Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

THICKENING

Dosen Pengampu : Guskarnali, S.T., M.T

Di Susun Oleh :

FADILAH UMAMI (1032011003)


FADILLA (1032011004)
DINI JULIA (1032011016)
ZHAFIRAH SHAFA RAHBI (1032011025)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kesehatan dan semangat dalam mengerjakan tugas ini sehingga
kami dapat menyelesaikan "Makalah Pengolahan Bahan Galian (Thickening)".
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Guskarnali,S.T.,M.T. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengolahan Bahan Galian.

Makalah Pengolahan Bahan Galian ini di buat sebagai tugas mata kuliah
Pengolahan Bahan Galian. Makalah ini membahas tentang Thickening.

Demikian yang dapat kami sampaikan, dari hasil Makalah Pengolahan


Bahan Galian. Dan semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat di
masa mendatang bagi siapa pun yang mau mempelajarinya.

Balunijuk, 29 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengolahan Bahan Galian........................................................................
2.2 Dewatering...............................................................................................
2.3 Thickening................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus...............................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...............................................................................................
4.2 Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral


dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya (tidak
berharga) yang dilakukan secara mekanis, menghasilkan produk yang kaya
mineral berharga (konsentrat) dan yang kadarnya rendah (tailing). Proses
pemisahan ini didasarkan pada sifat fisik mineral maupun sifat kimia fisika
permukaan mineral dan diupayakan menguntungkan. Didalam operasi mineral
dressing ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu : preparasi, konsentrasi,
dewatering dan operasi tambahan lain yang diperlukan.

Kegiatan pengolahan bahan galian ini bertujuan untuk membebaskan dan


memisahkan mineral berharga dari mineral yang tidak berharga atau mineral
pengotor sehingga setelah dilakukan proses pengolahan bahan galian dihasilkan
konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga. Metode
pengolahan bahan galian yang dipakai bermacam-macam tergantung dari sifat
kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu sendiri.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan daari makalah pengolahan bahan galian


thickening ini,yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengolahan bahan galian


2. Untuk mengetahui proses thickening dan bagian thickening
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengolahan Bahan Galian


Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral
dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya (tidak
berharga) yang dilakukan secara mekanis, menghasilkan produk yang kaya
mineral berharga (konsentrat) dan yang kadarnya rendah (tailing). Proses
pemisahan ini didasarkan pada sifat fisik mineral maupun sifat kimia fisika
permukaan mineral dan diupayakan menguntungkan.
Dengan melakukan Pengolahan Bahan Galian ini didapat beberapa
keuntungan, antara lain :
a. Mengurangi ongkos transport dari lokasi penambangan ke pabrik
peleburan, karena sebagian dari waste telah terbuang selama proses ore
dressing, dan juga kadar bijih telah ditingkatkan.
b. Mengurangi jumlah flux yang ditambahkan dalam peleburan, serta
mengurangi metal yang hilang bersama slag.
c. Mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan, karena jumlah tonase
yang dileburkan lebih sedikit.
d. Bila dilakukan pengolahan akan menghasilkan konsentrat yang
mempunyai kadar mineral berharga relatif tinggi, sehingga lebih
memudahkan untuk diambil metalnya.
e. Bila konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka
ada kemungkinan dapat diambil logam yang lain sebagai hasil
sampingan.

Didalam operasi mineral dressing ada beberapa tahap yang dilakukan,


yaitu : preparasi, konsentrasi, dewatering dan operasi tambahan lain yang
diperlukan.
2.2 Dewatering
Dewatering adalah merupakan proses pemisahan antara cairan dengan
padatan. Proses ini tidak dapat dilakukan sekaligus, tetapi harus secara
bertahap, yaitu dengan jalan :
1. Thickening, Yaitu merupakan proses pemisahan antara padatan dengan
cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau
mineral tersebut dalam suatu pulp sehingga solid factor yang dicapai
sama dengan satu (% solid = 50%).
2. Filtrasi, Adalah merupakan proses pemisahan antara padatan dengan
cairan jalan menyaring (dengan filter) sehingga didapat solid factor
sama dengan empat (% solid = 100%).
3. Drying, Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan jalan
pemanasan, sehingga padatan itu betul-betul bebas dari cairan atau
kering (% solid = 100%).

