Anda di halaman 1dari 6

BATU GAMPING (BATU KAPUR)

1. Pengertian Batu Gamping (Batu Kapur)

Batu gamping adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium karbonat
(CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Di Indonesia, batu gamping sering disebut juga
dengan istilah batu kapur, sedangkan istilah luarnya biasa disebut "limestone". Batu
gamping paling sering terbentuk di perairan laut dangkal. Batu gamping (batu kapur)
kebanyakan merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi
cangkang, karang, alga, dan pecahan-pecahan sisa organisme. Batu gamping juga dapat
menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh pengendapan kalsium karbonat dari
air danau ataupun air laut. Pada prinsipnya, definisi batu gamping mengacu pada batuan
yang mengandung setidaknya 50% berat kalsium karbonat dalam bentuk mineral kalsit.
Sisanya, batu gamping dapat mengandung beberapa mineral seperti kuarsa, feldspar,
mineral lempung, pirit, siderit dan mineral-mineral lainnya. Bahkan batu gamping juga
dapat mengandung nodul besar rijang, nodul pirit ataupun nodul siderit. Kandungan
kalsium karbonat dari batugamping memberikan sifat fisik yang sering digunakan untuk
mengidentifikasi batuan ini. Biasanya identifikasi batugamping dilakukan dengan
meneteskan 5% asam klorida (HCl), jika bereaksi maka dapat dipastikan batuan tersebut
adalah batugamping.

Batugamping dengan sifat keras dan padat memiliki berat jenis lebih dari 2, sedangkan
batugampig yang bersifat lunak memiliki berat jenis kurang dari 2. Batugamping bersifat
poros atau sarang, warna bervariasi yakni putih susu, abu-abu muda hingga tua, coklat,
merah sampai kehitaman yang dipengaruhi oleh pengotor di dalam batuan. Batugamping
bersifat reaktif, terutama terhadap air hujan yang mengandung CO3 dari udara maupun
dari hasil pembusukan zat-zat organik di permukaan tanah. Batugamping yang dilalui air
tersebut dapat larut dengan reaksi kimia sebagai berikut:
CaCO3 + 2CO2 + H2O >>>>>> Ca(HCO3)2 + CO2
Ca(HCO3)2 dapat larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga dalam tubuh
batugamping.

2. Jenis – jenis Kapur

Ada beberapa jenis kapur antara lain :

• Kapur tipe I adalah kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi dengan kadar
Magnesium Oksida (MgO) paling tinggi 4%.
• Kapur tipe II adalah kapur Magnesium atau Dolomit yang mengandung Magnesium
Oksida lebih dari 4% dan paling tinggi 36%.
• Kapur tohor (CaO) adalah hasil pembakaran batu kapur pada suhu ± 90°C,
dengan komposisi sebagian besar Kalsium Karbonat (CaCO3);
• Kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga membentuk
hidrat [Ca(OH)2].
3. Kegunaan Batu Gamping (Batu Kapur)
Batugamping merupakan batuan dengan keragaman penggunaan yang sangat besar.
Batuan ini menjadi salah satu batuan yang banyak digunakan dibandingkan jenis batuan-
batuan lainnya. Batuan ini banyak dimanfaatkan antara lain sebagai : bahan untuk
menurunkan kadar sulfur, bahan pembuat soda api, menurunkan kadar asam air, industri
pupuk, penetral limbah, ekstraksi peleburan besi, separator (pemisah) logam mulia,
bahan baku gelas pewarna, pemutih kertas pakaian, penyamak kulit, campuran minuman
soda, farmasi,bahan pembuat cat, bahan keramik, bahan dempul, pemadam api, industri
kimia, peningkat keasaman tanah, bahan lem, bahan kardus, lumpur Pengeboran,
pengkristal gula pasir, logam industri pengecoran, paralon, plastik, piler ban, kertas,
kabel, bahan kaca kristal, penjernih sawit/minyak kelapa dan bahan gerabah. Sebagian
besar batugamping dibuat menjadi batu pecah yang dapat digunakan sebagai material
konstruksi seperti: landasan jalan dan kereta api serta agregat dalam beton. Nilai paling
ekonomis dari sebuah deposit batugamping yaitu sebagai bahan utama pembuatan semen
portland.

