Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KUNJUNGAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


(BMKG) NTB

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Laut

Dosen Pengampu : Drs. Jackson Siahaan, M.Pd

Disusun Oleh:
Syifa Madaniyah (E1M020064)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penyusun khaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah tugas Laporan Kunjungan BMKG ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu dan penuh tanggung jawab. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari Dosen Bapak Drs. Jackson Siahaan, M.Pd., mata kuliah Kimia
Laut. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Alat-Alat Ukur
Cuaca dan Iklim BMKG” baik bagi para pembaca dan juga bagi penulis khususnya.

Terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan yang mendasar baik dari segi tulisan maupun dari segi isi laporan. Oleh karena
itu, penulis mengaharapkankan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan tugas laporan ini.

Demikian pengantar dari penulis, somoga laporan ini dapat memberikan manfaat baik
bagi penulis yang menyusun laporan maupun bagi si pembaca. Apabila ada kesalahan dan
kekurangan, penulis mohon maaf.

Terima kasih.

Mataram, 18 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................4

1.2 Rumasan Masalah .....................................................................................................5

1.3 Tujuan .......................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................6

BAB III METODELOGI ..................................................................................................9

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................................11

BAB V KESIMPULAN .....................................................................................................27

A. Kesimpulan ..............................................................................................................27

B. Saran ........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................28

LAMPIRAN DOKUMENTASI........................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) adalah suatu lembaga yang
kegiatannya mengadakan penelitian, pelayanan meteorologi dan geofisika,seperti penelitian
dan pelayanan dibidang iklim, cuaca,gempa bumi, kemagnetan bumi, debu radioaktif dan
perakiraan cuaca. BMKG mempunyai status sebuah lembaga pemerintahan Non
Departemen (LPND) dipimpin oleh seorang kepala badan. BMKG mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan
Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dari berbagai
kegiatan peninjauan oleh BMKG ada baiknya pula kita sebagai mahasiswa mengetahui dan
melihat bagiamana BMKG itu sendiri.

