Disusun Oleh:
Syifa Madaniyah (E1M020064)
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penyusun khaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah tugas Laporan Kunjungan BMKG ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu dan penuh tanggung jawab. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari Dosen Bapak Drs. Jackson Siahaan, M.Pd., mata kuliah Kimia
Laut. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Alat-Alat Ukur
Cuaca dan Iklim BMKG” baik bagi para pembaca dan juga bagi penulis khususnya.
Terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan yang mendasar baik dari segi tulisan maupun dari segi isi laporan. Oleh karena
itu, penulis mengaharapkankan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan tugas laporan ini.
Demikian pengantar dari penulis, somoga laporan ini dapat memberikan manfaat baik
bagi penulis yang menyusun laporan maupun bagi si pembaca. Apabila ada kesalahan dan
kekurangan, penulis mohon maaf.
Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..............................................................................................................27
B. Saran ........................................................................................................................27
LAMPIRAN DOKUMENTASI........................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas antara lain:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BMKG
2. Untuk mengetahui dan mengenal berbagai jenis alat ukur unsur cuaca dan iklim
yang ada di BMKG
3. Untuk mengetahui dan melakukan praktek Uji Daya Hantar Listrik dan pH air
laut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841
diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala
Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin
diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan
pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi
instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau
Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma (Anonim, 2008).
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di
Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor.
Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen
horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal
dilaksanakan pada tahun 1928. Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan
meteorologi dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai
digunakan untuk penerangan pada tahun 1930. Pada masa pendudukan Jepang antara tahun
1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho
Kauso Kusho (Anonim, 2008).
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut
dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan
Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan Angkatan
Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian
Pekerjaan Umum dan Tenaga. Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika
diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang
dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia, kedudukan instansi tersebut di Jl.
Gondangdia, Jakarta. Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik
Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum.
Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi
Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan
Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO
(Anonim, 2008).
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi
Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun
1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah
Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat
Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan
Udara.Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi
Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen
Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat
eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di
bawah Departemen Perhubungan.Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor
46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika. Terakhir,
melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika
berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan
status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.Pada tanggal 1 Oktober 2009
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono (Anonim, 2008).
Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atmosfer yang
menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya serta interaksinya dengan permukaan bumi di
bawahnya. Dalam pelaksanaan pengamatannya menggunakan hukum dan teknik matematik.
Pengamatan cuaca atau pengukuran unsur cuaca dilakukan pada lokasi yang dinamakan
stasiun cuaca atau yang lebih dikenal dengan stasiun meteorologi. Informasi meteorogis
yang secara rutin diamati antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah, suhu
dan kelengasan tanah pada berbagai kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi
penyinaran dan reaksi matahari (Prawirowardoyo, 1996).
Pada proses pengamatan keadaan amosfer kita ini, digunakan beberapa alat. Sebelum
ditemukan satelit meteorologi, satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
mengenai keadaan atmosfer adalah dengan memasukkan keadaan yang diamati pada stasiun
cuaca di seluruh dunia ke dalam peta cuaca. (Neiburger, 1982).
Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi diantaranya alat pengukur
curah hujan (Ombrometer tipe Observatorium dan Ombrograf), Alat pengukur kelembaban
relatif udara (Psikometer Assman, Psikometer Sangkar, Higrograf, Higrometer, Sling
Psikometer), alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum,
Termometer Minimum, dan Termometer Maximum-Minimum Six Bellani), alat pengukur
suhu air (Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang
penyinaran matahari (Solarimeter tipe Jordan, Solarimeter tipe Combell Stokes), alat
pengukur suhu tanah (Termometer Permukaan Tanah, Termometer Selubung Kayu,
Termometer Bengkok, Termometer Maksimum-Minimum tanah, Termometer Simons,
Stick Termometer), alat pengukur intensitas penyinaran matahari (Aktinograf), alat
pengukur evaporasi (Panci Evaporasi Kelas A, Piche Evaporimeter) dan alat pengukur
kecepatan angin (Cup Anemometer, Hand Anemometer, Biram Anemometer).
(Prawirowardoyo, 1996).
Hasil yang didapat setelah dilakukannya suatu pengamatan di stasiun cuaca atau stasiun
meteorologi yakni data-data mengenai iklim. Di indonesia, berdasarkan ketersediaan data
iklim yang ada di sistem database Balitklimat, hanya ada 166 dari 2.679 stasiun yang
menangani data iklim. Umumnya hanya data curah hujan dan suhu udara, sehingga
walaupun metode Penman merupakan yang terbaik, metode Blaney Criddle akan lebih
banyak dipilih karena hanya memerlukan data suhu udara yang relatif mudah didapatkan.
