Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang kaya akan hasil alam memiliki

keanekaragaman di berbagai sektor, terutama dalam kelimpahannya di bidang

industri yang menggunakan bermacam-macam sumber daya alam. Salah satu sumber

daya alam yang dihasilkan adalah batu kapur (limestone) dengan kandungan CaCO3

yang besar. Potensi terhadap produksi batu kapur di Indonesia sangat besar dan

hampir merata di seluruh Indonesia terutama dijadikan sebagai bahan galian industri.

Data mengenai jumlah cadangan batu kapur di Indonesia belum ada, namun secara

umum jumlah batu kapur Indonesia mencapai 28,678 milyar ton. Sumber daya alam

ini dapat dimanfaatkan dengan melalui proses kalsinasi (Rumengan, 2017: 1).

Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Baqarah/ 2: 29 sebagai berikut:

‫ُهَو ٱَّلِذ ي َخ َلَق َلُك م َّم ا ِفي ٱَأۡلۡر ِض َج ِم يٗع ا ُثَّم ٱۡس َتَو ٰٓى ِإَلى ٱلَّس َم ٓاِء َفَس َّو ٰى ُهَّن َس ۡب َع َس َٰم َٰو ٖۚت َو ُه َو ِبُك ِّل‬
‫م‬ٞ‫َش ۡي ٍء َع ِلي‬
Terjemahnya:
"Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Mahamengetahui segala sesuatu."

Menurut tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 tahun 2004, bahwa hanya Allah yang

menciptakan semua yang ada di bumi untuk kalian, seperti sungai, pohon dan lain-

lain yang tidak terhitung jumlahnya. Sementara kalian memanfaatkan dan menikmati

apa yang telah Allah sediakan untuk kalian. Kemudian Allah menciptakan langit

sebanyak tujuh lapis. Dan pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. Pemanfaatan

sumber daya alam ini salah satu contohnya batu kapur.

1
2

Kapur atau kalsium karbonat CaCO3 yang mengalami proses kalsinasi akan

terdekomposisi menjadi kalsium oksida (CaO) dengan membebaskan gas CO 2.

Kalsium oksida (CaO) merupakan oksida basa yang secara alami di peroleh dari

batuan gamping dengan kandungan kalsium oksida sedikitnya 90% dan magnesia 0-

5%, kalsium karbonat, silika, alumina, feri oksida terdapat sedikit sebagai

ketidakmurnian. Kapur dalam bentuk CaO memiliki bentuk molekul yang lebih

rendah, bereaksi dengan cepat dan lebih efektif dalam menaikkan pH dibandingkan
dengan jenis kapur yang lain. Satu unit kapur CaO akan menetralkan asam sebanyak

1,79 unit kalsium karbonat (CaCO3). Sebelum di kalsinasi kapur harus dipreparasi

terlebih dahulu agar dapat dianalisis (Oktralis, 2021: 2).

Preparasi sampel bertujuan untuk memperoleh sifat fisik dan kimia yang

diperlukan untuk menganalisis atau mensintesis sampel. Batu kapur dibersihkan dari

kotoran seperti kerak, pasir, dan lumut hingga bersih. Kemudian dihancurkan

menjadi bongkahan kecil. Kapur kemudian dikeringkan dan dihaluskan

menggunakan mortar alu kemudian serbuk hasil kalsinasi diayak menggunakan

ayakan dengan ukuran 100 mesh menggunakan sieve shaker. Serbuk yang dihasilkan

disimpan dalam tempat tertutup sebelum di kalsinasi dikalsinasi menggunakan

furnace pada suhu 900°C selama 4 jam. Alat yang digunakan dalam preparasi sampel
seperti sieve shaker dan furnace (Wardania, dkk., 2019: 63).

Sieve shaker dikategorikan sebagai sebuah Ayakan terbuat dari kawat, silk,

atau plastik, benang, logam, pelat logam berlubang. Logam yang biasa digunakan

adalah baja dan baja tahan karat.ukuran ayakan dinyatakan dengan mesh yaitu

banyaknya lubang bukan ayakan dalam setiap in persegi, misalnya disebut ayakan 40

mesh, berarti terdapat 40 lubang 1 in persegi. Kisaran ukuran mesh standart adalah

mulai dari 4 mesh-400 mesh. Pemisahan ukuran dalam kisaran 4 mesh dan 48 mesh
3

disebut ayakan halus (fine screening) sedang yang lebih kecil lagi disebut ultrafine.

