Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIKUM PETROLOGI

LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I
LAPORAN PRAKTIKUM
BATUAN METAMORF I

KOORDINATOR PRAKTIKUM
PETROLOGI

ADE WIRA PUTRA RAMADANA

MUAMMAR
09320190124

LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
DEKSARINA 2021 MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan suatu agregat
(kumpulan) mineral mineral yang telah menghablur. Tanah dan bahan lepas lainnya
yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta proses erosi tidak
termasuk batuan, tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”. Salah satu jenis batuan
yang kita kenal adalah batuan sedimen.Aspek genesa-interpretasi mencakup tentang
sumber asal (“Source”) hingga proses atau cara terbentuknya batuan. Dengan
demikian, maka dapat disimpulkan bahwa petrologi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang batuan secara luas yang meliputi petrografi dan
petrogenesa.

Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari
batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek deskripsi dan aspek genesa-
interpretasi. Pengertian luas dari petrologi adalah mempelajari batuan secara mata
telanjang, secara optik/mikroskopis, secara kimia dan radio isotop. Studi petrologi
secara kimia sering disebut petrokimia yang dapat dipandang sebagai bagian dari
ilmu geokimia. Aspek pemerian antara lain meliputi warna, tekstur, struktur,
komposisi, berat jenis, kekerasan, porositas, kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi
atau penamaan batuan.

Banyak manfaat dalam mempelajari batuan metamorf dalam dunia


pertambangan salah satunya untuk mengetahui keberadaan letak sumber daya dengan
melihat jenis batuan sedimen yang berasosiasi dengannya serta kita bisa menganalisa
arah strike dari singkapan bahan galian, kemiringan dip dari bahan galian,
penyebarannya,tingkat kestabilan lereng berdasarkan kekar dan sesar selain itu masih
banyak lagi manfaat mempelajari batuan sedimen ini. Salah satu contoh batuan
sedimen non-klastik yang paling sering ditambang adalah batubara. Batubara adalah
batuan yang terbentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

cellulosa (zat oraganik). Proses pembentukan pada batubara atau coalification yang
dibantu oleh faktor fisika dan pelapukan kimia (Sukandar Rumidi, 2014).

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud Praktikum


Praktikum ini dimaksudkan untuk dapat mengungkap petrogenesa sampel
batuan metamorf dari data deskripsi yang diperoleh.
1.2.2 Tujuan
a. Praktikan dapat memahami dan mengetahui definisi dari batuan metamorf;
b. Praktikan dapat menjelaskan proses pembentukan batuan metamorf;
c. Praktikan dapat menjelaskan tekstur dan struktur batuan metamorf foliasi;
d. Praktikan dapat melakukan deskripsi batuan metamorf foliasi.

1.3 Alat dan Bahan


1.3.1 Alat
a. Loop (miniman perbesaran 60x);
b. Lap kasar dan lap halus;
c. Buku penuntun;
d. Buku referensi;
e. ATM;
f. Mistar.
1.3.2 Bahan
a. Problem set;
b. Kertas Hvs;
c. HCL 0,1 M.

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Batuan

Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian
dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu : batuan beku (igneous
rock), terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma didalam bumi atau
dipermukaan bumi; batuan sedimen (sedimentary rock), terbentuk dari sedimen hasil
rombakan batuan yang telah ada, oleh akumulasi dari material organik, atau hasil
penguapan dari larutan; dan batuan metamorfik (metamorphic rock), merupakan
hasil perubahan dalam keadaan padat dari batuan yang telah ada menjadi batuan
yang mempunyai komposisi dan tekstur yang berbeda, sebagai akibat perubahan
panas, tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan ketiganya.

Gambar 2.1 Siklus Batuan Beku

Semua jenis batuan ini dapat diamati dipermukaan sebagai (singkapan).


Proses pembentukannya juga dapat diamati saat ini. Sebagai contoh, kegiatan gunung
api yang menghasilkanbeberapa jenis batuan beku, proses pelapukan, erosi,
transportasi dan pengendapan sedimen yang setelah melalui proses pembatuan

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

(lithification) menjadi beberapa jenis batuan sedimen. Kerak bumi ini bersifat
dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai proses yang
mempengaruhi pembentukan ketiga jenis batuan tersebut. Sepanjang kurun waktu
dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi jenis yang lain.
Hubungan ini merupakan dasar dari jentera (siklus) batuan, tanda panah hitam
merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus
(Graha, D.S. 1987).

