Anda di halaman 1dari 13

PAPER KIMIA BAHAN GALIAN

“Analisis Diagenesis Batuan Karbonat Dengan Metode Analiasa Petrografi”

Dosen Pengampu : Drs. Jackson Siahaan, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Syifa Madaniyah E1M020064
2. Afrianti E1M020002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
ANALISIS DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DENGAN METODE ANALIASA
PETROGRAFI
Syifa Madaniyah, Afrianti
Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Mataram

ABSTRAKS
Di bumi terdapat banyak sekali kandungan sumber daya alam, diantaranya yaitu batuan.
Batuan mempunyai manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Batuan adalah
kumpulan dari mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral.
Sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk karena kristalisasi dari proses geologi,
yang memiliki komposisi fisik dan kimia. Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang
mempunyai komposisi yang dominan (lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang
dalam prakteknya secara umum meliputi Batu gamping dan Dolomit. Keberadaan litologi
batuan karbonat berupa batuan gamping merupakan suatu fenomena yang khas dan menarik
untuk dijadikan sebagai bahan penelitian. Metode yang digunakan berupa studi literatur
mengenai analisa laboratorium berupa analisa petrografi. Petrografi adalah cabang petrologi
yang berfokus pada deskripsi rinci dari batuan.

Kata Kunci : batuan karbonat, analisa petrografi

ABSTRACT

On earth there are many natural resources, including rocks. Rocks have very important
benefits for human life. Rocks are a collection of minerals that are united together. May consist
of one or more minerals. While minerals are substances that are formed due to crystallization
of geological processes, which have physical and chemical compositions. Carbonate rocks are
sedimentary rocks that have a dominant composition (more than 50%) consisting of carbonate
salts, which in practice generally include limestone and dolomite. The existence of carbonate
rock lithology in the form of limestone is a unique and interesting phenomenon to be used as
research material. The method used is a literature study on laboratory analysis in the form of
petrographic analysis. Petrography is the branch of petrology that focuses on the detailed
description of rocks.

Keywords: carbonate rock, petrographic analysis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan
(lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara
umum meliputi Batu gamping dan Dolomit. Karbonat mempunyai keistimewaan dalam
cara terbentuknya, yaitu hanya dari larutan, praktis tidak ada sebagai detritus daratan.
Pembentukan batuan karbonat secara kimia, tetapi yang penting adalah turut sertanya
organisme di dalam batuan karbonat.
Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang
mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut organisme turut
berperan dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara
mekanik, kemudian diendapkan pada tempat lain dan pembentukannya dapat pula terjadi
akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum
adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomit). Seluruh proses
pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas
dari detritus asal darat.
Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas
yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam, sehingga hal ini
menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Disamping sebagai reservoir
minyak dan gas alam, batuan karbonat juga dapat berfungsi sebagai reservoir airtanah,
dengan adanya porositas dan permeabilitasnya serta mineral-mineral batuan karbonat yang
mudah untuk bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya endapan-
endapan bijih. Karena pentingnya batuan karbonat sebagai batuan yang dapat menyimpan
mineral ekonomis maka penting untuk mengatahui genesa dan energi yang mempengaruhi
pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat diperoleh gambaran untuk kegiatan
eksplorasi.
Penentuan kualitas batuan dilakukan dengan cara menguji batuan dengan aspek focus
tertentu untuk mengetahui kelayakan batuan untuk digunakan. Salah satu pengujian yang
dimaksud adalah analisa petrografi. Petrografi Merupakan analisa batuan secara
mikroskopis, melakukan identifikasi sayatan tipis dengan mikroskop polarisasi. Untuk
tujuan tersebut dipilih contoh batuan yang secara megaskopis tampak segar/belum
mengalami pelapukan. Dari analisa petrografi ini diketahui jenis, tekstur, struktur,
komposisi mineral, nama batuan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah pokok yang menjadi pembahasan, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan batuan karbonat?
2. Bagaimana karakteristik batuan karbonat?
3. Bagaimana tekstur dan struktur batuan karbonat?
4. Apa saja komposisi kimia dan mineralogi batuan karbonat?
5. Bagaimana lingkungan pengendapan karbonat?
6. Bagaimana pengujian analisa petrografi terhadap batuan karbonat (batu gamping)?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian batuan karbonat
2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik batuan karbonat
3. Untuk mengetahui tekstur dan struktur batuan karbonat
4. Untuk mengetahui apa saja komposisi kimia dan mineralogi batuan karbonat
5. Untuk mengetahui bagaimana lingkungan pengendapan karbonat
6. Untuk mengetahui hasil pengujian analisa petrografi terhadap batuan karbonat (batu
gamping)