Stasiun meteorologi adalah tempat yang mengadakan pengamatan terus-menerus


mengenai keadaan fisik dan lingkungan (atmosfer). Dalam persetujuan internasional, suatu
stasiun meteorologi paling sedikit mengamati keadaan iklim selama sepuluh tahun berturut-
turut sehingga akan mendapat gambaran umum tentang rerata keadaan iklim, batas-batas
ekstrim, dan pola siklusnya. Sasaran BMKG dalam menyebarkan informasi yaitu
penanggulangan atau antisipasi bencana meliputi banjir, angin kencang, kekeringan,
tsunami dan gempa. Cuaca adalah keadaan atau kelakuan atmosfer pada suatu waktu tertentu
yang sifatnya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan
cuaca dalam jangka waktu lama, minimal 30 tahun yang sifatnya tetap. Iklim akan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan organisme lain yang hidup di muka
bumi. Dalam kehidupan sehari-hari, iklim akan menjadi bahan pertimbangan dalam
rancangan bangunan hunian atau kontruksi bangunan fisik lainnya, bahan dan desain
pakaian, jenis dan porsi pangan yang dikonsumsi, dan ragam aktivitas sosial budaya yang
dilakukan penduduk. Oleh sebab itu, informasi berupa data atau keterangan tentang cuaca
dan iklim akan sangat diperlukan. Untuk itu, inilah yang melatarbelakangi kami untuk
melakukan kunjungan di BMKG NTB, Kabupaten Lombok Barat, Kediri, Mataram. Pada
Rabu 12 Oktober 2022.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah pokok yang menjadi pembahasan dari kegiatan kunjugan BMKG, sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan BMKG?
2. Apa saja alat-alat ukur unsur cuaca dan iklim yang ada di BMKG?
3. Bagaimana cara mengetahui uji daya hantar listrik dan pH air laut?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas antara lain:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BMKG
2. Untuk mengetahui dan mengenal berbagai jenis alat ukur unsur cuaca dan iklim
yang ada di BMKG
3. Untuk mengetahui dan melakukan praktek Uji Daya Hantar Listrik dan pH air
laut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841
diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala
Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin
diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan
pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi
instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau
Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma (Anonim, 2008).
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di
Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor.
Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen
horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal
dilaksanakan pada tahun 1928. Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan
meteorologi dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai
digunakan untuk penerangan pada tahun 1930. Pada masa pendudukan Jepang antara tahun
1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho
Kauso Kusho (Anonim, 2008).
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut
dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan
Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan Angkatan
Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian
Pekerjaan Umum dan Tenaga. Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika
diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang
dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia, kedudukan instansi tersebut di Jl.
Gondangdia, Jakarta. Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik
Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum.
Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi
Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan
Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO
(Anonim, 2008).
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi
Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun
1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah
Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat
Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan
Udara.Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi
Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen
Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat
eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di
bawah Departemen Perhubungan.Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor
46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika. Terakhir,
melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika
berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan
status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.Pada tanggal 1 Oktober 2009
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono (Anonim, 2008).
Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atmosfer yang
menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya serta interaksinya dengan permukaan bumi di
bawahnya. Dalam pelaksanaan pengamatannya menggunakan hukum dan teknik matematik.
Pengamatan cuaca atau pengukuran unsur cuaca dilakukan pada lokasi yang dinamakan
stasiun cuaca atau yang lebih dikenal dengan stasiun meteorologi. Informasi meteorogis
yang secara rutin diamati antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah, suhu
dan kelengasan tanah pada berbagai kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi
penyinaran dan reaksi matahari (Prawirowardoyo, 1996).
Pada proses pengamatan keadaan amosfer kita ini, digunakan beberapa alat. Sebelum
ditemukan satelit meteorologi, satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
mengenai keadaan atmosfer adalah dengan memasukkan keadaan yang diamati pada stasiun
cuaca di seluruh dunia ke dalam peta cuaca. (Neiburger, 1982).
Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi diantaranya alat pengukur
curah hujan (Ombrometer tipe Observatorium dan Ombrograf), Alat pengukur kelembaban
relatif udara (Psikometer Assman, Psikometer Sangkar, Higrograf, Higrometer, Sling
Psikometer), alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum,
Termometer Minimum, dan Termometer Maximum-Minimum Six Bellani), alat pengukur
suhu air (Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang
penyinaran matahari (Solarimeter tipe Jordan, Solarimeter tipe Combell Stokes), alat
pengukur suhu tanah (Termometer Permukaan Tanah, Termometer Selubung Kayu,
Termometer Bengkok, Termometer Maksimum-Minimum tanah, Termometer Simons,
Stick Termometer), alat pengukur intensitas penyinaran matahari (Aktinograf), alat
pengukur evaporasi (Panci Evaporasi Kelas A, Piche Evaporimeter) dan alat pengukur
kecepatan angin (Cup Anemometer, Hand Anemometer, Biram Anemometer).
(Prawirowardoyo, 1996).
Hasil yang didapat setelah dilakukannya suatu pengamatan di stasiun cuaca atau stasiun
meteorologi yakni data-data mengenai iklim. Di indonesia, berdasarkan ketersediaan data
iklim yang ada di sistem database Balitklimat, hanya ada 166 dari 2.679 stasiun yang
menangani data iklim. Umumnya hanya data curah hujan dan suhu udara, sehingga
walaupun metode Penman merupakan yang terbaik, metode Blaney Criddle akan lebih
banyak dipilih karena hanya memerlukan data suhu udara yang relatif mudah didapatkan.
(Runtunuwu, 2008).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kunjugan dan Praktikum ini dilaksanakan pada:

▪ Hari/Tanggal : 12 Oktober 2022


▪ Waktu :
− Berangkat/start : 11.00 WITA
− Tiba di BMKG : 11.53 WITA
− Pulang : 14. 27 WITA
▪ Tempat : BMKG Stasiun Klimatologi Kediri, Nusa Tenggara Barat,
Kabupaten Lombok Barat

3.2 Alat dan Bahan Praktikum Lapangan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah pena, buku
catatan, dan kamera HandPhone. Dan yang menjadi bahan dalam praktikum ini adalah:
1. Lysimeter
2. Panci Penguapan
3. Psycrometer
4. High Volume Samplers (HV-Sampler)
5. Penakar Hujan Observatorium
6. Actimograph Bimetal
7. Sangkar Meteorologi
8. Cup Counter Anemometer
9. Termometer Tanah Gundul dan Berumput
10. Automatic Weather Station (AWS)
11. Automatic Rain Water Sampler (ARWS)
12. Termohygrograf
13. Penakar Curah Hujan OBS dan Hellman
14. Campbell Stokes
15. Penakar Hujan ARG
16. Penakar Iklim Mikro
17. Automatic Solar Radiotion System
3.3 Alat dan Bahan Praktikum Uji Daya Hantar Listrik dan pH Air Laut
▪ Alat Praktikum :
− Alat Uji Daya Hantar Listrik
− Alat Uji pH
▪ Bahan :
− Larutan Buffter
− Sampel Air Laut
3.4 Langkah/Cara Kerja
1. Petugas memperkenalkan beberapa alat stasiun klimatologi
2. Petugas menjelaskan fungsi dan cara kerja alat klimatologi
3. Petugas menjelaskan dan melakukan praktikum uji daya hantar listrik dan pH air
laut
BAB IV
PEMBAHASAN

BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) adalah suatu lembaga yang
kegiatannya mengadakan penelitian, pelayanan meteorologi dan geofisika, seperti penelitian
dan pelayanan dibidang iklim, cuaca, gempa bumi, kemagnetan bumi, debu radioaktif dan
perakiraan cuaca. BMKG mempunyai status sebuah lembaga pemerintahan Non
Departemen (LPND) dipimpin oleh seorang kepala badan. Adapun yang termasuk unsur-
unsur iklim dan cuaca yang diamati oleh pihak BMKG yaitu Suhu udara, Curah hujan,
Tekanan Udara, Kelengasan Udara, Laju serta arah angin, Perawanan dan penyinaran
matahari.
BMKG merupakan sebuah lembaga pemerintah yang didirikan untuk melakukan
pengamatan mengenai cuaca dan iklim maupun keadaan geofisik lainnya seperti gempa
bumi dan gunung meletus yang ada di indonesia. Tugas dari BMKG sendiri yang paling
umum diantaranya memberikan data prakiraan cuaca di setiap daerah di Indonesia,
melakukan pengamatan aktivitas gunung berapi, memberi informasi mengenai kejadian
bencana alam daln lain sebagainya. BMKG menyiarkan informasi secara realtime untuk
kebutuhan masyarakat seperti untuk mengetahui prakiraan cuaca saat ingin bepergian dan
lain sebagainya
Pada tanggal 12 Oktober 2022, mahasiswa/i Pendidkan Kimia, Universitas Mataram
angkatan 2020 melakukan kunjungan ke BMKG Stasiun Klimatologi Kediri Nusa Tenggara
Barat. Tiap masing-masing kelompok mendapat seorang pemandu yang menjelaskan alat-
alat apa saja yang ada di taman alat BMKG. Taman alat adalah tempat untuk diletakkannya
alat-alat pengukur unsur cuaca. Syarat taman alat diantaranya, yaitu berupa tanah yang luas
dan datar, kanan dan kirinya tidak ada pepohonan atau bangunan yang tinggi, memiliki pagar
yang mengelilingi taman alat agar terhindar dari masuknya binatang atau gangguan anak-
anak. Taman alat BMKG tersebut, sudah memiliki alat-alat yang hampir lengkap. Alat-alat
pengukur unsur cuaca dan iklim yang dijelaskan oleh pemandu kami adalah Lysimeter, HV
Samplers, Penakar Hujan Observatorium, Actinograph, Sangkar Meteorologi, Cup Counter
Anemometer, Termometer Tanah Gundul dan Berumput, Automatic Weather Station
(AWS), Automatic Rain Water Sampler (ARWS), Pengukur Iklim Mikro, Termohygrograf,
Penakar Hujan Hellman dan OBS, Campbell Stokes, Automatic Solar Radiotion System.
Gambar Taman Alat Stasiun Klimatologi Lombok Barat

1. Pengukur Penguapan Air


▪ Lysimeter
Adalah alat pengukur evapotranspirasi dari sebidang tanah yang bervegetasi
Lysimeter dibuat dengan plat baja segi empat yang berada di dalam tanah dengan
panjang dan lebarnya 1 m serta kedalaman 1,5 m. Dibawah segi empat tersebut terdapat
prisma segitiga yang berguna menampung air yang disiramkan pada tanah dalam plat
baja. Air yang tertampung dalam prisma segitiga di pompa untuk diukur denngan gelas
ukur. Namun, pengukuran evapotranspirasi ini hanya bisa dilakukan pada saat tidak
terjadi hujan, karena jika hujan maka air yang tertampung telah bercampur dengan air
hujan. Pengukuran dilakukan setiap pukul 17.00 WIB.
Cara kerja : yaitu diamati sekali saja setelah menyiram air 10 liter kedalam bejana,
kemudian keesokan harinya diukur melalui keran dan ditampung dengan gelas ukur.
Pada alat ini hanya bisa dilakukan pengamatan apabila tidak terjadi hujan, karena
apabila terjadi hujan datanya tidak bisa digunakan karena telah tercampur dengan air
hujan. Waktu pengamatan alat ini dilakukan pada pukul 17.00 WIB.
Gambar Lysimeter

