Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM

BATUAN METAMORF

KOORDINATOR PRAKTIKUM
GEOLOGI DASAR

DEWI ARIYANTO S.T.

NUR FADILAH
09320220119
C4

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni “geo” yang artinya bumi
dan “logos” yang artinya adalah ilmu. Dengan kata lain, geologi adalah ilmu yang
mempelajari terbentuknya bumi. Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang
memang dikhususkan untuk mempelajari planet bumi, terutama bahan penyusunnya,
proses terjadi dan terbentuknya. Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih
mineral, yang merupakan bagian dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan
yang utama yaitu batuan beku (igneous rock), batuan sedimen (sedimentary
rock) dan batuan metamorfik (metamorphic rock).
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh kedua-duanya yang disebut
proses metamorfisme dan berlangsung di bawah permukaan. Proses metamorfisme
membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya, baik tekstur
maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan dan temperatur akan
mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui dan juga hubungan antar
butiran/kristalnya. Oleh karena itu, disamping faktor tekanan dan temperatur,
pembentukan batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya. Batuan
beku terdiri dari dua struktur yaitu batuan metamorf foliasi dan batuan metamorf non
foliasi.
Sifat fisik batuan metamorf yang dideskripsi yaitu warna yang terdiri dari
warna lapuk dan warna segar, jenis tekstur yang terdiri dari kristaloblastik (jenis
tekstur dan bentuk kristal) dan palimpsest (blasto ofitik, blasto porfiritik, blasto
psefitik, blasto samit dan blasto pelitik), bentuk kristal dari batuan yang dideskripsi
apakah termasuk idioblastik, hipidioblastik atau xenoblastik, struktur dari batuan
yang dideskripsi terdiri dari foliasi (slaty, phyllitic, scictose dan gneissic) dan non
foliasi (granulose, hornfelsik, milonitik dan breksi kataklastik), lalu menentukan
komposisi mineral yang menyusun batuan tersebut, sehingga dari hasil
pendeskripsian dapat diketahui nama batuan metamorf yang dideskripsi serta simbol
dari batuan metamorf yang dideskripsi (Penuntun Praktikum Geologi Dasar, 2023).

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-115
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum batuan metamorf agar praktikan dapat mengenal dan
mengetahui tentang batuan metamorf.
1.2.2 Tujuan
a. Praktikan dapat menjelaskan definisi dan mendeskripsikan batuan metamorf
foliasi dan non foliasi;
b. Praktikan dapat mengetahui perbedaan batuan metamorf foliasi dan non
foliasi;
c. Praktikan dapat menjelaskan struktur dan tekstur batuan metamorf foliasi dan
non foliasi;
d. Praktikan dapat menentukan nama batuan metamorf.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Alat tulis menulis;
b. Mistar min. 30 cm;
c. Loop (60×);
d. Magnet;
e. Lap kasar dan lap halus;
f. Skala bar.
1.3.2 Bahan
a. Buku catatan;
b. HCL 0,1 M;
c. Kertas HVS A4 (Min. 5);
d. Buku penuntun geologi dasar;
e. Buku referensi;
f. Problem set.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-116
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Geologi

Sebagai objek utama, dan sebagian besar berhubungan dengan bagian terluar
dari bumi yaitu kerak bumi. Geologi meliputi studi tentang mineral, batuan, fosil
tidak hanya sebagai objek, tetapi menyangkut penjelasan tentang sejarah
pembentukannya. Geologi juga mempelajari dan menjelaskan gambaran fisik serta
proses yang berlangsung dipermukaan dan dibawah permukaan bumi, pada saat
sekarang dan juga pada masa lalu.
Geologi fisik didalam hal ini merupakan dasar untuk mempelajari ke-
semuanya ini, dengan dimulai mempelajari unsur utama, yaitu batuan sebagai
penyusun kerak bumi, mengenal proses pembentukannya, serta menjelaskan
kehadiran serta sifat-sifat fisiknya di bumi. Ilmu geologi mempunyai ruang lingkup
sangat luas, yang didalam pengkajiannya lebih dalam berkembang sebagai cabang
ilmu yang bersifat lebih khusus dan terinci.
Beberapa cabang ilmu geologi antara lain:
1. Petrologi adalah studi tentang batuan, asal mula kejadiannya, terdapatnya,
serta penjelasan lingkungan pembentukannya. Disiplin ini akan berhubungan
dengan studi tentang mineral (mineralogi) dan bentuk-bentuk kristal dari mineral
(kristalografi).
2. Stratigrafi adalah studi tentang urutan perlapisan pada batuan, membahas
tentang hubungannya dan proses yang terjadi di sedimentasinya
(sedimentologi) serta sejarah perkembangan yang terjadi di cekungan
sedimentasinya.
3. Petrologi adalah studi tentang fosil dan aspek kehidupan purba yang terekam di
dalam batuan. Studi ini akan membahas tentang lingkungan pembentukan batuan,
umur relatif, serta menjelaskan keadan dan proses yang terjadi pada masa lalu
(paleogeografi).
4. Geologi Struktur adalah studi tentang bentuk batuan dan kerak bumi, sebagai
hasil dari proses perubahan (deformasi) akibat tektoknik, yaitu proses gerak yang
terjadi dalam bumi.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-117
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Di dalam perkembangannya, geologi sebagai dasar dari ilmu kebumian,


sangat berhubungan dengan ilmu dasar yang lain yaitu ilmu-ilmu fisika dan kimia.
Geofisika adalah ilmu yang membahas tentang sifat-sifat fisika dari bumi,
mempelajari parameter fisika, menerapkan hukum dan teori fisika untuk
menjelaskan tentang proses yang terjadi di bumi. Demikian pula geomekanika,
beberapa sifat kimia dan batuan dan kerak bumi dipelajari lebih lanjut dengan
prinsip dan teori kimia untuk dapat menjelaskan proses kejadiannya.
Selain itu geologi berhubungan dengan ilmu sebagai dasar ilmu terapan,
misalnya dibidang pertambangan (geologi pertambangan), perminyakan (geologi
minyak), teknik sipil (geologi teknik), hidrologi (hidrogeologi), lingkungan dan
sebagainya.

2.2 Pengenalan Batuan

Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan
bagian dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu batuan
beku (igneous rock), terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma
didalam bumi atau dipermukaan bumi; batuan sedimen (sedimentary rock),
terbentuk dari sedimen hasil rombakan batuan yang telah ada, oleh akumulasi
dari material organik atau hasil penguapan dari larutan dan batuan
metamorfik (metamorphic rock), merupakan hasil perubahan dalam keadaan
padat dari batuan yang telah ada menjadi batuan yang mempunyai komposisi
dan tekstur yang berbeda, sebagai akibat perubahan panas, tekanan, kegiatan
kimiawi atau perpaduan ketiganya. Semua jenis batuan ini dapat diamati
dipermukaan sebagai (singkapan). proses pembentukannya juga dapat
diamati saat ini.
Sebagai contoh, kegiatan gunung api yang menghasilkan beberapa
jenis batuan beku, proses pelapukan, erosi, transportasi dan pengendapan
sedimen yang setelah melalui proses pembatuan (lithification) menjadi
beberapa jenis batuan sedimen. Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan
merupakan tempat berlangsungnya berbagai proses yang mempengaruhi
pembentukan ketiga jenis batuan tersebut. Sepanjang kurun waktu dan akibat
dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi jenis yang lain.
Hubungan ini merupakan dasar dari jentera (siklus) batuan.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-118
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman dan juga sebagai