(Runtunuwu, 2008).
BAB III
METODOLOGI
BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) adalah suatu lembaga yang
kegiatannya mengadakan penelitian, pelayanan meteorologi dan geofisika, seperti penelitian
dan pelayanan dibidang iklim, cuaca, gempa bumi, kemagnetan bumi, debu radioaktif dan
perakiraan cuaca. BMKG mempunyai status sebuah lembaga pemerintahan Non
Departemen (LPND) dipimpin oleh seorang kepala badan. Adapun yang termasuk unsur-
unsur iklim dan cuaca yang diamati oleh pihak BMKG yaitu Suhu udara, Curah hujan,
Tekanan Udara, Kelengasan Udara, Laju serta arah angin, Perawanan dan penyinaran
matahari.
BMKG merupakan sebuah lembaga pemerintah yang didirikan untuk melakukan
pengamatan mengenai cuaca dan iklim maupun keadaan geofisik lainnya seperti gempa
bumi dan gunung meletus yang ada di indonesia. Tugas dari BMKG sendiri yang paling
umum diantaranya memberikan data prakiraan cuaca di setiap daerah di Indonesia,
melakukan pengamatan aktivitas gunung berapi, memberi informasi mengenai kejadian
bencana alam daln lain sebagainya. BMKG menyiarkan informasi secara realtime untuk
kebutuhan masyarakat seperti untuk mengetahui prakiraan cuaca saat ingin bepergian dan
lain sebagainya
Pada tanggal 12 Oktober 2022, mahasiswa/i Pendidkan Kimia, Universitas Mataram
angkatan 2020 melakukan kunjungan ke BMKG Stasiun Klimatologi Kediri Nusa Tenggara
Barat. Tiap masing-masing kelompok mendapat seorang pemandu yang menjelaskan alat-
alat apa saja yang ada di taman alat BMKG. Taman alat adalah tempat untuk diletakkannya
alat-alat pengukur unsur cuaca. Syarat taman alat diantaranya, yaitu berupa tanah yang luas
dan datar, kanan dan kirinya tidak ada pepohonan atau bangunan yang tinggi, memiliki pagar
yang mengelilingi taman alat agar terhindar dari masuknya binatang atau gangguan anak-
anak. Taman alat BMKG tersebut, sudah memiliki alat-alat yang hampir lengkap. Alat-alat
pengukur unsur cuaca dan iklim yang dijelaskan oleh pemandu kami adalah Lysimeter, HV
Samplers, Penakar Hujan Observatorium, Actinograph, Sangkar Meteorologi, Cup Counter
Anemometer, Termometer Tanah Gundul dan Berumput, Automatic Weather Station
(AWS), Automatic Rain Water Sampler (ARWS), Pengukur Iklim Mikro, Termohygrograf,
Penakar Hujan Hellman dan OBS, Campbell Stokes, Automatic Solar Radiotion System.
Gambar Taman Alat Stasiun Klimatologi Lombok Barat
▪ Panci Penguapan
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur banyaknya laju penguapan air atau
evaporasi dalam satu hari. Oven Pan Evaporimeter adalah alat pengukur penguapan
radiasi langsung dari matahari. Alat ini memiliki komponen-komponen, yaitu Hook
Gauge, Still Well, Termometer Apung, dan Cup Counter Anemometer. Hook Gauge
adalah batang berskala yang memiliki sekrup dan ujungnya seperti pancing. Gunanya
untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air panci. Still Well adalah bejana untuk
meletakkan Hook Gauge. Termometer apung terdiri dari termometer maksimum dan
minimum yang digunakan untuk mencatat suhu air minimum dan maksimum yang
terjadi selama 24 jam. Cup Counter Anemometer yang digunakan pada Oven Pan
Evaporimeter adalah anemometer dengan tinggi 0,5 m yang berguna untuk mengukur
kecepatan angin rata-rata harian.
