PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
industri yang menggunakan bermacam-macam sumber daya alam. Salah satu sumber
daya alam yang dihasilkan adalah batu kapur (limestone) dengan kandungan CaCO3
yang besar. Potensi terhadap produksi batu kapur di Indonesia sangat besar dan
hampir merata di seluruh Indonesia terutama dijadikan sebagai bahan galian industri.
Data mengenai jumlah cadangan batu kapur di Indonesia belum ada, namun secara
umum jumlah batu kapur Indonesia mencapai 28,678 milyar ton. Sumber daya alam
ini dapat dimanfaatkan dengan melalui proses kalsinasi (Rumengan, 2017: 1).
ُهَو ٱَّلِذ ي َخ َلَق َلُك م َّم ا ِفي ٱَأۡلۡر ِض َج ِم يٗع ا ُثَّم ٱۡس َتَو ٰٓى ِإَلى ٱلَّس َم ٓاِء َفَس َّو ٰى ُهَّن َس ۡب َع َس َٰم َٰو ٖۚت َو ُه َو ِبُك ِّل
مَٞش ۡي ٍء َع ِلي
Terjemahnya:
"Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Mahamengetahui segala sesuatu."
Menurut tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 tahun 2004, bahwa hanya Allah yang
menciptakan semua yang ada di bumi untuk kalian, seperti sungai, pohon dan lain-
lain yang tidak terhitung jumlahnya. Sementara kalian memanfaatkan dan menikmati
apa yang telah Allah sediakan untuk kalian. Kemudian Allah menciptakan langit
1
2
Kapur atau kalsium karbonat CaCO3 yang mengalami proses kalsinasi akan
Kalsium oksida (CaO) merupakan oksida basa yang secara alami di peroleh dari
batuan gamping dengan kandungan kalsium oksida sedikitnya 90% dan magnesia 0-
5%, kalsium karbonat, silika, alumina, feri oksida terdapat sedikit sebagai
ketidakmurnian. Kapur dalam bentuk CaO memiliki bentuk molekul yang lebih
rendah, bereaksi dengan cepat dan lebih efektif dalam menaikkan pH dibandingkan
dengan jenis kapur yang lain. Satu unit kapur CaO akan menetralkan asam sebanyak
1,79 unit kalsium karbonat (CaCO3). Sebelum di kalsinasi kapur harus dipreparasi
Preparasi sampel bertujuan untuk memperoleh sifat fisik dan kimia yang
diperlukan untuk menganalisis atau mensintesis sampel. Batu kapur dibersihkan dari
kotoran seperti kerak, pasir, dan lumut hingga bersih. Kemudian dihancurkan
ayakan dengan ukuran 100 mesh menggunakan sieve shaker. Serbuk yang dihasilkan
furnace pada suhu 900°C selama 4 jam. Alat yang digunakan dalam preparasi sampel
seperti sieve shaker dan furnace (Wardania, dkk., 2019: 63).
Sieve shaker dikategorikan sebagai sebuah Ayakan terbuat dari kawat, silk,
atau plastik, benang, logam, pelat logam berlubang. Logam yang biasa digunakan
adalah baja dan baja tahan karat.ukuran ayakan dinyatakan dengan mesh yaitu
banyaknya lubang bukan ayakan dalam setiap in persegi, misalnya disebut ayakan 40
mesh, berarti terdapat 40 lubang 1 in persegi. Kisaran ukuran mesh standart adalah
mulai dari 4 mesh-400 mesh. Pemisahan ukuran dalam kisaran 4 mesh dan 48 mesh
3
disebut ayakan halus (fine screening) sedang yang lebih kecil lagi disebut ultrafine.
