Anda di halaman 1dari 34

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN

KELOMPOK KARBONAT

Disusun Oleh :
IKHSAN KHOLID SAPUTRO 410014020
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA

2015
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas petunjuk dan bimbingan serta hidayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Petrologi mengenai batuan carbonat.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Terima Kasih kepada :
1) Ketua STTNAS Bapak Ir. H .Ircham, MT
2) Ketua Jurusann Ibu Winarti, ST, MT
3) Dosen Petrologi Bapak Dr. Hill Gendoet Hartono, ST
Semoga makalah Petrologi ini bermanfaat bagi rekan-rekan semua
khususnya yang mendalami geologi.

Yogyakarta, 16 Mei 2015


Penulis

Ikhsan Kholid Sapuro

DAFTAR ISI
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

JUDUL .......................................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................

1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Batuan Carbonat ........................................................................

2.2 Pembentukan Sedimen Carbonat ..................................................

2.3 Faktor Utama Pengontrol Sedimen Carbonat ...............................

2.4 Komposisi .....................................................................................

2.5 Lingkungan Pengendapan Carbonat .............................................

13

2.6 Pembagian Lingkungan Karbonat Menurut Scholle, Bebout, Moore


(1983)..............................................................................................

17

2.7 Klasifikasi Batuan Carbonat..........................................................

23

2.8 Contoh Batuan Carbonat...............................................................

26

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.....................................................................................

29

DAFTAR PUSTAKA

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian
lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian
dari kulit bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak halhal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah
kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama
lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses
terbentuknya.
Batuan karbonat sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam
kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara
mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan
seluk-beluk mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana adalah batuan
dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas
partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil
presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan dari penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan apa itu batuan karbonat
2. Menjelaskan bagaimana proses terbentuknya batuan karbonat
3. Menjelaskan pembentuk batuan beku berdasarkan mineraloginya
4. Menjelaskan tekstur batuan karboanat.

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGETIAN BATUAN KARBONAT
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral
karbonat lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral
mengandung CO3 dan satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada
umumnya, mineral karbonat adalah kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg
(Co3)2). Batuan karbonat umumnya terdiri atas batugamping (kalsit sebagai
mineral utama) dan batudolomit (dolostone). Umur batuan ini sangat
bervareasi mulai dari pra-Kambrium sampai Kuarter. Batuan karbonat praKambrium dan Paleosen umumnya dikuasai oleh batudolomit. Di alam
batuan karbonat menempati 1/5 1/4 dari seluruh catatan stratigrafi dunia.
Sekitar 40 % dari minyak bumi dan gas dunia diambil dari batuan karbonat.
Reservoar karbonat di Timur Tengah merupakan salah satu contoh reservoar
karbonat dengan produksi migas yang besar.Sedimen karbonat, yang dijumpai
di dunia, kebanyakan terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan beberapa di
antaranya terbentuk di daerah teresterestrial, tetapi laut dangkal tropis.
Indonesia merupakan daerah yang mempunyai sedimen karbonat melimpah.
Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi
karbonatnya lebih besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi
karbonatnya >50%. Apabila fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi
disebut sebagai batuan karbonat. Fraksi-fraksi yang umum dapat dapat dilihat
pada tabel berikut : Tabel Mineral Karbonat Yang Umum Dijumpai.

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

Mineral Rumus Kimia

Sistem Kristal

Aragonit CaCO3

Orthorombik

Kalsit

CaCO3

Heksagonal(rombohedral)

Magnesit MgCO3

Heksagonal(rombohedral)

Dolomit

CuMg(CO3)2

Heksagonal(rombohedral)

Ankerit

Ca(FeMg)(CO3)2

Heksagonal(rombohedral)

Siderit

FeCO3

Heksagonal(rombohedral)

Endapan-endapan karbonat pada masa kini terutama tersusun oleh


aragonite, disamping itu juga kalsit dan dolomite. Aragonite tersebut
kebanyakan berasal dari proses biogenic(ganggang hijau ataucalcareous
green algae) atau hasilpresipitasi langsung dari air laut secara kimiawi.
Aragonite ini bersifat tidak stabil, aslinya segera setelah terbentuk akan
berubah menjadi kalsit. Oleh karena adanya proses substitusi Cu dan Mg,
maka endapan kalsit pada endapan masa kini ada dua macam, yaitu :
1. Low-Mg calcite, apabila kandungan MgCO 3<4% dan terbentuk pada
daerah yang dingin.
2. High-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3>4% dan terbentuk pada
daerah yang hangat.
2.2 PEMBENTUKAN SEDIMEN KARBONAT
Meskipun tidak semua, kebanyakan sedimen karbonat adalah hasil dari
proses kimia atau biologi yang hidup pada lingkungan laut bersih, hangat dan
dangkal. Secara umum, beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan akumulasi maksimum sedimen karbonat adalah lingkungan yang
mempunyai:
(a) kedalaman cukup, tidak terlalu dalam atau terlalu dangkal,
(b) hangat, tidak terlalu panas atau terlalu dingin
(c) kadar garam yang cukup, tidak terlalu tawar dan terlalu asin,
(d) jernih, tidak terlalu banyak sedimen klastik darat, dan
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

(e) makanan cukup, tetapi tidak terlalu banyak.


Tempat terjadinya proses rombakan batugamping non klastik menjadi
batugamping klasti ada dua, yaitu :
1. Daerah back reef, adalah daerah antara core reef dan daratan, dan
biasanya warna batuan yang terombakan pada daerah ini cenderung
gelap.
2. Daerah front reef, adalah daerah antara core reef dan laut lepas, dan
biasanya batuan yang terombakan pada daerah ini cenderung terang.