tempat hidup bagi jasad renik, baik yang mikro ataupun yang makro. Tanah
yang ada di sekitar kita berasal dari bebatuan yang mengalami pelapukan
dikarenakan beberapa faktor. Faktor yang menyebabkan pelapukan adalah
iklim dan aktivitas jasad hidup. Iklim dan aktivitas jasad renik pada suatu
relief/topografi tertentu akan menentukan berapa lama bahan induk dapat
mengalami pelapukan. Pelapukan bebatuan/bahan induk untuk menjadi
tanah yang bisa dimanfaatkan oleh makhluk hidup umumnya memerlukan
waktu yang lama. Bebatuan juga memilki ciri dan sifat yang berbeda seperti
warna, tekstur dan mineral penyusun batuan. Batuan dibedakan menjadi
beberapa jenis seperti batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
Batuan berasal dari magma yang berada di perut bumi. Magma
tersebut akan membeku dalam waktu yang lama. Magma yang membeku
sejak berada di dalam perut bumi disebut dengan batuan beku. Batuan beku
merupakan jenis batuan yang mengalami pelapukan secara sempurna,
sehingga rongga yang ada di dalamnya sangat kecil dan merupakan batuan
yang sangat kuat. Batuan jenis ini biasanya digunakan pada sektor industri
untuk bahan dalam pembangunan sarana dan prasarana fisik seperti bahan
bangunan dan pembangunan jalan karena sifatnya yang kuat tersebut
(Prasetya, Z. 2013).
Batuan sedimen merupakan jenis batuan yang berasal dari endapan
atau batuan beku yang mengalami pelapukan dan terbawa oleh angin atau air.
Batuan beku yang lama kelamaan akan terkikis dan mengarami pengendapan
akibat dari prose kimia atau yang sering disebut kristalisasi. Batuan sedimen
memiliki karakteristik yaitu memiliki rongga yang cukup besar, sehingga
tingkat kekuatannya berada di bawah batuan beku. Batuan sedimen sendiri
dibagi menjadi tiga jenis, yakni batuan sedimen mekanik, batuan sedimen
kimia dan batuan sedimen organik.
Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang berasal dari pelapukan
batuan beku dan batuan sedimen. Batuan metamorf sering disebut dengan
batuan malihan. Batuan ini merupakan hasil dari ubahan atau transformasi
dari tipe batuan yang telah ada.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-119
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2.1 Siklus Batuan


Semua jenis batuan ini dapat diamati dipermukaan sebagai (singkapan).
Proses pembentukannya juga dapat diamati saat ini. Sebagai contoh, kegiatan
gunung api yang menghasilkan beberapa jenis batuan beku, proses pelapukan,
erosi, transportasi dan pengendapan sedimen yang setelah melalui proses
pembatuan (lithification) menjadi beberapa jenis batuan sedimen. Kerak bumi ini
bersifat dinamik dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai proses yang
mempengaruhi pembentukan ketiga jenis batuan tersebut.
Sepanjang kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu bahan akan
berubah menjadi jenis yang lain. Hubungan ini merupakan dasar dari jentera
(siklus) batuan.

2.3 Definisi Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh kedua-duanya yang disebut
proses metamorfisme dan berlangsung di bawah permukaan. Proses metamorfisme
membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya, baik tekstur
maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan dan temperatur
akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui dan juga hubungan antar
butiran/kristalnya. Oleh karena itu, disamping faktor tekanan dan temperatur,
pembentukan batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-120
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2.2 Batuan metamorf


Batuan beku terdiri dari dua struktur yaitu batuan metamorf foliasi dan
batuan metamorf non foliasi. Batuan metamorf foliasi bermakna sebagai lapisan
pada batuan metamorf dengan bentuk menyerupai belahan. Hal tersebut merupakan
hasil dari aktivitas penjajaran beberapa mineral yang berasal dari penyusun utama
batuannya.

Gambar 2.3 Batuan metamorf foliasi


Batuan metamorf non foliasi adalah batuan tanpa belahan. Tidak adanya
belahan dalam batuan ini karena proses penjajaran beberapa yang berasal dari suatu

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-121
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

penyusun utamanya tidak terlihat sehingga tidak bisa diam.

Gambar 2.4 Batuan metamorf non foliasi (kuarsit)

Ada tiga jenis metamorfisme yang terjadi pada batuan metamorf, yaitu:
1. Metamorfisme thermal (kontak)
Metamorfisme thermal (kontak) terjadi karena aktivitas intrusi magma,
proses yang berperan adalah panas larutan aktif.
2. Metamorfisme dinamis
Metamorfisme dinamis terjadi di daerah pergeseran atau pergerakan yang
dangkal (misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan daripada panas
yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran, kadang-
kadang juga terjadi rekristalisasi.
3. Metamorfisme regional
Metamorfisme regional yaitu proses yang berperan adalah kenaikan tekanan
dan temperatur. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan
lingkungan tektonis, misalnya pada jalur pembentukan pegunungan dan zona
tunjaman.

2.4 Pengenalan Batuan Metamorf

Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-


kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat
dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-122
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa tekstur dan
struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik
(seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme.
Penerapan dari tekanan yang tidak sama, khususnya jika disertai oleh pembentukan
mineral baru, sering menyebabkan kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur.
Jika planar disebut foliasi. Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-
lapisan yang menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur,
misal: lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa)
berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral-mineral tabular atau prismatik
(seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya
foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih
berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit) disebut skistosity. Pecahan batuan
ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan belahan batuan yang berkembang
kurang baik. Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan
lain yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk
batuan metamorf ini mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-tama
dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran mineral)
atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral).

Gambar 2.5 Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara umum

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-123
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

2.5 Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Proses yang terjadi saat pembentukan batuan metamorf disebabkan oleh