Lubang bukan ayakan adalah persegi panjang dan lebih kecil dari ukurannya karena
ketebalan dari kawat. Ayakan umum digunakan adalah standart tyler. Set ayakan ini
di dasarkan pada bukan 200 mesh yang ditetapkan pada 0,074 mm. Hasil ayak
Transfer energi pada tungku terjadi dalam tahapan pembangkitan energi panas oleh
element heater yang energinya disuplai dari energi listrik. Dimana dalam hal ini
terjadi perubahan energi listrik menjadi energi panas. Panas yang digunakan
bervariasi mulai dari kapasitas pemanasan 300-1800℃ (Rizal, dkk., 2016: 13).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara preparasi
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui cara preparasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kapur (CaCO3)
banyak dipakai oleh manusia. Kapur adalah kalsium oksida (CaO) yang
dibuat dari batuan karbonat yang dipanasakan pada suhu sangat tinggi. Kapur
berasal dari batu kapur alami dan tipe kapur tertentu yang terbentuk,
terbentuk dari kalsium (Ca), karbon (C) dan oksigen (O), sedangkan dolomite
mineral kalsium karbonat yaitu sekitar 95%. Kandungan kalsium karbonat ini
dapat diubah menjadi kalsium oksida dengan kalsinasi sehingga lebih mudah
karena batu kapur merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh kalsium
4
5
persen lainnya bahan. Dalam batu kapur terdapat partikel partikel kecil yang
terdiri dari kuarsa, feldspar, mineral lempung, pirit, siderit dan mineral
lainnya. Hal ini juga dapat berisi nodul rijang, pirit atau siderit. Ketersediaan
batuan kapur yang melimpah dapat dikatakan 3,5 - 4% elemen di bumi adalah
besi. Ketersediaan batuan kapur yang melimpah ini merupakan potensi yang
di bangun lebih dari 4500 tahun sebelum masehi. Saat ini lebih dari 90%
2018: 57-58).
B. Kalsinasi
Kalsinasi adalah salah satu proses aktivasi pada sampel. Kalsinasi adalah
perlakuan pemanasan pada sampel dengan suhu yang relatif tinggi. Alat yang
digunakan untuk proses kalsinasi adalah furnace. Proses kalsinasi terhadap sampel
permukaan dan ukuran pori sehingga dapat dihasilkan sampel dengan sifat adsorben
Tujuan kalsinasi adalah untuk menghilangkan sisa air dalam bijih (untuk
menghindari ledakan selama peleburan tanur listrik berikutnya), selain itu fungsi
kalsinasi adalah untuk mengurangi sekitar seper-empat nikel dalam bijih menjadi
logam nikel dan sebagian besar mineral Fe 3+ ke mineral Fe2+ dan sekitar 5% besi
menjadi besi metalik, menambahkan batubara yang cukup dalam kiln sehingga
beberapa tetap di bijih ketika ditransfer ke tungku listrik untuk pengurangan akhir
nikel dan besi dan untuk memberikan kalsin pada suhu sekitar 900°C ke tungku
peleburan feronikel, sehingga energi yang digunakan diminimalkan (Salahu, 2019:
10).
karena menentukan pertumbuhan kristal dan juga kandungan tertentu dalam sampel.
