Anda di halaman 1dari 48

NAMA : CHRYSTIAN EKA JULIANTO PURWOKO

NIM : 710015044

KELAS :1

UAS PBG

1. Buatlah Makalah Tahapan Tahapan Pengolahan Bahan Galian


Penyelesaian
MAKALAH
TAHAPAN TAHAPAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

DI SUSUN
NAMA : CHRYSTIAN EKA JULIANTO PURWOKO
710015044
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang yang
mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau
dimanfaatkan. Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral-mineral berharga
dari mineral-mineral pengganggu yang tidak diinginkan sehingga didapat suatu kosentrat dengan
tidak merubah sifat kimia dan hanya merubah sebagian sifat fisik dari mineral tersebut/mineral
yang diolah. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan bahan galian
(PBG).

Agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau
peleburan.Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing)
adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan
galian untuk memperoleh produkta bahan galian yang bersangkutan.

Pengolahan Bahan Galian merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
dan kualitasbahan galian. Karna umumnya material bahan berharga pada saat proses
penambangan masih belumbisa digunakan secara langsung karna masih bercampur dengan
impurutis atau zat pengotor (Tailing)yang umumnya berasal dari material koalisinya. Setelah
proses pengolahan awal, bahan galian utamabiasanya didapatkan dalam bentuk konsentrat bahan
galianDari segi ekonomis pengolahan ini bertujuan untuk :1. Memudahkan dalam pengolahan
lebih lanjutUmumnya, setelah ditambang, bahan galian tidak dapat langsung digunakan.

Namun kembali digunakansebagai bahan baku dari industri lain dengan diadakannya


pengolahan awal. Maka hal ini akanmemudahkan konsumen untuk langsung menggunakan
bahan galian tersebut tanpa harusmengeluarkan cost untuk pengolahan awal, sehingga konsumen
akan dapat membeli bahan galiandengan harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
sebelum pengolahan awal.2. Memaksimalkan jumlah daya angkutDengan dipisahkannya antara
tailing dengan konsentrat, maka pada saat proses pemindahan bahangalian, kita tidak perlu
memindahkan zat pengotornya, sehingga jumlah bahan galian yang dapat kitapindahkan menjadi
maksimal dan hal ini akan mempengaruhi pada cost transportasi pemindahan bahangalian
(Hauling) yang semakin rendah.

1.2 Maksud

Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktikum pengolahan bahan galian adalah:

1. Mempelajarai cara mencari nilai recovery, umpan, konsentrat, dan tailing dalam suatu
formula .
2. Mengetahui nilai kadar dan berat suatu umpan, konsentrat, dan tailing
3. Memahami tahapan-tahapan pengolahan bahan galian

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan pratikum pengolahan bahan galian adalah:

1. Mengetahui dan menggunakan Jaw Crusher


2. Mengetahui dan menggunakan Double Roll Crusher

I.4 Manfaat

Dalam kegiatan praktikum ini dapat memberikan manfaat, yaitu para praktikan
memahami dan mengerti dalam cara menggunakan alat-alat pengolahan bahan galian, seperti
Jaw Crusher dan Double Roll Crusher yang mana akan berguna pada saat memasuki dalam dunia
kerja dipertambangan pada bidang pengolahan.
BAB II

LANDASAN TEORI
II.1 DEFINSI PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral-mineral berharga


dari mineral-mineral pengganggu yang tidak diinginkan sehingga didapat suatu kosentrat dengan
tidak merubah sifat kimia dan hanya merubah sebagian sifat fisik dari mineral tersebut/mineral
yang diolah.Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang
yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau
dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan bahan galian
(PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau
peleburan. Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses PBG tersebut antara lain adalah :

a. Mengurangi ongkos angkut.


b. Mengurangi ongkos peleburan.
c. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan.
d. Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan menguntungkan
daripada proses pemisahan secara kimia.

II.2 Tahapan – Tahapan Pengolahan Bahan Galian

Dalam pengolahan bahan galian dilakukan dalam tiga tahapan utama yaitu Preparasi
(merupakan proses persiapan sebelum dilakukan proses konsentrasi), Konsentrasi (merupakan 
suatu proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral tak berharga sehingga
didapatkan kadar yang lebih tinggi dan menguntungkan) dan Dewatering (merupakan proses
pemishan antara cairan dengan padatan).
Skema Tahapan – Tahapan Pengolahan Bahan Galian
A. Preparasi
Merupakan proses persiapan sebelum dilakukan proses konsentrasi. Preparasi dilakukan
melaui beberapa tahap, yaitu:
a) Kominusi
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi bijih. Kominusi
terbagi dalam tiga tahap yaitu:
1. Primary Crushing
Merupakan tahap pengancuran yang pertama, untuk material yang berukuran besar ± 84 x
60 inchi dan produknya berukuran 4 inchi. Alat-alat yang digunakan dalam primary chrushing
adalah Jaw crusher dan Gyratory crusher.
2. Secondary Crushing
Merupakan tahap lanjutan dari primary crushing dimana ukran umpan lebih kecil dari 6
inchi dan produknya berukuran 0,5 inchi. Alat-alat yang digunakan adalah Jaw crusher (kecil),
Gyratiry crusher (kecil), dan Cone crusher
3. Fine Crushing (Grinding Mill)
Milling merupakan lanjutan dari proses primary crushing dan secondary crushing. Proses
penghancuran pada milling menggunkan shearing stress. Milling dklasifikasikan menjadi
beberapa macam berdasarkan bentuk cell dan grinding media.

b) Sizing
Merupakan pengelompokan mineral, dapat dilakukan dengan beberapa cara,yaitu:

1. Screening adalah proses pengelompokan material berdasarkan ukuran lubang ayakan


sehingga ukurannya seragam. Bahan yang ditahan oleh ayakan disebut oversize, yang
melewati (lolos) disebut undersize. Tujuan dilakukan screening adalah:

- Mempertinggi kapasitas unit operasi lainnya


- Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding
- Memenuhi permintaan pasar
- Menyempurnakan langkah dalam “concentration process”
c) Classifying
Kecepatan pengendapan tergantung pada ukuran, bentuk dan berat jenis partikel. dalam
classifying ini partikel kasar, berat dan berbentuk bulat akan mengendap lebih cepat daripada
partikel yang ringan dan berbentuk tidak teratur.
Berdasarkan media pemisahnya, classifying terdiri atas:

1. Sorting classifier menggunakan cairan kenta, pada sorting classifier, kondisi


pengendapannya adalah “hindered setting” yaitu pengendapan yang mengalami
hambatan meskipun dalam media yang kental.

