

Proses Pembentukan Batubara

Proses Pembentukan Batubara ada 2 teori yakni Teori In-situ, yaitu teori dimana
Batubra terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan dimana batubara
tersebut terbentuk. Teori kedua adalah Teori drift yaitu teori dimana batubara terbentuk dari
tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan ditempat dimana batubara tersebut
terbentuk dan mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak
lapisanya (multiseam) banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi).

Proses pembentukan batubara sendiri sangat kompleks dan membutuhkan waktu


hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba yang
kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses pembatubaraan
(Coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia maupun geologi. Oleh karena itu, batubara
termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Secara singkat ada 2 tahap proses pembatubaraan
yang terjadi yakni Tahap Diagenetik atau Biokimia dan Tahap malihan atau geokimia.

Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi
hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar
air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. Sedangkan, tahap
malihan atau geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya
antrasit. Secara rinci, proses pembentukan batubara dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay)


akibat adanya aktivitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa
oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa,
protoplasma, dan pati.
2. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan
mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan
berair, misalnya rawa-rawa.
3. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut diatas akan mengalami
perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air(H₂O) clan
sebagian akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (CO₂), karbonmonoksida
(CO), Clan metana (CH₄).
4. Geotektonik, Dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik
dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan patahan. Selain itu
gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan
mengubah batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting
tertentu, maka zona batu bara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke
lingkungan darat.
5. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa
pengangkatan kemudian dierosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi
terkelupas pad permukaanya, perlapisan batubara inilah yang diekspoitasi pada saat ini.

Faktor-faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun


kualitas  dari lapisan batubara, yaitu
1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan
2. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar
pembentuk batubara menjadi batubara.
3. Waktu pembentukan
4. Posisi geotektonik yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan
batubara dari Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan
batubara yang terbentuk.
5. Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan atau
patahan.
6. Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan atau merubah grade dari lapisan
batubara yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Prijono, Achmad, dkk., 1992, “Pengertian Batubara”,ptba.co.id/en/know
ledge/index/6/pengertian-batubara.

Anda mungkin juga menyukai