beberapa faktor. Seperti perubahan tekanan, aktivitas kimia, dan temperatur batu
induknya. Di bawah ini dijelaskan mengenai faktor yang berpengaruh saat proses
pembentukan batuan malihan atau metamorf.
2.5.1 Perubahan tekanan
Tekanan (pressure) adalah faktor yang berfungsi mengontrol proses
pembentukan batuan ini. Perubahan tekanan semakin tinggi bisa menyebabkan
rekristalisasi (pengkristalan ulang) pada mineral dalam kandungan batuan induk
sebelumnya. Tekanan yang terjadi kurang lebih antara 1 – 10.000 bar (Jackson).
Perubahan tekanan ini juga dipengaruhi oleh berbagai hal. Pada umumnya, pengaruh
utama berasa dari aktivitas tektonik dan vulkanik bumi. Penumpukan endapan dari
batuan-batuan juga dapat menyebabkan tekanan berubah-ubah.
2.5.2 Aktivitas kimia
Aktivitas kimia berpengaruh dalam pembentukan batuan malihan yaitu
mengubah dan merekristalisasi batuan induk sebelumnya yang tidak perlu melewati
fase cair. Temperatur saat aktivitas kimia berlangsung sekitar 350 derajat celcius
sampai 1200 derajat celcius. Sedangkan tekanan yang terbentuk ada diantara 1 –
10000 bar (Jackson). Bentuk dari aktivitas kimia yang sering dijumpai adalah fluida
dan gas pada jaringan batuan induk. Aktivitas kimia berperan untuk mengubah
komposisi kimia dan mineral dalam batuan metamorf. Fluida yang mudah ditemukan
yaitu karbondioksida, asam hidroklorik, air dan hidroflorik. Pada umumnya zat kimia
tersebut berguna sebagai katalis dalam reaksi kimia.
2.5.3 Perubahan Temperatur
Temperatur yang berubah bisa diakibatkan karena perubahan gradient
geothermal atau dapat disebut dengan intrusi magma. Selain hal tersebut, gesekan
antar massa batuan menyebabkan temperatur mudah berubah dan akan berujung saat
proses metamorfisme berlangsung. Perubahan temperatur dapat terjadi dalam suhu
sekitar 350 sampai 1200 derajat celcius. Suhu atau temperatur berfungsi sebagai
pengontrol pada saat terjadi proses pembentukan batuan sehingga proses
metamorfisme akan dapat berjalan lancar dan menghasilkan batuan yang sempurna.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-124
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

2.6 Tekstur Batuan Metamorf

Merupakan penampakan batuan berdasarkan ukuran, bentuk dan orientasi


butir mineral dan mineral individu penyusun batuan metamorf penamaan tekstur
batuan metamorf umumnya menggunakan awalan kata blasto dan akhiran blastik
yang ditambahkan pada istilah dasarnya tekstur batuan metamorf dapat
dikelompokkan berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa, berdasarkan
ukuran butir dan berdasarkan bentuk.
Tekstur batuan metamorf terbagi 2, yaitu:
1. Kristaloblastik
Bila tekstur batuan asal tak kelihatan lagi digunakan istilah blastik kemudian
beracuan pada parameter fabriknya. Berdasarkan sifat butir/kristal dan hubungannya
dengan mineral, dibagi menjadi dua yaitu homoblastik yang terdiri dari satu mineral
saja dan heteroblastik yang terdiri dari satu tekstur saja.
a. Jenis tekstur:
 Lepidoblastik yaitu apabila sebagian besar mineralnya berbentuk pipih (mica
group).
 Nematoblastik yaitu apabila sebagian mineralnya berbentuk prismatik
(piroksen).
 Granoblastik yaitu apabila sebagian besar mineralnya
granular/equidimensional (kuarsa).
 Porfiroblastik yaitu seperti porfiritik dalam batuan beku.
b. Bentuk kristal:
 Idioblastik yaitu apabila sebagian besar mineralnya berbentuk Euhedral.
 Hipidoblastik yaitu apabila sebagian besar mineralnya berbentuk Subhedral.
 Xenoblastik yaitu apabila sebagian besar mineralnya berbentuk Anhedral.
2. Palimsest/Sisa/Relik
Tekstur asli dari batuan asal masih terlihat/tersisa, digunakan awalan blasto
untuk penamaannya.
a. Blasto ofitik, bila batuan asal mempunyai tekstur ofitik
b. Blasto Porfiritik, bila batuan asal mempunyai tekstur porfiritik
c. Blasto Psefitik, bila batuan asal batuan sedimen klastik berukuran pebble
(psefitik)

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-125
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

d. Blasto samit, bila batuan asal sedimen klastik berukuran pasir (psamit)
e. Blasto pelitik, bila batuan asal batuan sedimen klastik berukuran lempung
(argilit).

Gambar 2.6 Kenampakan tekstur kristaloblastik

2.7 Struktur Batuan Metamorf

Struktur adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau


orientasi unit poligranular batuan tersebut. Secara umum struktur batuan metamorf
dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan non foliasi
2.7.1 Struktur batuan metamorf foliasi
Pada batuan metamorf, istilah foliasi lebih tepat untuk menyatakn struktur
atau bentuk bangun, yaitu hubungan tekstur yang memperlihatkan orientasi
kesejajaran mineral. Kadang-kadang foliasi memperlihatkan orientasi yang
hamper sejajar dengan pelapisan batuan asal (bila batuan sedimen).
1. Slaty (slate)
Menampakkan belahan-belahan sangat halus umumnya terdiri atas mineral
yang pipih dan sangat halus. Umumnya tekstur ini ditemukan pada batuan
metamorf yang berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh
adanya bidang-bidang belah planar yang sanagat terlihat rapat, teratur dan
terlihat sejajar.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-126
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2.7 Kenampakan tekstur struktur slaty


2. Phyllitic (filitik)
Foliasi sudah mulai ada, oleh kepingan halus umumnya terdiri atas
mineral yang pipih dan sangat halus.

Gambar 2.8 Kenampakan struktur filitik


3. Scictose (Skiss)

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-127
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Foliasi sudah mulai jelas oleh kepingan mika, dengan belahan yang
merata/menerus, terdiri dari selang-seling bentuk kristal lepidoblastik dan
granoblastik.

Gambar 2.9 Kenampakan struktur scictose


4. Gneissic (gneiss)
Foliasi diperlihatkan oleh penyusunan mineral-mineral granular dan
pipih/mika, belahan tidak rata atau terputus-putus.

Gambar 2.10 Kenampakan struktur gneiss


2.7.2 Struktur batuan metamorf non foliasi

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-128
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Beberapa batuan metamorf tidak menunjukkan foliasi, umumnya masih


menunjukkan jenis tekstur.
1. Granulose
Penyusun terdiri atas mineral berbentuk butir, ukuran relatif sama
(Equidimensional).
2. Hornfelsik
Penyusun terdiri atas mineral tanpa persejajaran mineral sedikitpun atau
tidak ada mineral pipih/prasmatik.

Gambar 2.11 Kenampakan struktur granulose


3. Milonitik
Struktur yang terjadi dari metamorfosa kataklastik, yaitu sifat tergerus,
berupa lembar/bidang/bidang penyerpihan. Disebut juga jalur miloni.
4. Breksi Kataklastik
Fragmen-fragmen pembentuk/butir terdiri atas mineral yang sama dengan
matriks semennya, menunjukkan orientasi arah miolonitik pada skala sangat
kecil biasanya terlihat di bawah mikroskop. Breksi kataklastik harus diamati
secara langsung di lapangan. Kedua umumnya terdapat pada jalur
patahan/sesar.