2. Sizing classifier menggunkan cairan encer, dalam sizing classifier diperlukan


penambahan air disamping air yang telah ada dalam suspensi. Sizing classifier ini
menggunakan kondisi free settling yaitu pengendapan dari material secara individu yang
mengendap secara langsung/tanpa hambatan dari material lain.

3. Sizing classifier menggunakan udara, pada sizing classfier karena menggunakan udara
maka classifier ini sering disebut dengan pneumatic classifier. Kebanyakan penggunaan
classifier ini adalah untuk menghilangkan debu-debu dengan menggunakan hembusan
udara yang dilengkapi dengan alat pengumpul debu/kotoran.

B. Konsentrasi
            Merupakan  suatu proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral tak berharga
sehingga didapatkan kadar yang lebih tinggi dan menguntungkan. Ada beberapa cara pemisahan
yang mendasarkan pada sifat fisik mineral diantaranya adalah:
a) Warna, kilap dan bentuk Kristal, konsentrsi yang dilakukan dengan tangan biasa (hand
picking/hand sorting)          
b) Gravity concentration, konsentrasi yang berdasarkan pada berat jenis.
c) Sifat kemagnetan, mineral dipisahkan berdasarkan sifat kemagnetan yang dimiliki.
Alat yang biasa digunakan adalah magnetic separator.
d) Daya hantar listrik, alat yang biasa digunakan adalah high tension separator atau
electro static separator yang hasilnya berupa mineral konduktor dan non konduktor.
Proses ini selalu dilakukan dalam keadaan kering.
e) Sifat permukaan mineral, permukaan mineral ada yang bersifat senang dan tidak senang
terhadap gelembung udara. Untuk mengubah mineral yang senang terhadap air menjadi
senang terhadap udara biasanya digunakan reagent kimia seperti Collector, Modifier dan
Frother.

C. Dewatering
Merupakan proses pemishan antara cairan dengan pedatan. Proses ini dilakukan dalam
beberapa tahapan yaitu:
1. Thickening, Yaitu proses pemisahan antara padatan dengan cairan berdasarkan atas
kecepatan mengendap partikel atu mineral dalam suatu pulp
2. Filtarsi, Proses filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari campuran fasa cair. Pada
filtrasi secara garis besar pemisahannya adalah material ditampung dalam suatu filter
maka material tersebut akan tetap berada di atas filter sedangkan air akan lolos
meninggalkan filter.
3. Drying, Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan cara pemanasan sehingga
padatan benar-benar bebas dari cairan. Pada drying pemisahannya dilakukan dengan cara
penguapan (evaporasi).

II.3 Definisi Crusher


Crusher merupakan mesin yang dirancang untuk mengurangi besar batu ke batu yang lebih
kecil seperti kerikil atau debu batu. Crusher dapat digunakan untuk mengurangi ukuran atau
mengubah bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah lebih lanjut. Cruseher merupakan alat
yang digunakan dalam proses crushing, Crushing merupakan proses yang bertujuan untuk
meliberasi mineral yang diinginkan dari mineral pengotornya. Crushing biasanya dilakukan
dengan proses kering, dan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu Prymary crushing, secondary
crushing, dan fine crushing.
Prymari crushing merupakan Merupakan peremukan tahap pertama, alat peremuk yang
biasanya digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher. Umpan yang
digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan dengan ukuran berkisar 1500 mm, dengan
ukuran setting antara 30 mm sampai 100 mm. Ukuran terbesar dari produk peremukan tahap
pertama biasanya kurang dari 200 mm.

Secondary Cruher merupakan peremukan tahap kedua, alat peremuk yang digunakan
adalah Jaw Crusher ukuran kecil, Gyratory Crusher ukuran kecil, Cone Crusher, Hammer Mill
dan Rolls. Umpan yang digunakan berkisar 150 mm, dengan ukuran antara 12,5 mm sampai 25,4
mm. Produk terbesar yang dihasilkan adalah 75 m.

II.4 Jaw Crusher

Merupakan salah satu peralatan pemecah batu yang paling terkenal di dunia, Jaw Crusher
sangat ideal dan sesuai untuk penggunaan pada saat penghancuran tahap pertama dan tahap
kedua. Memiliki kekuatan anti-tekanan dalam menghancurkan bahan paling tinggi hingga dapat
mencapai 320Mpa.

Jaw crusher diperkenalkan oleh Blake dan Dodge ,  dan beroperasi dengan menerapkan
penghancur bertekanan. Merupakan salah satu peralatan pemecah batu yang paling terkenal di
dunia. Jaw Crusher sangat ideal dan sesuai untuk penggunaan pada saat penghancuran tahap
pertama dan tahap kedua. Memiliki kekuatan anti-tekanan dalam menghancurkan bahan paling
tinggi hingga dapat mencapai 320 Mpa. Keuntungan stone crusher model jaw crusher ini antara
lain :

1. struktur sangat sederhana sehingg perawatannya mudah


2. kapasitas yang fleksibel
3. Proteksi dari over load
4. Efisiensi tinggi dan biaya operasi yang rendah
5. Hasil akhir partikel dan rasio hancur yang baik
Untuk pengolahan mineral pertambangan, jaw crusher dapat digunakan untuk pengolahan
menghancurkan bauksit, bijih tembaga, bijih emas, bijih besi, bijih timah, mangan, bijih perak,
bijih seng, alunite, aragonit, arsenik, aspal, ball clay, barit, basal, bentonit, kokas, beton, dolomit,
feldspar, granit, kerikil, gipsum, kaolin, batu kapur, marmer, kuarsa, pasir silika, dll.  Sering
digunakan sebagai peralatan pengolahan primer, sehingga jaw crusher dianggap memiliki
kelebihan dalam pemeliharaan mudah dan baik untuk instalasi.

Jaw crusher dapat mencapai rasio 4-6 dan menghancurkan bentuk produk akhir. Mereka
banyak diterapkan untuk menghancurkan kekerasan tinggi, kekerasan pertengahan dan batu
lunak dan bijih seperti terak, bahan bangunan, marmer, dll.  Kekuatan resistensi tekanan di
bawah 350Mpa, yang, cocok untuk menghancurkan primer.  Jaw crusher bisa digunakan dalam
kimia pertambangan, industri metalurgi, konstruksi, jalan dan bangunan kereta api,, kemahiran,
dan lain-lain.