2.3 Thickening

Thickening adalah proses yang dilakukan untuk mengurangi volume


lumpur sekaligus meningkatkan konsentrasi padatan di dalam lumpur.
Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat. Bagian
yang pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang
encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow. Kedua produk itu
dikeluarkan secara terus menerus (continuous).

Peralatan yang biasa dipakai adalah :

 Rake thickener.
 Deep cone thickener.
 Free flow thickener.

Alat yang digunakan untuk memisahkan padatan yang tercampur dalam


larutan disebut thickener. Di dalam thickener terdapat suatu pengaduk (rake)
yang berfungsi untuk mengumpulkan padatan ke bagian bawah. Pengaduk ini
berputar dengan kecepatan rendah (kurang dari 1 rpm) Prinsip kerja thickener
adalah mengurangi kadar air dalam lumpur sehingga konsentrasi solid (solid
content) meningkat (kental). Air limpasan ( overflow ) dari thickener ini akan
dialirkan kembali ke deep tank. Proses ini dapat dilakukan menggunakan
peralatan antara lain gravity thickener, gravity belt thickener, rotary drum,
separator, centrifuge, dan flotator. Sudge thickening adalah alat yang
berfungsi untuk mengurangi kadar air (liquid) dalam lumpur, sehingga
menambah kandungan solid (padatan) dalam lumpur. Jika konsentrasi solid
dalam lumpur semula sebesar 2% maka setelah thickening, maka konsentrasi
padatan dalam lumpur akan akan bertambah menjadi 5 %.

Thickening dibagi menjadi 3 Metode,yaitu

1. Gravity Thickening
Metode mengandalkan pada prinsip gravitasi untuk memisahkan
air dari dalam lumpur.Tujuannya untuk mengkonsentrasi solid
underflow dan mereduksi volume lumpur.Aliran lumpur berasal dari
sistem aerasi diarahkan ke pusat dengan baik dan di desain
sedemikian rupa. Sampah yang dikumpulkan di bagian bawah
tangki diperbolehkan untuk menetap, menjadi memadat dan
kemudian dipompa keluar dari pipa outlet limbah bawah.Biasanya
ada bendungan dan saluran untuk air keluar dan meluap, gerakan
berputar melingkar untuk menciptakan efek pengadukan lambat.
Prinsip dasar yang digunakan pada proses ini adalah pengendapan
secara gravitasi. Pada proses ini, lumpur dibiarkan untuk mengendap
pada bidang yang memiliki surface loading sekitar 300 sampai dengan
500 m3/m2d. Dengan proses ini primary sludge dapat dipekatkan pada
150 kg/m2 dengan kepekatan lumpur kimia-fisika dapat mencapai
kadar padatan kering sekitar 5%-10% atau kandungan air 90-95%,
sedangkan untuk lumpur biologi hanya mencapai kadar padatan kering
antara 2-3% kandungan air antara 97-98%. Untuk meningkatkan
efsiensi proses, biasanya ditambahkan chemical conditioners.
Unit pengental gravitasi umumnya digunakan sebagai unit pertama
di dalam bagian penanganan lumpur. Kelebihan dengan cara ini adalah
mudah dalam pengoperasian dan perawatan (maintenance). Kelemahan
dengan cara ini adalah seringkali timbul Kelemahan dengan cara ini
adalah seringkali timbul lumpur yang naik ke atas (sludge floating)

akibat dari terlalu lama lumpur berada dalam bak lumpur karena tidak
cepat dikeluarkan. Hal ini dapat menyebabkan kondisi anaerobik
sehingga menghasilkan gas. Gas tersebut akan membawa sekelompok