1.4 Metode Penilitian


Metode penelitian yang dipakai adalah menggunakan studi pustaka dari beberapa
literatur seperti peneliti terdahulu, jurnal, makalah, skripsi, website dan studi kasus dari
data yang diambil melalui penelitian di lapangan serta hasil penelitian di laboratorium.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batuan Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (lebih
dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum
meliputi Batu gamping dan Dolomit. Karbonat mempunyai keistimewaan dalam cara
terbentuknya, yaitu hanya dari larutan, praktis tidak ada sebagai detritus daratan. Pembentukan
batuan karbonat secara kimia, tetapi yang penting adalah turut sertanya organisme di dalam
batuan karbonat. Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan
yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut
berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara
mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi
akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum
adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite). Seluruh proses
pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas
dari detritus asal darat.

Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonatnya lebih
besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya >50%. Apabila fraksi
karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi disebut sebagai batuan karbonat. Fraksi-fraksi yang
umum dapat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Mineral Karbonat yang Umum Dijumpai


Gambar Batuan Karbonat

2.2 Karakteristik Batuan Karbonat

Klasifikasi batuan sedimen dibagi beberapa jenis, salah satunya adalah batuan karbonat
yang memiliki ciri khusus. Dibagi menjadi dua yaitu gamping (kaya akan kalsit) dan dolomit
(gamping yang terjadi dolomisasi). Pada dasarnya, pembentukan sedimen melalui proses
sedimentasi seperti erosi, transportasi dan deposit. Sedangkan untuk batuan karbonat, terbentuk
disebabkan oleh proses biologi dimana yang memengaruhi besarnya butir akibat dari kecepatan
arus laut yang membawa bahan kalsit dan proses tersebut yang menjadi penentu karakterstik
dari batuan karbonat tersebut. Secara sifat fisis, batuan karbonat memiliki nilai resistivitas yang
sangat beragam. Hal ini dikarenakan pengisi rongga serta mineral sebagai butir dalam batuan
karbonat sendiri bergantung pada proses biologi.

2.3 Tekstur dan Struktur Batuan Karbonat

Tekstur pada batuan karbonat bervariasi, mulai dari tekstur yang terdapat pada batuan
detritus seperti besar butir, pemilahan, dan rounding, hingga yang menunjukkan hasil
pengendapan kimiawi. Matrixnya juga bervariasi dari lumpur karbonat berbutir padat hingga
kristal-kristal kalsit atau dolomit. Tekstur juga ada yang terbentuk dari pertumbuhan
organisme. Tekstur pada batu gamping kebanyakan hampir sama dengan jenis tekstur pada
batuan detritus seperti batu pasir. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan
karbonat dan batu pasir hampir sama.