Lubang bukan ayakan adalah persegi panjang dan lebih kecil dari ukurannya karena

ketebalan dari kawat. Ayakan umum digunakan adalah standart tyler. Set ayakan ini

di dasarkan pada bukan 200 mesh yang ditetapkan pada 0,074 mm. Hasil ayak

selanjutnya dikalsinasi dengan furnace (Khodijah, dkk., 2014: 2).

Furnace termasuk sebuah peralatan yang digunakan untuk memanaskan

bahan serta mengubah bentuknya (misalnya rolling/penggulungan, penempaan) atau


merubah sifat-sifatnya (perlakuan panas). Biasa disebut juga sebagai oven atau kiln.

Transfer energi pada tungku terjadi dalam tahapan pembangkitan energi panas oleh

element heater yang energinya disuplai dari energi listrik. Dimana dalam hal ini

terjadi perubahan energi listrik menjadi energi panas. Panas yang digunakan

bervariasi mulai dari kapasitas pemanasan 300-1800℃ (Rizal, dkk., 2016: 13).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan percobaan dengan judul

Preparasi Hidroksiapatit (HAp), yang bertujuan untuk mengetahui proses preparasi

hidroksiapatit (HAp) dari kapur tulis.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara preparasi

hidroksiapatit (HAp) dari kapur tulis (CaCO3)?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui cara preparasi

hidroksiapatit (HAp) dari kapur tulis (CaCO3).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kapur (CaCO3)

Kapur merupakan salah satu material untuk pembangunan yang telah

banyak dipakai oleh manusia. Kapur adalah kalsium oksida (CaO) yang

dibuat dari batuan karbonat yang dipanasakan pada suhu sangat tinggi. Kapur

tersebut umumnya berasal dari batukapur (limestone) atau dolomite. Kapur

berasal dari batu kapur alami dan tipe kapur tertentu yang terbentuk,

bergantung pada material induk dan proses produksinya. Batu kapur

terbentuk dari kalsium (Ca), karbon (C) dan oksigen (O), sedangkan dolomite

termasuk senyawa yang mengandung zat kimia yang sama ditambah

magnesium (Mg) (Rahayu, 2020: 11).

Kalsium karbonat (CaCO3) adalah senyawa yang dominan yang

terkandung dalam batu kapur. Batu kapur mengandung sebagian besar

mineral kalsium karbonat yaitu sekitar 95%. Kandungan kalsium karbonat ini

dapat diubah menjadi kalsium oksida dengan kalsinasi sehingga lebih mudah

dimurnikan untuk mendapatkan kalsiumnya. Dengan cara ini, batu kapur

dapat dimanfaatkan dalam sektor katalisis sehingga batu kapur dan

produktanya telah banyak digunakan dalam berbagai industri. Kalsium

karbonat (CaCO3) dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi

karena batu kapur merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh kalsium

karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit, batu kapur kebanyakan

merupakan batuan sedimen organik (Indrajaya, dkk., 2021: 108).

4
5

Kapur adalah dengan definisi batu yang mengandung setidaknya 50%

kalsium karbonat, semua batu gamping mengandung setidaknya beberapa

persen lainnya bahan. Dalam batu kapur terdapat partikel partikel kecil yang

terdiri dari kuarsa, feldspar, mineral lempung, pirit, siderit dan mineral

lainnya. Hal ini juga dapat berisi nodul rijang, pirit atau siderit. Ketersediaan

batuan kapur yang melimpah dapat dikatakan 3,5 - 4% elemen di bumi adalah

kalsium, dan 2% terdiri dari magnesium. Dari keseluruhan ketersediaan


kalsium menempati urutan kelima setelah oksigen, silikon, alumunium, dan

besi. Ketersediaan batuan kapur yang melimpah ini merupakan potensi yang

besar terhadap pengembangan industri (Thamli, 2020: 29).

Kapur dihasilkan berdasarkan proses kimia dan mekanis di alam.