Cara kerja jaw crusher, yaitu bekerja mengandalkan kekuatan motor . Melalui roda
motor, poros eksentrik digerakkan oleh sabuk segitiga dan slot wheel untuk terdiri dari jaw plate,
jaw plate yang bergerak dan side-lee board dapat dihancurkan dan diberhentikan membuat jaw
plate bergerak seirama. Oleh karena itu, material dalam rongga penghancuran yang melalui
pembukaan pemakaian. Kerja alat ini adalah dengan menggerakan salah satu jepit, sementara
jepit yang lain diam. Tenaga yang dihasilkan oleh bagian yang bergerak mampu menghasilakn
tenaga untuk menghancurkan batuan yang keras. Kapasitas jaw crusher ditentukan oleh ukuran
crusher.Alat pemecah rahang ini terutama dipakai untuk memecah bahan olahan berupa bijih-
bijih atau batu-batu. Bahan olahan ini ini dipecah diantara dua rahang besi atau baja.
Konstruksinya mempunyai sepasang rahang yang satu diam dan yang satunya bergerak maju
mundur ( bolak-balik ). Proses pemecahan bahan olahan dari pemecah rahang ini berlangsung
berkala dengan cara tekanan & potongan.
Bagian-bagian dari Jaw Crusher:

Gambar II.4 Bagian-bagian Jaw Crusher

Berikut ini adalah bagian-bagian dari alat Jaw Crusher beserta


keterangan dan penjelasannya:
1. Fixed Jaw Plate adalah bagian yang tidak bergerak berfungsi untuk
menahan pada saat bagian yang lain bergerak menekan batuan.
2. Guard Sheet adalah dinding yang bergerak dan bersifat kasar yang
digunakan untuk menumbuk dan menghancurkan bahan.
3. Kinetic jaw plate adalah bagian yang bergerak dan fungsinya untuk
memberikan tekanan pada batuan.
4. Active jaw adalah bagian yang membuat kinetic jaw dapat bergerak.
5. Toggle Plate adalah seperti baut pecah, digunakan mengerakkan alat
penghancur.
6. Adjust Seat adalah bagian yang digunakan untuk mengatur naik turunnya
dinding penghancur.
7. Adjustable wedge adalah bagian penyesuai gerakan pada saat
alat bekerja.
8. Spring adalah digunakan untuk menggerakkan toggle plate.
9. Fly wheel adalah roda yang berputar pada saat bekerja.
10. Frame adalah bagian pelindung luar atau penutup.
11. Eccentric shaft adalah poros yang berputar dan menyebabkan
alat bergerak.
12. Bearing adalah bagian yang berfungsi sebagai bantalan bagi eccentric
shaft.
13. Belt pulley wheel adalah sabuk yang menggerakkan roda dan di
hubungkan ke motor penggerak.  

II.5 Double Roll Crusher Medium

Double atau tripel stage single roll merupakan pengembangan dari ukuran pereduksian
bentuk primer dan sekunder unit single. Double roll-crusher yang digunakan untuk crushing
primer dapat mereduksi batubara run of mine di atas 1 m 3 menjadi berukuran sekitar 350-100
mm, tergantung pada sifat batubara. Mesin ini dapat digunakan sebagai secondary raw-coal
crusher, middling crusher atau produk sizing crusher. Secara luas digunakan untuk menghasilkan
stok produk dimana kelebihan serbuk halus harus dihindari. Dari umpan yang berukuran 350
mm, Double roll-crusher dapat menghancurkan batubara yang berukuran 50 dan 20 mm.
kapasitas semua double roll-crusher antara 10 – 2000 t/unit dengan konsumsi tenaga 5 – 100
KW. double roll-crusher juga diproduksi dalam 3 dan 4 roll, 2 tingkat konfigurasi. Tingkat
paling atas menghasilkan penghancuran kasar sedangkan tingkat bawah lebih halus pada unit
triple roll bagian yang paling atas terdirir dari single roll-crusher, bagian yang lebih bawah terdiri
dari double roll-unit. Pada four-roll unit, bagian atas dan bawah terdiri dari double roll unit.

Gambar alat double roll crusher

Cara kerja double roll crusher, yaitu double roll crusher melakukan peremukan dengan
cara menjepit benda yang hendak diremukkan diantara satu buah roller yang dikenal dengan
sebutan crushing roll. Alat ini terdiri dari 2 silinder (roller) dengan sumbu yang sejajar pada
bidang horizontal yang sama kedua roller berdekatan lalu berputar dengan arah putaran
berlawanan kemudian batubara mentah diumpan masuk akan dijepit diantara dua roller, akibat
tekanan yang kuat akhirnya batubara mentah remuk dan jatuh kedalam roller truk ke
penampungan.

Kelebihan double roll crusher:


- Tidak mudah terjadi peremukan atau perumusan secara berlebihan
- Jarang terjadi penyumbatan pada ruang peremukan
- Preparasi mudah dilakukan
Kekurangan double roll crusher adalah proses peremukan hanya berlangsung pada
sebagian kecil pada seluruh badan rolter yang besar.

BAB III

METODE

III.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
- Batuan yang akan dihancurkan - Alat Pelindung Diri (APD)
- Jaw Crusher yakni : Safety shoes,safety
helmet,dust mask,ear plug,safety
glasses,dan gloves
- Double Roll Crusher Medium
- Blower
- Penggaris dan alat tulis

III.2 Langkah – Langkah Pratikum


Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan praktikum ini, antara lain :
a) Sebelum menggunakan alat pengolahan bahan galian, pastikan praktikan sudah memakai Alat
Pelindung Diri (APD) yang telah tersedia di Lab.
b) Nyalakan Blower terlebih dahulu sebelum menggunakan alat penghancur batuan untuk
menghisap debu.
c) Siapkan batuan yang akan dihancurkan dan nyalakan alat pertama yang akan digunakan, yaitu
Jaw Crusher. Lakukan pengaturan untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan.
d) Apabila alat telah dinyalakan, kemudian masukkan batuan yang akan dihancurkan dan tutup.
Jaw Crusher akan menghancurkan batuan sesuai dengan ukuran yang diinginkan, dan lihat
hasilnya ditempat penampungan.
e) Kemudian hasil dari Jaw Crusher dibawa ketempat alat Double Roll Crusher. Sebelum
menyalakan alat tersebut, lakukan pengaturan untuk mendapatkan hasil ukuran batuan sesuai
dengan keinginan, misalnya 2 cm, 1 cm, 0,5 cm atau 0,1 cm.
f) Nyalakan alat tersebut dan masukkan batuan hasil dari Jaw Crusher tadi ke Double Roll
Crusher, lalu lihat hasil ditempat penampungannya atau output nya

BAB IV

HASIL

IV.1 Jaw Crusher

Gambar IV.1 Bongkahan kecil batuan Gambar IV.2 Fixed dan Swing Jaw
Gambar IV.3 alat Jaw Crusher Gambar V.Mouth dimasuki batuan

Gambar IV.3 Hasil Pengolahan 1 Gambar IV.2 Hasil Pengolahan 2

Dalam pelaksanaan praktikum ini, Jaw Crusher digunakan untuk menghancurkan


bongkahan kecil batuan dengan hasil ukuran batuan sesuai dengan keinginan mau berapa
cm/mesh dengan menggerakkan atau memutar Fly Whell pada Jaw Crusher untuk menentukan
hasil ukuran batuan yang sesuai.
Jaw Crusher yang digunakan dalam praktikum ini merupakan Jaw Crusher yang terdiri
dari dua buah jaw, yaitu Fixed Jaw (Jaw tetap) yang berfungsi sebagai penghancur batuan dan
Swing Jaw (Jaw bergerak) yang berfungsi memberikan tumbukan untuk menghancurkan batuan
tersebut.