lumpur ke permukaan. Ciri-ciri lumpur tersebut adalah berbau dan


berwarna hitam.
Unit pengolahan yang digunakan untuk proses ini disebut gravity
thickener yang serupa dengan secondary clarifier pada sistem lumpur
aktif. Gravity thickener terbagi menjadi beberapa zona yaitu:
a. Clear zone: zona paling atas yang merupakan tempat bagi air
yang berhasil dipisahkan dari lumpur untuk kemudian
dikeluarkan dari dalam sistem dan diresirkulasi (dialirkan
kembali) ke sistem pengolahan air limbah.
b. Feed zone: zona ini memiliki karakteristik konsentrasi solid
yang seragam.
c. Compaction zone: merupakan zona yang berada di bawah feed
zone.
Di antara feed zone dengan clear zone terdapat area yang disebut dengan
sludge blanket yang kedalamannya menjadi faktor penting dalam operasional unit
gravity thickener.

desain gravity thickening


2. Centrifuge Thickening
Centrifuge ini dapat digunakan pada tahapan thickening.Merupakan
percepatan dari proses sedimentasi dengan bantuan gaya sentrifugal
dan bekerja secara kontinyu.Centrifugation dibagi menjadi tiga yaitu
solid bowl decanter, basket type, dan nozzle separator.

3. Flotation Thickening
Flotation thickening merupakan salah satu metode mengurangi volume
lumpur dengan cara flotasi.Gelembung udara dilarutkan dengan
tekanan tinggi lalu tekanan dibebaskan lalu gelembung udara naik lalu
menempel pada gumpalan lumpur lalu naik ke permukaan atas bak lalu
lumpur terkonsentrasi & tersisihkan . Tekanan tipikal pada reaktor ini
sebesar (345-483) kPa atau (3,4-4,8) atm.
Variabel utama :
•Rasio resirkulasi
•Konsentrasi solids influen
•Rasio udara/solids
•Kecepatan pembebanan hidrolis
BAB III

PEMBAHASAN

Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral


dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya (tidak
berharga) yang dilakukan secara mekanis, menghasilkan produk yang kaya
mineral berharga (konsentrat) dan yang kadarnya rendah (tailing). Didalam
operasi mineral dressing ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu : preparasi,
konsentrasi, dewatering dan operasi tambahan lain yang diperlukan.
Dewatering adalah merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan.
Proses ini dilakukan secara bertahap, yaitu dengan Thickening, Filtrasi, dan
Drying. Thickening, Yaitu merupakan proses pemisahan antara padatan dengan
cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral
tersebut dalam suatu pulp sehingga solid factor yang dicapai sama dengan satu
(% solid = 50%).
Thickening adalah proses yang dilakukan untuk mengurangi volume
lumpur sekaligus meningkatkan konsentrasi padatan di dalam lumpur. Alat
yang digunakan untuk memisahkan padatan yang tercampur dalam larutan
disebut thickener. Di dalam thickener terdapat suatu pengaduk (rake) yang
berfungsi untuk mengumpulkan padatan ke bagian bawah. Pengaduk ini
berputar dengan kecepatan rendah (kurang dari 1 rpm) Prinsip kerja thickener
adalah mengurangi kadar air dalam lumpur sehingga konsentrasi solid (solid
content) meningkat (kental). Air limpasan ( overflow ) dari thickener ini akan
dialirkan kembali ke deep tank. Proses ini dapat dilakukan menggunakan
peralatan antara lain gravity thickener, gravity belt thickener, rotary drum,
separator, centrifuge, dan flotator. Thickening dibagi menjadi 3 Metode yaitu
Gravity Thickening merupakan metode mengandalkan pada prinsip gravitasi
untuk memisahkan air dari dalam lumpur, Centrifuge Thickening Merupakan
percepatan dari proses sedimentasi dengan bantuan gaya sentrifugal dan
bekerja secara kontinyu, dan Flotation thickening merupakan salah satu metode
mengurangi volume lumpur dengan cara flotasi.
Studi Kasus