Apabila batu gamping tersusun atas klastik, kebanyakan struktur yang terdapat pada batuan
detritus juga muncul pada batuan ini. Struktur-struktur seperti cross-bedding, ripple marks,
dunes, graded bedding, dan imbricate bedding banyak dijumpai pada batuan karbonat
walaupun tidak mudah terlalu mudah diamati karena sedikitnya perbedaan warna pada tiap
lapisan di batuan karbonat.
Tipe laminasi yang paling banyak ditemukan dibentuk oleh organisme seperti alga
hijau/biru yang tumbuh di daerah berombak. Organisme ini tumbuh sebagai serat- serat dan
membentuk serabut dengan memerangkap dan menyatukan mikrokristal karbonat. Adanya
ombak yang datang dan menyapu butiran pasir di pantai membuat formasi laminasi yang terdiri
atas material organik. Stylolit merupakan permukaan tak beraturan dari endapan karbonat yang
tertekan. Stylolit ini merepresentasikan 25% hingga 90% batuan karbonat yang terlarut

Pada umumnya yang menjadi unsur-unsur tekstur adalah:

− Matriks − Kerangka organik


− Semen Kalsit − Kehabluran/crystalinity
− Butir
Tekstur batuan karbonat dapat dibagi sebagai berikut :

1) Tekstur Primer.
Tekstur ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :
▪ Tekstur Bioklastik : Terdiri dari fragmen-fragme ataupun cangkang-cangkang
binatang, yang berupa klast (pernah lepas-lepas) : cocquina, foraminifera, keral
(lepas-lepas).
▪ Tekstur Intraklastik/ fragmen non organik : Dibentuk di tempat atau ditransport,
tetapi jelas hasil fragmentasi dari batuan atau sedimen gamping sebelumnya.
▪ Tekstur Chemiklastik/ non fragmental
▪ Butir-butir yang terbentuk di tempat sedimentasi karena proses coagulasi, akresi,
penggumpalan dan lain-lain. Contoh : oolith, pisolite.
2) Tekstur Sekunder atau Tekstur Diagenesa
Tekstur sekunder pada umumnya adalah tekstur hablur yang didapat pada sebagian
batuan ataupun meliputi keseluruhan. Tekstur sekunder ini terbentuk apabila batuan
karbonat yang terbentuk sebelumnya mengalami proses diagenesa. Proses-proses
diagenesa meliputi :
▪ Pengisian pori dengan lumpur gamping
▪ Mikritisasi oleh ganggang
▪ Sementasi
▪ Pelarutan
▪ Polimorfisme
▪ Rekristalisasi
▪ Pengubahan/pergantian (replacement)
▪ Dolomitisasi
▪ Silisifikasi

Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas yang
memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam, terutama batuan karbonat yang
telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal ini menjadikan perhatian khusus pada
geologi minyak bumi. Disamping sebagai reservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat juga
dapat berfungsi sebagai reservoir airtanah, dan dengan adanya porositas dan permeabilitasnya
serta mineral-mineral batuan karbonat yang mudah untuk bereaksi maka batuan karbonat dapat
menjadi tempat berkumpulnya endapan-endapan bijih. Karena pantingnya Batuan karbonat
sebagai batuan yang dapat menyimpan mineral ekonomis maka penting untuk mengatahui
genesa, dan energi yang mempengaruhi pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat
diperoleh gambaran untuk kegiatan eksplorasi.

2.4 Komposisi Kimia dan Mineralogi Batuan Karbonat

Mineralogi dan Komposisi kimia batuan karbonat tidak memperlihatkan lingkungan


pengendapan, tetapi penting sebagai derajat diagenesa rekristalisasi dan penggantian kalsium
karbonat.

a. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)

Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam


bentuk serabut. Jarum-jarum aragonit biasanya
diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi
langsung dari air laut. Diagenesanya berubah
menjadi kalsit, juga organisme membuat rumah
(test) dari aragonit seperti moluska.

b. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)


Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan
hablur yang baik. Terdapat sebagai rekristalisasi
dari aragonit, sering merupakan cavity fillingatau
semen, dalam bentuk kristal kristal yang jelas.
Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.
c. Dolomit : CaMg (CO3)2
Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal
sama dengan kalsit berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer
(precipitasi langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit.