2.2 Batuan Metamorf

Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen
maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta
struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di
bawah titik lebur; 200o-350oC < T < 650o-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P
<10.000 atm) disebut batuan metamorf. Proses metamorfisme tersebut terjadi di
dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km–20 km. Winkler (1989) menyatakan
bahwasannya proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu
batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan
kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,
biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi
merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan
mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di
bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai
dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang
mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan
berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti
pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang
elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif.

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan


metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai
kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam
sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat
dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang
menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit.
Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini
tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C–350°C yang
tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya.
Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme
adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk
pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum
terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan,
temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi
pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur
pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu
kisaran dari 650°C–800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari
metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit.
Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya
muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.  Contoh batuan
metamorf yaitu :
1. Slate
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme
batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu
yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-
butir yang sangat halus (very fine grained).
2. Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika,
grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-
berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

3. Kuarsit
Kuarsit adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat.
Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang
tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa
mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir
terhapus oleh proses metamorfosis (Graha, D.S. 1987).

2.3 Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Proses terbentuknya batuan metamorf karena adanya perubahan yang


disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa adalah sebuah proses
pengubahan batuan akibat adanya perubahan tekanan, temperatur, dan adanya
aktivitas kimia, baik fluida ataupun gas, bahkan bisa merupakan variasi dari
ketiganya (tekanan, temperatur, dan aktivitas kimia). Proses metamorfosa sendiri
sebenarnya merupakan proses isokimia, di mana tidak adanya penambahan unsur-
unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Adapun temperatur yang
berkisar biasanya antara 200oC–800oC, tanpa melalui fase cair.
Adapun tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadi proses metamorfosa
tersebut sehingga mengakibatkan proses terbentuknya batuan metamorf, antara lain:
1. Perubahan Tempetur
Perubahan temperatur dapat terjadi karena adanya beberapa sebab, seperti
adanya pemanasan akibat intrusi magmatik dan perubahan gradient geothermal.
Adapun panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya sebuah gesekan
atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat
misalnya, batas bawah terjadinya metamorfosa umumnya berkisar pada suhu
150oC ± 50oC. Hal ini ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg, yaitu
carpholite, glaucophane, lawsonite, paragonite, prehnite maupun slitpnomelane.
Sedangkan untuk batas atasnya berkisar pada suhu 650 oC–1100oC, tepatnya
sebelum proses pelelehan dan tergantung pula pada jenis jenis batuan asalnya.
2. Perubahan Tekanan
Tekanan yang dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfosa pada
dasarnya bervariasi. Proses metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

mendekati tekanan permukaannya, di mana besarnya beberapa bar saja.


Sedangkan proses metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat
terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar.
3. Aktivitas Kimiawi
Aktivitas kimiawi fluida maupun gas yang berada pada jaringan antara
butir batuan, mempunyai peranan penting dalam proses metamorfosa. Hal ini
dikarenakan memang fluida aktif memiliki banyak peran, yaitu air, karbon
dioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik. Pada umumnya, fluida dan gas
tersebut berperan sebagai katalis atau solven, serta memiliki sifat untuk
membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis (Setyabudi, P. T, April
2012).

2.4 Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf

2.4.1 Struktur Batuan Metamorf


Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur
foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan
metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
1. Struktur Foliasi
a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih
(biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral
granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral
pipih.
c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
2. Struktur Non Foliasi
a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral
relatif seragam.

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran


terhadap batuan asal.
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-
butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus atau fibrous.

2.4.2 Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih
besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast.
Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan
fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat
mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian mikroskopik
porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari material matrik, dalam hal
ini disebut poikiloblast.
Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih
besar disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat
diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada
mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang
menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal) dalam hal ini
porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala
batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau
elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk
“mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi).
Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat
adalah porphyroklast.
1. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah
tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru.
Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata–blastik. Berbagai kenampakan
tekstur batuan metamorf.
a. Tekstur Porfiroblastik, sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya
kristal besarnya disebut porfiroblast.
b. Tekstur Granoblastik, tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral
seragam.
c. Tekstur Lepidoblastik, tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling
sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
d. Tekstur Nematoblastik, tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-
mineral prismatik yang sejajar dan terarah.
e. Tekstur Idioblastik, tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk
euhedral.
f. Tekstur Xenoblastik, sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya
berbentuk anhedral.
2. Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan
asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata blasto.
a. Tekstur Blastoporfiritik, tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang
porfiritik.
b. Tekstur Blastopsefit, tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lebih besar dari pasir.