2.8 Komposisi Batuan Metamorf

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-129
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Pertumbuhan dari mineral-mineral baru atau rekristalisasi dari mineral yang


ada sebelumnya sebagai akibat perubahan tekanan dan atau temperatur menghasilkan
pembentukan kristal lain yang baik, sedang atau perkembangan sisi muka yang jelek;
kristal ini dinamakan idioblastik, hypidioblastik, atau xenoblastik. Secara umum
batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral tertentu, namun secara khusus
mineral penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) mineral
stress dan (2) mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil dalam
kondisi tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tumbuh tegak lurus
terhadap arah gaya/stress meliputi: mika, tremolit-aktinolit, hornblende, serpentin,
silimanit, kianit, seolit, glaukopan, klorit, epidot, staurolit dan antolit. Sedang
mineral anti stress adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan, biasanya
berbentuk equidimensional, meliputi: kuarsa, felspar, garnet, kalsit dan kordierit.
Setelah kita menentukan batuan asal mula metamorf, kita harus menamakan
batuan tersebut. Sayangnya prosedur penamaan batuan metamorf tidak sistematik
seperti pada batuan beku dan sedimen. Nama-nama batuan metamorf terutama
didasarkan pada kenampakan tekstur dan struktur. Nama yang umum sering
dimodifikasi oleh awalan yang menunjukkan kenampakan nyata atau aspek penting
dari tekstur (contoh gneis augen), satu atau lebih mineral yang ada (contoh skis
klorit), atau nama dari batuan beku yang mempunyai komposisi sama (contoh gneis
granit). Beberapa nama batuan yang didasarkan pada dominasi mineral (contoh
metakuarsit) atau berhubungan dengan facies metamorfik yang dipunyai batuan
(contoh granulit).
Metamorfisme regional dari batulumpur melibatkan perubahan keduanya baik
tekanan dan temperatur secara awal menghasilkan rekristalisasi dan modifikasi dari
mineral lempung yang ada. Ukuran butiran secara mikroskopik tetap, tetapi arah
yang baru dari orientasi mungkin dapat berkembang sebagai hasil dari gaya stres.
Resultan batuan berbutir halus yang mempunyai belahan batuan yang baik sekali
dinamakan slate. Bilamana metamorfisme berlanjut sering menghasilkan orientasi
dari mineral-mineral pipih pada batuan dan penambahan ukuran butir dari klorit dan
mika. Hasil dari batuan yang berbutir halus ini dinamakan phylit, sama seperti slate
tetapi mempunyai kilap sutera pada belahan permukaannya. Pengujian dengan
menggunakan lensa tangan secara teliti kadangkala memperlihatkan pecahan
porpiroblast yang kecil licin mencerminkan permukaan belahannya. Pada tingkat

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-130
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

metamorfisme yang lebih tinggi, kristal tampak tanpa lensa. Disini biasanya kita
menjumpai mineral-mineral yang pipih dan memanjang yang terorientasi kuat
membentuk skistosity yang menyolok. Batuan ini dinamakanskis, masih bisa dibelah
menjadi lembaran-lembaran. Umumnya berkembang porpiroblast; hal ini sering
dapat diidentikkan dengan sifat khas mineral metamorfik seperti garnet, staurolit,
atau kordierit. Masih pada metamorfisme tingkat tinggi disini skistosity menjadi
kurang jelas; batuan terdiri dari kumpulan butiran sedang sampai kasar dari tekstur
dan mineralogi yang berbeda menunjukkan tekstur gnessik dan batuannya
dinamakan gneis. Kumpulan yang terdiri dari lapisan yang relatif kaya kuarsa dan
feldspar, kemungkinan kumpulan tersebut terdiri dari mineral yang mengandung
feromagnesium (mika, piroksin dan ampibol). Komposisi mineralogi sering sama
dengan batuan beku, tetapi tekstur gnessik biasanya menunjukkan asal
metamorfisme; dalam kumpulan yang cukup orientasi sering ada. Penambahan
metamorfisme dapat mengubah gneis menjadi migmatit. Dalam kasus ini, kumpulan
berwarna terang menyerupai batuan beku tertentu dan perlapisan kaya
feromagnesium mempunyai aspek metamorfik tertentu.
Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi
mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara
tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur
granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari
batupasir atau chert/rijang. Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah
sebagai berikut:
2.8.1 Amphibolit
Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah
ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
2.8.2 Eclogit
Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino ompasit
tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet kaya pyrop.
Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase yang
lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
2.8.3 Granulit
Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar,
sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-131
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
Batuan granulit adalah batuan yang memiliki mutu tinggi.
2.8.4 Hornfels
Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran yang
equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris
mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.
2.8.5 Milonit
Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran
atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit,
milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa.
Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera, rekristralisasi
mika, batuannya disebut philonit.
2.8.6 Serpentinit
Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari kelompok
serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan
dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin
dan piroksen.
2.8.7 Skarn
Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-
silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan
komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.

2.9 Mineral Metamorf

Mineral metamorfik adalah mineral yang terbentuk hanya pada suhu dan
tekanan tinggi terkait dengan proses metamorfosis. Mineral ini, yang dikenal sebagai
mineral indeks, termasuk silimanit, kyanit, staurolit, andalusit, dan beberapa garnet.
Mineral lainnya, seperti olivin, piroksen, amfibol, mika, feldspar, dan kuarsa dapat
ditemukan dalam batuan metamorf, tetapi belum tentu merupakan hasil dari proses
metamorfisme. Mineral ini terbentuk selama kristalisasi batuan beku. Mereka stabil
pada suhu dan tekanan tinggi yang secara kimia tidak berubah ketika selama
terjadinya proses metamorfisme. Namun, semua mineral stabil hanya dalam batas-
batas tertentu, dan adanya beberapa mineral dalam batuan metamorf menunjukkan
perkiraan suhu dan tekanan di mana mereka terbentuk.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-132
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Perubahan ukuran partikel batuan selama proses metamorfisme disebut


rekristalisasi. Misalnya, kristal kalsit kecil pada batugamping berubah menjadi kristal
yang lebih besar di marmer pada batuan metamorf, atau dalam batupasir yang
termetamorfosis, rekristalisasi dari kuarsa asal butir-butir pasir menghasilkan kuarsit
yang sangat kompak, atau biasa disebut dengan metakuarsit, di mana kristal kuarsa
yang lebih besar biasanya saling bertautan. Baik suhu maupun tekanan yang tinggi
berkontribusi terhadap rekristalisasi. Temperatur yang tinggi memungkinkan atom
dan ion dalam kristal padat untuk bermigrasi, sehingga membentuk suatu susunan
pada kristal, sementara tekanan tinggi menyebabkan pelarutan kristal dalam batuan
di titik kontak mereka.
1. Amphibole/Hornblende
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau
kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung
besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si),
dan Oksigen (O). Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua
kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan
batuan metamorf.
2. Biotite
Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai
buku dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral
biotite umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite
berwarna terang, abu-abu terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang
lunak dan bisa digores dengan kuku.
3. Plagioclase feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral
ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk
prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas
yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang
mengandung Ca disebut An-4. Orthite.
4. Potassium feldspar (Orthoclase)
Potassium feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya
plagioclase feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-133
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya


berwarna merah daging hingga putih.
5. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) ,
silicon (Si) dan air (H2O).
6. Quartz
Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada
kerak bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih,
kilap kaca dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
7. Calcite
Mineral Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya
berwarna putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari
binatang laut terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan
‘lime’ dari batugamping.

