Anda di halaman 1dari 18

KAPUR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kapur adalah sebuah benda putih dan halus terbuat dari batu sedimen,
membentuk bebatuan yang terdiri dari mineral kalsium. Biasanya kapur relatif terbentuk
di laut dalam dengan kondisi bebatuan yang mengandung
lempengan kalsium plates (coccoliths) yang dibentuk oleh
mikroorganisme coccolithophores. Biasanya lazim juga ditemukan batu
api dan chert yang terdapat dalam kapur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan batu kapur?
2. Bagaimana proses pengolahan batu kapur?
3. Apa saja jenis-jenis kapur?
4. Apa saja manfaat dari batu kapur?
5. Keunggulan dan kekurangan batu kapur?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari batu kapur
2. Mengetahui proses pengolahan batu kapur
3. Mengetahui jenis-jenis kapur
4. Mengetahui manfaat dari batu kapur
5. Mengetahui keunggulan dan kekurangan batu kapur
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Batu Kapur


Batu gamping adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium
karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Di Indonesia, batu gamping sering
disebut juga dengan istilah batu kapur, sedangkan istilah luarnya biasa disebut
"limestone". Batu gamping paling sering terbentuk di perairan laut dangkal.
Batu gamping (batu kapur) kebanyakan merupakan batuan sedimen organic yang
terbentuk dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-pecahan sisa
organisme. Batu gamping juga dapat menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk
oleh pengendapan kalsium karbonat dari air danau ataupun air laut.
Pencarian lainnya yang berhubungan dengan artikel ini : batu kapur, batu
gamping, jenis batu gamping, deskripsi batu gamping, jenis batu kapur, asal batu
kapur, pemanfaatan batu kapur, kegunaan batu kapur, pembentukan batu kapur.
Pada prinsipnya, definisi batu gamping mengacu pada batuan yang mengandung
setidaknya 50% berat kalsium karbonat dalam bentuk mineral kalsit. Sisanya, batu
gamping dapat mengandung beberapa mineral seperti kuarsa, feldspar, mineral
lempung, pirit, siderit dan mineral-mineral lainnya. Bahkan batu gamping juga dapat
mengandung nodul besar rijang, nodul pirit ataupun nodul siderit.
Kandungan kalsium karbonat dari batugamping memberikan sifat fisik yang sering
digunakan untuk mengidentifikasi batuan ini. Biasanya identifikasi batugamping
dilakukan dengan meneteskan 5% asam klorida (HCl), jika bereaksi maka dapat
dipastikan batuan tersebut adalah batugamping.

2. Proses pembuatan kapur

Proses pembuatan kapur tohor dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Pembakaran batu kapur dalam tungku batch


2. Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln
3. Proses kontinu dengan menggunakan tungku putar (rotary kiln).

A. Proses dengan menggunakan Tungku Pendam (Tungku Batch)

1. Tungku Pendam

Tungku pendam sistem berkala berbentuk silinder yang terpendam dalam tanah dengan
sedikit bagian terbuka untuk pelaksanaan proses pembakaran adalah penampang tungku
pendam berkapasitas 60 ton batu kapur.

Dinding tungku pendam dibuat dari susunan batu kuarsa (batu gongsol) atau jenis batu kali
tertentu; dapat juga dibuat dari batu bata biasa. Batu bata tidak tahan terhadap api reduksi
sehingga dinding dari batu bata mudah rusak.
Pemasukan bahan bakar dilakukan dari bukaan pada dinding yang berhubungan dengan
bukaan tempat juru bakar melakukan tugasnya memasukkan bahan bakar. Bahan bakar
masuk ke dalam rongga di dalam tungku yang dibuat dari susunan batu kapur yang akan
dibakar.

2. Susunan Batu Kapur

Penyusunan batu kapur di dalam tungku pendam merupakan langkah penting untuk
terlaksananya proses pembakaran yang efisien dan merata ke seluruh umpan batu kapur
yang akan dibakar sehingga seluruhnya terkalsinasi menjadi kapur tohor.
Di bagian dasar disusun batu kapur berukuran besar 20- 30 cm x 30-40 cm. Susunan ini
berfungsi sebagai fondasi untuk menopang susunan batu kapur selanjutnya sampai ke
bagian atas tungku.