Setelah proses pengendapan berakhir, sedimen karbonat mengalami


proses diagenesa yang dapat menyebabkan perubahan kimiawi dan
mineralogi untuk selanjutnya mengeras menjadi batuan karbonat. Sedimen
karbonat

umumnya

lebih

rentan

terhadap

pelarutan

(dissolution),

rekristalisasi dan replacement dibandingkan mineral-mineral silikat. Sebagai


contoh, lumpur aragonit dengan mudah teralterasi (terubah) seluruh menjadi
kalsit selama proses awal diagenesa dan pembenan. Pada tahap berikutnya,
kalsit mungkin digantikan seluruhnya atau sebagian oleh dolomit pada proses
dolomitisasi.
2.2.1 Regim Diagenesa Karbonat
Secara umum tahapan diagenesa pada sedimen karbonat seperti
pada sedimen klastik, yaitu eodiagenesis pada pembebanan dangkal,
mesodiagenesis pada pembebanan dalam, dan telodiagenesis jika terjadi
pengangkat dan uproofing. Jadi, diagenesis menempati tiga atau realm
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

utama (Gambar VI.4), yaitu laut, meteorik, dan regim bawah


permukaan.
2.2.2 Regim Laut
Meliputi dasar laut dan bawah permukaan laut sangat dangkal.
Lingkungan diagenetik ini dicirikan oleh temperatur dan salinitas air
laut yang normal. Proses diagenetik dasar pada lingkungan seperti ini
meliputi bioturbasi sedimen, modifikasi kerang karbonat dan butiran
lainnya oleh pemboran organisme, dan sementasi butiran dalam daerah
air panas, terutama pada terumbu, beting pasir tepi platform, dan
endapan karbonat pantai.
2.2.3 Regim Meteorik
Regim ini terjadi dengan dua cara, yaitu : (1) oleh turunnya muka
laut relatif, dan (2) oleh cepatnya pengisian seimen pada cekungan
karbonat dangkal. Batuan karbonat yang lebih tua dapat juga masuk
dalam regim ini oleh tahapan akhir pengangkatan atau uproofing
kompleks

karbonat

dengan

pembebanan

yang

lebih

dalam

(teladiagenesis). Regim meteorik dicirikan oleh hadirnya air tawar ;


yang meliputi zona tidak jenuh (pori-pori sedimen tidak terisi dengan
air) diatas water table, dan zona jenuh air dibawah water table. Air
meteorik umumnya sangat tinggi dimuati dengan CO2, sehingga secara
kimiawi sangat agresif. Karenanya aragonit dan kalsit magnesium
tinggi lebih muda larut daripada kalsit, mereka larut dengan mudah
dalam air korosVIe. Sebaliknya, pelarutan (dissolution) aragonit dan
kalsit magnesium tinggi dapat menjenuhi air dalam kalsium karbonat
berkenan dengan kalsit, yang menyebabkan aragonit kalsitdiendapkan.
Proses dissolution - reprecipitation menyebabkan aragonit dan kalsit
kalsium tinggi kurang stabil sehingga digantikan oleh kalsit yang lebih
stabil.
2.2.4 Regim Bawah Permukaan
Setelah periode awal diatas, sedimen karbonat secara berangsur
terbebani kedalam dan dalam regim ini terjadi peningkatan tekanan,
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

temperatur tinggi, dan perubahan fluida dalam pori-pori. Dibawah


kondisi ini, sedimen karbonat mengalami kompaksi fisik, kompaksi
kimiawi, dan perubahan tambahan kimiawi/mineralogi yang meliputi
dissolution, sementasi, neomorphism, dan replcement. Sipat-sipat aksak
perubahan yang dialami selama diagenesa bawah permukaan dalam
tergantung pada kondisi khusus lingkungan pembebanannya, seperti
temperatur, komposisi fluida pori, dan pH.
2.3 FAKTOR UTAMA PENGONTROL SEDIMEN KARBONAT
tiga faktor utama yang mengontrol produktivitas sedimen karbonat:
letak geografis dan iklim, cahaya dan salinitas.
a) Letak Geografis dan Iklim
Secara umum tata letak geografis dan iklim dapat mengontrol laju
pertumbuhan kehidupan penghasil sedimen karbonat. Daerah yang
mempunyai latitud tinggi mempunyai suhu dingin yang tentu saja
menghambat pertumbuhan kehidupan yang memerlukan kehangatan
untuk hidup. Sedangkan daerah yang mempunyai latitud rendah (tropis
dan subtropis) mempunyai suhu keseharian hangat. Di daerah ini
berbagai kehidupan yang memproduksi sedimen karbonat akan tumbuh
lebih baik.
b) Penetrasi Cahaya
Penetrasi cahaya mengontrol distribusi organisme penghasil
karbonat yang membutuhkan cahaya untuk fotosintesis. Penetrasi cahaya
dipengaruhi oleh kedalaman air, latitud, dan kejernihan air. Radiasi
cahaya menembus air, ini diserap dengan cepat pada bagian atas laut.
Setiap perubahan kedalaman 30-50 m, intessitas cahaya berkurang 1%
dari level cahaya permukaan. Batas kedalaman pertumbuhan koral secara
geografis bervariasi, pertumbuhan koral aktif di Carribbean berkisar dari
40 sampai 60 m, sedangkan didaerah Indo-Pasifik hanya 15 sampai 90 m.
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

Material klastik yang diangkut dari darat dan dikirim ke paparan atau
cekungan melalui transportasi sungai dan/atau angin juga akan
mempengaruhi penetrasi cahaya. Masuknya sedimen silisiklastik
menghasilkan partikel halus, lempung dan lanau tersuspensi, yang dapat
menurunkan kejernihan (transparansi) air dan fotosintesa. Hal ini tentu
akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan ganggang karbonat,
yang merupakan penghasil utama sedimen karbonat.
c) Salinitas (kadar garam)
Perbedaan dan kelimpahan biota menunjukkan semua faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan kalkareus. Pada kondisi laut terbuka yang
normal, perubahan salinitas dapat mengakibatkan hilangnya sejumlah
jenis fauna yang tidak tahan terhadap perubahan salinitas ini.
Peningkatan salinitas menurunkan keanekaragaman biota dan salinitas di
atas 40% kebanyakan invertebrata menghilang, meskipun ganggang
kalkareous tetap akan memproduksi sedimen terhadap waktu.