4. Proses Pengolahan Batu Kapur


Batu gamping dapat langsung dipakai sebagai bahan baku, misal pada industri semen,
fondasi jalan, rumah dan sebagainya. Untuk hal lain perlu pengolahan terlebih dahulu,
misal dengan pembakaran. Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh kapur tohor (CaO),
kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan gas CO2.

KALSINASI
Kata kalsinasi berasal dari bahasa Latin yaitu calcinare yang artinya membakar kapur.
Proses Kalsinasi yang paling umum adalah diaplikasikan untuk dekomposisi kalsium
karbonat (batu kapur, CaCO3) menjadi kalsium oksida (kapur bakar, CaO) dan gas karbon
dioksida atau CO2. Produk dari kalsinasi biasanya disebut sebagai “kalsin,“ yaitu mineral
yang telah mengalami proses pemanasan. Proses Kalsinasi dilakukan dalam sebuah tungku
atau reaktor yang disebut dengan kiln atau calciners dengan berragam desain, seperti
tungku poros, rotary kiln, tungku perapian ganda, dan reaktor fluidized bed.

Secara umum, pembuatan kapur tohor meliputi :

 Kalsinasi pada suhu 900o - 1000oC, sehingga batu gamping terurai menjadi CaO dan
CO2
 CO2 ditangkap, dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tangki
 Kalsinasi dapat membentuk kapur tohor (CO) dan padam (CaOH2)
 Pembakaran batu gamping pada suhu sekitar 900oC akan diperoleh CaO melalui reaksi
CaCO3 • CaO + CO2 Pada reaksi ini terjadi penyerapan panas karena untuk mengurai
1 gram molekul CaCO3 (100 gram) perlu panas 42,5 kkal.

Pembakaran batu dolomit (MgCO3) pada suhu 800 oC akan terjadi penguraian, seperti
reaksi berikut : MgCO3 • MgO + CO2; MgO disebut juga magnesit kostik.
Pembakaran batu gamping dolomitan pada suhu 800-850 oC, hanya MgCO3 yang terurai,
tetapi CaCO3 belum terurai. Jadi yang dihasilkan adalah MgO.CaCO3; dolomit kostik
yang aktif ialah MgO sementara CaCO3 bekerja sebagai bahan pengisi. Tetapi apabila
pembakaran dilakukan di atas 900 oC, yang terjadi adalah CaCO3, dan CO3 terurai
menjadi CaO dan MgO. Pembakaran batu gamping yang mengandung MgCO3 penurunan
daya ikat MgO tak dapat dihindari, karena saat reaksi penguraian CaCO3 menjadi CaO
dan CO2 dibutuhkan suhu lebih tinggi dari 900 o C, terutama yang berukuran besar, agar
suhu di bagian dalam cukup tinggi sehingga tejadi disosiasi. Gas CO2 akibat disosiasi dari
hasil pembakaran atau udara dapat dihilangkan dengan alat pembuat gas atau secara alami.

pembuatan tungku pembakar Batu kapur siap dijual

proses pembakaran yang sedang berlangsung

Contoh Aplikasi dari Proses Kalsinasi Antaranya adalah:

1. Dekomposisi mineral karbonat seperti pada kalsinasi calcium karbonat (limestone)


menjadi calsium oksida dan gas carbon dioksida.
2. Dekompisisi mineral hidrat seperti pada kalsinasi bauxsite yang bertujuan untuk
membuang air Kristal
3. Dekomposisi zat mudah menguap yang terkandung pada petroleum coke.
Operasi Kalsinasi Batu Kapur
Secara skematik shaft funace atau tungku tegak yang umum digunakan untuk proses
kalsinasi diperlihatkan pada gambar dibawah. Bahan baku yang terdiri dari Batu kapur dan
kokas dimasukan dari bagian atas furnace. Sedangkan udara dihembuskan dari bagian
bawah. Kapur bakar hasil kalsinasi di tarik keluar dari bagian bawah.