▪ Panci Penguapan
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur banyaknya laju penguapan air atau
evaporasi dalam satu hari. Oven Pan Evaporimeter adalah alat pengukur penguapan
radiasi langsung dari matahari. Alat ini memiliki komponen-komponen, yaitu Hook
Gauge, Still Well, Termometer Apung, dan Cup Counter Anemometer. Hook Gauge
adalah batang berskala yang memiliki sekrup dan ujungnya seperti pancing. Gunanya
untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air panci. Still Well adalah bejana untuk
meletakkan Hook Gauge. Termometer apung terdiri dari termometer maksimum dan
minimum yang digunakan untuk mencatat suhu air minimum dan maksimum yang
terjadi selama 24 jam. Cup Counter Anemometer yang digunakan pada Oven Pan
Evaporimeter adalah anemometer dengan tinggi 0,5 m yang berguna untuk mengukur
kecepatan angin rata-rata harian.
Cara kerja : panci penguapan diisi air setinggi 20 cm sehingga di atas rongga 5 cm,
pengukuran dilaksanakan pada permukaan air dalam keadaan tenang di dalam tabung
peredam riak. Untuk mengukur dan membaca skalanya, maka tabung pengaman
didekatkan ke panci dengan maksud agar permukaan air tetap tenang dan tidak terlalu
bergelombang. Sesudah itu sekrup patrol diputar sambil melihat ujung pancing dari
Hook Gauge di dalam Still Well. Sekrup pengontrol yaitu berada di atas penyangga
Hook Gauge berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan skala. Jika sekrup itu diputar
kembali ke kanan maka tiang skala turun, angka yang dibaca adalah angka yang
terdapat tegak lurus dengan sekrup pengontrol. Adapun skala yang tertera pada skala
adalah angka (1) sampai (100). Sedangkan termometer yang berada di atas permukaan
air adalah termometer maksimu dan termometer minimum. Misalkan cara menghitung
evaporasi dari tanggal 1 sampai tanggal 2, maka property yang digunakan adalah curah
hujan yang terjadi dari tanggal 1 sampai tanggal 2 yaitu curah hujan yang terukur pada
jam 7 pagi tanggal 2 di tambah ketinggian air yang kita dapat di tanggal 1 jam 7 pagi
dan di tanggal 2 jam 7 pagi. Kemudian kita kurangkan ketinggian awal dan ketiggian
akhir di tambah dengan curah hujan periode yang sama, maka kita dapatkan nilai
penguapan atau evaporasi.

Gambar Panci Penguapan

2. Pengukur Kualitas Udara (High Volume Samplers)


Kualitas Udara Adalah : Suatu nilai Konsentrasi dari Hasil Pengukuran/Pengamatan
yang dilakukan secara terus menerus hingga mendapatkan sebuah informasi tentang keadaan
udara (Baik dan Buruk). High Volume Samplers (HV Samplers) adalah alat pengukur
sampel atau partikel debu yang melayang di udara dengan ukuran ± 1μ. Alat ini bisa
digunakan untuk menyaring debu yang dihasilkan kendaraan bermotor yang mencemari
udara. HV Samplers ini bekerja dengan kertas filter yang menyedot udara dengan motor
putaran, konsentrasi debunya akan diketahui dengan menimbang kertas filter sebelum dan
sesudah bekerja. Pengukuran ini dilakukan dari pukul 08.00 WITA sampai pukul 08.00
WITA lagi.
Cara kerja : meletakkan kertas filter di dalam alat. Udara yang mengandung partikel
debu dihisap mengalir melalui kertas filter dengan menggunakan motor putaran kecepatan
tinggi. Debu akan menempel pada kertas filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya
dengan cara kertas filter tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling di samping itu
dicatat flowrate dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut.
Kertas filter tersebut diganti kertas filter yang baru dalam periode waktu 1 minggu.

Gambar HV-Sampler

3. Penakar Curah Hujan


▪ Observatorium
Penakar hujan Observatorium adalah penakar hujan manual yang memiliki tinggi
120 cm. Alat ini untuk mengukur jumlah curah hujan yang cara kerjanya non recording
atau tidak mencatat sendiri.Batas penampungan untuk menampung air hujan yang
masuk adalah 3-5 liter. Air yang ditampung akan diukur dengan gelas ukur yang
memiliki batas ukur 25 ml. Dalam pengukuran, 1 mm air yang terukur pada gelas ukur
sama dengan 1 liter air pada 1 m2 bidang tanpa infiltrasi dan runoff.
Cara kerja : untuk mengukur curah hujan, keran pada kaki tabung dibuka dan air
hujan yang tertampung akan diukur dengan gelas penakar hujan, kemudian curah hujan
dapat diketahui dengan membaca skala yang ada di gelas penakar hujan tersebut. Cara
membacanya adalah jumlah air hujan yang tertampung diukur dengan gelas ukur yang
telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas ukur yang kemudian dibagi sepuluh
karena luas penampangnya adalah 100 cm sehingga dihasilkan satuan mm. Pengamatan
dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi hari
adalah hujan kemarin bukan hari ini. Apabila jumlah curah hujan yang tertampung
jumlahnya melebihi kapasitas ukur gelas ukur, maka pengukuran dilakukan beberapa
kali hingga air hujan yang tertampung dapat terukur semua.
Gambar Pengukur Curah Hujan OBS dan Gelas Ukur