2.4 KOMPOSISI
a) Komposisi Kimia
Unsur kimia utama batugamping dikuasai oleh kalsium, magnesium,
karbon dan oksigen. Kalium sebagai kation utama (Ca+2) dan magnesium
(Mg+2); Fe, Mn dan Zn umumnya sebagai kation yang berjumlah sedikit.
Anion yang utama adalah CO32-, namun anion seperti SO42- , OH-, Fdan Cl- dapat juga hadir dalam jumlah yang terbatas. Unsur/elemen jejak
(trace elemen) yang biasa dijumpai pada batuan karbonat meliputi B, Ba,
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

P, Mg, Ni, Cu, Fe, Zn, Mn, V, Na, U, Sr, Pb, K. Konsentrasi elemen jejak
tersebut tidak hanya dikontrol oleh minerologi batuan, tetapi juga dikontrol
oleh jenis dan kelimpahan relatif butiran cangkang fosil dalam batuan.
Banyak organisme menghimpun dan menggabungkan elemen jejak
tersebut ke dalam struktur cangkangnya.

b) Komposisi Mineral
Mineral penyusun batuan karbonat terbagi dalam tiga kelompok utama:
kelompok kalsit, kelompok dolomit dan kelompok aragonit (Tabel VI.1).
Di antara mineral karbonat dalam Tabel VI.1, hanya kalsit, dolomit dan
aragonit yang merupakan mineral utama dalam batugamping dan dolomit
(batudolomit). Aragonit bahkan merupakan penyusun utama batuan
karbonat yang berumur Kenozoikum dan karbonat moderen. Siderit dan
ankerit sering sebagai semen dan konkresi dalam beberapa batuan
sedimen, tetapi jarang sebagai penyusun utama dalam batuan karbonat.
c) Butiran
Komponen penyusun batuan karbonat moderen umumnya dibagi ke
dalam dua bagian dasar (lihat Gambar VI.1): butiran (grain) dan lumpur
(mud). Butiran adalah kerangka pada kebanyakan batuan karbonat yang
terdiri dari endapan cangkang organisme (skeletal) dan endapan partikel
dan agregat anorganik. Sehingga, butiran biasanya dibagi menjadi dua
kelompok butiran, yaitu cangkang dan noncangkang. Boggs (1992)
menyebut butiran noncangkang ini dengan sebutan litoklas atau klastika
batuan. Butiran batuan karbonat dapat berukuran dari ukuran pasir sampai
dengan brangkal. Bentuk butiran karbonat juga sangat bervareasi, mulai
menyudut sampai membulat.
Lumpur gamping (lime mud) adalah batuan karbonat dengan butiran
sangat halus, termasuk butiran dan endapan kristalin yang ke duanya
berukuran sangat halus. Karbonat ini setara dengan serpih dan/atau
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

batulempung pada endapan klastika. Lumpur gamping (lime mud) laut


terbentuk dari kehidupan bentonik yang mati dan meluruh, detritusnya
berasal dari partiel karbonat yang lebih besar, akumulasi biota plantonik,
dan pengendapan langsung dari air laut. Beberapa proses yang dipercaya
dapat menghasilkan lumpur gamping, di antaranya adalah aktivitas angin,
ombak dan pasang-surut dapat memecahan cangkang kehidupan menjadi
serpihan renik. Aktivitas binatang laut pemakan biota laut penghasil
karbonat, dapat merusak cangkang koral menjadi bagian yang sangat
halus.
Sedimen karbonat ini kemudian mengalami proses pembatuan sehingga
menjadi batuan karbonat. Saat ini di lingkungan laut, beberapa sedimen
karbonat membatu menjadi batugamping pada atau hanya sedikit di bawah
dasar laut. Sebagai contoh dari proses ini adalah beachrocks (pembatuan
sedimen pantai) yang biasanya tersemen oleh aragonit dan Mg-kalsit
berupa serabut atau seperti jarum. Dalam karbonat purba, semen aragonit
dan Mg-kalsit jarang dapat terekam dengan baik. Hal ini disebabkan oleh
ketidaksatabilan aragonit dan Mg-kalsit, yang dengan mudah berubah
menjadi kalsit.
Butiran cangkang merupakan butiran yang sangat dominan pada
batuan karbonat Panerozoikum. Butiran ini dapat berupa cangkang utuh
dan/atau pecahan bagian dari suatu organisme dengan bentuk menyudut
sampai membulat. Sebagian besar cangkang itu dibentuk oleh aragonit,
kalsit atau Magnesian-kalsit. Komposisi ini dapat berubah karena proses
diagenesa yang dialami, sehingga sebagian mineral berubah menjadi
mineral lain. Contohnya, aragonit akan berubah menjadi kalsit pada proses
diagenesa.
d) Butiran karbonat Non-Cangkang
Butiran non-cangkang adalah partikel-partikel yang berasal dari
proses fisika, kimia ataupun secara biologi dan butiran ini bukan bagian
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

