THICKENING
Di Susun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kesehatan dan semangat dalam mengerjakan tugas ini sehingga
kami dapat menyelesaikan "Makalah Pengolahan Bahan Galian (Thickening)".
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Guskarnali,S.T.,M.T. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengolahan Bahan Galian.
Makalah Pengolahan Bahan Galian ini di buat sebagai tugas mata kuliah
Pengolahan Bahan Galian. Makalah ini membahas tentang Thickening.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengolahan Bahan Galian........................................................................
2.2 Dewatering...............................................................................................
2.3 Thickening................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus...............................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...............................................................................................
4.2 Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
2.3 Thickening
Rake thickener.
Deep cone thickener.
Free flow thickener.
1. Gravity Thickening
Metode mengandalkan pada prinsip gravitasi untuk memisahkan
air dari dalam lumpur.Tujuannya untuk mengkonsentrasi solid
underflow dan mereduksi volume lumpur.Aliran lumpur berasal dari
sistem aerasi diarahkan ke pusat dengan baik dan di desain
sedemikian rupa. Sampah yang dikumpulkan di bagian bawah
tangki diperbolehkan untuk menetap, menjadi memadat dan
kemudian dipompa keluar dari pipa outlet limbah bawah.Biasanya
ada bendungan dan saluran untuk air keluar dan meluap, gerakan
berputar melingkar untuk menciptakan efek pengadukan lambat.
Prinsip dasar yang digunakan pada proses ini adalah pengendapan
secara gravitasi. Pada proses ini, lumpur dibiarkan untuk mengendap
pada bidang yang memiliki surface loading sekitar 300 sampai dengan
500 m3/m2d. Dengan proses ini primary sludge dapat dipekatkan pada
150 kg/m2 dengan kepekatan lumpur kimia-fisika dapat mencapai
kadar padatan kering sekitar 5%-10% atau kandungan air 90-95%,
sedangkan untuk lumpur biologi hanya mencapai kadar padatan kering
antara 2-3% kandungan air antara 97-98%. Untuk meningkatkan
efsiensi proses, biasanya ditambahkan chemical conditioners.
Unit pengental gravitasi umumnya digunakan sebagai unit pertama
di dalam bagian penanganan lumpur. Kelebihan dengan cara ini adalah
mudah dalam pengoperasian dan perawatan (maintenance). Kelemahan
dengan cara ini adalah seringkali timbul Kelemahan dengan cara ini
adalah seringkali timbul lumpur yang naik ke atas (sludge floating)
akibat dari terlalu lama lumpur berada dalam bak lumpur karena tidak
cepat dikeluarkan. Hal ini dapat menyebabkan kondisi anaerobik
sehingga menghasilkan gas. Gas tersebut akan membawa sekelompok
3. Flotation Thickening
Flotation thickening merupakan salah satu metode mengurangi volume
lumpur dengan cara flotasi.Gelembung udara dilarutkan dengan
tekanan tinggi lalu tekanan dibebaskan lalu gelembung udara naik lalu
menempel pada gumpalan lumpur lalu naik ke permukaan atas bak lalu
lumpur terkonsentrasi & tersisihkan . Tekanan tipikal pada reaktor ini
sebesar (345-483) kPa atau (3,4-4,8) atm.
Variabel utama :
•Rasio resirkulasi
•Konsentrasi solids influen
•Rasio udara/solids
•Kecepatan pembebanan hidrolis
BAB III
PEMBAHASAN
a). Pendahuluan
Pada penyemenan di bidang pemboran, tidak hanya semen saja
yang diperlukan. Namun, diperlukan juga zat aditif yang mendukung
untuk memberikan hasil penyemenan yang optimal agar tidak terjadi
masalah pada lubang sumur. Oleh sebab itu, pada Penelitian ini dilakukan
uji coba pada semen pemboran kelas G dengan penambahan zat aditif
berupa Lignosulfonate (retarder) dan Silica Flour (special additive) untuk
mendapatkan nilai dari Compressive Strength dan Thickening Time pada
temperature 80°F, 140°F dan 200°F yang selanjutnya dilakukan
perbandingan manakah hasil yang optimal pada temperatur tersebut.