a). Pendahuluan
Pada penyemenan di bidang pemboran, tidak hanya semen saja
yang diperlukan. Namun, diperlukan juga zat aditif yang mendukung
untuk memberikan hasil penyemenan yang optimal agar tidak terjadi
masalah pada lubang sumur. Oleh sebab itu, pada Penelitian ini dilakukan
uji coba pada semen pemboran kelas G dengan penambahan zat aditif
berupa Lignosulfonate (retarder) dan Silica Flour (special additive) untuk
mendapatkan nilai dari Compressive Strength dan Thickening Time pada
temperature 80°F, 140°F dan 200°F yang selanjutnya dilakukan
perbandingan manakah hasil yang optimal pada temperatur tersebut.
Adapun rumusan masalah yang diangkat pada penelitian penelitian
ini adalah bagaimana hasil Compressive Strength dari penambahan zat
aditif Lignosulfonate (retarder) dan Silica Flour (special additive) pada
semen pemboran kelas G, bagaimanakah hasil Thickening Time dari
penambahan zat aditif Lignosulfonate (retarder) dan Silica Flour (special
additive) pada semen pemboran kelas G, dan bagaimanakah hasil
perbedaan dari Compressive Strength dan Thickening Time dengan
penggunaan 3 temperatur yang berbeda yaitu pada 80°F, 140°F dan 200°F
dari penambahan zat aditif Lignosulfonate (retarder) dan Silica Flour
(special additive) pada semen pemboran kelas G. Maksud dilakukannya
penelitian penelitian ini yaitu untuk mengetahui salah satu fungsi diadakan
pelaksanaan studi laboratorium untuk mengetahui kemampuan
Compressive Strength dan Thickening Time dari penggunaan zat aditif
Lignosulfonate (retarder) dan Silica Flour (special additive) pada semen
pemboran kelas G.

b). Metodologi
Desain penelitian yang akan digunakan adalah penelitian analitik
dan penelitian eksperimental, yang keduanya untuk mengetahui hubungan
sebab-akibat antara 2 variabel secara operasional, perbedaan, hubungan,
dan intervensi peneliti didalamnya. Penelitian akan menginterverensi
terhadap data sumber di dalamnya seperti menambahkan zat aditif retarder
berupa Lignosulfonate dan special additive berupa Silica Flour pada
semen pemboran kelas G terhadap 3 temperatur yang akan digunakan
yaitu pada 80°F, 140°F dan 200°F, kemudian diuji dengan melakukan uji
Thickening Time dan uji Compressive Strength. Setelah itu dapat
membandingkan nilai dari hasil uji Thickening Time dan uji Compressive
Strength dari penambahan zat aditif retarder berupa Lignosulfonate dan
special additive berupa Silica Flour.

c). Hasil dan analisis


Pada setiap penambahan masingmasing zat aditif seperti retarder
dan special additive, dilakukan pengujian compressive strength dan
pengujian thickening time. Konsentrasi yang diberikan terhadap
penambahan zat aditif dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1 Konsentrasi Penambahan Aditif

Aditif Konsentrasi
Lignosulfonate 0 0,25 0,50 0,75 1
Silica Flour 0 0,25 0,50 0,75 1
LS + SF 0 0,125 0,25 0,375 0,5

Temperatur yang digunakan pada pengujian ini adalah 80°F, 140°F


dan 200°F dengan waktu perendaman 24 jam.
d). Hasil Pengujian Compressive Strength
Kuat tekan semen adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan-
tekanan yang berasal dari formasi maupun casing. Nilai Compressive
strength dipengaruhi oleh temperatur pengkondisian, tekanan
pengkondisian, lama waktu pengerasan, dan kehalusan bubuk semen. Pada
penelitian di laboratorium ini, pengujian kuat tekan semen diukur dengan
menggunakan alat Hydraulic Press Machine. Berikut adalah tabel hasil
penelitian untuk penambahan zat aditif retarder Lignosulfonate dan special
additive Silica Flour dengan konsentrasi sebesar 0; 0,25; 0,50; 0,75; 1 %
dan penambahan zat aditif hardener Lignosulfonate dan Silica Flour
dengan konsentrasi sebesar 0; 0,125; 0,25; 0,375; 0,5 % pada temperatur
80°F, 140°F dan 200°F dengan waktu perendaman 24 jam. Grafik
pengaruh zat aditif terhadap Compressive Strength pada temperatur 80°F
dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1. Pengaruh Aditif terhadap


Compressive Strength pada Temperature 80°F

Selanjutnya, grafik pengaruh zat aditif terhadap Compressive


Strength pada temperatur 140°F dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai
berikut.
Gambar 2. Pengaruh Aditif terhadap
Compressive Strength pada Temperatur 140°F

Selanjutnya, grafik pengaruh zat aditif terhadap Compressive


Strength pada temperatur 200°F dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai
berikut.