2.10 Fasies Batuan Metamorf

Hasil pengamatan batuan metamorf diberbagai tempat di bumi


memperlihatkan bahwa komposisi kimia batuan metamorf hanya sedikit terubah oleh
proses metamorfisme. Perubahan utama yang terjadi adalah bertambah atau
berkurangnya volatile, H2O dan CO2, tetapi bahan utamanya, seperti SiO2, Al2O3 dan
CaO tidak berubah.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-134
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2. 12 Fasies Metamorfisme

Fasies metamorfis-me di plott berdasrkan suhu dan kedalaman. Kurva A


merupakan gradient suhu yang khas sekitar intrusi batuan beku yang menye-babkan
metamorfose kontak. Kurva B adalah gradient geotermal normal unutk benua. Kurva
C adalah gradient geotermal yang berkembang di zona subduksi. Fasies zeolit
berimpit dengan kondisi diagenesis pada suhu dan tekanan.
Fasies metamorfisme adalah sekelompok batuan yang termetamorfosa pada
kondisi yang sama yang dicirikan oleh kumpulan mineral yang tetap. Konsep ini
pertama kali diperkenalkan oleh Pennti Eskola tahun 1915. Dalam hal ini, Pennti
Eskola mengemukakan bahwa kumpulan mineral pada batuan metamorf merupakan
karakteristik genetik yang sangat penting sehingga terdapat hubungan antara
kelompok mineral dengan komposisi batuan pada tingkat metamorfosa tertentu.
Fasies metamorfisme juga bisa dianggap sebagai hasil dari proses isokimia
metamorfisme, yaitu proses metamorfisme yang terjadi tanpa adanya penambahan
unsur-unsur kimia yang dalam hal ini komposisi kimianya tetap. Penentuan fasies
metamorf dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan cara menentukan mineral
penyusun batuan atau dengan menggunakan reaksi metamorf yang dapat diperoleh
dari kondisi tekanan dan temperature tertentu dari batuan metamorf. Jadi, fasies
metamorfisme intinya menyatakan bahwa pada komposisi batuan tertentu.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-135
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2. 13 Diagram Fasies Metamorf

2.11 Larutan Hidrotermal dan Cebakan Mineral

Cairan yang menyebabkan metasomatisme kaya akan H2O dan bersuhu 2500
C atau lebih dinamakan larutan hidrotermal (dari bahasa Yunani, hidro- air dan
termal - panas). Larutan hidrotermal membentuk urat-urat (veins) dengan
mengendapkan bahan yang terlarut seperti kwarsa atau kalsit dalam rekahan-rekahan.
Selain itu dapat juga menghasilkan ubahan pada batuan yang dialirinya. Larutan
hidrotermal mempunyai peranan penting dalam pembentukan cebakan mineral
berharga., dengan membentuk urat-urat dan alterasi batuan. Cebakan mineral
berharga hasil larutan hidrotermal lebih banyak dijumpai dari pada tipe lainnya.
Komposisi utama larutan hidrotermal adalah air.
Dalam airnya selalu mengandung garam-garam, sodium khlorida, potasium
khlorida, kalsium sulfat, dan kalsium khloride. Kadar garam terlarut bervariasi,
berkisar dari salinitas air laut, 3.5 persen berat, sampai puluhan kalinya. Larutan
yang sangat ‘asin’ (barin) dapat melarutkan sedikit mineral-mineral yang tampaknya
tidak larut, seperti emas, khalkopyrit, galena dan sfalerit. Larutan hidrotermal
terjadi dalam beberapa cara. Salah satunya adalah saat magma yang terjadi oleh
peleburan parsial basah yang mendingin dan mengkristal, air yang menyebabkan
peleburan parsial basah dilepaskan. Namun tidak sebagai air murni, tapi mengandung
semua unsur yang dapat larut yang terdapat dalam magma, seperti NaCl, dan unsur-
unsur kimia, emas, perak, tembaga, timbal, zinc, merkuri dan molybdinum, yang
tidak terikat kuarsa, feldspar, dan mineral lain dengan substitusi ion.
Suhu yang tinggi meningkatkan efektivitas larutan sangat asin ini untuk
membentuk endapan mineral hidrotermal. Volkanisme dan panas merupakan satu
kesatuan. Oleh karena itu wajar bila banyak endapan mineral berasosiasi dengan
batuan volkanik panas yang dimasuki air yang bersirkulasi di kedalaman, yang
berasal dari air hujan atau air laut. Banyak sekali endapan mineral dijumpai pada
bagian atas tumpukan volkanik, yang diendapkan saat larutan hidrotermal yang
bergerak naik, mendingin dan mengendapkan mineral bijih.

2.12 Tektonik Lempeng, Metamorfisme dan Metasomatisme

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-136
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Metamorfisme regional terjadi pada batas subduksi lempeng, seperti terlihat


pada gambar . Metamorfisme timbunan (burial metamorphisml) terjadi pada bagian
bawah tumpukan tebal sedimen yang terakumulasi pada paparan benua (continental
shelf) dan lereng benua (continental slope).
Suhu dan tekanan karakteristik untuk fasies metamorfosis sekis biru dan
eklogit tercapai saat batuan kerak tertarik kebawah dengan cepat oleh lempeng yang
menunjam. Pada kondisi demikian tekanan naik lebih cepat dibandingkan dengan
suhu dan hasilnya adalah batuan metamorf tekanan tinggi - suhu rendah, fasies
metamorf sekis biru dan eklogit. Tumbukan benua umumnya merupakan penyebab
metamorfisme regional dan aktivitas magma.
Magma yang menghasilkan gunung api strato terjadi oleh peleburan parsial
basah kerak samudra yang menunjam. Magma juga merupakan sumber panas untuk
larutan hidrotermal yang menghasilkan endapan bijih. Adanya sumber-daya mineral
di bumi, adalah berkat kombinasi proses-proses magmatik, metamorfisme, dan
metasomatik, yang semuanya terjadi akibat tetonik lempeng.

Gambar 2. 14 Tektonik Lempeng, Metamorfisme Dan Metasomatisme

Diagram batas lempeng konvergen, memperlihatkan daerah-daerah


metamorfisme yang berbeda. Garis putus-putus memperlihatkan kotur suhu. (1) Zona
metamorfisme timbunan. (2) Zona metamorfisme sekis biru dan eklogit. Gradient
geotermal C. (3) Zona metamorfisme sekis hijau dan amfibolit. Gradient geotermal B

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-137
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

dan (4) Zona dimana peleburan parsial basah dimulai. Magma juga merupakan
sumber panas untuk larutan hidrotermal yang menghasilkan endapan bijih.

2.13 Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal


penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih
besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast.
Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan
fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat
mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Poikiloblast biasanya
dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar disekeliling sisa-sisa
mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat diakibatkan dengan cara
pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral
matriknya, dan yang melingkupinya. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari
kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari
kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk “mata”) dan umumnya hasil
dari kataklastik (penghancuran, pembutiran dan rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan
dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat adalah porphyroklast.
2.13.1 Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah
tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata–blastik.
1. Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya
kristal besarnya disebut porfiroblast atau dimana terdapat massa dasar dan
fenokris.
2. Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral
seragam.
3. Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling
sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
4. Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral
prismatik yang sejajar dan terarah.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-138
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

5. Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk


euhedral atau terdiri dari butiran mineral yang tidak memiliki wajah kristal
yang terbentuk dengan baik.
6. Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya
berbentuk anhedral.
7. Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal
masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata–blasto.
8. Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang
porfiritik.
9. Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
10. Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran
butirnya sama dengan pasir atau suatu tekstur sisa dari batuan sedimen yang
mempunyai ukuran psemit.