Skematika Zona Proses Kalsinasi Pada Shaft Furnace


Tungku kalsinasi dapat dibagi dalam tiga zona, yaitu zona preheating, zona reaksi, dan
zona cooling.

Preheating Zone. Pada daerah ini muatan padat batu kapur dan kokas akan mengalami
pemanasan sampai temperatur sekitar 800 celcius oleh gas panas yang bergerak
berlawanan dari bawah ke bagian atas tungku. Pada daerah ini, belum terjadi reaksi
kalsinasi maupun reaksi pembakaran dari kokas.

Reaction Zone. Pada daerah ini terjadi reaksi pembakaran kokas dan dekomposisi dari
batu kapur. Kapur kabar mengalami pemanasan berlebih dan diperkirakan menjacapai
temperatur 1000 celcius. Gas yang meninggalkan daerah reaksi bertemperatur sekitar 900
celcius. Temperatur gas yang keluar ini, 100 celcius lebih tingg dari pada temperatur
material yang masuk pada daerah ini.

Cooling Zone. Pada daerah ini kapur bakar didinginkan dengan udara yang bergerak
berlawanan dari bagian bawah tungku. Pada daerah ini kapur bakar didinginkan sampai
temperatur sekitar 100 celcius.

Agar terjadi pembakaran sempurna dari kokas, maka udara yang dihembuskan mencapai
25 persen berlebih dari yang diperlukan.
Reaksi Kalsinasi Batu Kapur
Selama proses kalsinasi, Batu kapur, CaCO3 akan terurai menjadi kapur bakar dengan
rumus kimia CaO (kalsium oksida) dan gas karbon dioksida, CO2 sesuai dengan reaksi
berikut:

CaCO3 → CaO + CO2(g), ΔH298 = 177,8 kJProses kalsinasi meliputi pelepasan air,
carbon dioksida atau gas-gas lain yang terikat secara kimiawi. Proses Kalsinasi lebih
endotermik daripada proses drying. Sehingga panas harus dipasok dari sumber dengan
temperatur relatif tinggi.

Contoh Produk yang dihasilkan


Perubahan Komposisi Batu Kapur setelah dikalsinasi menjadi kapur bakar dapat dilihat
pada tabel di bawah. Batu kapur sebelum diproses memiliki kandungan CaCO3 sebesar
95,2 persen, MgCO3 sebesar 0,9 persen, dan air 2,7 persen. Sedangkan setelah mengalami
proses kalsinasi, kapur bakar memiliki kandungan CaO sebesar 97,0 persen, kandungan
MgO 0,8 persen.
Air yang terkandung dalam batu kapur hilang selama kalsinasi. Namun demikian,
Kandungan SiO2 pada kapur bakar menjadi relatif lebih tinggi seperti yang ditunjukkan
pada tabel di bawah.

Batu Kapur sebelum dibakar batu kapur setelah dibakar

CaCO3 95,2 % CaO 97,0 %

SiO2 1,2 % SiO2 2,2 %

MgCO3 0,9 % MgO 0,8 %

H2O 2,7 % H2O 0,0 %

http://www.geologinesia.com/2016/05/pengertian-jenis-dan-kegunaan-batu-gamping-batu-
kapur.html
http://www.geologinesia.com/2016/12/batu-gamping-batu-kapur-genesa-ciri-ciri-dan-sifat-
fisik.html
http://kumpul-bacaan.blogspot.co.id/2015/11/proses-pengolahan-batu-kapur-batu.html
http://www.agrobisnisinfo.com/2016/03/batu-kapur-manfaat-dan-kandungannya.html
http://kumpul-bacaan.blogspot.co.id/2015/11/proses-pengolahan-batu-kapur-batu.html

Manfaat Batu Kapur Dalam Bidang Konstruksi


1. Keramik / Tegel
2. Semen tras / semen merah
3. Plesteran
4. Semen Kapur untuk campuran mortar
5. Bahan campuran stabilisasi tanah
6. Plafond
7. Dinding Batu Kapur
8. Dinding Batako
9. Aggregat Beton

Anda mungkin juga menyukai