Gambar 3. Pengaruh Aditif terhadap


Compressive Strength pada Temperatur 200°F

e). Hasil Pengujian Thickening Time


Thickening time atau waktu pengejalan adalah waktu yang
diperlukan suspensi semen untuk mencapai konsistensi sebesar 100 BC
(Unit of Consistency). Konsistensi sebesar 100 BC merupakan batasan
bagi suspensi semen masih dapat di pompakan lagi. Peneliti harus
memformulasikan zat aditif retarder dengan jumlah yang sesuai untuk
mendapatkan nilai thickening time yang akurat. Dari hasil pengujian yang
dilakukan untuk sampel semen dengan tambahan zat aditif retarder
Lignosulfonate dan hardener Silica Flour dapat dilihat secara lengkap pada
grafik dibawah ini.
Gambar 4. Pengaruh Aditif terhadap
Thickening Time pada Temperatur 80°F

Selanjutnya, grafik pengaruh zat aditif terhadap thickening time


pada temperatur 140°F dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut.

Gambar 5. . Pengaruh Aditif terhadap


Thickening Time pada Temperatur 140°F
Selanjutnya, grafik pengaruh zat aditif terhadap thickening time
pada temperatur 200°F dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut.

Gambar 6. Pengaruh Aditif terhadap


Thickening Time pada Temperatur 200°F
f). Pembahasan dan Diskusi
Cementing merupakan salah satu hal yang penting dan
berpengaruh dalam kegiatan pemboran. Secara umum diketahui bahwa
penyemenan adalah proses pendorongan bubur semen kedalam casing dan
naik ke annulus kemudian didiamkan sampai semen tersebut mengeras
sehingga mempunyai sifat melekat baik terhadap casing maupun formasi.
Salah satu faktor yang penting lainnya adalah kualitas semen yang akan
digunakan dalam kegiatan pemboran tersebut, maka dari itu sebelum
melakukan penyemenan dilapangan, uji semen skala kecil di laboratorium
sangat penting untuk dilakukan.
Semua pengujian yang dilakukan di laboratorium pada umumnya
harus memenuhi standar API 10A. Maka dari itu pengujian ini
menggunakan tambahan aditif yang berfungsi sebagai retarder yaitu
lignosulfonate dan special additive hardener yaitu silica flour pada
temperatur 80°F, 140°F dan 200°F dengan waktu perendaman selama 24
jam. Waktu 24 jam dipilih karena menyamakan kondisi seperti dilapangan
migas yang biasanya membiarkan semen mengering selama 24 jam.
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan data berupa thickening time
dan compressive strength.
Pada penelitian ini proses awalnya hanya menggunakan bahan
dasar air dan semen. Setelah itu, campuran zat aditif ditambahkan berupa
retarder lignosulfonate dan hardener silica flour dengan masing- masing
konsentrasi 0,25; 0,5; 0,75; 1 %.
 Pembahasan Uji Compressive Strength Lignosulfonate dan Silica
Flour
Pengujian kali ini dilakukan pada perendaman dengan
temperatur 200°F yang pada percobaan pertama dilakukan
penambahan zat aditif Lignosulfonate 0,125% dan Silica Flour
0,125% yang didapatkan hasil pembacaan compressive strength
sebesar 2495,83 psi dan dari hasil ini diketahui tekanannya
meningkat dengan konsentrasi yang sama daripada seperti yang