Gambar 2.15 Tekstur batuan metamorf

2.14 Jenis-Jenis Batuan Metamorf

Batuan metamorf atau malihan merupakan jenis batuan yang berasal dari
batuan sedimen dan batuan beku. Batuan ini merupakan hasil transformasi dari suatu
tipe batuan yang sudah ada sebelumnya, atau biasa disebut dengan metamorfosis.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-139
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Proses pembentukan batuan ini berasal dari batuan yang sudah ada
sebelumnya, yaitu protolith. Batuan ini akan mengalami perubahan kimia atau fisika
yang cukup besar. Pasalnya, protolith atau batuan asal akan dikenai panas lebih dari
150 derajat celcius.
Batuan metamorf juga memiliki berbagai macam jenis. Berikut ini penjelasan
beberapa jenis batuan matamorf tersebut:
2.14.1 Batu sekis biru

Gambar 2.16 Sekis biru


Batuan asal yang telah mengalami perubahan kandungan mineral, tekstur
serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur dan tekanan yang tinggi
atau biasa disebut proses metamorfisme.
2.14.2 Batu granulit

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-140
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2.17 Granulit


Batuan granulit adalah batuan yang bermutu tinggi dari fasies granulit yang
mengalami metamorfosis suhu dan tekanan sedang.
2.14.3 Batu Serpentine

Gambar 2.18 Serpentine


Serpentine adalah batuan yang terdiri dari satu atau lebih mineral kelompok
serpentine. Mineral dalam kelompok ini dibentuk oleh serpentinisasi, hidrasi dan
transformasi bumi.
2.14.4 Batu Kuarsit

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-141
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2.19 Kuarsit


Kuarsit adalah jenis batuan metamorf non-foliasi yang keras, yang
merupakan hasil perubahan dari batu pasir kuarsa.
2.14.5 Batu slate

Gambar 2.20 Slate


Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme
batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu
yang rendah.
2.14.6
Batu
Filit

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-142
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2.21 Filit


Batuan filit merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa,
sericite mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
2.14.7 Gneiss

Gambar 2.22 Gneiss


Batu gneiss Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan
beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh
rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
2.14.8 Skiss

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-143
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2.23 Skiss


Schist (skiss) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika,
grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-
berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
2.14.9 Marmer

Gambar 2.24 Marmer


Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga
mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit..

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-144
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

2.14.10 Milonit

Gambar 2.25 Milonit


Milonit merupakan batuan metamorF yang memiliki tekstur kompak.
Terbentuk olehrekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan
penguranganukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat
dibelah seperti schistose.
2.14.11 Hornfels

Gambar 2.26 Hornfels

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-145
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis


oleh temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti
dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.

2.15 Memamorfosa

Berdasarkan tekanan dan temperature, matamorfosa dapat dibedakan


menjadi 3 tingkat derajat metamorfosa, yaitu derajat metomorfosa rendah, sedang
dan tinggi.
Metamorfosa Burial terjadi pada tekanan dan temperatur yang rendah dan
serta kedalaman yang relatif dangkal. Tipe metamorfosa akan meningkat seiring
dengan meningkatnya tekanan, temperatur, dan kedalaman, yaitu dari
metamorfosa burial berubah menjadi metamorfosa regional.
Metamorfosa derajat rendah terjadi pada temperatur antara 200° hingga
320° C dan tekanan yang relatif rendah. Batuan metamorf derajat rendah
dicirikan oleh berlimpahnya mineral-mineral hidrat, yaitu mineral-mineral yang
mengandung air (H2O) didalam struktur kristalnya). Contoh dari mineral-mineral
hidrat yang terdapat pada batuan-batuan metamorf derajat rendah adalah mineral
Lempung, serpentine dan klorit.
Metamorfosa derajat tinggi terjadi pada temperatur lebih besar dari 320°C
dan tekanan yang relatif tinggi. Seiring dengan meningkatnya derajat
metamorfosa, maka mineral-mineral hidart akan semakin berkurang dikarenakan
hilangnya unsur H2O dan jumlah mineral-mineral non-hidrat menjadi bertambah
banyak. Batuan yang berada jauh didalam perut bumi dapat mengalami penurunan
tekanan dan temperatur apabila mengalami erosi sebagai akibat dari
pengangkatan secara tektonik. Peristiwa tersingkapnya batuan akibat erosi ini
memungkinan batuan mengalami pembalikan proses metamorfosa, yaitu batuan
kembali pada kondisi awal sebelum mengalami metamorfosa. Pembalikan proses
metamorfosa seperti ini dikenal dengan istilah metamorfosa retrogresif. Jumlah
batuan metamorf yang mengalami metamorfosa retrogresif kelimpahannya sangat
sedikit. Hal ini disebabkan kenayakan mineral batuan metamorf lebih bersifat
stabil dan kurang berpori.
Tekanan juga akan meningkat dengan kedalaman bumi, dengan demikian
tekanan dan temperatur akan bervariasi disetiap tempat di kedalaman bumi. Tekanan

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-146
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

didefinisikan sebagai gaya yang bekerja kesegala arah secara seimbang dan tekanan
jenis ini disebut sebagai “hydrostatic stress” atau “uniform stress”. Jika tekanan
kesegala arah tidak seimbang maka disebut sebagai “differential stress”.Jika tekanan
diferensial hadir selama proses metamorfosa, maka tekanan ini dapat berdampak
pada tekstur batuan. Butiran butiran yang berbentuk membundar (rounded) akan
berubah menjadi lonjong dengan arah orientasinya tegak lurus dengan tekanan
maksimum dari tekanan diferensial.
Reaksi kimia yang terlibat dalam metamorfosa, selama re-kristalisasi, dan
pertumbuhan mineral-mineral baru terjadi pada waktu yang sangat lambat. Hasil
uji laboratorium mendukung hal tersebut dimana dibutuhkan waktu yang lama
dalam proses metamorfosa untuk membentuk butiran butiran mineral yang
ukurannya cukup besar. Jadi, batuan metamorf yang berbutir kasar akan memerlukan
waktu yang lama, diperkirakan membutuhkan waktu hingga jutaan
tahun.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Pertama-tama siapkan alat dan bahan yang akan kita pakai dalam
Praktikum batuan sedimen, kemudian siapkan sampel batuan metamorf yang
akan kita deskripsikan, sebanyak 5 sampel batuan. Pada pendeskripsian batuan
metamorf terbagi menjadi dua jenis struktur yaitu batuan metamorf foliasi dan batuan
metamorf non foliasi. Langkah pertama yaitu kita menentukan nomor peraga
pada batuan sedimen dengan mengurutkan batuan tersebut lalu kita tulis
menggunakan pensil untuk mempermudah jika ada data yang salah.
Untuk pendeskripsian batuan metamorf, pertama kita lihat warna segar dan
warna lapuk. Dalam menentukan warna segar kita perlu memperhatikan dengan
seksama belahan batuan yang akan deskripsi, kita melihat warna apa yang paling
mendasari atau mendominasi dari batuan tersebut maka itulah warna segarnya. Untuk
warna lapuk kita perhatikan warna apa yang menempel pada batuan selain warna
segar. Selanjutnya kita tentukan jenis tekstur batuan metamorf yang kita deskripsikan
apakah termasuk kristaloblastik atau palimpsest/sisa/relik, jika batuan tersebut