struktur organik. Berdasarkan ciri-cirinya ada beberapa tipe butiran noncangkang, sebagai berikut:
1) Litoklas
Litoklas (lithoclast), adalah fragmen sedimen pada batuan karbonat
yang merupakan hasil erosi, kemudian tertransportasi dan diendapkan
dalam cekungan karbonat. Disini ada dua jenis lithocklast, yaitu
intraklas dan ekstraklas. Ekstraklas, sering juga disebut limeclast ,
berasal dari luar cekungan karbonat, sedangkan intraklas berasal dari
dalam cekungan itu sendiri.
Intraklast adalah kepingan batugamping atau pengerasan sedimen
yang berasal dari dalam cekungan pengendapan itu sendiri.
Kepingan

ini

dapat

berupa

beachrock,

hardgrounds,

atau

stromatolite yang semi-terkonsolidasi. Intraklasts mengandung


partikel-partikel yang seumur dengan batuan induknya (host rock)
dan beberapa fabrik diagenetik dijumpai dalam interklast yang
berkaitan dengan lingkungan pengendapan sedimen induknya.
Interklast sangat sering dijumpai dalam karbonat. Mereka dapat
terbentuk akibat erosi dalam laut yang terletak pada alur pasangsurut, pantai, muka terumbu dan dataran pasang-surut (tidal flat).
Menurut Boggs (1992), ada dua proses utama penyebab
terbentuknya intraklas adalah:
1. erosi terhadap endapan pantai baru saja membatu (lithified
beach-rock) di dalam zona intertidal dan supratidal;
2. penghancuran dari telo (desication) pada supratidal, khususnya
lumpur gamping yang menghasilkan klastika lumpur gamping.
Ekstraklast adalah kepingan batugamping yang berasal dari
batugamping yang telah membatu dan terletak diluar cekungan,
kemudian tererosi dan diangkut masuk ke dalam cekungan
pengendapan. Kalau intraklas dapat memberikan informasi tentang
kondisi cekungan dimana batugamping itu diendapkan, ekstraklas

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

10

tidak dapat. Yang diberikan oleh ekstraklas adalah informasi


tentang batuan asalnya, yang mungkin jauh lebih tua.
2) Coated grain (ooid, oncoid and cortoid)
Butiran terbungkus (coated grain) adalah butiran karbonat terdiri atas
inti (nuleus) yang dikelilingi oleh lapisan pembungkus yang disebut
korteks (cortex). Butiran terbungkus ini dibagi dalam ooid, onkolit
dan kortoid.
3) Ooids
Ooids adalah butiran terbungkus berukuran pasir, berbentuk bundar
sampai oval dan pembungkusnya konsentris disekitar nukleus butiran
(Gambar VI-2). Pembungkus (coating) terdiri atas lapisan yang
bervareasi ketebalannya (3-15 mikron). Intinya (nucleus). Nukleus
mungkin berupa kepingan cangkang, peloid, ooid yang lebih kecil,
atau butiran lain seperti kuarsa dan feldspar. Pada umumnya ooid
berukuran lanau-pasir atau 0,1-2 mm, yang paling umum adalah 0,5-1
mm (Boggs, 1992). Ooid yang berukuran >2 mm disebut pisoid.
Batuan yang dibentuk oleh ooid berukuran <2 mm disebut oolit,
sedangkan batuan yang terbentuk oleh pisoid (>2 mm) disebut pisolit.
Dari data yang terbatas, pertumbuhan individu ooids menunjukan
mungkin sangat perlahan, data yang diperoleh di Bahama menunjukan
laju akumulasi hampir 1 m/1000 tahun (Boggs, 1992). Akumulasi
ooids berkembang baik pada platform dangkal di tropis-subtropis,
dalam air bergerak, biasanya kedalaman berkisar 0 dan 4 meter dan
butiran digerakkan oleh arus tidal, arus angin, dan gelombang.
Pergerakan air mengeluarkan CO2 dari larutan dalam air laut dan
meningkatkan pengendapan caCO3. Disini kebanyakan ooids yang
terbentuk adalah aragonit ooids, dan sedikit terjadi Mg-kalsit ooids.
Aragonit ooids cenderung membentuk orentasi kristal tangensial,
sedangkan Mg-kalsit ooids membentuk struktur radial. Aragonit ooids
menempati daerah energi tinggi, sedangkan Mg-kalsit ooids
cenderung lebih terkonsentrasi dalam lingkungan energi rendah. Boleh
jadi, energi hidroulik mengontrol mineralogi.
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

11

Berdasarkan lapisan pembungkus (cortex), ooid primer dapat dibagi


menjadi:
1. Ooid dengan struktur tangensial,
2. Ooid dengan struktur radial dan
3. Ooid mikritik atau mikrosparit.
4) Onkoid (Oncoid)
Onkoid adalah butiran terbungkus oleh lapisan yang lebih tidak
beraturan dari pada ooid. Pada umumnya onkoid berukuran <2 mm>10 mm. Onkoid dapat terbentuk baik di lingkungan pengendapan laut
maupun di darat.

5) Peloid dan pelet


Istilah peloid digunakan untuk menggambarkan semua butiran yang
dibentuk pada aggregat karbonat kriptokristalin berukuran 20-60 m,
dengan mengabaikan asal pembentukannya (Gambar VI.1). Hal ini
diperlukan karena sering asal aggregat ini tidak jelas, tetapi untuk
butiran dengan asalnya dari faecal origin, digunakan istilah pelet.
Peloid adalah ciri khusus pada lingkungan lagun, dan beberapa
lingkungan inner-shelf dangkal.
e) Lumpur Karbonat
Lumpur karbonat (carbonate mud) adalah batuan karbonat yang
berbutir sangat halus (<63 mikron), yang biasanya diidentifikasi
mengunakan mikroskop. Di bawah pengamatan mikroskop elektron,
lumpur karbonat laut moderen dapat dilihat kandungan kristal aragonit
berbentuk jarum, butiran cangkang yang kelihatannya sangat halus atau
kepingan cangkang yang sangat kecil, seperti coccoliths. Kebanyakan
lumpur aragonit yang berbentuk jarum berasal dari serpihan ganggang
kalkareous yang mati, seperti Penicillus. Lumpur lainnya, yang mana
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

12

berbentuk butiran-nano berbentuk membundar tanggung, adalah tidak jelas


dari tanda-tanda organik. Ini mungkin diendapkan dari air laut.