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

c. Tekstur Blastopsamit, sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran


butirnya sama dengan pasir.
d. Tekstur Blastopellit, tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lempung (Tim Penuntun. 2017. ”Buku Panduan Praktikum
Petrologi”).

2.5 Jenis–Jenis Metamorfisme

Gambar 2.2 Tipe dan jenis Metamorfisme

Berdasarkan kenampakan hasil metamorfisme pada batuan, prosesnya dapat


dikelompokkan menjadi deformasi mekanik (mechanical deformation) dan
rekristalisasi kimia (chemical recrystalisation).
Deformasi mekanik akan cenderung menghancurkan, menggerus, dan
membentuk foliasi. Rekristalisasi kimia merupakan proses perubahan komposisi
mineral serta pembentukan mineral-mineral baru, dimana H2O dan CO2 terlepas
akibat terjadinya kenaikan suhu.
Perbedaan jenis metamorfisme mencerminkan perbedaan tingkat atau derajat
kedua prose situ. Adapun metamorfisme dibagi menjadi 4 berdasarkan penyebab
utamanya yaitu bisa akibat suhu dan atau tekanan tinggi:
1. Metamorfisme Kataklastik (Cataclastic metamorphism)

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

2. Metamorfisme Kontak (Contact metamorphism)


3. Metamorfisme Timbunan (Burial metamorphism)
4. Metamorfisme Regional (Regional metamorphism).
2.5.1 Metamorfisme Kataklastik (Cataclastic metamorphism)
Terkadang proses deformasi mekanik pada metamorfisme dapat berlangsung
tanpa disertai rekristalisasi kimia. Meskipun jarang terjadi, walaupun terjadi sifatnya
hanya setempat saja. Misalnya batuan yang berbutir kasar seperti granit jika
mengalami diferensial stress yang kuat, butirannya akan hancur menjadi lebih halus.
Apabila ini terjadi pada batuan yang bersifat regas (britle) mengalami stress namun
tidak hancur dan berlanjut pada proses metamorfisme maka butiran dan fragmen
batuannya akan menjadi lonjong (elongated), dan berkembanglah foliasi.

Gambar 2.3 Metamorfisme Kontak (Contact Metamorphism)


2.5.2 Metamorfisme Kontak (Contact metamorphism)
Metamorfisme kontak terjadi akibat adanya intrusi tubuh magma panas pada
batuan yang dingin dalam kerak bumi. Akibat kenaikan suhu, maka rekristalisasi
kimia memegang peran utama. Sedangkan deformasi mekanik sangat kecil, bahkan
tidak ada, karena stress disekitar magma relatif homogen.
Batuan yang terkena intrusi akan mengalami pemanasan dan termetamorfosa,
membentuk suatu lapisan di sekitar intrusi yang dinamakan aureole metamorphic

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

(batuan ubahan). Tebal lapisan tersebut tergantung pada besarnya tubuh intrusi dan
kandungan H2O di dalam batuan yang diterobosnya. Misalkan pada korok ataupun
sill yang seharusnya terbentuk lapisan setebal beberapa meter hanya akan terbentuk
beberapa centimeter saja tebalnya apabila tanpa H2O.
Batuan metamorf yang terjadi sangat keras terdiri dari mineral yang seragam
dan halus yang saling mengunci (interlocking), dinamakan Hornfels. Pada intrusi
berskala besar, bergaris tengah sampai ribuan meter menghasilkan energy panas yang
jauh lebih besar, dan dapat mengandung H2O yang sangat banyak.
Aureol yang terbentuk dapat sampai ratusan meter tebalnya dan berbutir kasar. Di
dalam lapisan yang tebal yang sudah dilalui cairan ini, terjadi zonasi himpunan
mineral yang konsentris. Zona ini mencirikan kisaran suhu tertentu.
Dekat intrusi dimana suhu sangat tinggi dijumpai mineral bersifat anhidrous
seperti garnet dan piroksen. Kemudian mineral bersifat hidrous seperti amphibol dan
epidot. Selanjutnya mika dan klorit. Tektur dari zonasi tersebut tergantung pada
komposisi kimia batuan yang diterobosnya, cairan yang melaluinya serta suhu dan
tekanan.
2.5.3 Metamorfisme Timbunan (Burial Metamorphism)
Batuan sedimen bersama perselingan piroklastik yang tertimbun sangat dalam
pada cekungan dapat mencapai suhu 3000 atau lebih. Adanya H2O yang terperangkap
di dalam porinya akan mempercepat proses rekristalisasi kimia dan membantu
pembentukan mineral baru.
Oleh karena batuan sedimen yang mengandung air lebih bersifat cair daripada
padat, maka tegasan (stress) yang bekerja leih bersifat homogen, bukan diferensial.
Akibatnya pada metamorfisme timbunan pengaruh deformasi mekanik sangat kecil
sekali sehingga teksturnya mirip dengan batuan asalnya, meskipun himpunan
mineralnya sama sekali berbeda.
Ciri khas pada metamorfisme ini adalah adalah kelompok mineral zeolit,
yang merupakan kelompok mineral berstruktur kristal polymer silikat. Komposisi
kimianya sama dengan kelompok feldspar, yang juga mengandung H2O.
Metamorfisme timbunan merupakan tahap pertama diagenesa, terjadi pada
cekungan sedimen yang dalam, seperti palung pada batas lempeng. Apabila suhu dan