Kapur telah digunakan berabad-abad lamanya sebagai bahan adukan dan

plesteran untuk bangunan, dapat dilihat dari pembangunan piramida di Mesir,

di bangun lebih dari 4500 tahun sebelum masehi. Saat ini lebih dari 90%

kapur digunakan di industri kimia. Secara kimiawi kapur dibedakan dari

unsur-unsur kimianya yaitu: quicklime, calcium oxide (CaO), hydrated lime,

calcium hydroxide (Ca(OH)2), dolomitic quicklime (CaO.MgO) (Mulyono,

2018: 57-58).
B. Kalsinasi

Kalsinasi adalah salah satu proses aktivasi pada sampel. Kalsinasi adalah

perlakuan pemanasan pada sampel dengan suhu yang relatif tinggi. Alat yang

digunakan untuk proses kalsinasi adalah furnace. Proses kalsinasi terhadap sampel

alam diharapkan dapat meningkatkan rasio kandungan dan memperbesar luas

permukaan dan ukuran pori sehingga dapat dihasilkan sampel dengan sifat adsorben

yang tinggi (Febriana, 2010: 3).


6

Tujuan kalsinasi adalah untuk menghilangkan sisa air dalam bijih (untuk

menghindari ledakan selama peleburan tanur listrik berikutnya), selain itu fungsi

kalsinasi adalah untuk mengurangi sekitar seper-empat nikel dalam bijih menjadi

logam nikel dan sebagian besar mineral Fe 3+ ke mineral Fe2+ dan sekitar 5% besi

menjadi besi metalik, menambahkan batubara yang cukup dalam kiln sehingga

beberapa tetap di bijih ketika ditransfer ke tungku listrik untuk pengurangan akhir

nikel dan besi dan untuk memberikan kalsin pada suhu sekitar 900°C ke tungku
peleburan feronikel, sehingga energi yang digunakan diminimalkan (Salahu, 2019:

10).

Proses kalsinasi menjadi salah satu langkah penting perlu dioptimalkan,

karena menentukan pertumbuhan kristal dan juga kandungan tertentu dalam sampel.

Suhu kalsinasi tertentu diperlukan untuk mengubah fase kristal anatase yang

diharapkan dan menghapus bahan prekursor. Yang terlalu tinggi suhu kalsinasi akan

memimpin transformasi anatase menjadi fasa kristal dan hilangnya fasa tinggi. Bahan

yang dikalsinasi mungkin dipengaruhi oleh proses sintering selama kalsinasi yang

akan menyusun pori-pori (Kusumawardani, 2022: 119).

Kalsinasi atau perlakuan termal adalah proses hidrasi dan dalam reaksi

karbonasi kinetik dengan fase kimia sistem matriks. Proses kimia yang ditimbulkan
oleh pengaruh suhu kalsinasi dan reaksi karbonasi matriks memiliki pengaruh

penting terhadap sifat fisik dan kimia deformasi pada sampel. Efek ini menyebabkan

peningkatan dekomposisi produk hidrasi yang mempengaruhi anhidrit utama fase.

Deformasi dalam fisik dan kimia sifat terjadi karena terbentuknya kalsium karbonat

(CaCO3) (Hafez, dkk., 2021: 390).

C. Preparasi Sampel
7

Preparasi sampel adalah proses persiapan suatu sampel agar layak untuk di uji

di laboratorium. Maksudnya adalah preparasi disini bertujuan untuk mempersiapkan

suatu zat yang akan di analisis di laboratorium. Hal ini disebabkan, dalam analisa

kimia terkadang terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum sampel

tersebut di uji, antara lain ukuran sampel harus sekian mesh atau mikrometer. Jadi,

sampel yang akan di analisa harus memiliki ukuran yang sesuai dengan standar yang

menjadi metode dalam analisa tersebut, sehingga hasil analisa menjadi akurat dan
presisi. Teknik preparasi sampel dilakukan dengan tujuan khusus untuk memisahkan

analit dari matriks sampel yang sangat komplek, memekatkan analit sehingga

diperoleh analit dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari semula dan mengubah

analit menjadi senyawa lain yang dapat dianalisis (Berndt, 2020: 101).