Cara kerja : panci penguapan diisi air setinggi 20 cm sehingga di atas rongga 5 cm,
pengukuran dilaksanakan pada permukaan air dalam keadaan tenang di dalam tabung
peredam riak. Untuk mengukur dan membaca skalanya, maka tabung pengaman
didekatkan ke panci dengan maksud agar permukaan air tetap tenang dan tidak terlalu
bergelombang. Sesudah itu sekrup patrol diputar sambil melihat ujung pancing dari
Hook Gauge di dalam Still Well. Sekrup pengontrol yaitu berada di atas penyangga
Hook Gauge berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan skala. Jika sekrup itu diputar
kembali ke kanan maka tiang skala turun, angka yang dibaca adalah angka yang
terdapat tegak lurus dengan sekrup pengontrol. Adapun skala yang tertera pada skala
adalah angka (1) sampai (100). Sedangkan termometer yang berada di atas permukaan
air adalah termometer maksimu dan termometer minimum. Misalkan cara menghitung
evaporasi dari tanggal 1 sampai tanggal 2, maka property yang digunakan adalah curah
hujan yang terjadi dari tanggal 1 sampai tanggal 2 yaitu curah hujan yang terukur pada
jam 7 pagi tanggal 2 di tambah ketinggian air yang kita dapat di tanggal 1 jam 7 pagi
dan di tanggal 2 jam 7 pagi. Kemudian kita kurangkan ketinggian awal dan ketiggian
akhir di tambah dengan curah hujan periode yang sama, maka kita dapatkan nilai
penguapan atau evaporasi.
Gambar HV-Sampler
▪ Campbell Stokes
Campbell Stokes adalah alat pengukur lama penyinaran matahari. Alat ini
menggunakan bola kaca sebagai lensa cembung yang mengumpulkan sinar matahari ke
suatu titik fokus. Sinar matahari difokuskan pada kertas pias sehingga kertas pias
terbakar. Seberapa panjang bekas yang terbakar itulah yang menunjukkan lama
penyinaran matahari. Alat ini dipasang di atas pondasi beton dengan ketinggian 120
cm dari permukaan tanah.
Cara kerja : sinar radiasi yang datang akan ditembakkan oleh bola kristal kearah pias
dibawahnya. Posisi pias ini ada 3 arah, yaitu di equator, di lintang utara dan dilintang
selatan. Bila pias berada ditengah berarti posisi matahari ada di equator bumi, bila posisi
bumi bergerak ke utara matahari maka pias akan dipasang diselatan, dan sebaliknya.
Sebelum pemasangan alat ini, harus diukur dahulu letak dan posisi alat ini, agar terjadi
pembakaran kertas pias yang sempurna, kertas spesifik ini berasal dari Jerman. Proses
pengukurannya adalah dengan cara mengukur terbakarnya kertas pias, didalam kertas
spesifik terdapat garis –garis yang fungsinya untuk mengukur lamanya pembakaran.
Pengambilan data diambil setiap jam 06.00 sore dan kertas pias akan kembali dipasang
pada jam 06.00 pagi. Periode pergantian pias Camble Stokes mengikuti pergerakan
semu matahari yaitu: lengkung panjang 12 April –2 September, lurus 1 Maret – 11 April
dan 3 Sept – 14 Okt, lengkung pendek 15 Okt- 29 Feb.
Gambar Campbell Stokes
5. Sangkar Meteorologi
Sangkar meteorologi adalah sangkar cuaca yang dibuat dari kayu dengan tinggi 120 cm
dari permukaan tanah. Di dalam sangkar tersebut terdapat termometer bola basah, bola
kering, maksimum, dan minimum. Termometer bola basah dan bola kering adalah
termometer air raksa yang dipasang vertikal dan berdampingan. Termometer bola basah
adalah termometer yang bolanya dibungkus dengan kain kasa atau kasin muslin yang
tergantung pada bejana berisi air murni sehingga bola tersebut selalu basah. Sedangkan
termometer bola kering adalah termometer bola yang terbungkus dengan kering sehingga
keadaan bolanya selalu kering. Pembacaan termometer bola basah dan bola kering bisa
didapat pengukuran kelembaban udara dan titik embun. Termometer minimum dan
maksimum dipasang secara horizontal di dalam sangkar meteorologi. Termometer minimum
untuk mengukur suhu udara minimum atau terendah dan cairan yang digunakan pada
termometer ini adalah alkohol. Karena alkohol lebih peka terhadap perubahan suhu.
Sedangkan untuk termometer maksimum untuk mengukur suhu udara maksimum dan cairan
yang digunakan adalah air raksa. Komponen-komponen alat dalam sangkar meteorologi
adalah thermometer bola kering dan bola basah, thermometer minimum dan maksimum.
Cara Kerja thermometer bola kering dan thermometer bola basah, yakni apabila terjadi
kenaikan suhu udara, kalor yang merambat dalam bola termometer akan menyebabkan air
raksa memuai. Pemuaian air raksa akan mengakibatkan pertambahan volume air raksa yang
ada. Pemuaian air raksa tersebut menyebabkan naiknya permukaan kolom raksa ke skala
yang lebih besar. Permukaan raksa akan bergeser ke skala yang lebih kecil bila terjadi
penurunan suhu.