Suhu kalsinasi tertentu diperlukan untuk mengubah fase kristal anatase yang
diharapkan dan menghapus bahan prekursor. Yang terlalu tinggi suhu kalsinasi akan
memimpin transformasi anatase menjadi fasa kristal dan hilangnya fasa tinggi. Bahan
yang dikalsinasi mungkin dipengaruhi oleh proses sintering selama kalsinasi yang
Kalsinasi atau perlakuan termal adalah proses hidrasi dan dalam reaksi
karbonasi kinetik dengan fase kimia sistem matriks. Proses kimia yang ditimbulkan
oleh pengaruh suhu kalsinasi dan reaksi karbonasi matriks memiliki pengaruh
penting terhadap sifat fisik dan kimia deformasi pada sampel. Efek ini menyebabkan
Deformasi dalam fisik dan kimia sifat terjadi karena terbentuknya kalsium karbonat
C. Preparasi Sampel
7
Preparasi sampel adalah proses persiapan suatu sampel agar layak untuk di uji
suatu zat yang akan di analisis di laboratorium. Hal ini disebabkan, dalam analisa
kimia terkadang terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum sampel
tersebut di uji, antara lain ukuran sampel harus sekian mesh atau mikrometer. Jadi,
sampel yang akan di analisa harus memiliki ukuran yang sesuai dengan standar yang
menjadi metode dalam analisa tersebut, sehingga hasil analisa menjadi akurat dan
presisi. Teknik preparasi sampel dilakukan dengan tujuan khusus untuk memisahkan
analit dari matriks sampel yang sangat komplek, memekatkan analit sehingga
diperoleh analit dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari semula dan mengubah
analit menjadi senyawa lain yang dapat dianalisis (Berndt, 2020: 101).
memakan waktu, padat karya, dan rentan terhadap kesalahan. Pengembangan teknik
preparasi sampel telah mendapat perhatian yang meningkat, terutama dalam aplikasi
sampel yang kompleks. Pretreatment sampel lebih cepat dan lebih efektif, bahan,
selektif dan kemampuan pemisahan yang cepat untuk analisis target dalam matriks
D. Sieve Shaker
dapat menghasilkan partikel kecil atau halus. Karena bahan yang memiliki
partikel kecil dapat mempengaruhi bioavailibilitas dan proses absorbsi bahan
obat menjadi lebih cepat ketika sudah masuk ke dalam tubuh. Sieve shaker
sama. Bahan yang memiliki partikel kecil disebut juga bahan halus yang
Getaran yang dihasilkan, selain untuk meratakan permukaan bahan yang akan
ayakan paling atas. Kemudian sieve shaker ditutup sampai rapat lalu diayak
selama 5 - 10 menit agar sedimen telah benar-benar terpisah. Sedimen yang
2016: 14).
E. Furnace
untuk perlakuan panas pada bahan sekaligus untuk pemijaran. Panas yang
dihasilkan akibat kerja elemen di dalam furnace akan merubah suhu
temperatur kamar. Apabila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau
perlakuan panas dengan bahar bakar listrik. Tanur listrik banyak digunakan
dalam dunia industri yaitu untuk pembuatan keramik, ekstraksi logam dari
digantikan dengan bahan baku peleburan dan dirancang sedemikian rupa agar
arus induksi berubah menjadi energi panas. Perpindahan panas adalah ilmu
suhu diantara benda atau material. Perpindahan panas ada 3 macam yaitu
2018: 2).
keperluan pemanas, karena pada dasarnya istilah tungku juga mengacu pada
dan pekerjaan logam lainnya, serta tungku industri yang dipergunakan dalam
berbagai aplikasi industri seperti pabrik kimia dan menyediakan panas untuk
METODE PERCOBAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 16 Mei 2023 - Kamis 18 Mei
1. Alat
Thermo Scientific, oven merek Memmert, Shieve Shaker merek Retsch As 200,
timbangan tepung merek GSP, gelas kimia 500 mL dan 250 mL, lumpang dan alu,
talang besi, gegep kayu, gegep besi, spatula dan wadah plastik.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu, aluminium foil dan