Persiapan sampel adalah prosedur sebelum analisis instrumental dan

signifikan terhadap efektivitas dan efisiensinya. Namun, prosedur ini biasanya

memakan waktu, padat karya, dan rentan terhadap kesalahan. Pengembangan teknik

preparasi sampel telah mendapat perhatian yang meningkat, terutama dalam aplikasi

sampel yang kompleks. Pretreatment sampel lebih cepat dan lebih efektif, bahan,

instrumentasi, dan metode canggih telah dikombinasikan dengan teknik khas,

termasuk ekstraksi, pemisahan membran, dan teknik konversi kimia. Pengembangan


metode persiapan sampel yang sederhana dan efisien pada sampel dengan pengayaan

selektif dan kemampuan pemisahan yang cepat untuk analisis target dalam matriks

sampel yang rumit (Xia, dkk., 2019: 190).

Pemilihan strategi pengambilan sampel yang memadai adalah langkah paling

penting dalam analisis lingkungan. Pilihan pendekatan sampling ditentukan oleh

pertanyaan penelitian dan melibatkan pertimbangan distribusi analit yang

dihipotesiskan di lapangan, sumber potensial, atau geomorfologi lokasi. Strategi


8

pengambilan sampel tanah umum sesuai dengan ISO18400-102. Area pengambilan

sampel dan prosedur pengambilan sampel harus didokumentasikan dengan catatan

lapangan dan foto (Thomas, dkk., 2020: 2).

D. Sieve Shaker

Alat sieve shaker berfungsi untuk memisahkan partikel atau bahan

dengan metode pengayakan berdarakan bentuk dari partikelnya sehingga

dapat menghasilkan partikel kecil atau halus. Karena bahan yang memiliki
partikel kecil dapat mempengaruhi bioavailibilitas dan proses absorbsi bahan

obat menjadi lebih cepat ketika sudah masuk ke dalam tubuh. Sieve shaker

dapat mempermudah dalam memperoleh bahan dengan ukuran partikel yang

sama. Bahan yang memiliki partikel kecil disebut juga bahan halus yang

diperoleh dari hasil pengayakan. Bahan halus tersebut nantinya mudah

diproses untuk melakukan pengujian selanjutnya dengan homogenisasi atau

pelarutan bahan (Joharwan dan Palmiyanto, 2020: 30).

Gambar 2.1 Sieve Shaker


(Sumber: Dokumentasi Praktikum)

Sieve shaker adalah alat yang digunakan untuk memisahkan padatan

dengan menggunakan peralatan penyaringan berlapis serta adanya nilai mesh

saringan yang berbeda-beda. Peralatan ini memanfaatkan getaran yang


9

memudahkan bahan yang hendak dipisahkan untuk melewati saringan.

Getaran yang dihasilkan, selain untuk meratakan permukaan bahan yang akan

disaring juga berfungsi untuk mengarahkan bahan yang tidak tersaring

(Hadiyan, 2019: 5).

Pengayakan pada metode sieve analysis dilakukan dengan

menggunakan sieve shaker dengan cara menuangkan sampel sedimen pada

ayakan paling atas. Kemudian sieve shaker ditutup sampai rapat lalu diayak
selama 5 - 10 menit agar sedimen telah benar-benar terpisah. Sedimen yang

telah terpisah ditimbang sesuai dengan nomor ayakan berdasarkan ukuran

butir sedimennya untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan metode (Hikmat,

2016: 14).

E. Furnace

Furnace adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk pemanasan.

Furnace sering digunakan untuk ekstraksi logam dari bijih, proses

pengabuan, perlakuan panas pada logam seperti annealing, normalizing,

tempering, galvanizing dan proses-proses lain yang memerlukan pemanasan.

Penggunaan furnace dalam penelitian bahan memegang peranan penting yaitu

untuk perlakuan panas pada bahan sekaligus untuk pemijaran. Panas yang
dihasilkan akibat kerja elemen di dalam furnace akan merubah suhu

temperatur kamar. Apabila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau

dua sistem yang suhunya berbeda disinggungkan maka akan terjadi

perpindahan energi. Proses itu disebut sebagai perpindahan panas (Pramesti

dan Akbar, 2020: 103).