2.5 LINGKUNGAN PENGENDAPAN KARBONAT


Menurut Tucker tahun 1985 dijelaskan bahwa endapan karbonat pada
laut dangkal terbentuk pada 3 macam lokasi yaitu Platform, shelf, dan ramps.
2.5.A Fasies karbonat ramp
Fasies karbonat ramp merupakan suatu tubuh karbonat yang
sangat besar yang dibangun pada daerah yang positif hingga ke
daerah paleoslope, mempunyai kemiringan yang tidak signifikan, serta
penyebaran yang luas dan sama. Pada fasies ini energi transportasi yang
besar dan dibatasi dengan pantai atau inter tidal

2.5.B Fasies karbonat platform


Fasies karbonat platform merupakan suatu tubuh fasies karbonat
yang sangat besar dmana pada bagian atas lebih kurang horisontal dan
berbatasan langsung dengan shelf margin. Sedimen sedimen terbentuk
dengan energi yang tinggi.

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

13

2.5.C Batas platform


Transisi dari shelf ke slope berpengaruh pada perubahan yang
cepat dari pola fasies karbonat. Pola pertama yang dicari oleh
kebanyakan interpreter adalah bentuk mound yang
merepresentasikan reef. Beberapa contoh dengan seismik yang
bagus adalah karbonatCretaceous di timur laut Amerika Serikat dan
Teluk Meksiko, karbonat Jurassic di Maroko, karbonat Miosen di Papua
Nugini dan karbonat Permian di Texas Barat. Beberapa buildup dapat
mencapai ketinggian melebihi 1000 meter. Salah satu signature kunci
adalah adanya refleksishingled kecil yang miring ke arah lingkungan
paparan (shelf). Ini adalah hasil dari transpor endapan karbonat oleh
badai dan arus dari puncak reef menuju bagian dalam platform.
Signature internal

dari buildup biasanya

adalah

hilangnya

amplitudo dan kemenerusan walaupun ini tidak selalu benar. Karena


kemiringan utama dari slope karbonat dapat melebihi 300 maka transisi
dari buildup ke slope bagian atas dapat terjadi secara mendadak.
2.5.D Fasies Shelves
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

14

Fasies Shelves (shelf) lokasi pengendapan karbonat relatif sempit


ratusan meter sampai beberapa km saja). Endapan karbonat pada daerah
ini dicirikan dengan adanya break slopepada daerah tepi paparan,
terdapatnya terumbu dan sand body karbonat. Kompleks terumbu pada
fasies ini terbagi menjadi : Fasies terumbu muka (Force reef), inti
terumbu (reef core) dan terumbu belakang (back reef).

2.5.E Model Terumbu Karbonat

Menurut Koesoemadinata (1987), terdapat beberapa ciri yang


memungkinkan sebagai tempat lingkungan pengedapan karbonat, berikut
adalah ciri-ciri tersebut:
1. Bebas dari material sedimen darat (terrigeneous) atau klastik detritus.
Secara tektonik berarti daerah ini dalam keadaan yang stabil dan tidak
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

15

mengalami pengangkatan. Di daerah Indonesia sendiri, biasa terjadi pada


zama Oligosen-Miosen. Selain itu, lingkungan pengendapan karbonat
merupakan daerah laut yang airnya cenderung jernih dan terkena sinar
matahari yang cukup intensif.

2.

Daerah Paparan Laut Dangkal


Pengendapan karbonat memerlukan kondisi yang jenuh dari suatu
konsentrasi akibat proses penguapan yang terjadi terus-menerus. Laut
dangkal merupakan daerah yang cocok dengan kondisi tersebut. Laut
yang terlalu dalam akan menyebabkan suatu proses partial pressure
CO2 yang terlalu tinggi.

3.

Iklim tropis atau semitropis


Iklim ini sangat membantu dalam proses penguapan. Kondisi yang cukup
hangat dapat merangsang pertumbuhan dari material karbonat.

2.6 PEMBAGIAN LINGKUNGAN KARBONAT MENURUT SCHOLLE,


BEBOUT, MOORE (1983)
Batuan karbonat memiliki beberapa lingkungan pengendapan yang bisa
berasal dari lingkungan darat hingga laut. Scholle et all (1983) membagi
lingkungan pengendapan karbonat menjadi 12 lingkungan yang memiliki
karakteristik khusus pada setiap lingkungan pengendapannya. Berikut ini
adalah macam-macam lingkungan pengendapan yang disusun dari daerah
non-marine hingga ke laut dalam:
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Subaerial Expossure
Danau
Eolian
Tidal Flat
Pantai
Shelf
Middle Shelf
Terumbu
Bank Margin
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

16

Fore Reef Slope


Batas Cekungan
Pelagic

o
o
o
1)

Subaerial Expossure
Daerah ini merupakna daerah yang bisa berada di darat maupun di
laut. Proses-proses yang berlangsung seperti proses non-deposisi, erosi,
dan jeda sekuen.
Proses alterasi yang membentuk zonasi merupakan salah satu proses
yang berlangsung di bawah subaerial surface, proses ini juga melibatkan
proses pelapukan. Faktor penting lainnya adalah iklim, intensitas, dan
durasi. Kenampakan akibat proses ini akan sangat membantu dalam
mengidentifikasi genentik dari batuan yang terbentuk.
Produk dari lingkungan pengendapan ini tersusun atas 2 anggota
fasies karbonat yang mengalami diagenesis, yaitu: fasies karst dan fasies
soil. Kedua fasies tersebut terbentuk akibat proses ekpos ke daratan. Salah
satu proses penting lainnya pada fasies soil ialah proses litifikasi.
Sebagai geologist yang mempelajari batuan, maka ada beberapa
alasan penting yang harus dipahami dari lingkungan ini:
o