C. Prosedur Kerja
sekitar 1 jam. Setelah itu, kapur ditimbang sebanyak 242 gr. Kemudian kapur
dengan suhu 115°C selama 2 jam. Selanjutnya kapur diayak menggunakan shieve
shaker ukuran 100 mesh dengan kecepatan 40 rpm selama 15 menit. Setelah itu,
kapur yang sudah halus dimasukkan ke dalam wadah plastik sedangkan sisa kapur
yang masih kasar dihaluskan kembali menggunakan lumpang dan alu. Lalu
dipanaskan ke dalam oven selama 10 menit dan di ayak kembali sampai sampel
kapur halus mencapai 50 gr. Setelah itu, dimasukkan ke dalam Tanur dengan suhu
11
13
900°C selama 5 jam. Selanjutnya, dibiarkan hingga dingin didalam tanur dan hasil
A. Tabel Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
86 %
2. Reaksi
3. Analisis data
Penyelesaian ;
Bobot kapur (akhir)
% Randemen = × 100%
Bobot kapur (awal)
44,47 gr
=
52 gr
× 100%
= 86%
13
15
B. Pembahasan
dalam batu kapur. Batu kapur mengandung sebagian besar mineral kalsium karbonat
yaitu sekitar 95%. Kandungan kalsium karbonat ini dapat diubah menjadi kalsium
kalsiumnya. Dengan cara ini, batu kapur dapat dimanfaatkan dalam sektor katalisis
sehingga batu kapur dan produktanya telah banyak digunakan dalam berbagai
industri. Kalsium karbonat (CaCO3) dapat ditentukan dengan menggunakan metode
titrasi karena batu kapur merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh kalsium
karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit, batu kapur kebanyakan merupakan
untuk memperkecil luas permukaan sampel. Setelah itu, sampel dikeringkan kembali
untuk mengurangi kadar air yang terkandung dan diayak untuk memperoleh ukuran
yang dibutuhkan dan sama. Kapur kemudian dikalsinasi dengan menggunakan tanur
untuk mengubah kalsium karbonat (CaCO3) menjadi kalsium oksida (CaO) berwarna
melepaskan gas karbon dioksida (CO2). Hal ini sesuai dengan teori Suci dan Ngapa
(2020: 76), bahwa kalsinasi kapur (CaCO3) pada suhu 900-1000℃ bertujuan untuk
dengan suhu kamar untuk mengkonversi kalsium oksida (CaO) menjadi kalsium
berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori Muliati (2016: 49), bahwa senyawa
kalsium hidroksida (Ca(OH)2) merupakan starting material yang akan digunakan
dalam tahapan sintesis hidroksiapatit (HAp). Kontak dengan udara pada kalsium
instrumen fourier transform infra red (FTIR) yang menunjukkan bilangan panjang
gelombang 3400-3600 cm-1 yang menunjukkan gugus -OH pada hasil konversi
PENUTUP
A. Kesimpulan
(HAp) dilakukan pengayakan dengan ukuran 100 mesh dan proses kalsinasi
diperoleh hasil berupa serbuk berwarna putih kalsium hidroksida (Ca(OH) 2) dengan
B. Saran
sampel dari limbah yang mengandung kalsium yang melimpah seperti tulang sapi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Abdullah, Muhammad. Lubabut Tafsir: Tafsir Min Ibni Katsir. Terj. Ghoffar dan
Atsari. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2006.
Berndt, Andrea. “Sampling Methods”. Human Lactation 36, no. 2 (2020): h. 101-
111.
Febriana, Vina. “Pengaruh Suhu Kalsinasi pada Aktivasi Zeolit Alat terhadap
Kemampuan Mengadsorpsi Ion Besi (III). Skripsi, Fakultas Matematikan dan
IPA Universitas Negeri Malang, 2010.
Hadiyan, Faris. “Sieve Shaker Berbasis Mikrokontroller”. Skripsi, Fakultas Teknik
dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Bandung, 2019.
Hafez, dkk. “Calcination Process and Kinetic Carbonation Effect on the Hydrated
and Anhydrate Phase of the OPC Matrix at Early Age of Hydration”. HRBC
17, no.1 (2021): h. 389-406.
Haris, Muhammad. “Simulasi Pembakaran Tempurung Kelapa pada Tungku
Pembakaran Fixed Grate Furnace”. Skripsi, Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, 2020.