Karena Jaw Crusher merupakan alat peremukan tahap pertama (Prymari Crushing), maka
hasil hancuran batuan dari Jaw Crusher tadi kemudian dilakukan peremukan tahap kedua /
Secondary Crushing dengan menggunakan Double Roll Crusher tipe medium untuk
memperkecilkan lagi ukuran batuan tersebut agar menjadi lebih keci lagi.

IV.2 Double Roll Crusher Medium

Gambar IV.1 Lebar bukaan alat 2cm Gambar IV.2 Hasil bongkahan
Gambar IV.3 Lebar bukaan alat 1.5cm Gambar IV.4 Hasil bongkahan

Gambar IV.3 Lebar bukaan alat 1cm Gambar IV.4 Hasil bongkahan

Gambar IV.5 Lebar Bukaan alat 0.5 cm


Gambar IV.5 Lebar Bukaan alat 0.1 cm

Double roll crusher melakukan peremukan dengan cara menjepit benda yang hendak
diremukkan diantara satu buah roller yang dikenal dengan sebutan crushing roll. Alat ini terdiri
dari 2 silinder (roller) dengan sumbu yang sejajar pada bidang horizontal yang sama.
Kemudian kedua roller berdekatan lalu berputar dengan arah putaran berlawanan
kemudian batubara mentah diumpan masuk akan dijepit diantara dua roller, akibat tekanan yang
kuat akhirnya batuan mentah hasil dari Jaw Crusher remuk dan jatuh kedalam roller truk ke
penampungan.
Setiap kali untuk mendapatkan ukuran sesuai dengan keinginan, harus terlebih dahulu
dilakukan pengukuran diameter antara kedua silinder (roller) sebelum melakukan peremukan.
Hasil yang didapatkan pada setiap diameter yang berbeda akan menghasilkan ukuran batuan
yang berbeda pula.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 kesimpulan
Adapun kesimpulan pada pratikum ini ialah :
- Memahami tahapan-tahapan pengolahan bahan galian sehingga para praktikan
mengetahui skema – skema pengolahan baik itu berupa batuan atau pun bahan
galian lainnya
- Mengetahui nilai kadar bahan galian dari suatu kegiatan pengolahan
V.2 Saran
Adapun saran pada pratikum kali ini ialah :
- Gunakan alat pelindung diri sebelum melakukan kegiatan
- Persiapakan diri dengan baik agar tidak terjadi Human Error
- Check alat sebelum melakukan kegiatan pratikum
- Berdoa sebelum melakukan kegiatan pratikum agar kegiatan pratikum berjalan
maksimal

DAFTAR PUSTAKA

http://learnmine.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-dan-cara-kerja-jaw-crusher.html
http://domas09.blogspot.co.id/2013/02/jaw-crusher.html
http://sodikin-mandala.blogspot.co.id/2011/03/crusher.html
http://antekshared.blogspot.co.id/2014/03/jenis-jenis-crusher-dan-cara-kerjanya.html
http://pertambangan99afriansyah.blogspot.co.id/2012/11/crusher.html
Arief,Hidayah 1998.Pengolahan Bahan Galian,Yogyakarta :Jurusan Teknik Tambang Fakultas
Mineralogi.Universitas Pembangunan Nasional’uvn’
Slamet,Riadi 2013.Pengenalan alat Jaw Crusher,Surabaya: Jurusan Teknik Mesin
Institut Teknologi Surabaya
2. MAKALAH MASALAH MENGOLA BAHAN GALIAN

PENYELESAIAN
MAKALAH
TAHAPAN TAHAPAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

DI SUSUN
NAMA : CHRYSTIAN EKA JULIANTO PURWOKO
710015044
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sebagai salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang industri semen yang terletak di
Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan, PT. Semen Baturaja
(PT.SB) memiliki area penambangan yang terbagi menjadi 2 pit yaitu pit batu gamping
(limestone) dan pit tanah liat (clay) dengan luas izin penambangan (IUP) masing-masing
sebesar 103,4 ha dan 96,8 ha dengan metode penambangan terbuka dengan sistem quarry
mining [1].

Clay merupakan salah satu bahan baku proses pembuatan semen. Proses pengolahan clay
menjadi sangat penting untuk memenuhi pasokan bahan mentah dalam pembuatan semen.
Karakteristik dari clay yang cenderung lunak dapat menjadi bahan pendukung dalam proses
pembuatan semen [2].
Dalam melakukan pengolahan clay tidak selalu berjalan lancar karena sering terdapat masalah
yang terjadi baik itu dari segi mekanis maupun non-mekanis sehingga hal ini menyebabkan
tidak tercapainya target produksi dari alat roll crusher, karena itu perlu dilakukan pengamatan
sehingga diketahui penyebab tidak tercapainya produksi dari alat roll crusher pada PT.SB
yang harusnya memproduksi 45.000 ton/bulan tetapi pada saat penelitian ini tidak mencapai
target tersebut.

1.2 Tujuan penelitian


Tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengevaluasi faktor – faktor yang menghambat kinerja alat roll crusher dan
menganalisis cara mengatasi hambatan tersebut.
2. Menganalisis nilai kesediaan alat untuk mengetahui kemampuan alat dalam bekerja
sehingga target dapat terpenuhi.
3. Menentukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan agar produksi dapat
tercapai.

Pengolahan clay juga berguna untuk mereduksi ukuran clay sesuai dengan standar yang telah
di tentukan agar mudah untuk di lakukan proses pengolahan selanjutnya. Alat yang paling
cocok untuk proses pengolahan pada material lembab dan lunak adalah roll crusher [3].
Pengolahan clay tidak selalu berjalan baik dikarenakan tedapat beberapa faktor yang
menghambat pengolahannya baik itu dari faktor mekanis maupun non mekanis [4].