10

Gambar 2.2 Furnace


(Sumber: Dokumentasi Praktikum)

Tanur Listrik adalah perangkat yang digunakan untuk proses

perlakuan panas dengan bahar bakar listrik. Tanur listrik banyak digunakan

dalam dunia industri yaitu untuk pembuatan keramik, ekstraksi logam dari

bijih (smelting), kilang minyak, ekstraksi kimia dan lain-lain. Prinsip

peleburan dengan tanur listrik adalah menggunakan prinsip kerja

transformator yaitu kumparan primer dialiri arus AC dan kumparan sekunder

yang diletakan di medan magnet kumparan primer akan menghasilkan arus

induksi. Yang membedakan dengan transformator yaitu kumparan sekunder

digantikan dengan bahan baku peleburan dan dirancang sedemikian rupa agar

arus induksi berubah menjadi energi panas. Perpindahan panas adalah ilmu

yang meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan

suhu diantara benda atau material. Perpindahan panas ada 3 macam yaitu

perpindahan panas konduksi, konveksi, dan radiasi (Khoirudin dan Firman,

2018: 2).

Furnace atau tungku pembakaran berfungsi bukan hanya untuk

keperluan pemanas, karena pada dasarnya istilah tungku juga mengacu pada

berbagai jenis tungku metalurgi yang kerapkali dipergunakan untuk peleburan


11

dan pekerjaan logam lainnya, serta tungku industri yang dipergunakan dalam

berbagai aplikasi industri seperti pabrik kimia dan menyediakan panas untuk

menunjukan karakteristik reaksi kimia (Haris, 2020: 11).


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 16 Mei 2023 - Kamis 18 Mei

2023 di tempat Laboratorium Anorganik dan Laboratorium Analitik Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, tanur/furnace merek

Thermo Scientific, oven merek Memmert, Shieve Shaker merek Retsch As 200,

timbangan tepung merek GSP, gelas kimia 500 mL dan 250 mL, lumpang dan alu,

talang besi, gegep kayu, gegep besi, spatula dan wadah plastik.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu, aluminium foil dan

kapur (CaCO3), label dan tissue.

C. Prosedur Kerja

Kapur ditumbuk hingga hancur lalu dikeringkan dibawah sinar matahari

sekitar 1 jam. Setelah itu, kapur ditimbang sebanyak 242 gr. Kemudian kapur

dihaluskan menggunakan lumpang dan alu, lalu dimasukkan ke dalam oven

dengan suhu 115°C selama 2 jam. Selanjutnya kapur diayak menggunakan shieve

shaker ukuran 100 mesh dengan kecepatan 40 rpm selama 15 menit. Setelah itu,

kapur yang sudah halus dimasukkan ke dalam wadah plastik sedangkan sisa kapur

yang masih kasar dihaluskan kembali menggunakan lumpang dan alu. Lalu

dipanaskan ke dalam oven selama 10 menit dan di ayak kembali sampai sampel

kapur halus mencapai 50 gr. Setelah itu, dimasukkan ke dalam Tanur dengan suhu

11
13

900°C selama 5 jam. Selanjutnya, dibiarkan hingga dingin didalam tanur dan hasil

yang diperoleh ditimbang. Setelah itu, sampel dikonvesi selama 24 jam.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Randemen Serbuk Kapur


Sebelum Kalsinasi Setelah Kalsinasi Randemen
(CaCO3) (CaO) (%)

86 %

Serbuk putih Serbuk putih

2. Reaksi

Reaksi kalsinasi kapur yaitu sebagai berikut;

CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)

Reaksi konversi dikontakkan dengan udara yaitu;

CaO(s) + H2O(g) → Ca(OH)2(s)

3. Analisis data

Dik : Bobot kapur (awal) = 52 gr

Bobot kapur (akhir) = 44,47 gr

Bobot sampel kering= 242 gr

Dit : % Randemen = …..?