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-147
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

mempunyai tekstur kristaloblastik maka kita tentukan apakah termasuk jenis butir
lepidoblastik, nematoblastik, granoblastik atau porfiroblastik dan jika termasuk
palimsest apakah termasuk blasto ofitik, blasto porfiritik, blasto psefitik, blasto samit
dan blasto pelitik. Lalu kita tentukan bentuk kristalnya apakah termasuk idioblastik
(apabila sebagian besar mineralnya berbentuk euhedral), hipidioblastik (apabila
sebagian besar mineralnya berbentuk subhedral) atau xenoblastik (apabila sebagian
besar mineralnya berbentuk anhedral). setelah itu kita tentukan apakah termasuk
struktur foliasi (memiliki kesejajaran mineral) atau non foliasi (tidak memiliki
kesejajaran mineral) jika termasuk struktur foliasi maka kita tentukan apakah
termasuk slaty, phyllitic, scictose atau gneissic dan apabila termasuk struktur non
foliasi maka kita tentukan apakah termasuk granulose, hornfelsik, milonitik atau
breksi kataklastik. Sehingga kita dapat menentukan nama batuan metamorf
yang dideskripsi beserta dan simbol batuannya. Setelah semua sampel batuan
dideskripsi maka kita merapikan alat dan bahan yang digunakan dalam
mendeskripsikan batuan metamorf kemudian mengembalikan sampel batuan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Batu Sabak

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-148
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

No. Peraga :1
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Coklat
Jenis Tekstur : Kristaloblastik (Nematoblastik)
Bentuk Kristal : Lipidioblastik
Struktur : Foliasi (Slate)
Komposisi Mineral :
Komposisi Mineral Nama Mineral % Komposisi Kimia

Mineral Utama Klorit 80 CiO2-

Ca2(Mg, Fe, Al)5(Al,


Mineral Tambahan
Amphibole 20 Si)8O22(OH)2

Nama batuan : Batu Sabak


Simbol batuan :

Makassar, 18 Maret 2023

Asisten Praktikum Praktikan

MUH. ILHAM AZIS NUR FADILAH


4.1.2 Batu Gneiss

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-149
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

No. Peraga :2
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Cokelat
Jenis Tekstur : Kristaloblastik (Granoblastik)
Bentuk Kristal : Hipidioblastik
Struktur : Foliasi (Slaty)
Komposisi Mineral :
Komposisi Mineral Nama Mineral % Komposisi Kimia
Mineral Utama Klorit 55 CiO2-
Kuarsa 35 SiO2
Mineral tambahan Kalsit 10 CaCO3

Nama batuan : Batu Gneiss


Simbol batuan :

Makassar, 18 Maret 2023

Asisten Praktikum Praktikan

MUH. ILHAM AZIS NUR FADILAH

4.1.3 Batu Kuarsit

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-150
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

No. Peraga :3
Warna Segar : Putih
Warna Lapuk : Coklat
Jenis Tekstur : Kristaloblastik (Granoblastik)
Bentuk Kristal : Idioblastik
Struktur : Non Foliasi (Granulose)
Komposisi Mineral :

Komposisi Mineral Nama Mineral % Komposisi Kimia


Mineral Utama Kuarsa 100 SiO2
Mineral Tambahan - - -

Nama batuan : Batu Kuarsit


Simbol batuan :

Makassar, 18 Maret 2023

Asisten Praktikum Praktikan

MUH. ILHAM NUR FADILAH

4.1.4 Batu Serpentinit

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-151
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

No. Peraga :4
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Coklat
Jenis Tekstur : Kristaloblastik (Nematoblastik)
Bentuk Kristal : Xenoblastik
Struktur : Foliasi (Milonitik)
Komposisi Mineral :

Komposisi Mineral Nama Mineral % Komposisi Kimia


Mineral Utama Serpentine 80 Mg6Si4O10(OH)8
Asbes (SiO2), (MgO),
Mineral Tambahan 20
(Al2O3), (FeO),(Mn)

Nama batuan : Batu Serpentinit


Simbol batuan :

Makassar, 18 Maret 2023

Asisten Praktikum Praktikan

MUH. ILHAM AZIS NUR FADILAH

4.1.5 Batu Skiss

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-152
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

No. Peraga :5
Warna Segar : Abu-abu
Warna Lapuk : Cokelat
Jenis Tekstur : Kristaloblastik (Lepidoblastik)
Bentuk Kristal : Xenoblastik
Struktur : Foliasi (Skiss)
Komposisi Mineral : (CiO2), (CaCo3), (SiO2)
Komposisi Mineral Nama mineral % Komposisi Kimia
Mineral Utama Klorit 55 CiO2-
Mika 35 Kal2(Si3AlO10)(OH)2
Biotit K(Mg,Fe)2-3Al1-2Si2-3O10
Mineral Tambahan 10
(OH,F)2

Nama batuan : Batu Skiss


Simbol batuan :

Makassar, 18 Maret 2023

Asisten Praktikum Praktikan

MUH. ILHAM AZIS NUR FADILAH


4.2 Pembahasan

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-153
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.2.1 Batu Sabak (Slate)

Gambar 4.1 Batu Sabak (Slate)


Pada nomor peraga keempat yaitu batuan dengan warna segar (warna asli dari
batuan) abu-abu, warna lapuk (warna yang telah terkontaminasi) cokelat, jenis
tekstur (penampakan batuan berdasarkan ukuran, butir, orientasi butir mineral dan
mineral individu penyusun batuan) kristaloblastik (lepidoblastik) bentuk kristal
hipidioblastik, batuan ini memiliki struktur foliasi (slaty), serta komposisi mineral
yaitu klorit 70% (CiO2) dan olive 20% (Mg, Fe)2 SiO4, serta mineral tambahan
amphibol sebanyak 10% (Ca, Na)2 (Mg, Fe Al)5 (AlSl)8O22 (OH, F)2 nama dari
batuan ini adalah slate dan symbol batuan yaitu
Batu ini berasal dari batuan sedimen tipe serpih asli yaitu terdiri dari tanah
liat atau abu vulkanik. Terbentuk dari tingkat metamorfisme yang ringan ini
menghasilkan batuan dimana kristal mineral individu tetap berukuran mikroskop.
Batu ini sangat cocok digunakan sebagai atap karena memiliki indeks penyerapan
yang sangat rendah kurang dari 0,4%. Membuat bahan tersebut tahan terhadap
kerusakan akibat embun beku.