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peremukan batuan oleh Crusher antara lain [5] :
a. Kuat tekan batuan
Tingkat kerapuhan serta kandungan mineral merupaan faktor penentu ketahanan batuan.
Mineral dengan struktur yang sangat halus umumnya memiliki ketahanan yang lebih baik
dibandingkan yang berukuran kasar.
b. Ukuran material umpan
Ukuran material umpan yang ideal untuk mendapatkan produk hasil peremukan yang baik
sebesar 85% dari ukuran bukaan alat peremuk.
c. Reduction Ratio
Reduction ratio merupakan faktor yang menentukan keberhasilan peremukan batuan,
kemampuan alat peremuk dalam mereduksi ukuran materaial akan mempengaruhi besar
kecilnya reduction ratio.
d. Arah resultan gaya
Resultan gaya yang bekerja dalam proses peremukan batuan harus memiliki arah akhir ke
bawah. Hal ini untuk mengoptimalkan peremukan serta tidak adanya loncatan material ke arah
atas.
e. Energi peremukan
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kebutuhan energi peremukan batuan tergantung
pada ukuran produk, ukuran umpan, bentuk material, kapasitas mesin serta variasi waktu
berhenti alat peremuk. Kesemua faktor tersebut akan mempengaruhi hasil akhir produk.
f. Kapasitas
Jumlah umpan yang dimasukkan pada setiap rentang waktu (biasanya jam), densitas
material serta pengaturan ukuran dari alat peremuk akan mempengaruhi kapasitas.
1.3 METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di unit Crusher PT. SB. Yang terletak di kota Baturaja, Kabupaten
Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian dilakukan selama ±1
bulan. Tahapan yang dilakukan dalam penyelesaian penelitian sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan cara memahami teori- teori yang dapat membantu dalam
mengevaluasi permasalahan dari penelitian yang dilaksanakan, yaitu sebagai bahan awal
pendekatan teori yang bekaitan dengan permasalahan yang akan diselesaikan.

2. Survey Lapangan
Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilaksanakan survey kondisi lapangan yang untuk
mendapatkan gambaran aktual mengenai kondisi alat yang ada dilapangan secara aktual.
Survey lapangan yang dilakukan berada pada unit crusher pabrik 1 PT. SB

3. Pengambilan Data
Pada penulisan peneltian, data dapat dikelompokkan menjadi data primer serta data
sekunder.
a) Data Primer
Data primer berasal dari pengambilan dan perhitungan langsung mengenai kondisi
dilapangan meliputi :
1) Data produksi perjam
Data produksi didapatkan dari pengamatan langsung di unit CCR (Central Control Room).
CCR adalah ruang pusat yang memantau keseluruhan aktivitas pengolahan clay melalui
layar–layar monitor. Dari monitor, kita bisa melihat berapa tonase batu kapur yang direduksi
dalam satu jam.
2) Data ukuran produk
Data ini didapatkankan dengan cara pengamatan secara langsung produk yang sudah di
reduksi di stockpile kemudian diukur secara manual menggunakan meteran untuk
mengetahui ukuran dari produk tersebut apakah telah sesuai dengan ketentuan.
3) Data efisiensi kerja alat.
Efisiensi kerja alat didapatkan dari pengelompokan waktu kerja aktual alat diluar waktu
repair dan standby alat dibagi dengan waktu kerja yang tersedia.
b) Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data hasil olahan atau yang diperoleh dari berbagai dokumen
perusahaan untuk mendukung kebutuhan untuk penelitian, meliputi :
1) Spesifikasi roll crusher
Data ini didapatkan dari arsip perusahaan tentang spesifikasi alat-alat crusher.
2) Data waktu kerja roll crusher
Data ini didapatkan berdasarkan waktu kerja yang sudah ditetapkan PT. Semen Baturaja
(persero),TBK.
3) Data waktu hambatan.
Data ini didapatkan melalui pengamatan langsung saat alat beroperasi atau pada saat alat
terjadi masalah, cara mengukur lama waktu hambatannya dengan menggunakan stopwatch
atau jam dan menghitung secara manual berapa lama waktu yang menghambat produksi
tersebut kemdian dilakukan pencatatan dan pengelompokan waktu.

4. Pengolahan Data
Metode pengolahan data digunakan dalam evaluasi data. Evaluasi dengan mencocokkan data
yang ada dilapangan dengan teori yang ada untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan
setelah data yang diperlukan sudah didapatkan maka selanjutnya dilakukan penghitungan dan
pengelompokan data sesuai dengan tahap pengerjaannya.

Mechanical availability berguna dalam mendapatkan kondisi real alat yang sedang digunakan
dari alat yang kita pakai.. Mechanical availibility dapat di hitung dengan Pers. (1) [6].

MA = (1)

Physical Availability merupakan variabel untuk mengetahui ketersediaan keadaan/kondisi


fisik dari sebuah alat yang sedang di pergunakan. Physical availability dapat di hitung dengan
menggunakan pers (2) [6].
PA = % (2)

Use of availability merupakan suatu catatan yang dapat menunjukkan keefektifan peralatan
yang berada pada kondisi baik untuk dapat dipergunakan, sehingga dapat digunakan sebagai
pedoman seberapa baik pengelolaan dan pemakaian suatu alat. Use of availability dapat di
hitung dengan menggunakan pers. (3) [6].

UA = (3)

Efektivitas rangkaian alat peremuk adalah suatu perbandingan antara kapasitas nyata suatu alat
dengan kapasitas teoritis yang di dapat dari suatu perhitungan. Perhitungan efektivitas alat
peremuk dapat di hitung dengan menggunakan pers. (4) [7].

E= (4)
Produktivitas alat pemecah dapat di bedakan menjadi dua, yaitu produktivitas desain dan
produktivitas aktual [8]. Produktivitas desain merupakan kemampuan produksi yang optimal
dapat dicapai oleh alat pemecah dan nilai produktivitasnya dapat diketahui berdasarkan
spesifikasi alat yang di buat produsen, sedangkan produktivitas aktual merupakan
kemampuan produksi
suatu alat pemecah yang sesungguhnya yang didasarkan pada sistem produksi yang di
jalakan. Produktivitas aktual alat dapat di tentukan dengan menggunakan pers. (5) [9].

Produktivitas = (5)

Efisiensi kerja dapat diketahui berdasarkan waktu produksi harian yang telah dicapai pada
Primary Crusher dan kemudian membandingkannya dengan waktu produski yang tersedia.
Nilai efisiensi dapat ditentukan dengan pers. (6) [10].