Industri pembakaran kapur termasuk industri yang padat energi karena 50-60% biaya
produksinya merupakan biaya energi.

Untuk tungku berisi 100 ton batu kapur memerlukan 50 ton kayu pinus yang baik (10 truk)
untuk pembakaran selama 9-10 hari.
Untuk mengurangi konsumsi kayu dapat digunakan batu bara halus tanpa melakukan
modifikasi tungku. Untuk itu hanya diperlukan peralatan tambahan yaitu blower dan meja
pengumpan batu bara.

Fondasi ini harus cukup kuat dan stabil pada temperatur tinggi
(1000-1200C) sampai proses pembakaran selesai yaitu sekitar 3-10 hari masing-masing
untuk kapasitas 20 dan 100 ton batu kapur. Untuk ini sifat fisik batu kapur yang digunakan
pada suhu tinggi harus sudah diketahui.

Semakin ke atas, batu kapur yang disusun semakin kecil ukurannya dan susunan dibuat
semakin ke tengah dan akhirnya bertemu pada ketinggian 1/3 tinggi umpan dari dasar
tungku atau 1- 2 m. Terbentuklah sebuah rongga berbentuk setengah bola.Lubang
pengapian dari luar tungku tembus ke dalam rongga ini. Karena bentuk yang demikian
mengakibatkan terciptanya turbulensi yang tinggi dalam rongga pembakaran ini,

setelah suhu meningkat. Kondisi ini cukup ideal untuk proses pembakaran batu bara halus.

Dengan penambahan batu bara penggunaan kayu dapat berkurang paling sedikit
setengahnya dan setiap ton batu bara dapat menggantikan 8-10 ton kayu bakar. Kemudian
di permukaan tumpukan batu kapur tersebut ditutup dengan batu kapur kecil-kecil
berukuran 2- 3 cm setebal 5 cm guna menahan laju panas yang keluar. Selanjutnya proses
pembakaran dapat dimulai.
Susunan Batu Kapur di DalamTungku (dilihat dari atas)

2. Teknik Pembakaran

Pembakaran dimulai dengan api kecil menggunakan kayu bakar untuk mengeringkan batu
kapur. Api dapat dibesarkan setelah batu kapur hampir kering sehingga uap air tidak terlalu
banyak. Banyaknya uap air akan mengganggu draft (tarikan) sehingga pembakaran kurang
lancar, banyak menghasilkan jelaga yang mengganggu proses pembakaran selanjutnya.

Jika unggun batu kapur sudah hampir kering, draft sudah cukup kuat, api dapat semakin
dibesarkan. Setelah api besar dan stabil, batubara halus dapat dimasukkan. Ukuran butir
batu bara halus adalah 30 mesh dan cara pemasukannya adalah dengan mengalirkannya ke
dalam pipa yang ditiup blower.

Untuk tungku pendam berkapasitas 40 ton batu kapur, dapat digunakan blower 3 inci 440
watt dan pipa untuk peniupan 4 - 5 inci.

Batu bara halus masuk ke pipa peniupan dari pipa pengumpan. Pemasukan batu bara halus
ke pipa pengumpan untuk kemudian ditiupkan ke dalam ruang bakar dilakukan dengan
sistem pengumpan.

Sistem pengumpan dapat berupa pengumpan ulir (screw feeder) dengan kecepatan yang
dapat diatur atau dapat juga secara manual.

Cara manual dapat dilakukan dengan menyediakan meja dengan lubang di salah satu
sudutnya untuk menyalurkan batu bara di atas meja dengan mendorong batu bara ke dalam
pipa pengumpan dengan tangan melalui lubang tersebut.
Cara lain dengan menyediakan bejana diatas pipa pengumpan, kemudian aliran batu bara
halus diatur dengan kran pada pipa pengumpan. Untuk memperlancar aliran batu bara
dapat dilakukan dengan memasang kawat menembus bukaan pada kran dan kawat diputar
dengan sebuah motor listrik.