terjadi pada perendaman temperatur 140°F. Setelah itu, konsentrasi
lignosulfonate dinaikan 0,25% dan silica flour dinaikan menjadi
0,25% dan didapatkan hasil pembacaan compressive strength
sebesar 2341,67 psi. Selanjutnya, dilakukan pengujian dengan
0,375% Lignosulfonate dan 0,375% silica flour didapatkan hasil
tekanannya sebesar 2250 psi. Sesudah itu, dilakukan percobaan
dengan 0,5% lignosulfonate dan 0,5% silica flour yang
dicampurkan pada bubur semen dan didapatkan tekanannya sebesar
2166,67 psi. Oleh sebab itu, dari hasil percobaan ini dapat kita
simpulkan bahwa pada temperatur tinggi zat aditif silica flour
berfungsi dengan baik untuk menjaga tekanan dari semen.
 Uji Thickening Time Lignosulfonate
Penelitian pertama pada uji thickening time adalah dengan
ditambahkannya aditif Lignosulfonate. Selanjutnya, pengujian pada
perendaman temperatur 140°F pertama yang di uji adalah
thickening time dari campuran bubur semen antara air dan semen
saja dengan hasil sebesar 133 menit. Pada percobaan selanjutnya,
dengan penambahan konsentrasi aditif lignosulfonate sebanyak
0,25% atau 1,97 gram, didapatkan hasil pembacaan thickening time
sebesar 149 menit. Setelah itu, konsentrasi lignosulfonate dinaikan
hingga menjadi 0,5% atau 3,92 gram dan didapatkan hasil
pembacaan thickening time sebesar 164 menit. Selanjutnya,
dilakukan percobaan lagi dengan menambahkan konsentrasinya
menjadi 0,75% atau 5,87 gram yang didapatkan hasil thickening
time-nya sebesar 179 menit. Sesudah itu, percobaan ditambahkan
konsentrasinya menjadi 1% atau 7,80 gram lignosulfonate yang
didapatkan hasilnya sebesar 195 menit. Oleh karena itu, hasil
percobaan ini dapat kita simpulkan bahwa lignosulfonate benar
adanya berfungsi untuk meningkatkan waktu dari thickening time
atau untuk memperlambat waktu pengerasan suspensi semen.
 Uji Thickening Time Silica Flour
Selanjutnya, pengujian dilakukan pada perendaman dengan
temperatur 200°F yang percobaan awalnya dengan penambahan
konsentrasi aditif silica flour sebanyak 0,25% atau 1,97 gram dan
didapatkan hasil pembacaan thickening time sebesar 105 menit.
Setelah itu, konsentrasi silica flour dinaikan menjadi 0,5% atau
3,92 gram dan didapatkan hasil pembacaan thickening time sebesar
99 menit. Sesudah itu, pada percobaan selanjutnya dengan
konsentrasi 0,75% atau 5,87 gram yang didapatkan hasil
pembacaan thickening time sebesar 93 menit. Selanjutnya pada
percobaan dengan konsentrasi 1% silica flour hasilnya sama seperti
yang telah penulis tuliskan pada percobaan perendaman temperatur
140°F yang dinyatakan gagal dan tidak dapat dilakukan percobaan
pada thickening time-nya. Oleh karena itu, dari hasil percobaan ini
dapat kita simpulkan juga bahwa silica flour menyebabkan waktu
thickening time meningkat sehingga bubur semen semakin cepat
mengering. Namun, pada konsentrasi 1% bubur semen terlalu
padat dan elastis dan dinyatakan gagal karena tidak dapat
mengering hingga 72 jam ketika di rendam didalam water bath.