Efisiensi kerja= (6)


BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi aktual bahan galian dilapangan


Tanah liat merupakan bahan baku pendukung dalam pembuatan semen di PT. SB Dalam
proses penambangan tanah liat dilakukan dengan metode penggalian dengan menggunakan
alat excavator sebagai alat galinya. Lokasi penambangan tanah liat berada di desa Pusar,
Kabupaten OKU, tanah liat sebelum digunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan
semen terlebih dahulu dilakukan pengolahan yang bertujuan untuk menyeragamkan ukuran
dari tanah liat tersebut, alat yang digunakan untuk pengolahan tersebut adalah Roll Crusher
ukuran dari tanah liat yang menjadi standar dari perusahaan sebesar ± 75 mm.

Dalam rangka memperlancar kegiatan dalam proses penambangan dan pengangkutan di


bantu oleh kontraktor yaitu PT. United Tractor Semen Gresik. Proses Crushing Tanah liat di
PT.SB. Dilakukan dengan menggunakan alat Roll Crusher. Proses Crushing Tanah liat di
unit claystone dilakukan dengan tahapan berikut. Produksi aktual yang di dapat pada bulan
September 2017 hanya
42.470 ton dalam 1 bulan produksi ini tidak memenuhi target produksi yang sudah di
tentukan seharusnya sebesar 45000 ton/perbulan. Hal ini dapat menghambat kinerja dari
perusahaan karena perushaan seharinya paling tidak membutuhkan ±1500 ton/hari tanah liat
sebagai bahan baku campuran pembuatan semen, mengingat dari data yang dimiliki
perusahaan bahwa alat tersebut memiliki kapasitas yang lebih besar. Oleh sebab itu perlu di
lakukan evaluasi yang menjadi penghambat kinerja alat Roll Crusher sehingga
menyebabkan tidak tercapainya target produksi. Gambar 1. Menunjukan proses aliran

Feed
Roll Crusher Prod

pengolahan clay.

Gambar 1. Proses crushing clay


2. Faktor penghambat kinerja Roll Crusher
Menurut hasil pengamatan yang sudah dilakukan, waktu kerja alat yang telah di tetapkan pada
alat Roll Crusher yaitu selama 360 jam/bulan tidak sesuai dengan waktu kerja aktual yang
dilakukan pada bulan September yaitu selama 268,8 jam/bulan. Penyebab terjadinya hal ini
dikarenakan terdapatnya hambatan-hambatan non- mekanis sehingga alat mengalami
penurunan waktu kerja. Faktor hambatan non mekanis merupakan faktor yang terjadi di
karenakan permasalahan yang terdapat di luar peralatan. Faktor hambatan non mekanis
menyebabkan terhambatnya produksi alat Roll Crusher sehingga menimbulkan waktu tunggu
pada alat untuk bekerja, hal ini mengakibatkan produksi alat kurang optimal. Faktor
penghambat tersebut antara lain adalah sebagai berikut :.
a) Persiapan alat
Pada persiapan awal saat akan memulai pengoperasian alat, dilakukan terlebih dahulu
pemeriksaan pada alat sebelum kegiatan produksi dilakukan sehingga alat yang bekerja dapat
bekerja dengan optimal. Dengan dilakukannya hal ini dapat proses kerusakan alat pada saat
sedang beroperasi dapat di hindari. Akan tetapi menurut perhitungan, waktu yang hilang akibat
dilakukannya persiapan dan faktor-faktor lain sebesar 705 menit yang menyebabkan
kehilangan waktu kerja yang cukup besar.
b) Waktu istirahat
Pada saat istirahat waktu yang digunakan dapat mengganggu kinerja produksi alat. Terutama
waktu istirahat yang sering melebihi dari waktu yang disediakan sehingga hal ini
menyebabkan alat tidak bekerja sesuai dengan waktu yang sudah di sediakan, dan hal ini
menyebabkan penurunan jumlah produksi tanah liat yang di hasilkan oleh alat. Menurut
perhitungan, waktu yang hilang akibat istirahat yang berlebihan sebesar 600 menit.
c) Trouble pada pabrik
Dalam suatu bidang industri diharuskan adanya suatu keselarasan pada semua alat yang di
gunakan untuk mencapai suatu produksi. Apabila salah satu dari alat yang bekerja mengalami
hambatan maka alat yang lainnya akan terganggu proses produksinya. Hambatan yang ada
pada pabrik ini terjadi pada saat produk dari hasil crushing sudah siap untuk dilakukan
pengolahan selanjutnya, akan tetapi terkendala karena adanya masalah pada alat pabrik yang
sedang dilakukan perbaikan. Hal ini juga dapat mengakibatkan penumpukan pada stockpile
hingga penuh sehingga dengan begitu mengakibatkan Crusher berhenti beroperasi. Menurut
perhitungan waktu yang hilang akibat masalah pada pabrik selama 720 menit.
d) Trouble belt conveyor
Belt conveyor merupakan alat angkut material yang sudah dilakukan reduksi pada Roll
Crusher untuk di salurkan ke stockpile clay, dalam hal ini sering terjadi kendala pada belt
conveyor kendala yang dihadapi adalah belt sering terjadi slip saat sedang membawa
material hal ini disebabkan karena material yang sering menumpuk pada belt tersebut dan
terlalu berat dan bisa sampai membuat belt conveyor robek dan harus di tambal. Hal ini
menyebabkan kinerja produksi mengalami penurunan karena waktu kerja terbuang karena
dilakukannya perbaikan waktu yang hilang akibat ini 1.765 menit.
e) Stockpile penuh
Penumpukan pada stockpile hingga penuh menyebabkan proses aktivitas produksi pada alat
tidak dapat dilakukan. Dalam penelitian ini pada saat material hasil produksi tidak dapat di
gunakan untuk proses pengolahan selanjutnya hal ini mengakibatkan isi dari stockpile
penuh, sehingga kinerja alat terhenti, dalam hal ini proses produksi pada alat harus
menunggu terlebih dahulu selama 720 menit.