4.2.2 Batu Gneiss

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-154
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 4.2 Batu Gneiss


Pada nomor peraga 2 hasil pendeskripsian yang saya dapatkan yaitu warna
segar (warna asli dari batuan) hijau, warna lapuk (warna yang telah terkontaminasi)
coklat, jenis tekstur dari batuan ini adalah kristaloblastik (granoblastik), bentuk
kristal hipidioblastik, batuan ini memiliki struktur foliasi (skiss), komposisi mineral
utama terdiri dari mika 70% (KAl 2 (Si3 Al) O10 (OH)2 ) dan olivin 20% (Mg, Fe)2SiO4
dengan mineral tambahan klorit 10% (CiO2) nama dari batuan ini adalah skissmika
dengan simbol batuan
Skissmika merupakan batuan yang terbentuk pada saat batuan sedimen atau
batuan beku terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur
yang tinggi. Terbentuk pada temperatur >400 0C dan tekanan yang cukup tinggi yang
diperlukan selama pembentukannya. Batuan metamorf yang telah mengalami proses
metamorfisme sangat jauh, sehingga bentuknya jauh berbeda dibandingkan dengan
slate atau dhylite. Batuan ini terbentuk goresan-goresan yang tersusun mineral yang
tidak terdapat pada batuan sedimen. Skissmika atau batuan metamorf yang
mengandungmika, batu ini dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-155
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.2.3 Batu Serpentine

Gambar 4.3 Batu Serpentine


Pada nomor peraga 2 merupakan batuan metamorf yang memiliki warna
segar (warna asli dari batuan) hijau, warna lapuk (warna yang telah terkontaminasi)
coklat, jenis tekstur kristaloblastik (nematoblastik), bentuk kristal xenoblastik, batuan
ini memiliki struktur non foliasi (milonitik), adapun mineral pada batuan ini mineral
utamanya serpentine sebanyak 80% dengan komposisi mineral Mg3 Si2 O5 (OH)4, dan
mineral tambahan asbes sebanyak 20% dengan komposisi mineral Mg 3 Si2 O5 nama
dari batuan ini adalah batu serpentine dengan simbol batuan
Batu ini terbentuk dari mineral akibat perubahan basalt dasar laut yang
bertekanan tinggi pada temperatur rendah, batuan tersebut memiliki mineral bawaan
serpentin dan asbes keterdapatan batu ini ada di daerah Jawa Timur kegunaan dari
batuan ini awalnya digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk, sebagai bahan
bangunan pembuatan jalan dan lain sebagainya.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-156
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.2.4 Batu Kuarsit

Gambar 4.4 Batu Kuarsit


Pada nomor peraga ketiga yaitu batuan dengan warna segar (warna asli dari
batuan) putih, warna lapuk (warna yang telah terkontaminasi) coklat, jenis tekstur
(penampakan batuan berdasarkan ukuran, butir, orientasi butir mineral dan mineral
individu penyusun batuan) kristaloblastik (granoblastik) bentuk kristal idioblastik,
batuan ini memiliki struktur non foliasi (granulose), adapun mineral pada batuan ini
yaitu kuarsa sebanyak 100% dengan komposisi mineral SiO 2, nama batuan ini adalah
batu kuarsit dengan simbol batuan
Batu ini terbentuk dari hasil perubahan batu pasir menjadi kuarsit yang
mengalami tekanan dan pemanasan yang biasanya terkait dengan konversi tektonik,
asosiasi mineral yang terdapat yaitu oksida besi dan kemungkinan mengandung
sebagian kecil mineral rutil dan magnetit, keterdapatan tersebut ada di daerah Aceh
Selatan, manfaat batu kuarsit yaitu sebagai bahan penggosok pada industri keramik
sebagai bahan bangunan pembuatan lantai.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-157
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh kedua-duanya yang disebut
proses metamorfisme dan berlangsung di bawah permukaan. Sifat fisik batuan
metamorf yang dideskripsi yaitu warna yang terdiri dari warna lapuk dan warna
segar, jenis tekstur yang terdiri dari kristaloblastik (jenis tekstur dan bentuk kristal)
dan palimpsest (blasto ofitik, blasto porfiritik, blasto psefitik, blasto samit dan blasto
pelitik), bentuk kristal dari batuan yang dideskripsi apakah termasuk idioblastik,
hipidioblastik atau xenoblastik, struktur dari batuan yang dideskripsi terdiri dari
foliasi (slaty, phyllitic, scictose dan gneissic) dan non foliasi (granulose, hornfelsik,
milonitik dan breksi kataklastik), lalu menentukan komposisi mineral yang menyusun
batuan tersebut, sehingga dari hasil pendeskripsian dapat diketahui nama batuan
metamorf yang dideskripsi serta simbol dari batuan metamorf yang dideskripsi.
Batuan metamorf foliasi memiliki kesejajaran mineral contohnya seperti sekis
biru dan gneiss. Sedangkan, batuan metamorf non foliasi tidak memiliki kesejajaran
mineral contohnya seperti serpentine, granulit dan kuarsit.
Struktur batuan metamorf non foliasi terdiri dari granulose, hornfelsik,
milonitik dan breksi kataklastik sedangkan struktur batuan metamorf foliasi terdiri
dari slaty, phyllitic, scictose dan gneissic. Tekstur batuan metamorf terdiri dari
kristaloblastik (jenis tekstur dan bentuk kristal) dan palimpsest (blasto ofitik, blasto
porfiritik, blasto psefitik, blasto samit dan blasto pelitik).
Penamaan batuan metamorf bisa berdasarkan struktur. Misalnya sekis dan
gneiss. Untuk memperjelas dalam penamaan, banyak digunakan kata tambahan yang
menunjukan ciri khusus batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan mineral
pencirinya contohnya sekis klorit. Bisa juga berdasarkan jenis mineral penyusun
utamanya contohnya kuarsit atau berdasarkan fasies metamorfiknya, contohnya
granulit.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-158
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

5.2 Saran

5.2.1 Laboratorium
Saran saya untuk laboratorium geologi dasar, apabila memungkinkan
dilakukan pembaharuan dan perbaikan sarana maupun prasarana laboratorium secara
berkelanjutan demi meminimalisir kekeliruan dan sebagai penunjang pengamatan
ketika praktikum sedang berlangsung. Pada saat praktikum telah berakhir di dalam
ruangan sebaiknya kebersihan laboratorium tetap diperhatikan sebagaimana
mestinya, agar pada praktikum selanjutnya asisten praktikum dan juga praktikan
merasa nyaman, bersih dan aman.
5.2.2 Asisten
1. Asisten sudah baik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, namun
sebaiknya penjelasan kepada praktikan mengenai materi-materi praktikum
lebih ditingkatkan lagi.
2. Dalam hal asistensi laporan, sebaiknya asisten lebih cepat merespon
praktikan namun jika mengalami kesibukan sebaiknya memberikan info
kepada praktikan.
3. Secara menyeluruh konsep dari apa yang dijelaskan mudah dimengerti dan
diharapkan kedepannya bisa menjadi lebih ramah kepada semua peserta
praktikum.

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-159
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

DAFTAR PUSTAKA

Asisten Laboratorium Batuan, 2022. “Penuntun Praktikum Geologi Dasar 2022”,


Laboratorium Batuan FTI UMI, Makassar.
Bitar, 2022. Batuan Metamorf.
Laboratorium Krismin. (1981). Modul Kristalografi Mineralogi. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Prasetya, Z. (2013). Pengenalan Mineral dan Batuan. Dialog, 44(1), i–Vi.
Sitorus, N. M. H., Purwanto, M. S., dan Utama, W. (2017). Estimasi Ketebalan
Lapisan Batuan Beku dan Amplifikasi Desa Olak Alen Blitar Menggunakan
Metode Mikrotremor HVSR. In Jurnal Teknik ITS (Vol. 6, Issue 2).
Simon dan Schuster's. (1987). Rock And Minerals

NUR FADILAH
09320220119
Batuan Metamorf-160

Anda mungkin juga menyukai