2.5 Lingkungan Pengendapan Karbonat

Beberapa faktor yang penting dan sangat mempengaruhi pengendapan batuan karbonat
adalah:

1. Pengaruh sedimen klasitik asal darat


Pegendapan karbonat memerlukan lingkungan yang praktis bebas dari sedimen
klastik asal darat. Karena sedimen klastik dari darat dapat menghambat proses
fotosintesa ganggang gampingan.
2. Pengaruh iklim dan suhu
Batuan karbonat diendapkan di daerah perairan yang bersuhu hangat dan beriklim
tropis sampai subtropis.
3. Pengaruh Kedalaman
Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di daerah perairan
dangkal dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa menembus kedalaman air.
Terdapat suatu garis yang merupakan batas kedalaman air dimana sedimen karbonat
dapat ditemukan pengendapannya yang disebut dengan CCD (Carbonate Compensation
Depth).
4. Faktor mekanik
Faktor mekanik yang mempengaruhi kecepatan pengandapan batuan karbonat yaitu
antara lain aliran air laut, percampuran air, penguraian oleh bakteri, proses pembuatan
organik pada larutan, serta pH air laut.
Dalam penentuan lingkungan pengendapan dari batuan karbonat terdapat aspek- aspek
penting yang harus dideterminasi, diantaranya:

− Kelimpahan relatif antara material penyusun utamanya yaitu antara butiran, matriks,
dan semen.
− Bentuk, ukuran, sortasi, dan karakteristik lain dari butiran karbonat termasuk jenis
fosilnya.
− Asal dari matriksnya
− Jenis semen yang terkandung.
− Asal mula dari kemasnya baik berupa grain supported, matrix supported, ataupun, mud
supported.

2.6 Metologi Analisisa Petrografi dan Hasil analisa

Petrografi adalah cabang petrologi yang berfokus pada deskripsi rinci dari batuan.
Kandungan mineral dan hubungan tekstur dalam batuan dijelaskan secara rinci. Klasifikasi
batuan didasarkan pada informasi yang diperoleh selama analisis petrografi. Petrografi
Merupakan analisa batuan secara mikroskopis, melakukan identifikasi sayatan tipis dengan
mikroskop polarisasi. Untuk tujuan tersebut dipilih contoh batuan yang secara megaskopis
tampak segar/belum mengalami pelapukan. Dari analisa petrografi ini diketahui jenis, tekstur,
struktur, komposisi mineral, nama batuan. Apabila diinginkan melalui analisa petrografi dapat
diketahui tingkat pelapukan, tingkat metamorfisme, perkembangan/ pertumbuhan pori-pori.
Dari kenampakan tingkat pelapukan, tingkat metamorfisme dan perkembangan/pertumbuhan
pori-pori, secara tidak langsung terkait dengan kekuatan batuan

▪ Alat dan Bahan


− Batuan karbonat (batu gamping)
− Serbuk korundum
− Alat pemtong
− Hot plate
− Canada balsem
− Alat pengukur
− Gelas preparat
− Label
▪ Prosedur Preparasi Sampel Untuk Analisa Petrografi
a) Pilih contoh batuan, dipotong dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 0,5 cm.
b) Pada salah satu sisinya dihaluskan dengan serbuk korundum
c) Preparat dipanaskan pada hot plate dengan suhu 50° C, hingga kering, teteskan canada
balsem, pada bagian yang halus
d) Sesudah canada balsem (Kanada Terpentin/Balsam Cemara yaitu terpentin yang
terbuat dari resin pohon cemara balsam di Amerika Utara) yang diteteskan pada
preparat masak (kurang lebih dipanaskan selama 5 menit), pindahkan dan tempelkan
pada gelas preparat yang bebas debu dan air, tekan dan gerakan preparat tersebut
sehingga menempel sempurna tanpa ada gelembung udara di dalamnya, tunggu sampai
dingin betul.
e) Preparat ditipiskan dengan gerenda halus atau dengan serbuk karborundum dalam
keadaan basah, sehingga mencapai ketebalan 0,03 mm, ketebalan ini dapat diketahui
dengan membandingkan warna mineral yang tampak pada mikroskop pada saat nikol
disilangkan (misalnya mineral hornblende) dengan warna mineral baku seperti yang
terlihat pada warna interferensi.
f) Apabila telah diperoleh ketebalan yang diinginkan, preparat dipanaskan sebentar,
kemudian ditutup dengan gelas penutup, biarkan sejenak sampai dingin.
g) Beri label sesuai dengan informasi sampel, preparat ini siap untuk dideterminasi.