3. Nilai kesediaan Roll Crusher


Perhitungan ini bertujuan untuk menghitung seberapa besar tingkat ketersediaan peralatan
yang digunakan pada proses produksi, dan untuk mengetahui kemampuan dari peningkatan
kinerja alat untuk mencapai target produksi yang diinginkan.
a) Mekanis (Mechanical Availability)
Kesediaan Mekanis merupakan waktu efektif crusher yang digunakan untuk beroperasi.
Nilai kesediaan mekanis ini menunjukkan persentase kesediaan alat. Pada saaat menjalankan
pekerjaan dengan mengamati kehilangan waktu kerja yang digunakan dalam keadaan
mekanis atau perbaikan. Kesediaan mekanis itu sendiri meliputi waktu memperbaiki alat,
perawatan mesin, dan lainnya. Nilai kesediaan mekanis dengan menggunakan persamaan (1)
sebesar 95%.
b) Kesediaan Fisik (Physical Availability)
Nilai kesediaan fisik ini menunjukkan persentase kesediaan alat untuk menjalankan alat
dengan mengamati kehilangan waktu yang disebabkan oleh alasan mekanis dan non-mekanis
alat. Nilai kesediaan fisik menggunakan persamaan (2) unit Roll Crusher sebesar 96%.
c) Kesediaan Penggunaan (Use Of Availability) Kesediaan penggunaan
dapat dihitung dengan menghitung banyaknya waktu yang digunakan crusher untuk
menghancurkan material dibagi waktu crusher yang berkurang akibat hambatan non
mekanis. Manfaat mengetahui kesediaan penggunaan adalah dapat
mengetahui seberapa efektif alat dapat digunakan dalam kondisi baik nilai di dapat
sebesar 77%.

4. Efektivitas alat
Nilai efektivitas Roll Crusher yang didapat berdasarkan kapasitas produktifitas rata-rata
Roll Crusher secara actual dalam 1 bulan sebesar 158 ton/jam, dengan spesifikasi Roll
Crusher terpasang sebesar 200 ton/jam maka didapatkan nilai efektivitas Roll Crusher
dengan menggunakan persamaan (4).

E=

5. Produktivitas Roll Crusher


Nilai produktivitas pada unit Roll Crusher merupakan nilai produktivitas pada alat yang
dihasilkan dalam waktu satu jam. Nilai produktivitas rata-rata bulan September pada Roll
Crusher sebesar 158 ton/jam. Maka dapat diketahui total produksi dari Roll Crusher adalah :
Roll Crusher = 158 ton/jam x 268,8 jam/bulan = 42.470 ton/bulan.

6. Solusi meningkatkan produksi Roll Crusher


Target produksi yang belum tercapai disebabkan karena besarnya waktu tunggu yang ada dan
kurang baiknya kualitas umpan yang masuk sehingga mempengaruhi nilai efisiensi kerja.
Alternatif solusi didapatkan berdasarkan data hambatan-hambatan yang telah didapatkan pada
penelitian ini. Solusi yang didapatkan yaitu dengan mengurangi hambatan terbesar pada alat
yaitu dengan cara melakukan penggantian belt conveyor yang sudah mulai getas dan sering
mengakibatkan slip pada belt sehingga waktu kerja terhambat. Pada Gambar
2 menunjukan perbandingan nilai mechanical availability, physical availability, dan use of
availability sebelum dan setelah dilakukan solusi perbaikan.
Gambar 2. Perbandingan nilai sebelum dan sesudah dilakukan solusi
7. Perhitungan setelah dilakukan solusi
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan terhadap semua variabel penelitian meliputi
efisiensi, ketersediaan peralatan, efektivitas alat, dan waktu kerja efektif dapat dibuat suatu
perbandingan. Perbandingan tersebut berupa kondisi Roll Crusher sebelum dan setelah usulan
perbaikan seperti dibawah ini, pada Tabel 1. Dapat dilihat waktu produksi efektif, kesediaan
penggunaan, dan produksi bulanan mengalami peningkatan setelah dilakukan solusi.

Tabel 1. Kondisi Roll Crusher Sebelum dan Asumsi Setelah dilakukan Perbaikan

Kondisi Sebelum Sesudah


Waktu Prod 268,8 298,21

efektif jam/bulan jam/bulan


Kesediaan 77% 85%

Penggunaan
Prod Clay 42.470 47.117

September ton/bulan ton/bulan


BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan pada bab sebelumnya sebagai berikut :
1. Faktor penyebab tidak tercapainya target produksi tanah liat pada alat Roll Crusher
antara lain : Sering menumpuknya material, waktu persiapan yang terlalu lama,
penghentian sementara di karenakan adanya blasting, stockpile penuh, dan hambatan
pada pabrik, belt conveyor yang sering mengalami slip karena karet yang sudah getas.
2. Nilai kesediaan kerja alat sebesar 77 %, nilai kesediaan alat Roll Crusher di PT.SB Yaitu MA
sebesar 95%, PA sebesar 96%, Rata-rata kesediaan alat sebesar 89%,
3. Solusi yang di dapatkan adalah dengan mengurangi waktu stanby alat sebesar 29,41 jam
pada bulan September menyebabkan naiknya nilai efisiensi kerja alat menjadi 83%, nilai
kesediaan alat UA sebesar 85% dan rata-rata kesediaan alat menjadi 92% dengan produksi
semula yang besarnya 42.470 ton/bulan meningkat menjadi 47.117 ton/bulan yang
membuat target produksi Roll Crusher pada bulan september tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

[1]. PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk. (2017). Dokumen Arsip Bagian Eksplorasi dan
Perencanaan Tambang PTSB. Baturaja, OKU, Indonesia.

[2]. Hamimu, L. (2012). Karakterisasi Sifat Fisika Batu Kapur di Desa Labaha Kecamatan
Watopute Kabupaten Muna. Jurnal Aplikasi Fisika. Vol 8 No.2.

[3]. Wills, B.A dan T.J. Napier-Munn. (2006). Mineral Processing Technology 7thEdition : An
Introduction to the Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral Recovery.
Australia : Elsevier science & Tecnology Books.

[4]. Saputra, M.A. (2017). Strategi Untuk Mengurangi Waktu Menunggu Lowboy Di Divisi
Mining Operation PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur, Skripsi,
Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.

[5]. Taggart, A. F. (1953). Handbook Of Mineral Dressing, London : John Wiley & Sons.

[6]. Prodjosumarto, P. (1995). Pengolahan Bahan Galian, Bandung : Jurusan Teknik


Pertambangan, Institut Teknologi Bandung.

[7]. Peurifoy, R. L. (1988). Perencanaan Peralatan dan Metode Konstruksi. Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.

[8]. Lodhi, G. (2013). Operation And Maintenance Of Crusher House For Coal Handling In
Thermal Power Plant. International. Journal Of Mechanical Engineering And
Robotics Research, Volume 2 No. 4.

[9]. Sumihar, A. (2016). Analisis Produksi Jaw Crusher Untuk Mencapai Target Produksi
Sebesar 280.000 Ton/Bulan Pada Unit Primary Crushing Di PT. Trimegah Perkasa
Utama Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi, Fakultas Teknik,
Universitas Sriwijaya.
[10]. Harahap, A.I, Iskandar, H, Arief, T. (2014). Kajian Kominusi Limestone Pada Area
Penambangan PT. Semen Padang (Persero) Tbk. Bukit Karang Putih Indarung
Sumatera Barat, Jurnal Ilmu Teknik Universitas Sriwijaya, Volume 2. No. 2.