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

tekanan naik, maka metamorfisme timbunan meningkat menjadi metamofisme


regional.

Gambar 2.4 Metamorfisme Regional (Regional Metamorphism)


2.5.4 Metamorfisme Regional (Regional Metamorphism)
Batuan metamorf yang dijumpai di kerak bumi dengan penyebaran sangat
luas sampai puluhan ribu kilometer persegi, dibentuk oleh metamorfisme regional
dengan melibatkan deformasi mekanik dan rekristalisasi kimia sehingga
memperlihatkan adanya foliasi. Batuan ini umumnya dijumpai pada deretan
pegunungan atau yang sudah tererosi, berupa batu sabak (slate), filit, sekis dan
gneiss.
Deretan pegunungan dengan batuan metamorf regional terbentuk akibat
subduksi atau collision. Pada collision batuan sedimen sepanjang batas lempeng akan
mengalami diferensial stress yang intensif sehingga muncul bentuk foloiasi yang
khas seperti batu sabak, sekis dan gneiss.
Sekis hijau dan amfibolit dijumpai dimana segmen kerak samudra purba yang
berkomposisi masuk zona subduksi dan bersatu dengan kerak benua dan kemudian
termetamorfosa. Ketika segmen kerak mengalami stress kompresi horizontal, batuan
dalam kerak akan terlipat dan melengkung. Akibatnya bagian dasar mengalami
peningkatan suhu dan tekanan, dan mineral baru mulai tumbuh (maki, 2012).

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Pada proses praktikum laboratorium kali ini mengingat sekarang pada masa
pandemi akibat virus-19 kegiatan laboratorium di lakukan secara dariang atau online.
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan seperti
alat tulis menulis, kertas HVS dan problem set minimal 10 lembar dan tidak lupa
mengecek data pribadi yang akan di gunakan pada saat lab online. Sebelum
mengamati batuan terlebih dahulu kami mendapat materi dan pengarahan dari asisten
laboratorium menggunakan aplikasi google meet. Setelah itu kami mulai
pendeskripsian dengan menentukan jenis batuan kemudian menentukan komposisi
mineral yang terkandung dalam batuan
Setelah itu, dilanjutkan dengan menentukan komposisi mineral, Pada
komposisi mineral ini terbagi menjadi dua yaitu Mineral Stress dan Mineral
Antistress. Mineral stress yaitu mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana
mineral ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik. Contoh mineral antistress yaitu
mika, zeolite, tremolit, aktinolit, glaukofan, horblende, serpentin, silimanit, kyanit,
dan juga antofilit. Sedangkan mineral Antistress yaitu yang berbentuk bukan dalam
kondisi tekanan, umumnya berbentuk equidimensional. Contoh mineral antistress
kursa, garnet, kalsit, staurolit, feldspar, dan epidot.
Tekstur tersebut meliputi kristaloblastik (yaitu tektur pada batuan metamorf
yang sama sekali baru terbentuk pada saat proses metamorfisme dan tekstur batuan
asal sudah tidak kelihatan) dan palimsest (merupakan tekstur sisa). Kemudian, kami
menentukan strukturnya, dimana yang termasuk struktur batuan metamorf foliasi
adalah slatycleavage, filitik/phylitik, schistosa dan gneistosa. Setelah semua prosedur
dilakukan selanjutnya kami memberi nama batuan, beserta memberikan simbol
batuan.