▪ Penakar Curah Hujan Hellman


Penakar hujan Hellman adalah penakar hujan otomatis. Alat ini dipasang dengan
tinggi 120 cm dari permukaan tanah. Alat ini mencatat curah hujan yang terjadi pada
kertas pias yang dipasang pada silinder jam. Setiap air hujan yang masuk ke dalam
tabung penampung akan menekan pelampung yang terhubung dengan pena sehingga
saat ditekan air hujan, pelampung akan naik dan pena akan bergerak naik. Penggantian
kertas pias dilakukan pada pukul 07.00 WIB dan pengamatan dilakukan selam 24 jam
Cara kerja : saat terjadi hujan, air hujan yang tercurah masuk dalam corong penakar.
Air yang masuk dalam corong penakar dialirkan masuk dalam tabung pelampung.
Penambahan air hujan yang masuk dalam tabung pelampung akan mengangkat
pelampung yang berhubungan dengan pena ke atas. Pergerakan pena akan membentuk
grafik pada pias yang diputar oleh jam pemutar, dimana sumbu X adalah waktu antara
jam 07.00 hari ini sampai jam 07.00 hari esok dan sumbu Y adalah jumlah curah hujan
dengan nilai 0 – 10 mm. Setelah mencapai nilai 10 mm pada pias, air yang tertampung
dalam tabung pelampung dikeluarkan melalui pipa siphon dan pena turun hingga nilai
0 pada pias. Pergerakan naik turunnya pena akan terus berlangsung sampai hujan
berhenti. Air yang dikeluarkan dari tabung pelampung kemudian tertampung dalam
penci penampung dan pada saat penggantian pias, air yang tertampung ditakar dengan
gelas ukur dan dicatat pada pias.
Gambar Pengukur Hujan Hellman

4. Pengukur Radiasi Matahari


▪ Actinograph Bimetal
Actinograph adalah alat pengukur intensitas radiasi matahari. Alat ini hampir sama
bentuknya dengan Campbell Stokes, namun bedanya alat ini memiliki kertas pias untuk
membentuk grafik dari pena yang dihubungkan dengan bola kaca yang berisi
lempengan logam berwarna hitam dan putih. Lempengan tersebut akan membuat pena
bergerak melukis grafik pada kertas pias saat lempengan tersebut menerima radiasi
matahari. Saat menerima radiasi, lempengan tersebut memuai dan karena lempengan
tersebut berbeda warna, pemuaian yang terjadi berbeda sehingga menyebabkan pena
bergerak. Pengukuran alat ini diambil datanya pada pukul 20.00 WIB karena pada jam
tersebut matahari sudah tidak lagi memancarkan radiasinya sehingga tidak akan ada
data pengukuran yang hilang.
Cara kerja : bimetal diatur sedemikian rupa sehingga bila kedua lempengan
logam berada pada temperatur yang sama maka pena akan menunjukkan angka nol.
Kemudian jika terdapat radiasi matahari yang mengenai lempengan - lempengan
tersebut, lempengan yang berwarna hitam akan menyerap panas lebih banyak sehingga
logam hitam tersebut lebih panjang dibandingkan dengan logam berwarna putih yang
sifatnya kurang menyerap panas.
Gambar Actinograph Bimetal

▪ Campbell Stokes
Campbell Stokes adalah alat pengukur lama penyinaran matahari. Alat ini
menggunakan bola kaca sebagai lensa cembung yang mengumpulkan sinar matahari ke
suatu titik fokus. Sinar matahari difokuskan pada kertas pias sehingga kertas pias
terbakar. Seberapa panjang bekas yang terbakar itulah yang menunjukkan lama
penyinaran matahari. Alat ini dipasang di atas pondasi beton dengan ketinggian 120
cm dari permukaan tanah.
Cara kerja : sinar radiasi yang datang akan ditembakkan oleh bola kristal kearah pias
dibawahnya. Posisi pias ini ada 3 arah, yaitu di equator, di lintang utara dan dilintang
selatan. Bila pias berada ditengah berarti posisi matahari ada di equator bumi, bila posisi
bumi bergerak ke utara matahari maka pias akan dipasang diselatan, dan sebaliknya.
Sebelum pemasangan alat ini, harus diukur dahulu letak dan posisi alat ini, agar terjadi
pembakaran kertas pias yang sempurna, kertas spesifik ini berasal dari Jerman. Proses
pengukurannya adalah dengan cara mengukur terbakarnya kertas pias, didalam kertas
spesifik terdapat garis –garis yang fungsinya untuk mengukur lamanya pembakaran.
Pengambilan data diambil setiap jam 06.00 sore dan kertas pias akan kembali dipasang
pada jam 06.00 pagi. Periode pergantian pias Camble Stokes mengikuti pergerakan
semu matahari yaitu: lengkung panjang 12 April –2 September, lurus 1 Maret – 11 April
dan 3 Sept – 14 Okt, lengkung pendek 15 Okt- 29 Feb.
Gambar Campbell Stokes