Hasil analisis petrografi sampel merupakan jenis batugamping Packstone dimana secara
mikroskopis batugamping non klastik jenis Packstone ini didominasi oleh fosil foram besar
serta mineral yang hadir pada batuan yaitu kalsit (20%), Mikrit (7%), dan opaq (5%). Batu
gamping pada sampel memiliki jenis Wackestone yang memiliki karateristik berwarna abu abu
hingga kecoklatan, yang rata rata di dominasi oleh mineral mikrit karbonat (40%), kalsit (20%)
fosil (30%) dan opaq (10%). Produk diagenesis pada daerah telitian ditandai dengan adanya
mikritisasi microbial yang merupakan selaput mikrit cangkang foraminifera, dimana terjadi
pengendapan satuan batuan sehingga menyebabkan batu gamping memasuki lingkungan
burial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian dapat disimpulkan bahwa :
1. Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan
(lebihd dari 50%) terdiri dari garam-gara karbonat, yang dalam prakteknya secara
umum meliputi Batu gamping dan Dolomit.
2. Petrografi Merupakan analisa batuan secara mikroskopis, melakukan identifikasi
sayatan tipis dengan mikroskop polarisasi.
3. Dari analisa petrografi ini diketahui jenis, tekstur, struktur, komposisi mineral, nama
batuan.
4. Hasil analisis petrografi sampel merupakan jenis batugamping Packstone dimana
secara mikroskopis batugamping non klastik jenis Packstone ini didominasi oleh fosil
foram besar serta mineral yang hadir pada batuan yaitu kalsit (20%), Mikrit (7%),
dan opaq (5%). Batu gamping pada sampel memiliki jenis Wackestone yang
memiliki karateristik berwarna abu abu hingga kecoklatan, yang rata rata di dominasi
oleh mineral mikrit karbonat (40%), kalsit (20%) fosil (30%) dan opaq (10%).

B. Saran
Dalam mempelajari paper ini, sebaiknya para pembaca juga membaca buku atau materi
yang bersangkuta, karena paper ini disajikan secara ringkas untuk memudahkan pembaca,
memperoleh inti dari bahasan yang terdapat di dalamnya. Selain itu, kami selaku penyusun
berharap pembaca dapat memberi saran atau masukan agar kedepannya penulisan kami
akan semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwidjaja, P., and de Coster, G.L., 1973, Pre-Teretiary paleotopografy and related
sedimentation in south sumatera. Proceedings 2nd Annual Convention, IPA.
Choquette, P. W. And Pray, L. C., 1970 Geologic Nomenclature and
Classification ofPorosity and Sedimentary Carbonates: Buletin AAPG
Vol. 54 hal 207-250.
Choquette, P. W. And Pray, L. C., 1970, Geologic Nomenclatureand Classification of
porosity and Sedimentary Carbonates: Buletin AAPG Vol. 54 hal 207-250.
De Coster, G.L. 1974. The geology of the central and south sumatera basins.
ProceedingsIndonesian Petroleum Association,3.
A. Q. Arsyadi, K. Yadi, N. Sutra, and R. A. A. Soemitro, “Analisis respon resistivitas
sampel tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik berdasarkan uji resistivitas skala
laboratorium,” J. Tek. ITS, vol. 6, no. 2, pp. D89--D92, 2017

Anda mungkin juga menyukai