Subaerial Expossure memberikan informasi penting mengenai suatu

o
o

peristiwa yang harus diuraikan pada kurun waktu geologi suatu daerah
Dapat digunakan sebagai marker untuk melakukan korelasi
Kepentingan ekonomis, yaitu tempat terakumulasinya sumberdaya alam
termasuk minyak, gas, water traps sebagai batuan penutup di atas

batuan reservoir
Secara umum, ada beberapa fasies lingkungan pengendapan dari daerah
transisi hingga ke pantai, yaitu:
- Submarine exposure surface
- Coastal exposure surface
- Subaerial exposure
Pertimbangan ekonomis pada daerah ini sangat berkaitan dengan

ekplorasi minyak dan gas bumi. Pada tahun 1972, berkembang teori yang
menjelaskan bahwa sistem minyak dan gas bumi berasosiasi dengan
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

17

ketidakselarasan. Ketidakselarasan tersebut berhubungan dengan prosesproses diagenesis dan juga efek dari prosessubaerial exposure.
2)

Lakustrin
Batuan yang terbentuk dari sistem lingkungan pengendapan lakustrin
sudah banyak dikenal di dunia dan menjadi target dan derah yang
berpotensi untuk ekplorasi hidrokarbon. Pada umumnya, batuan karbonat
lakustrin mengandung sistem air tawar dan memiliki sifat basa atau dalam
kondisi garam. Fasies lakustrin ini memiliki sifat kimia dan fisika yang
berbeda-beda karena pengaruh dari hidrologi cekungan yang berkembang
di tempat tersebut.
Kenampakan struktur sedimen dan penyebaran fossil yang ada akan
mencerminkan karakteristiknya, karena keunikan dari sistem lakustrin ini.
Ada empat komponen penting yang perlu diperhatikan:
1) Material detrital
2) Silica biogenik
3) Material organic
4) Mineral-mineral karbonat
Dari keempat faktor tersebut ketika suatu komponen melimpah maka
tiga lainnya akan berkurang. Akibat dari peristiwa tersebut, ketika
kandungan material orgaik berkurang, lalu diikuti oleh pengurangan
klastika, dan juga silika biogenic, maka kandungan mineral karbonat akan
bertambah, dalam hal ini CaCO3 yang dapat dikandunga bisa mencapai
lebih dari 50%. Sumber utamanya dalam batuan sedimen adalah endapan
karbonat anorganik, peningkatan fotosintesis, karbonat biogenic yang
mengandung

debris

dari

suatu

tumbuhan

calcareous,

dan

material allochtonous.
Pertimbangan ekonomis dari daerah ini adalah kegunaanya dalam
memahami karakteristik batuan sumber dari suatu sistem minyak dan gas
bumi. Karena fasies daerah lakustrin ini ditemukan pada unit stratigrafi
yang mengandung minyak dan gas cukup berlimpah.
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

18

3)

Eolian
Secara umum, banyak material eolian karbonat yang terendapakan
pada daerah gumuk pantai hingga ke arah pantai dengan energi yang cukup
tinggi dan memiliki iklim hangat. Hal tersebut dapat menjadi tempat
akumulasi material sedimen karbonatan. Tekstur yang bisa dijumpai di
daerah ini akan memiliki sortasi yang baik,cross-stratified clastic
limestone yang berkomposisikan butiran-butiran karbonat berukuran pasir.
Gumuk karbonat dan batugamping eolian akan sangat mungkin
memiliki pola penyebaran yang luas. Namun hal tersebut terbatas pada
daerah yang memiliki iklim hangat dan berada di dekat pantai. Gumuk
karbonat ini jarang dijumpai pada daerah gurun, namun dapat berkembang
secara setempat seperti pada kipas alluvial yang sumbernya merupakan
sedimen kaya akan karbonat.

4)

Tidal Flat
Lingkungan pengendapan tidal flat ini merupakan suatu sistem yang
terintegrasi. Semua sistem tidal flat, kecuali pada daerah yang didominasi
oleh pengaruh angin, akan memiliki tiga dasar lingkungan penegendapan,
yaitu: supratidal, intertidal, dan subtidal. Di dalam lingkungan tersebut,
akan terbagi lagi menjadi beberapa sub lingkungan pengendapan.
Daerah Supratidal
Berada pada kondisi kontak langsung dengan udara atau dalam
kondisi subaerial. Umumnya hanya terdapat pada beberapa musim
tertentu. Lingkungan ini memiliki struktur sedimen seperti laminasi,
mudcrack, struktur ganggang, struktur mata burung, stuktur fenestral,
Intraklas, dan klastika tanah.
Daerah Intertidal

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

19

Berada di atas pasang surut normal dan pasang surut rendah. Daerah
ini dapat terekspos sekali hingga dua kali dalam sehari tergantung pada
rezim pasang surutnya dan kondisi angin local.
Daerah Subtidal
Lingkungan ini jarang sekali ditemui. Jika ada pun pasti terekpos
terhadap udara.
Porositas dan permeabilitas pada sistem tidal flat ini memiliki perbedaan
yang cukup signifikan antara fasies yang satu dengan yang lainnya.
Porositas dan permeabilitas akan berkembang dengan baik pada daerah
subtidal hingga ke intertidal.
5)