Adapun rumusan masalah yang diangkat pada penelitian penelitian
ini adalah bagaimana hasil Compressive Strength dari penambahan zat
aditif Lignosulfonate (retarder) dan Silica Flour (special additive) pada
semen pemboran kelas G, bagaimanakah hasil Thickening Time dari
penambahan zat aditif Lignosulfonate (retarder) dan Silica Flour (special
additive) pada semen pemboran kelas G, dan bagaimanakah hasil
perbedaan dari Compressive Strength dan Thickening Time dengan
penggunaan 3 temperatur yang berbeda yaitu pada 80°F, 140°F dan 200°F
dari penambahan zat aditif Lignosulfonate (retarder) dan Silica Flour
(special additive) pada semen pemboran kelas G. Maksud dilakukannya
penelitian penelitian ini yaitu untuk mengetahui salah satu fungsi diadakan
pelaksanaan studi laboratorium untuk mengetahui kemampuan
Compressive Strength dan Thickening Time dari penggunaan zat aditif
Lignosulfonate (retarder) dan Silica Flour (special additive) pada semen
pemboran kelas G.
b). Metodologi
Desain penelitian yang akan digunakan adalah penelitian analitik
dan penelitian eksperimental, yang keduanya untuk mengetahui hubungan
sebab-akibat antara 2 variabel secara operasional, perbedaan, hubungan,
dan intervensi peneliti didalamnya. Penelitian akan menginterverensi
terhadap data sumber di dalamnya seperti menambahkan zat aditif retarder
berupa Lignosulfonate dan special additive berupa Silica Flour pada
semen pemboran kelas G terhadap 3 temperatur yang akan digunakan
yaitu pada 80°F, 140°F dan 200°F, kemudian diuji dengan melakukan uji
Thickening Time dan uji Compressive Strength. Setelah itu dapat
membandingkan nilai dari hasil uji Thickening Time dan uji Compressive
Strength dari penambahan zat aditif retarder berupa Lignosulfonate dan
special additive berupa Silica Flour.
Aditif Konsentrasi
Lignosulfonate 0 0,25 0,50 0,75 1
Silica Flour 0 0,25 0,50 0,75 1
LS + SF 0 0,125 0,25 0,375 0,5
g). Kesimpulan
Berdasarkan Studi Laboratorium dari hasil pembahasan diatas,
penelitian mengacu pada standar API 10A tentang uji laboratorium
cementing yang dapat disimpulkan pada temperatur 80°F, berdasarkan
standar API 10A memiliki nilai minimum compressive strength sebesar
1185 psi pada perendaman 24 jam dan thickening time-nya selama 3 jam.
Dari hasil percobaan penggunaan campuran semen dan air saja sudah
cukup karena dari hasilnya menunjukan compressive strength sebesar
1329 psi dan thickening time selama 184 menit (3 jam 4 menit), sehingga
dinyatakan sesuai dengan ketentuan API 10A, sedangkan ketika
ditambahkan zat aditif lignosulfonate membuat compressive strength
menjadi dibawah standar API 10A dan silica flour membuat thickening
time berada dibawah standar dari API 10A. Pada temperatur 140°F,
berdasarkan standar API 10A memiliki nilai minimum compressive
strength sebesar 4200 psi pada perendaman 24 jam dan thickening time-
nya selama 2 jam 30 menit. Dari hasil percobaan menggunakan air dan
semen saja telah didapatkan compressive strength sebesar 3000 psi dan
thickening time selama 133 menit (2 jam 13 menit), sedangkan pada
penggunaan zat aditif lignosulfonate dari konsentrasi 0,25% saja telah
membuat thickening time dari bubur semen mendekati nilai standar API
10A yaitu selama 149 menit (2 jam 29 menit), namun membuat
tekanannya menurun menjadi 2612,5 psi, kemudian pada penambahan
silica flour membuat thickening time menurun dibawah standar API 10A.
Pada temperatur 200°F, berdasarkan standar API 10A memiliki nilai
minimum compressive strength sebesar 5110 psi pada perendaman 24 jam
dan thickening time-nya selama 1 jam 44 menit.
Dari hasil percobaan pada temperatur ini dari awal percobaan yang
menggunakan semen dan air saja compressive strength berada dibawah
standar API 10A untuk compressive strength- nya yaitu sebesar 2750 psi,
namun pada thickening time selama 112 menit (1 jam 52 menit) berada di
atas standar API 10A, sedangkan pada penambahan aditif lignosulfonate
dapat meningkatkan thickening time yang berada diatas standar API 10A.
Kemudian pada penambahan silica flour dapat menurunkan nilai
thickening time dibawah standar API 10A. Dari penambahan zat aditif
lignosulfonate pada bubur semen kelas G dapat meningkatkan thickening
time pada temperatur 80°F, 140°F, dan 200°F yang kesemuanya itu berada
diatas nilai standar API 10A. Namun, pada hasil compressive strength- nya
berada dibawah standar API 10A.
Dari penambahan zat aditif silica flour pada bubur semen kelas G
pada temperatur 80°F, 140°F, dan 200°F dapat menurunkan thickening
time berada dibawah standar API 10A dan juga pada hasil compressive
strength-nya juga berada dibawah standar API 10A, walaupun pada
temperatur tinggi tekanannya sedikit lebih baik daripada aditif lain yang
digunakan. Dari aditif-aditif yang digunakan maka dinyatakan bahwa
lignosulfonate bersifat sebagai retarder dan silica flour adalah special
additive yang bersifat ebagai strength retrogation pada temperatur
yang tinggi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.
DAFTAR PUSTAKA