5. Sangkar Meteorologi
Sangkar meteorologi adalah sangkar cuaca yang dibuat dari kayu dengan tinggi 120 cm
dari permukaan tanah. Di dalam sangkar tersebut terdapat termometer bola basah, bola
kering, maksimum, dan minimum. Termometer bola basah dan bola kering adalah
termometer air raksa yang dipasang vertikal dan berdampingan. Termometer bola basah
adalah termometer yang bolanya dibungkus dengan kain kasa atau kasin muslin yang
tergantung pada bejana berisi air murni sehingga bola tersebut selalu basah. Sedangkan
termometer bola kering adalah termometer bola yang terbungkus dengan kering sehingga
keadaan bolanya selalu kering. Pembacaan termometer bola basah dan bola kering bisa
didapat pengukuran kelembaban udara dan titik embun. Termometer minimum dan
maksimum dipasang secara horizontal di dalam sangkar meteorologi. Termometer minimum
untuk mengukur suhu udara minimum atau terendah dan cairan yang digunakan pada
termometer ini adalah alkohol. Karena alkohol lebih peka terhadap perubahan suhu.
Sedangkan untuk termometer maksimum untuk mengukur suhu udara maksimum dan cairan
yang digunakan adalah air raksa. Komponen-komponen alat dalam sangkar meteorologi
adalah thermometer bola kering dan bola basah, thermometer minimum dan maksimum.
Cara Kerja thermometer bola kering dan thermometer bola basah, yakni apabila terjadi
kenaikan suhu udara, kalor yang merambat dalam bola termometer akan menyebabkan air
raksa memuai. Pemuaian air raksa akan mengakibatkan pertambahan volume air raksa yang
ada. Pemuaian air raksa tersebut menyebabkan naiknya permukaan kolom raksa ke skala
yang lebih besar. Permukaan raksa akan bergeser ke skala yang lebih kecil bila terjadi
penurunan suhu.
Cara kerja dari thermometer maksimum ini, yakni apabila terjadi kenaikan suhu udara,
kalor yang merambat dalam bola termometer akan menyebabkan air raksa
memuai. Pemuaian air raksa akan mengakibatkan pertambahan volume air raksa yang ada
dan menyebabkan naiknya permukaan kolom raksa ke skala yang lebih besar. Saat terjadi
penurunan suhu, air raksa yang terdapat pada bola termometer akan menyusut. Akan tetapi
air raksa yang telah masuk ke kolom raksa pada skala tidak bisa kembali ke bola raksa karena
terhambat oleh adanya celah sempit. Sehingga dapat diketahui suhu tertinggi yang telah
terjadi.
Cara kerja dari termometer minimum ini adalah pada saat terjadi penurunan suhu,
alkohol dalam bola termometer akan menyusut. Penyusutan tersebut menyebabkan
penurunan kolom alkohol pada skala dan menggeser indeks yang terdapat pada kolom
alkohol ke skala yang lebih kecil. Sedangkan pada saat terjadi kenaikan suhu, alkohol dalam
bola termometer akan memuai. Pemuaian tersebut akan menaikkan permukaan alkohol
dalam kolom alkohol akan tetapi kenaikan tersebut tidak mempengaruhi posisi indeks
(indeks tidak bergerak). Sehingga dapat diketahui suhu terendah yang terjadi.

Gambar Sangkar Meteorologi dan Psycrometer

6. Pengukur Kecepatan dan Arah Angin (Cup Counter)


Cup Counter Anemometer adalah pengukur kecepatan angin rata-rata pada periode
waktu tertentu. Alat ini dipasang di atas tiang pipa besi dengan tinggi yang bervariasi.
Variasi tinggi tiang pipa besi pada Cup Counter adalah 50 cm, 2 m, dan 10 m. Prinsip
kerjanya sama, hanya ketinggiannya yang membedakan. Karena pada masing-masing
ketinggian angin yang melintas itu berbeda, semakin rendah tiang maka semakin kecil angin
yang melintas karena faktor bangunan atau pepohonan yang menutupi angin masuk ke
baling-baling anemometer.
Pengamatan pada alat ini dilakukan dengan cara: 3 buah mangkok yang akan berputar
bila tertiup angin, pada bagian bawah mangkok terdapat angka counter yang mencatat
perputaran mangkok tersebut. Dan alat ini dipasang diatas tiang pipa besi setinggi ( 0,5 m,
2 m, 10 m) dari permukaan tanah. Untuk mengetahui kecepatan rata-rata angin pada periode
waktu tertentu dilakukan dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka counter saat
pengamatan dengan hasil pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi dengan periode waktu
pengamatan.