Pipa peniup batu bara dipasang sedemikian rupa sehingga batu bara halus menyebar secara
merata di dalam rongga pembakaran yang berisi kayu bakar yang sedang terbakar dengan
posisi malang melintang. Pemerataan ini dibantu dengan adanya turbulensi yang tinggi
dalam rongga pembakaran.

Turbulensi tercipta karena draft yang kuat dari unggun kapur dan udara luar masuk ke
dalam rongga melalui lubang pengapian yang sempit. Kondisi ini sangat membantu proses
pembakaran batu bara sehingga batu bara dengan cepat terbakar dan kayu terbakar lebih
lambat.

Setiap pemasukan satu ton batubara dapat mengurangi penggunaan kayu bakar sebanyak 8
- 9 ton.Kecepatan pemasukan batubara antara 40 - 60 kg/jam. Kayu bakar juga terus
ditambahkan sehingga api dari kayu dan batu bara berimbang dan dicapai efisiensi
pembakaran yang maksimum.

Sketsa Susunan Pengumpan Batu Bara Halus


Penggunaan Pengumpan Batu BaraHalus untuk Pembakar Kapur

Karena pemasukan batu bara secara terus menerus tanpa henti maka peningkatan suhu juga
terus menerus sehingga waktu pembakaran dengan kombinasi batubara kayu ini lebih
singkat dibanding pembakaran dengan kayu yaitu sekitar 2/3-nya. Untuk perbandingan,
dibawah ini adalah hasil pembakaran 36 ton batu kapur.

Pembakaran dihentikan setelah seluruh muatan batu kapur telah terkalsinasi.Hal ini dapat
diketahui dengan mengukur suhu sekitar 5 cm di bawah permukaan batu kapur.Setelah
temperatur bertahan 2 - 3 jam pada 900C atau lebih maka batu kapur telah terkalsinasi.

Dapat juga dilihat dari penurunan permukaan batu kapur di dalam tungku.Setelah
terkalsinasi volume produk CaO menyusut sehingga permukaan batu kapur menurun 40 -
80 cm, tergantung kapasitas tungku dan sifat batu kapur yang dibakar.Trayek suhu
pembakaran kapur dengan kombinasi batu bara-kayu terlihat dalam gambar.

Batu bara muda berkalori rendah, kurang dari 5500 kkal/kg, kurang efektif untuk
digunakan membakar kapur dengan teknik ini. Batu bara ini baik untuk membakar kapur
tanpa campuran kayu dalam tungku pendam yang dimodifikasi atau tungku tegak dengan
pembakar siklon.

Batu bara peringkat lebih tinggi yang bernilai kalor lebih dari 6000 kkal/kg kurang baik
untuk membakar kapur dengan teknik batu bara halus tanpa campuran kayu dalam tungku
tersebut di atas sebab api pembakarannya dapat mencapai lebih dari 12000C. Panas yang
terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya sintering di permukaan kapur tohor (berwarna
kehitaman) sehingga sukar diseduh menjadi Ca(OH)2.

Api di Bagian Atas Tungku pada Temperatur 9000C

Suhu di Bagian Atas Tungku pada Pembakaran 36 TonBatu Kapur selama 47 Jam
Urutan pengolahan batu gamping (CaCO3) :

1. Transportasi dari tambang ke penggilingan, biasanya dengan kereta api industri.


2. Penghancuran dan pengaturan besar butil dalam pemecahan rahang atau giratori.
3. Pengayaan untuk memisahkanberbagai ukuran (misalnya, batuan 10 sampai 20 cm berarti
bahwa batuan yang ukurannya lebih kecil dari 10 cm dan lebih besar dari 20 cm telah
dikeluarkan).
4. Batu-batu besar diangkut dengan gerobak ke tanur vertikal (shaft kiln).
5. Batu-batu kecil dibawa ke tanur putar (rotary kiln).
6. Batu-batu halus ke pulverisor (penggilingan halus) untuk membuat batu gamping serbuk
utnuk pertanian dan keperluan lain.
7. Batu gamping dibakar menurut ukuran masing-masing, di dalam tanur vertikal untuk
membuat gamping bongkahan, atau di dalam tanur putar horizontal untuk membuat
gamping serbuk
8. Dilakukan pengemasan terhadap hasil produksi tersebut (CaO).
Proses Saft Kiln

Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln

Jobong dibuat dari batu tahan api yang diperkuat dengan carbon steel silinder sedan
gkan bagian luar dari pasangan batu merah biasa, tebal dinding bagian bawah kurang
lebih 1 meter dan bagian atas kurang lebih 0,5 meter. Dari 10,5 ton batu kapur mentah pe
rhari atau 438 kg perjam, pecahan 4 cm sd 15 cm akan dihasilkan kurang lebih 6 ton
kapur. Jobong terdiri dari zona pemanasan, zona kalsinasi, dan zona pendinginan.

Tiga meter bagian atas adalah zona


pemanasan awal (pre heating),pada proses kalsinasi akan mengalami pemanasan. Batuan
kapur dengan ukuran 5 - 7 cm, dibakar di dalam tungku dalam suhu tertentu. Di sini suhu
berkisar dari 900 1000 C dalam waktu 1 - 3 jam.

Reaksi yang berlangsung adalah :

CaCO3 CaO + CO2 H = +44 kkal


Kalsinasi

Pada waktu kalsinasi, volumenya menciut, dan pada waktu hidrasi mengembang. Kalor
total yang diperlukan untuk kalsinasi per ton gamping dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
kalor sensibel untuk menaikkan suhu batuan sampai dekomposisiya dan kalor laten
disosiasi.

Zona Pendinginan

Setelah proses pembakaran selesai maka mulailah pendinginan kapur tohor di dalam
tungku. Pendinginan ini tidak boleh terlalu lama sebab dapat mengakibatkan hancurnya
kapur tohor yang bersifat higroskopis akan mempunyai kesempatan untuk menyerap air
dari udara bebas.

Pengeluaran Hasil Pembakaran.


Untuk menghindari pengotoran dari abu batubara, maka pada waktu pengeluaran abu batu
bara yang berukuran sangat halus yang terdapat didasar tungku harus segera dipisahkan
dari kapur tohor yang masih berbentuk bongkah-bongkah. Ini dilakukan pada saat
temparatur mulai menurun 400 C.

Proses Shaft kiln dengan sistem Darco Fluosolids.


Tanur Darco Fluosolids adalah suatu tanur vertikal yang beroprasi berdasarkan asas yang
berlainan. Umpannya adalah bahan butiran (0,225 sampai 2,4 mm) dan difluidasi dengan
mengendalikan udara dan campuran gas buang secara teliti.

Keterangan : 1. Penimbunan, 2. Pemanasan awal, 3. Kalsinasi, 4. Pendinginan.

Secara umum proses pengolahan batu gamping (CaCO3) melalui proses shaft kiln dengan
sistemDarco Fluosolids dijelaskan pada gambar di atas.

B. Proses Rotary Kiln


Proses pembakaran yang terjadi pada tanur kiln ini disebabkan karena adanyaperpaduan
antara bahan bakar batubara dengan udara atau oksigen yang betekanantinggi dimana
batubara yang digunakan adalah batubara yang telah dihaluskan hinggaberbentuk seperti
tepung yang dapat menghasilkan semburan api hingga suhu 1500oC . Bagian luar tanur
putar terbuat dari baja berat dan bagian dalamnya dilapis dengan bata refraktori dimana
bata ini memiliki kemampuan tahan panas dan air yang baik.Kiln dipasang dengan
kemiringan 4 persen dan berputar melawan arah jarum jam dengan kecepatan 0,6 sampai 2
putaran per menit.