Pantai
Kebanyakan suatu strata batuan karbonat terendapakan pada suatu
keadaan yang hangat, laut dangkal, paparan laut, dan pada periode
regressif dibandingkan dengan sedimentasi pada saat trasgresi. Daerah
panatai merupakan daerah yang didominasi oleh gelombang yang tersusun
oleh sedimen lepas, yang karakter bagian dalamnya akan dipengaruhi oleh
aktivitas pasang surutnya air laut atau longshore current.lingkungan
pengendapan pantai akan memiliki energy yang tinggi dan memiliki
kenampakan yang khusus. Struktur sedimen yang dapat ditemui seperti
perlapisan akresi planar yang terekam pada saat pola progradasi.
Endapan

karbonat

pantai

akan

terdiagenesis

ketika

proses

pegendapannya telah berakhir. Hasil proses diagenesis pada lingkungan


pantai ini akan memiliki suatu kenampakan khusus yang nantinya akan
menjadi penciri lingkungan pantai.
Proses diagenesa tersebut adalah sementasi penecontemporaneus yang
berasosiasi dengan lingkungan foreshore.
6)

Shelf
Lingkungan pengendapan shelf memiliki beberapa ciri seperti energy
yang rendah, dan berada pada laut dangkal, Kenampakan burrow akan
banyak dijumpai.
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

20

Porositas batuan yang akan terbentuk pada lingkungan ini akan


memiliki kualitas yang rendah. Hal tersebut dikarenakan kandungan
lumpur karbonat yang bisa mencapai 65-75% (Enos dan Sawatsky, 1981
dalam Scholle et al, 1984).
7)

Middle Shelf
Secara tektonik, daerah ini berkembang pada blok-blok kratonik dan
cekungan intrakratonik. Ada beberapa kriteria yang dimiliki oleh
lingkungan pengendapan ini, yaitu:
1. Terdapat biota laut
2. Tekstur batuan karbonat yang ada sangat kaya akan lumpur (mud),
umumnya adalah wackestone hingga packstone
3. Struktur sedimen berlapis akan sangat sering dijumpai dengan lensalensa. Lapisan shale tipis akan bisa terdapat sebagai sisipan
4. Struktur

sedimen

lainnya

yang

dapat

terbentuk

seperti

memiliki

sistem

bioturbasi, burrow, perlapisan nodular, dan flasher.


8)

Terumbu
Terumbu

berkembang

pada seafloor yang

sedimentasinya sendiri. Terumbu ini terbentuk dari kumpulan organisme,


dan juga fossil. Tidak seperti endapan material sedimen, daerah terumbu
tidak sepenuhnya merupakan produk dari hasil mekanisme secara
mekanik. Terumbu ini tersusun oleh beberapa komponen seperti inti
terumbu (reef core), flank, dan interreef. Salah satu contoh fosil terumbu
yang ada adalah stromatolit yang terbentuk pada zaman Precambrian
hingga awal Paleozoik yang dulunya merupakan metazoan herbivore. Pada
kurun waktu sekarang, tidak ada stromatolit yang ada pada daerah
samudra modern.

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

21

2.7 KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT


Berbicara klasifikasi karbonat berbeda dengan klasifikasi batuan
sedimen silisiklastik lainnya. Perbedaannya terletak pada pada material
komposisi karena batuan karbonat itu cenderung satu jenis yang dominan
(mineral karbonat saja) maka penamaan yang dipakai lebih ke arah tekstural
pada batuan (kalo batuan silisiklatik kan dominasi kristal yang hadir serta
komposisi matriknya untuk pasir dan konglomerat) dikarbonat kombinasi
komponen berbanding kombinasi persen matrik dan semen menjadi faktor
utama penamaan batuan, ditambah mekanisme kenampakan genetis matrik
yang mengikat fragmen (untuk yang biogenik).
2.7.1 Klasifikasi menurut Folk
Folk membuat klasifikasi berdasarkan apa yang dilihatnya
melalui mikroskop atau lebih bersifat deskriptif, sedangkan Dunham
lebih melihat batuan karbonat dari aspek deskriptif dan genesis,
sehingga dalam klasifikasinya

tidak

hanya

mempertimbangkan

kenampakan dibawah mikroskop tetapi juga kenampakan lapangan


(field observation).
Klasifikasi Folk menuntun kita untuk mendeskripsi batuan
karbonat tentang apa yang dilihat dan hanya sedikit untuk dapat
menginterpretasikan apa yang dideskripsi tersebut. Sebenarnya batuan
karbonat merupakan batuan yang mudah mengalami perubahan
(diagenesis) oleh karena itu studi tentang batuan karbonat tidak akan
memberikan hasil yang maksimal jika tidak mengetahui proses-proses
yang terjadi pada saat dan setelah batuan tersebut terbentuk.
Kelemahan klasifikasi Folk tersebut diperbaiki oleh Dunham dan
membuat klasifikasi baru dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
Kelebihan klasifikasi Dunham (1962) adalah adanya perpaduan antara
deskriptif dan genetik dalam pengklasifikasian batuan karbonat.
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

22

2.7.2 Klasifikasi menurut Dunham (1962)


Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping,
karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional
merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang
diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud
supported atau grain supported bila ibandingkan dengan komposisi
batuan.

Variasi

kelas-kelas

dalam

klasifikasi

didasarkan

pada

perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut


dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat
dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping
dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam matriks lumpur
karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung
butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain
halnya apabila antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone
/ grainstone.
Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud.
Dunham punya istilah Boundstone untuk batugamping dengan fabrik
yang

mengindikasikan

asal-usul

komponenkomponennya

yang

direkatkan bersama selama proses deposisi.


Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan.
Kemudahannya tidak perlu menentukan jenis butiran dengan detail
karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitannya adalah di
dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang tidak
selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi
kenampakan 2 dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana
bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah tafsir. Pada klasifikasi
Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain dan mud.
Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

23

antara butir seperti mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan


sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam Folk (1959) dan Dunham
(1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-sama
berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya
berbeda.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses
deposisi sebagai pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham
(1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila kehadiran sparit memiliki
selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi
grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai
oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan.
Bila batuan bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada
energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya
terbentuk pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supported
hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat
sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.
2.7.3 Klasifikasi Menurut Embry & Klovan (1971)
Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan klovan ini
merupakan modifikasi dari klasifikasi yang diusulkan oleh Dunham
(1962).
2.7.4 Klasifikasi Menurut Mount (1985)
Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif.
Menurutnya sedimen campuran memiliki empat komponen :
(1) Silisiclastic sand (kuarsa, feldspar yang berukuran pasir),
(2) Mud campuran silt dan clay),
(3) Allochem butiran karbonat seperti pelloid, ooid, bioklas, dan
intraklas yang
berukuran >20 m), dan lumpur karbonat atau mikrit (berukuran
<20 m).
Komponen-komponen tersebut suatu tetrahedral yang memiliki
pembagian delapan kelas umum dari sedimen campuran. Nama-nama
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

24

tiap kelas menggambarkan baik tipe butir dominan maupun komponen


antitetik yang melimpah sebagai contoh : batuan yang mengandung
material silisiklastik >50 % berukuran pasir dengan sedikit allochem
maka disebut allochemical sandstone.
2.8 CONTOH BATUAN CARBONAT
2.8.1 Gamping Kristalin

Batu gamping kristalin merupakan salah satu jenis batuan


sedimen yang terbentuk dari batuan sediment seperti yang kita kira,
batuan sedimen terbentuk dari batuan sedimen, tidak juga terbentuk
dari clay dan sand, melainkan batuan ini terbentuk dari batu-batuan
bahkan juga terbentuk dari kerangka calcite yang berasal dari
organisme microscopic di laut yang dangkal. Sehingga sebagian
perlapisan batu gamping hampir murni terdiri dari kalsit, dan pada
perlapisan yang lain terdapat sejumlah kandungan silt atau clay yang
membantu ketahanan dari batu gamping tersebut terhadap cuaca.
Sehingga lapisan yang gelap pada bagian atas batuan ini
mengandung sejumlah besar fraksi dari silika yang terbentuk dari
kerangka mikrofosil, sehingga dimana lapisan pada bagian ini lebih
tahan terhadap cuaca.
2.8.2

Gamping Oolitik

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

25

Batuan sedimen kimiawi yang terbentuk dari butiran kalsit.


Batuan ini baik untuk bahan bangunan.Memiliki lapisan (LIAS)
yaitu lapisan gamping dan serpih laut dalam yang tersusun
berselang-seling. Lapisan ini mengendap sebagai lumpur laut dalam
dan gampingnya terpisah keika batuan mengeras.
Batuan sedimen klastik yang terbentuk karena adanya
akumulasi zat-zat organik dimana memiliki partikel butiran kapur
dan butirannya bundar serta agak halus. Terbentuknya sebagsi hasil
sedimentasi mekanik.
2.8.3

Gamping Numulitis

Bongkah batu atau gamping numuliites merupakan "olistolit"


hasil suatu pelongsoran besar didasar laut dari tepian menuju tengah
cekungan yang dalam. Fosil yang ada menunjukkan bahwa pada kala
Eosen kawasan sekitar Karangsambung merupakan laut dangkal di
mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping numulites.
Batuan
sedimen
bioklastik
yang
dipenuhi
oleh
fosil Foramnifera Nummulities yang memberikan petunjuk bahwa
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

26

batuan ini diendapkan dilaut dangkal dan berumur hingga 55 juta


2.8.4

tahun lalu.
Gamping Terumbu

Proses pembentukan batuan gamping terumbu berasal dari


pengumpulan plankton, moluska, algae yang keudian membentuk
terumbu. Jadi gamping terumbu berasal dari organisme. Batuan
sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO 3)
terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu pada perairan yang
hangat dan dangkal dan terbentuk sebagai hasil sedimentasi organik.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

27

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :


1) Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral
karbonat lebih dari 50%.
2) mineral karbonat adalah mineral mengandung CO3 dan satu atau lebih
kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya, mineral karbonat adalah
kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (Co3)2).
3) Syarat-syarat terbentuknya batugamping :
(a) kedalaman cukup, tidak terlalu dalam atau terlalu dangkal,
(b) hangat, tidak terlalu panas atau terlalu dingin
(c) kadar garam yang cukup, tidak terlalu tawar dan terlalu asin,
(d) jernih, tidak terlalu banyak sedimen klastik darat, dan
(e) makanan cukup, tetapi tidak terlalu banyak.
4) Unsur kimia utama batugamping dikuasai oleh kalsium, magnesium,
5)

karbon dan oksigen.


lingkungan pengendapan yang disusun dari daerah non-marine hingga ke

laut dalam:
o Subaerial Expossure
o Danau
o Eolian
o Tidal Flat
o Pantai
o Shelf
o Middle Shelf
o Terumbu
o Bank Margin
o Fore Reef Slope
o Batas Cekungan
o Pelagic
6) Contoh batuan carbonat adalah batugamping kristalin, batugamping
oolite, batugamping numulites, batugamping terumbu.

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

28

DAFTAR PUSTAKA
http://mandeleyev-rapuan.blogspot.com/2012/10/batuan-karbonat.html
http://ryokurniawan.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-nonex.html
http://geo-logist.blogspot.com/2014/09/tugas-batuan-karbonat.html
http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot.com/2010/12/sedimen-klastikadan-karbonat.html
http://akageo12.blogspot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

29

Tugas #2 Petrlogi
Batuan Sedimen Carbonat

30

Anda mungkin juga menyukai