Penyelesaian ;
Bobot kapur (akhir)
% Randemen = × 100%
Bobot kapur (awal)
44,47 gr
=
52 gr
× 100%

= 86%

13
15

B. Pembahasan

Kalsium karbonat (CaCO3) adalah senyawa yang dominan yang terkandung

dalam batu kapur. Batu kapur mengandung sebagian besar mineral kalsium karbonat

yaitu sekitar 95%. Kandungan kalsium karbonat ini dapat diubah menjadi kalsium

oksida dengan kalsinasi sehingga lebih mudah dimurnikan untuk mendapatkan

kalsiumnya. Dengan cara ini, batu kapur dapat dimanfaatkan dalam sektor katalisis

sehingga batu kapur dan produktanya telah banyak digunakan dalam berbagai
industri. Kalsium karbonat (CaCO3) dapat ditentukan dengan menggunakan metode

titrasi karena batu kapur merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh kalsium

karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit, batu kapur kebanyakan merupakan

batuan sedimen organik (Indrajaya, dkk., 2021: 108).

Percobaan preparasi hidroksiapatit (HAp) dilakukan dengan penghalusan

untuk memperkecil luas permukaan sampel. Setelah itu, sampel dikeringkan kembali

untuk mengurangi kadar air yang terkandung dan diayak untuk memperoleh ukuran

yang dibutuhkan dan sama. Kapur kemudian dikalsinasi dengan menggunakan tanur

untuk mengubah kalsium karbonat (CaCO3) menjadi kalsium oksida (CaO) berwarna

putih. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CaCO3 (s) → CaO(s) + CO2 (g)


Hasil kalsinasi diperoleh serbuk berwarna putih kalsium oksida (CaO) dan

melepaskan gas karbon dioksida (CO2). Hal ini sesuai dengan teori Suci dan Ngapa

(2020: 76), bahwa kalsinasi kapur (CaCO3) pada suhu 900-1000℃ bertujuan untuk

mengubah senyawa CaCO3 menjadi CaO. Kalsinasi dapat menghilangkan senyawa

organik dan pengotor yang mengganggu dalam proses pembentukan hidroksiapatit

(HAp). Hasil kalsinasi berupa serbuk berwarna putih.


16

Hasil kalsinasi yang diperoleh kemudian dikontakkan pada udara terbuka

dengan suhu kamar untuk mengkonversi kalsium oksida (CaO) menjadi kalsium

hidroksida (Ca(OH)2) yang merupakan starting material dari hidroksiapatit (HAp).

Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2CaO(s) + 2H2O(g)  2Ca(OH)2 (s)

Hasil yang diperoleh berupa kalsium hidroksida (Ca(OH) 2) berwujud serbuk

berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori Muliati (2016: 49), bahwa senyawa
kalsium hidroksida (Ca(OH)2) merupakan starting material yang akan digunakan

dalam tahapan sintesis hidroksiapatit (HAp). Kontak dengan udara pada kalsium

hidroksida (Ca(OH)2) dapat dilihat dari pengujian dengan menggunakan alat

instrumen fourier transform infra red (FTIR) yang menunjukkan bilangan panjang

gelombang 3400-3600 cm-1 yang menunjukkan gugus -OH pada hasil konversi

membentuk kalsium hidroksida (Ca(OH)2).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah cara preparasi sampel hidroksiapatit

(HAp) dilakukan pengayakan dengan ukuran 100 mesh dan proses kalsinasi

diperoleh hasil berupa serbuk berwarna putih kalsium hidroksida (Ca(OH) 2) dengan

randemen sebesar 86%.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu menggunakan