Kinerja Kiln

Pada saat material telah masuk ke kiln, terdapat empat zona proses pemanasan diantaranya
calsinasi zone dimana pada proses ini material yang baru masuk kedalam kiln. Pemanasan
pendahuluan itu bisa mencapao 980o C pada waktu batu gamping masuk ke kiln. Kalor
untuk pemanasan pendahuluan ini berasal dari udara dan gas dari tanur. Material tersebut
terkalsinasi yang dikarenakan mendapatkan panas yang lebih tinggi dari pada di dalam SP
berkisar antara 1100-1200oC sehingga mengakibatkan perubahan bentuk pada material
tersebut yang tadinya berupa serbuk-serbuk padat menjadi serbuk-serbuk yang mulai
terlihat meleleh, kemudian ada lagi yang namanya transisi zone dimana pada proses ini
bahan material mandapatkan pemanasan yang lebih tinggi berkisar antara 1200-1300oC
dimana pada prosesini material hampir mendekati cair danyang terakhir terdapat proses
burningzone dimana pada proses ini materialbenar-benar mendapatkan pemanasansecara
penuh dari kiln hingga materialtersebut mencair dan panasnya mencapai 14001500oC
kemudian proses yang terakhir adalah proses cooling zone, pada proses ini material yang
telah masuk ke cooler mendapatkan pendinginan secara cepat atau proses pendinginan
yang dikagetkan karena pada cooler ini panas pada material harus lebih dingin
dibandingkan didalam kiln dimaksudkan supaya klinker tersebut tidak lengket pada great
plat dan panas pada cooler mencapai 150-200 oC.

Udara panas pada cooler akan masuk kembali ke dalam kiln yang dapat mengurangi bahan
bakar untuk panasan pada kiln. Panas yang dihasilkan didalam tungku kiln tidak serta
merta berimbas keluar di karena pada dinding kiln dilapisi oleh bata tahan api yang mampu
menahan panas yang sangat tinggi hingga 1600oC. Sehingga lingkungan yang disekitar kiln
tidak terlalu panas pada saat kita berada disekitar area kiln. Kiln memiliki tiga penyangga /
support untuk dapat menahan berat kiln tersebut diantaranya ada di ujung sebelah kanan
dan kiri dan juga ditengah, ketiga penyangga ini sangat berperan penting untuk menahan
tanur kiln agar tidak jatuh dan di salah satu suppor tersebut terdapat satu motor yang
berfungsi untuk memutar kiln saat beroprasi. Berikut spesifikasi dari kiln beserta
gambarnya dapat dilihat dibawah ini:
Kiln
Diameter : 5,5 meter
Panjang : 87 meter

Motor Penggerak
Ukuran kiln drive : 1500 KW (2 x750 KW )
Jumlah support : 3
Maximum speed : 3,5 rpm
3.
4. Kapur tohor adalah hasil pembakaran batu kapur alam yang komposisinya sebagian
besar merupakan kalsium karbonat (CaCO3) pada temperature diatas 900 derajat
Celsius terjadi proses calsinasi dengan pelepasan gas CO2 hingga tersisa padatan
CaO atau bisa juga disebut quick lime
CaCO3 (batu kapur) > CaO (kapur tohor) + CO2

Kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air dan membentuk hidrat

CaO + Air ( H2O ) > Ca (OH)2(kapur padam) + panas

Kapur udara adalah.kapur padam yang diaduk dengan air setelah beberapa waktu campuran
tersebut dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida

Ca (OH)2 +CO2 -> Ca CO3 + H2O

Kapur hidrolis adalah kapur padam yang diaduk dengan air setelah beberapa waktu
campuran dapat mengeras baik didalam air maupun didalam udara
5. FUNGSI KAPUR :

Perekat ( industri semen, bahan mortar, plesteran, dll )

Untuk hidrolisasi ( industri sabun, dll )

Bahan absorbsi ( bahan pemutih, dll )

Pelarut / solvent (ind. Cat casein, dll )

Bahan dihidrasi (pengering udara, dll)

Flokulan (ind, gula dll)

6. Kelebihan menggunakan batu kapur


Harga dinding batu kapur sangat murah
waktu pemasangan cepat dan memerlukan sedikit adukan semen-pasir
bila sudah diplester dinding ini tidak terlihat dari tanah atau kapur
Kekurangan menggunakan batu kapur
- Dinding ini memerlukan kolom praktis setiap 2.5 m

Anda mungkin juga menyukai