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Batuan Metamorf 1


Jenis Batuan : Batuan Metamorf Foliasi
Nomor Peraga : 01

Komposisi Mineral : Mineral Stress : Mika


Mineral Antistress : Garnet
Warna : Hijau
Tekstur : Kristaloblastik (Nematoblastik)
Struktur : Schistosa
Nama Batuan : Pirosynite
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

DEKSARINA MUAMMAR
4.1.2 Batuan Metamorf 2
Jenis Batuan : Batuan Metamorf Non Foliasi
Nomor Peraga : 02

Komposisi Mineral : Mineral Stress : Mika, Flourit, Piroksin


Mineral Antistress : Kuarsa
Warna : Hitam
Tekstur : Kristaloblastik (Hipidioblastik)
Struktur : Schistosa
Nama Batuan : Gneiss
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

DEKSARINA MUAMMAR
4.1.3 Batuan Metamorf 3

Jenis Batuan : Batuan Metamorf Non Foliasi


Nomor Peraga : 03

Komposisi Mineral : Mineral Stress : Mika


Mineral antiatress : Garnet
Warna : Hijau
Tekstur : Kristaloblastik (Lepidioblastik)
Struktur : Filitik
Nama Batuan : Batu Sabak
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

DEKSARINA MUAMMAR
4.1.4 Batuan Metamorf 4
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Nomor Peraga : 04

Komposisi Mineral : Mineral Stress : Mika, Herblende, serepentinit


Mineral Antistress : Amfibol
Warna : Coklat
Tekstur : Kristaloblastik (Lepidioblastik)
Struktur : Filitik
Nama Batuan : Filit
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

DEKSARINA MUAMMAR
4.1.5 Batuan Metamorf 5

Jenis Batuan : Batuan Metamorf Foliasi


Nomor Peraga : 05

Komposisi Mineral : Mineral Stress : Mika


Mineral Antistress : Horblende
Warna : Hijau

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

Tekstur : Palimset (Blastosemit)


Struktur : Shecistosa
Nama Batuan : Sekis Hijau
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

DEKSARINA MUAMMAR
4.2 Pembahasan
4.2.1 Batuan Metamorf 1

Gambar 4.1 Pirosynite


Pada sampel 1 jenis batuannya yaitu metamoft foliasi. Batuan ini
memiliki komposisi yang terdiri dari mineral stress yaitu mika dan
mineral antistressnya garnet. Batuan ini memiliki warna hitam dengan tekstur

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

kirstaloblastik (nematoblastik). Strukturnya schistosa dan batuan ini memiliki nama


batuan Pirosynite.
Batuan Pirosynite terbentuk dari batuan asal yang telah mengalami perubahan
kandungan mineral, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya perubahan
temperatur. Berasosiasi dengan batuan kuarsa, epidot, aktindlit serta klorit.
Keterdapatan batuan sekis biru yaitu didesa panger jurang daerah perbatasan gunung
kidul diyokyakarta. Batuan ini dapat digunakan dalam bidang industri. Cara
penambanganya batuan ini dengan menggunakan motode tambang terbuka.

1.2.2 Batuan Metamorf 2

Gambar 4.2 Gneiss


Pada sampel 2 jenis batuannya yaitu metamoft foliasi. Batuan ini memiliki
komposisi yang terdiri dari mineral stress yaitu mika, flourit, piroksin dan mineral

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

antistressnya kuarsa. Batuan ini memiliki warna hitam dengan tekstur kirstaloblastik
(hipidioblastik). Strukturnya schistosa dan batuan ini memiliki nama batuan gneiss.
Batuan gneiss terbentuk dari hasil metamorfisme batuan beku dalam
temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam gneiss diperoleh rekristalisasi dan foliasi
dari kuarsa, felsdpar, mika dan amphibole. Keterdapatan batuan ini yaitu pada batuan
sedimen atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam mengalami
tekanan dan temperatur yang tinggi. Dapat digunakan untuk membuat barang
kerajinan seperti asbak, jabangan bunga, dan patung. Cara penambanganya
menggunakan metode tambang terbuka.

4.2.3 Batuan Metamorf 3

Gambar 4.3 Batu Sabak


Pada sampel 3 jenis batuannya yaitu metamoft foliasi. Batuan ini
memiliki komposisi yang terdiri dari mineral stress yaitu mika, dan antistressnya

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

yaitu garnet. Batuan ini memiliki warna hijau dengan tekstur nya kirstaloblastik
(Lepidioblastik). Strukturnya Filitik dan batuan ini memiliki nama batuan Batu
Sabak.
Batuan ini terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang
terpendam pada tempat yang dalam, mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi.
Berasosiasi dengan protolith dan semidelit. Biasanya terdapat disungai. Manfaat
sekis hijau ini digunakan sebagai mika utama dalam pembuatan kondensator,
kapasitor, dalam industri elektronik.dan cara penambanganya menggunakan metode
tambang terbuka.