sampel dari limbah yang mengandung kalsium yang melimpah seperti tulang sapi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim
Abdullah, Muhammad. Lubabut Tafsir: Tafsir Min Ibni Katsir. Terj. Ghoffar dan
Atsari. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2006.
Berndt, Andrea. “Sampling Methods”. Human Lactation 36, no. 2 (2020): h. 101-
111.
Febriana, Vina. “Pengaruh Suhu Kalsinasi pada Aktivasi Zeolit Alat terhadap
Kemampuan Mengadsorpsi Ion Besi (III). Skripsi, Fakultas Matematikan dan
IPA Universitas Negeri Malang, 2010.
Hadiyan, Faris. “Sieve Shaker Berbasis Mikrokontroller”. Skripsi, Fakultas Teknik
dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Bandung, 2019.
Hafez, dkk. “Calcination Process and Kinetic Carbonation Effect on the Hydrated
and Anhydrate Phase of the OPC Matrix at Early Age of Hydration”. HRBC
17, no.1 (2021): h. 389-406.
Haris, Muhammad. “Simulasi Pembakaran Tempurung Kelapa pada Tungku
Pembakaran Fixed Grate Furnace”. Skripsi, Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, 2020.
Hikmat, Yanuar. “Analisis Perbandingan Metode Sieve Analysis dan Wet Sieving
dalam Penentuan Ukuran Butir dan Jenis Sedimen di Perairan Sendang Biru
Kabupaten Malang”. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya Malang, 2016.
Indrajaya, dkk. “Titrator Otomatis untuk Mengukur Kadar Kalsium Karbonat
(CaCO3) pada Batu Kapur”. Teknik ITS 10, no. 2 (2021): h. 108-114.
Joharwan, J., dan Palmiyanto, M. “Effect of Rotational Speed on the Production
Capacity of Bamboo Charcoal Particle Sieving Machine”. Material dan
Proses Manufaktur 4, no. 1 (2020): h. 28-33.
Khodijah, dkk. “Mini Sieve Shaker”. Skripsi, Fakultas Teknik Elektromedik
Politeknik Kesehatan Surabaya, 2014.
Khoirudin dan Firman, La. “Optimasi Desain pada Dinding Furnace dengan
Temperatur Kerja 1000℃”. Kajian Teknik Mesin 3, no. 1 (2018): h. 1-11.
Kusumawardani, Cahyorini. “The Calcination Effect on the Crystallinity, Nitrogen
Content, and Pore Structure of Nitrogen-Doped Titanium Dioxide”. Sains
Dasar 11, no. 2 (2022): h. 118-125.
Muliati. “Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Tulang Ikan Tuna (Thunus
sp) dengan Metode Sol-gel”. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.
Mulyono, Tri. “Kapur Sebagai Bahan Tambah untuk Beton Normal”. UNJ Article 1,
no.4 (2018): h. 55-65.
Oktralis, Debi. “Pemanfaatan Kapur Cangkang Keong Mas (Pomacea canaliculata)
dengan Kalsinasi Berbeda untuk Peningkatan pH Air Rawa pada
Pemeliharaan Ikan Patin (Pangasius sp.). Skripsi, Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, 2021.
Pramesti, Yasinta dan Akbar, Ali. “Analisa Heat Transfer pada Electric Furnace 3
Fasa”. Mesin Nusantara 3, no. 2 (2020): h. 102-111.
Rahayu, Cindy. “Analisis Pengaruh Campuran Kapur pada Tanah Lempung
Ekspansif terhadap Nilai CBR”. Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Medan
Area, 2020.
Rizal, dkk. “Pembuatan Tungku Pemanasa (Muffle Furnace) Kapasitas 1200℃”.
J-Ensitec 2, no. 2 (2016): h. 13-16.
Rumengan, Floriaan. “Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit [Ca 10(PO4)6(OH)2]
dari Batu Kapur dengan Metode Sol-gel”. Skripsi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar, 2017.
Salahu, dkk. “Analisis Proses Kalsinasi Bijih Nikel Laterit Menggunakan Tanur
Reduksi di PT. Megah Surya Pertiwi Desa Kawasi Kecamatan Obi Kabupaten
Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara”. Tambang Umum 2, no. 1 (2019):
h. 8-18.
Suci, I., dan Ngapa, Y. “Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit (HAp) dari
Cangkang Kerang Ale-ale Menggunakan Metode Presipitasi Double
Stirring”. Cakra Kimia Indonesian E-Journal of Applied Chemistry 8, no. 2
(2020): h. 73-81.
Thamli, Ali. “Pengaruh Konsentrasi Larutan Kapur Ca(OH) 2 terhadap Lama Simpan
Telur Itik”. Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar,
2020.
Thomas, dkk. “Sample Preparation Techniques for the Analysis of Microplastics in
Soil-a Review”. Sustainability 12, no. 21 (2020): h. 1-28.
Wardiana, dkk. “Pemanfaatan Batu Kapur sebagai Bahan Baku Hidroksiapatit”.
Chemistry 8, no. 2 (2019): h. 62-66.
Xia, dkk. “Recent Advances in Sample Preparation Techniques in China”.
Saparation Science 43, no. 1 (2019): h. 189-201.

Anda mungkin juga menyukai