g). Kesimpulan
Berdasarkan Studi Laboratorium dari hasil pembahasan diatas,
penelitian mengacu pada standar API 10A tentang uji laboratorium
cementing yang dapat disimpulkan pada temperatur 80°F, berdasarkan
standar API 10A memiliki nilai minimum compressive strength sebesar
1185 psi pada perendaman 24 jam dan thickening time-nya selama 3 jam.
Dari hasil percobaan penggunaan campuran semen dan air saja sudah
cukup karena dari hasilnya menunjukan compressive strength sebesar
1329 psi dan thickening time selama 184 menit (3 jam 4 menit), sehingga
dinyatakan sesuai dengan ketentuan API 10A, sedangkan ketika
ditambahkan zat aditif lignosulfonate membuat compressive strength
menjadi dibawah standar API 10A dan silica flour membuat thickening
time berada dibawah standar dari API 10A. Pada temperatur 140°F,
berdasarkan standar API 10A memiliki nilai minimum compressive
strength sebesar 4200 psi pada perendaman 24 jam dan thickening time-
nya selama 2 jam 30 menit. Dari hasil percobaan menggunakan air dan
semen saja telah didapatkan compressive strength sebesar 3000 psi dan
thickening time selama 133 menit (2 jam 13 menit), sedangkan pada
penggunaan zat aditif lignosulfonate dari konsentrasi 0,25% saja telah
membuat thickening time dari bubur semen mendekati nilai standar API
10A yaitu selama 149 menit (2 jam 29 menit), namun membuat
tekanannya menurun menjadi 2612,5 psi, kemudian pada penambahan
silica flour membuat thickening time menurun dibawah standar API 10A.
Pada temperatur 200°F, berdasarkan standar API 10A memiliki nilai
minimum compressive strength sebesar 5110 psi pada perendaman 24 jam
dan thickening time-nya selama 1 jam 44 menit.
Dari hasil percobaan pada temperatur ini dari awal percobaan yang
menggunakan semen dan air saja compressive strength berada dibawah
standar API 10A untuk compressive strength- nya yaitu sebesar 2750 psi,
namun pada thickening time selama 112 menit (1 jam 52 menit) berada di
atas standar API 10A, sedangkan pada penambahan aditif lignosulfonate
dapat meningkatkan thickening time yang berada diatas standar API 10A.
Kemudian pada penambahan silica flour dapat menurunkan nilai
thickening time dibawah standar API 10A. Dari penambahan zat aditif
lignosulfonate pada bubur semen kelas G dapat meningkatkan thickening
time pada temperatur 80°F, 140°F, dan 200°F yang kesemuanya itu berada
diatas nilai standar API 10A. Namun, pada hasil compressive strength- nya
berada dibawah standar API 10A.
Dari penambahan zat aditif silica flour pada bubur semen kelas G
pada temperatur 80°F, 140°F, dan 200°F dapat menurunkan thickening
time berada dibawah standar API 10A dan juga pada hasil compressive
strength-nya juga berada dibawah standar API 10A, walaupun pada
temperatur tinggi tekanannya sedikit lebih baik daripada aditif lain yang
digunakan. Dari aditif-aditif yang digunakan maka dinyatakan bahwa
lignosulfonate bersifat sebagai retarder dan silica flour adalah special
additive yang bersifat ebagai strength retrogation pada temperatur
yang tinggi.

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral


dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya.
Didalam operasi mineral dressing ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu
preparasi, konsentrasi, dewatering dan operasi tambahan lain yang
diperlukan.
2. Thickening, Yaitu merupakan proses pemisahan antara padatan dengan
cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral
tersebut dalam suatu pulp sehingga solid factor yang dicapai sama dengan
satu.Thickening dibagi menjadi 3 yaitu gravity,Centrifuge,dan flotation.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhakim.Dasar-dasar pengolahan bahan galian.Universitas Lambung


Mangkurat.Kalimantan Selatan.
https://mining.ft.ulm.ac.id/opencourseware/NHK__bgi_05.pdf
(Diakses : 28 Oktober 2022)

Nurkhotijah,Atika.Thickening dan Bagian Thickening.Universitas Islam


Indonesia.Yogyakarta.
https://www.academia.edu/40274467/THICKENING_DAN_B
AGIAN_THICKENING (Diakses : 28 Oktober 2002)

Rivaldo,dkk.Pengolahan Bahan Galian Konsentrasi dan


Dewatering.Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.Yogyakarta.
https://www.academia.edu/26044284/Makalah_pbg (Diakses :
28 Oktober 2022)

Anda mungkin juga menyukai