Gambar Cup Counter

7. Termometer Tanah Gundul dan Berumput


Termometer tanah gundul dan berumput adalah termometer yang digunakan untuk
mengukur suhu tanah yang tidak bervegetasi dan bervegetasi. Kedalaman kedua termometer
ini adalah 0 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, 100 cm. Termometer dengan kedalaman 0-20
cm dipasang miring dengan sudut 60° dan dipasang besi penahan supaya mudah dalam
pembacaan. Sedangkan kedalaman untuk 50 cm dan 100 cm termometer dimasukkan ke
dalam tabung logam tembaga dan pada bagian bawah termometer diisi dengan parafin/lilin
yang berguna memperlambat perubahan suhu ketika termometer diangkat. Kedua
termometer ini diamati pada pukul 07.30 WIB, 13.30 WIB, dan 17.30 WIB. Untuk
termometer dengan kedalaman 0-20 cm diamati pada pukul 07.30 WIB dan 13.30 WIB.
Sedangkan pada pukul 17.30 WIB dilakukan pengamatan pada semua termometer.
Cara kerja : pertama-tama masukkan thermometer ke dalam tanah dengan kedalaman 0
cm, 5 cm. 10 cm, 20 cm, 50 cm, 100 cm. Kemudian dibiarkan selama 1 hari, setelah itu
dibaca suhu yang tertera di masing-masing thermometer. Waktu pengamatan dilakukan pada
pukul 07.30, 13.30, dan 17.30 WITA.

Gambar Termometer Tanah Berumput dan Gundul

8. Automatic Weather Station (AWS)


Automatic Weather Station (AWS) adalah alat pengukur unsur cuaca secara otomatis.
Alat ini memiliki sensor suhu dan kelembaban serta pyranometer yang digunakan untuk
mengukur intensitas radiasi matahari. Sensor Pengukur Suhu udara, Kelembaban, Tekanan
Udara, Arah angin, kecepatan angin, curah hujan, Penyinaran, suhu tanah. Dari sensor
tersebut data disimpan didata loger dan disambung melalui kabel ke Komputer yang ada
diruangan Observasi untuk melihat tampilan alat tersebut. Serta data disimpan secara
otomatis kedalam penyimpanan dalam data logger.
Cara kerja : sensor yang ada pada AWS akan mendeteksi unsur-unsur cuaca dan terekam
selama 24 jam, dan unsur-unsur cuaca tersebut akan terekam setiap 10 menit pada alat
Lodger, kemudian data dari Lodger tersebut dipindahkan dan di edit ke PC Computer
program AWS. Data yang sudah tercatat pada PC Computer program AWS diarsipkan
kemudian dikirim ke BMKG Jakarta. Alat ini dapat mengamati dan mencatat unsur - unsur
cuaca, yaitu suhu udara, suhu tanah dengan kedalaman 10 cm dan 20 cm, kelembaban udara,
titik embun, tekanan udara, arah dan kecepatan angin, curah hujan, serta radiasi matahari.
Waktu pengamatan dilakukan selama 24 jam.
Gambar AWS

9. Automatic Rain Water Sampler (ARWS)


Automatic Rain Water Samplers (ARWS) adalah alat penakar sampel air hujan otomatis
yang khusus untuk menampung sampel air hujan. Alat ini memiliki sensor yang sangat peka
terhadap air hujan, dimana saat hujan sensor tersebut akan menghidupkan motor penggerak
yang kemudian membuka tutup pengumpul sampel dan sampel air hujan dialirkan ke botol
plastik. Dan saat tidak lagi hujan, sensor akan menutup tutup pengumpul sampel supaya
sampel yang ada tidak terkontaminasi polutan.
Cara kerja : saat hujan terjadi maka motor penggerak akan membuka tutup peralatan
pengumpul sampel air hujan secara otomatis yang kemudian sampel selanjutnya dialirkan
melalui selang ke botol plastik yang berbahan dasar polyethylene. Sensor ini akan menutup
secara otomatis selama tidak ada periode hujan (saat hujan berhenti) yang bertujuan untuk
menghindari atau mencegah terkontaminasinya sampel air hujan oleh polutan yang terbawa
saat periode endapan kering (dry deposition).
Gambar ARWS

10. Automatic Rain Gauge (ARG)


Penakar hujan otomatis atau Automatic Rain Gauge (ARG) adalah peralatan yang
digunakan untuk menghitung jumlah curah hujan dalam satuan waktu tertentu secara
otomatis dengan bantuan baterai sebagai sumber tenaganya. Komponen ARG ada dua yaitu
Badan ARG yang berfungsi untuk menampung dan mengukur curah hujan, serta Logger
ARG yang berfungsi untuk menghitung dan mencatat data curah hujan

Gambar ARG
11. Pengukur Iklim Mikro
Untuk melakukan pengamatan Iklim Mikro, yaitu merupakan Pengamatan
Agroklimatologi yang menghubungkan unsur cuaca dengan tumbuhan tahunan (tanaman
keras, dan tanaman buah-buahan). Alat untuk mengukur iklim mikro yang terdiri dari
Anemometer digital pada ketinggian 4 m, 7 m, dan 10 m dari permukaan tanah. Alat ini
berfungsi untuk mengamati unsur-unsur cuaca dan iklim secara otomatis. Alat ini
bermanfaat untuk sektor pertanian seperti pengukuran curah hujan, arah dan kecepatan
angin, suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari, kadar air tanah, evaporasi, dan suhu
tanah.