Hikmat, Yanuar. “Analisis Perbandingan Metode Sieve Analysis dan Wet Sieving
dalam Penentuan Ukuran Butir dan Jenis Sedimen di Perairan Sendang Biru
Kabupaten Malang”. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya Malang, 2016.
Indrajaya, dkk. “Titrator Otomatis untuk Mengukur Kadar Kalsium Karbonat
(CaCO3) pada Batu Kapur”. Teknik ITS 10, no. 2 (2021): h. 108-114.
Joharwan, J., dan Palmiyanto, M. “Effect of Rotational Speed on the Production
Capacity of Bamboo Charcoal Particle Sieving Machine”. Material dan
Proses Manufaktur 4, no. 1 (2020): h. 28-33.
Khodijah, dkk. “Mini Sieve Shaker”. Skripsi, Fakultas Teknik Elektromedik
Politeknik Kesehatan Surabaya, 2014.
Khoirudin dan Firman, La. “Optimasi Desain pada Dinding Furnace dengan
Temperatur Kerja 1000℃”. Kajian Teknik Mesin 3, no. 1 (2018): h. 1-11.
Kusumawardani, Cahyorini. “The Calcination Effect on the Crystallinity, Nitrogen
Content, and Pore Structure of Nitrogen-Doped Titanium Dioxide”. Sains
Dasar 11, no. 2 (2022): h. 118-125.
Muliati. “Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Tulang Ikan Tuna (Thunus
sp) dengan Metode Sol-gel”. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.
Mulyono, Tri. “Kapur Sebagai Bahan Tambah untuk Beton Normal”. UNJ Article 1,
no.4 (2018): h. 55-65.
Oktralis, Debi. “Pemanfaatan Kapur Cangkang Keong Mas (Pomacea canaliculata)
dengan Kalsinasi Berbeda untuk Peningkatan pH Air Rawa pada
Pemeliharaan Ikan Patin (Pangasius sp.). Skripsi, Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, 2021.
Pramesti, Yasinta dan Akbar, Ali. “Analisa Heat Transfer pada Electric Furnace 3
Fasa”. Mesin Nusantara 3, no. 2 (2020): h. 102-111.
Rahayu, Cindy. “Analisis Pengaruh Campuran Kapur pada Tanah Lempung
Ekspansif terhadap Nilai CBR”. Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Medan
Area, 2020.
Rizal, dkk. “Pembuatan Tungku Pemanasa (Muffle Furnace) Kapasitas 1200℃”.
J-Ensitec 2, no. 2 (2016): h. 13-16.
Rumengan, Floriaan. “Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit [Ca 10(PO4)6(OH)2]
dari Batu Kapur dengan Metode Sol-gel”. Skripsi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar, 2017.
Salahu, dkk. “Analisis Proses Kalsinasi Bijih Nikel Laterit Menggunakan Tanur
Reduksi di PT. Megah Surya Pertiwi Desa Kawasi Kecamatan Obi Kabupaten
Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara”. Tambang Umum 2, no. 1 (2019):
h. 8-18.
Suci, I., dan Ngapa, Y. “Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit (HAp) dari
Cangkang Kerang Ale-ale Menggunakan Metode Presipitasi Double
Stirring”. Cakra Kimia Indonesian E-Journal of Applied Chemistry 8, no. 2
(2020): h. 73-81.
Thamli, Ali. “Pengaruh Konsentrasi Larutan Kapur Ca(OH) 2 terhadap Lama Simpan
Telur Itik”. Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar,
2020.
Thomas, dkk. “Sample Preparation Techniques for the Analysis of Microplastics in
Soil-a Review”. Sustainability 12, no. 21 (2020): h. 1-28.
Wardiana, dkk. “Pemanfaatan Batu Kapur sebagai Bahan Baku Hidroksiapatit”.
Chemistry 8, no. 2 (2019): h. 62-66.
Xia, dkk. “Recent Advances in Sample Preparation Techniques in China”.
Saparation Science 43, no. 1 (2019): h. 189-201.