Cara kerja dari thermometer maksimum ini, yakni apabila terjadi kenaikan suhu udara,
kalor yang merambat dalam bola termometer akan menyebabkan air raksa
memuai. Pemuaian air raksa akan mengakibatkan pertambahan volume air raksa yang ada
dan menyebabkan naiknya permukaan kolom raksa ke skala yang lebih besar. Saat terjadi
penurunan suhu, air raksa yang terdapat pada bola termometer akan menyusut. Akan tetapi
air raksa yang telah masuk ke kolom raksa pada skala tidak bisa kembali ke bola raksa karena
terhambat oleh adanya celah sempit. Sehingga dapat diketahui suhu tertinggi yang telah
terjadi.
Cara kerja dari termometer minimum ini adalah pada saat terjadi penurunan suhu,
alkohol dalam bola termometer akan menyusut. Penyusutan tersebut menyebabkan
penurunan kolom alkohol pada skala dan menggeser indeks yang terdapat pada kolom
alkohol ke skala yang lebih kecil. Sedangkan pada saat terjadi kenaikan suhu, alkohol dalam
bola termometer akan memuai. Pemuaian tersebut akan menaikkan permukaan alkohol
dalam kolom alkohol akan tetapi kenaikan tersebut tidak mempengaruhi posisi indeks
(indeks tidak bergerak). Sehingga dapat diketahui suhu terendah yang terjadi.
Gambar ARG
11. Pengukur Iklim Mikro
Untuk melakukan pengamatan Iklim Mikro, yaitu merupakan Pengamatan
Agroklimatologi yang menghubungkan unsur cuaca dengan tumbuhan tahunan (tanaman
keras, dan tanaman buah-buahan). Alat untuk mengukur iklim mikro yang terdiri dari
Anemometer digital pada ketinggian 4 m, 7 m, dan 10 m dari permukaan tanah. Alat ini
berfungsi untuk mengamati unsur-unsur cuaca dan iklim secara otomatis. Alat ini
bermanfaat untuk sektor pertanian seperti pengukuran curah hujan, arah dan kecepatan
angin, suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari, kadar air tanah, evaporasi, dan suhu
tanah.
Pada saat kami melalukan kunjugan di BMKG Kediri NTB, disana kami juga melakukan
praktikum sederhana yang dipandu/dibimbing langsung oleh petugas BMKG Kediri.
Praktikum dilakukan untuk menguji daya hantar listrik dan PH pada sampel air laut yang
kami bawa. Pengujian dilakukan dengan mecampurkan sampel air laut dengan larutan
buffter/larutan penyangga menggunakan alat/lab mini kecil yaitu Alat Uji Daya Hantar
Listrik dan Uji pH yang ada di Stasiun BMKG Kediri. Sampel air laut yang digunakan
minimal 30 ml, jika kurang dari 30 ml maka kurang optimun. Daya hantar listrik air laut
cukup besar dibanding dengan air hujan, biasanya dengan suhu 26,60 C. Larutan buffer yang
biasa digunakan ada tiga jenis warna yaitu warna biru (basa) mengandung pH sebesar 10,
warna pink (asam) dengan pH 4 dan warna kuning (netral) dengan pH 7.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah:
1. Alat-alat yang ada di BMKG dapat membantu dalam mengkaji aspek-aspek dan
fenomena alam yang berkaitan dengan cuaca dan iklim.
2. Alat-alat yang ada di BMKG juga merupakan alat instrumentasi dimana ada yang
berbentuk manual dan digital.
3. Ketinggian alat yang berbeda-beda akan menghasilkan pengukuran yang berbeda
pula.
4. Semakin canggih suatu alat instrumen maka akan semakin akurat hasil
pengukurannya.
5. Unsur-unsur cuaca (radiasi surya, tekanan udara, suhu, kelembaban, curah hujan,
angin, evapotranspirasi, dan awan) sangat berpengaruh kepada pertanian oleh sebab
itu pengetahuan mengenai pengamatan iklim sangat diperlukan bagi sarjana
pertanian.
B. Saran
Adapun saran yang ingin saya sampaikan untuk praktikum ini adalah kunjungan
lapangan ini saya sarankan untuk tetap ada bagi angkatan selanjutnya sehingga para
mahasiswa lebih mampu memahami berbagai alat instrumentasi yang berguna bagi
pemantauan cuaca dan iklim dan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan yang baru.
DAFTAR PUSTAKA