Gambar Iklim Mikro

12. Automatic Solar Radiation System (ASRS)


Alat yang digunakan BMKG untuk mengetahui intensitas radiasi matahari yang jatuh
pada permukaan bumi baik yang langsung maupun yang dibaurkan ke atmosfer. Alat ini
akan mengukur langsung radiasi yang dihasilkan oleh sinar matahari tanpa terhalang awan.
Sensor Pengukur UV A/B, Intensitas Matahari direct/langsung, Intensitas Matahari yang
non direct/tidak langsung, Lama Penyinaran Matahari. Dari sensor tersebut data disimpan
di datalogger dan disambung melalui kabel ke Komputer yang ada diruangan Observasi
untuk melihat tampilan alat tersebut. Serta data disimpan secara otomatis kedalam
penyimpanan dalam data logger.
Gambar ASRS

Pada saat kami melalukan kunjugan di BMKG Kediri NTB, disana kami juga melakukan
praktikum sederhana yang dipandu/dibimbing langsung oleh petugas BMKG Kediri.
Praktikum dilakukan untuk menguji daya hantar listrik dan PH pada sampel air laut yang
kami bawa. Pengujian dilakukan dengan mecampurkan sampel air laut dengan larutan
buffter/larutan penyangga menggunakan alat/lab mini kecil yaitu Alat Uji Daya Hantar
Listrik dan Uji pH yang ada di Stasiun BMKG Kediri. Sampel air laut yang digunakan
minimal 30 ml, jika kurang dari 30 ml maka kurang optimun. Daya hantar listrik air laut
cukup besar dibanding dengan air hujan, biasanya dengan suhu 26,60 C. Larutan buffer yang
biasa digunakan ada tiga jenis warna yaitu warna biru (basa) mengandung pH sebesar 10,
warna pink (asam) dengan pH 4 dan warna kuning (netral) dengan pH 7.

Gambar Alat Uji Daya Hantar Listrik dan Uji pH


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah:
1. Alat-alat yang ada di BMKG dapat membantu dalam mengkaji aspek-aspek dan
fenomena alam yang berkaitan dengan cuaca dan iklim.
2. Alat-alat yang ada di BMKG juga merupakan alat instrumentasi dimana ada yang
berbentuk manual dan digital.
3. Ketinggian alat yang berbeda-beda akan menghasilkan pengukuran yang berbeda
pula.
4. Semakin canggih suatu alat instrumen maka akan semakin akurat hasil
pengukurannya.
5. Unsur-unsur cuaca (radiasi surya, tekanan udara, suhu, kelembaban, curah hujan,
angin, evapotranspirasi, dan awan) sangat berpengaruh kepada pertanian oleh sebab
itu pengetahuan mengenai pengamatan iklim sangat diperlukan bagi sarjana
pertanian.

B. Saran
Adapun saran yang ingin saya sampaikan untuk praktikum ini adalah kunjungan
lapangan ini saya sarankan untuk tetap ada bagi angkatan selanjutnya sehingga para
mahasiswa lebih mampu memahami berbagai alat instrumentasi yang berguna bagi
pemantauan cuaca dan iklim dan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Neiburger, M. (1982). Understanding our Atmospheric Environment. New York and


Oxford, Freeman Company.

Prawiroardoyo, S. (1996). Meteorologi. Bandung, Institut Teknologi Bandung.


Runtunuwu, E., H. Syahbuddin., dan A. Pramudia. (2008). “Validasi Model Pendugaan
Evapotranspirasi: Upaya Melengkapi Sistem Database Iklim Nasional”. Jurnal
Tanah dan Iklim. 27: 8 – 9.

Setiawan, A. C. (2003). Otomatisasi Stasiun Cuaca untuk Menunjang Kegiatan Pertanian.


[Online]. Tersedia: http:// www.bmg.ac.id. [08 Mei 2016].

Wisnubroto, S. (1999). Meteorologi Pertanian Indonesia. Yogyakarta, Mitra Gama Widya.


LAMPIRAN
DOKUMENTASI KUNJUNGAN BMKG NTB

Anda mungkin juga menyukai