4.2.4 Batuan Metamorf 4

Gambar 4.4 Filit


Pada sampel 4 jenis batuannya yaitu metamoft foliasi. Batuan ini memiliki
komposisi yang terdiri dari mineral stress yaitu mika, herblende dan serpentinit, dan
mineral antistressnya Amfibol. Batuan ini memiliki warna hitam dengan tekstur

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

kirstaloblastik (lepidioblastik). Strukturnya phylitik atau pilitik dan batuan ini

memiliki nama batuan Filit.


Batuan Filit terbentuk karena akibat tektonik yang merupakan faneritik
lepidioblastik skistosa. Berasosiasi dengan mineral kuarsa. Batuan sekis mika
biasanya terdapat pada aliran sungai yang merupakan arah aliran subsekuen karena
sungainya sejajar dengan arah straight dan biasa tersingkap di pulau jawa. Dapat
digunakan sebagai dekorasi taman dan cara penambanganya menggunakan metode
tambang terbuka

4.2.5 Batuan Metamorf 5


Gambar 4.5 Sekis Hijau
Pada sampel 5 jenis batuannya yaitu metamoft foliasi. Batuan ini memiliki
komposisi yang terdiri dari mineral stress yaitu mika, dan mineral antistressnya
Horblende. Batuan ini memiliki warna hijau dengan tekstur palimset (blastosemit).
Strukturnya Sechistosa dan batuan ini memiliki nama batuan Sekis Hijau.

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

Batuan Sekis Hijau terbentuk dari proses metamorfisme batuan sedimen shale
atau batu lempung pada temperatur dan suhu yang rendah. Berasosiasi dengan batu
pasir. Padat ditemukan pada batuan asal berupa batuan sedimen bertipe menyerpih.
Dapat digunakan sebagai batu asahan. Cara penambangnnya menggunakan metode
tambang terbuka.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku,
sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan temperatur(T), tekanan (P), atau
Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan yang berakibat pada
pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur batuan yang baru.
Siklus batuan bermulai dari terbentuknya batuan beku akibat adanya
pendinginan dan pembekuan magma dalam bentuk lelehan silikat. Lelehan silikat
kemudian mengalami proses penghabluran melalui erupsi gunung berapi. Batuan
beku yang keluar dari gunung berapi tersebut kemudian tersingkap di permukaan
bumi dan bersentuhan dengan atmosfer/hidrosfer. Hal ini menyebabkan batuan beku
mengalami pelapukan sehingga menjadi hancur. Batuan beku yang telah hancur
tersebut kemudian akan bergerak atau berpindah bisa karena aliran air (baik di atas
ataupun bawah permukaan) ataupun angin. Pergerakan ini akan terjadi secara terus
menerus. Hasil pergerakan batuan beku yang sudah hancur itu kemudian mengendap

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

di tempat-tempat tertentu hingga menumpuk lalu mengeras kembali. Proses ini


dinamakan sedimentasi dan menghasilkan batuan sedimen.
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi
ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf,
sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral
penyusun batuan metamorf.
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak
kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata–blastik. Tekstur batuan metamorf yang
dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam
penamaannya menggunakan awalan kata blasto. Dalam proses pendeskripsian
mineral atau batuan praktikan harus benar-benar teliti dalam melakukan deskripi.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Untuk laboratorium sebaiknya diadakan praktikum secara tatap muka agar
praktikan dapat lebih memahami mata acara yang di praktikkan. Dengan tetap
memperhatikan protocol kesehatan.
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Agar asisten tetap mempertahankan cara merespon yang baik pada saat
praktikan bertanya maupun asistensi dan juga dalam memberikan arahan dan
masukkan kepada praktikkan, dan tetap menjalin hubungan baik dengan praktikan.

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF I

DAFTAR PUSTAKA

Anindyaestiandari. (2013, Mei 09). FASIES METAMORFISME. Retrieved from


wordpress.com/: https://anindyaestiandari.wordpress.com/2013/05/09/fasies-
metamorfisme-fasies-metamorfisme-adalah-sekelompok-batuan-yang-
termetamorfosa/
Graha, D.S. 1987. “Batuan dan Mineral”, Nova : Bandung
Noor,Djauhari.2009.”Pengantar Geologi”.Fakultas Teknik Universitas Pakuan.Bogor

DEKSARINA MUAMMAR
09320180100 09320190124

Anda mungkin juga menyukai