A. SUMBER JURNAL :
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining/article/download/9552/4963
Jurnal Pertambangan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019

ISSN 2549-1008
EVALUASI PRODUKTIVITAS ROLL CRUSHER UNTUK MENCAPAI
TARGET PRODUKSI CLAYSTONE PT. SEMEN BATURAJA
R. R. Rukmana1, A. T. Arief2, H. Iskandar3
1-3
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera
Selatan, Indonesia e-mail: *1robby.rukmana@gmail.com *2
taufik_arief09@yahoo.co.id

PT. Semen Baturaja (persero), Tbk. Sebagai produsen semen di indonesia membutuhkan bahan baku tanah liat sebagai
ABSTRAK
bahan baku pendukung dalam pembuatan semen. Bahan baku tanah liat di peroleh dari tambang yang ada di desa Air
gading, Kecamatan Baturaja Barat, Sebelum digunakan tanah liat terlebih dahulu dilakukan pengolahan. Pengolahan yang
dimaksud menggunakan alat Roll Crusher sebagai alat untuk mereduksi tanah liat menjadi ukuran yang sesuai dengan
standar, yaitu sekitar ± 75 mm, target produksi 45000 ton/bulan. Total produksi pada bulan september 2017 42.470
ton/bulan. Faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target produksi yaitu, belt conveyor yang sering bermasalah,
stockpile penuh, persiapan, hambatan pabrik. Nilai efisiensi kerja alat 75%, nilai kesediaan mekanis alat (MA) 95%, nilai
kesediaan fisik alat (PA) 96%, nilai kesediaan penggunaan alat (UA) 77% dan nilai efektifitas alat 80%. Hasil ini
menunjukan hambatan tersebut mempengaruhi kegiatan Roll Crusher, sehingga diperlukan evaluasi untuk
mengoptimalkan produksi alat dengan memberikan solusi alternatif pada hambatan non mekanis agar waktu efektif
operasi menjadi lebih besar. Setelah dilakukan perbaikan dengan mengurangi waktu tunggu terbesar yaitu kendala pada
belt conveyor, maka nilai efisiensi kerja alat menjadi 83% dan nilai kesediaan penggunaan alat menjadi 85%, total
produksi alat dapat naik menjadi 47.117 ton \bulan.

Kata-kata kunci: Roll crusher, Hambatan, Efisiensi, Produksi, Kesediaan alat

PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk. As a cement producer in Indonesia, raw materials for clay are needed as supporting
ABSTRACT
raw materials in making cement. Clay raw material is obtained from the mine in the village of Air Gading, West Baturaja
Subdistrict, before processing clay is used first. The intended processing uses a Roll Crusher tool as a tool to reduce clay to
a size that is in accordance with the standard, which is around ± 75 mm, the production target is 45000 tons / month.
Total production in September 2017 was 42,470 tons / month. Factors that cause not achieving production targets are,
conveyor belts that are often problematic, full stockpile, preparation, factory barriers. The value of tool work efficiency is
75%, the mechanical availability value of the tool (MA) is 95%, the value of the physical availability of tools (PA) is 96%, the
willingness value of tool use (UA) is 77% and the effectiveness of the tool is 80%. These results indicate these obstacles
affect the activities of the Roll Crusher, so evacuation is needed to increase production of equipment by providing
alternative solutions to non-mechanical barriers so that the effective time of operation becomes greater. After repairs are
made by reducing the biggest waiting time, which is the constraint on the conveyor belt, then the value of tool work
efficiency becomes 83% and the value of tool use is 85%, the total production of tools can increase to 47,117 tons \ month.

Keywords : Roll crusher, Resistence, Efficiency, Production, Tool availability


Jurnal Pertambangan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019
PENDAHULUAN dan 96,8 ha dengan metode penambanganISSN
terbuka
2549-1008
dengan sistem quarry mining [1].
Sebagai salah satu BUMN yang bergerak dalam
bidang industri semen yang terletak di Kabupaten Clay merupakan salah satu bahan baku proses
Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera pembuatan semen. Proses pengolahan clay
Selatan, PT. Semen Baturaja (PT.SB) memiliki menjadi sangat penting untuk memenuhi pasokan
area penambangan yang terbagi menjadi 2 pit yaitu bahan mentah dalam pembuatan semen.
pit batu gamping (limestone) dan pit tanah liat Karakteristik dari clay yang cenderung lunak dapat
(clay) dengan luas izin penambangan (IUP) menjadi bahan pendukung dalam proses
masing-masing sebesar 103,4 ha pembuatan semen [2].
Jurnal Pertambangan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019

ISSN 2549-1008
Dalam melakukan pengolahan clay tidak selalu berjalan f. Kapasitas
lancar karena sering terdapat masalah yang terjadi baik Jumlah umpan yang dimasukkan pada setiap rentang
itu dari segi mekanis maupun non-mekanis sehingga hal waktu (biasanya jam), densitas material serta pengaturan
ini menyebabkan tidak tercapainya target produksi dari ukuran dari alat peremuk akan mempengaruhi kapasitas.
alat roll crusher, karena itu perlu dilakukan pengamatan
sehingga diketahui penyebab tidak tercapainya produksi METODE PENELITIAN
dari alat roll crusher pada PT.SB yang harusnya
memproduksi 45.000 ton/bulan tetapi pada saat Penelitian ini dilakukan di unit Crusher PT. SB. Yang
penelitian ini tidak mencapai target tersebut. terletak di kota Baturaja, Kabupaten Ogan Komering
Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut : dilakukan selama ±1 bulan. Tahapan yang dilakukan
1. Mengevaluasi faktor – faktor yang menghambat dalam penyelesaian penelitian sebagai berikut :
kinerja alat roll crusher dan menganalisis cara 1. Studi Literatur
mengatasi hambatan tersebut. Studi literatur dilakukan dengan cara memahami teori-
2. Menganalisis nilai kesediaan alat untuk teori yang dapat membantu dalam mengevaluasi
mengetahui kemampuan alat dalam bekerja permasalahan dari penelitian yang dilaksanakan, yaitu
sehingga target dapat terpenuhi. sebagai bahan awal pendekatan teori yang bekaitan
3. Menentukan solusi yang tepat untuk mengatasi dengan permasalahan yang akan diselesaikan.
permasalahan agar produksi dapat tercapai.
2. Survey Lapangan
Pengolahan clay juga berguna untuk mereduksi ukuran Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilaksanakan survey
clay sesuai dengan standar yang telah di tentukan agar kondisi lapangan yang untuk mendapatkan gambaran
mudah untuk di lakukan proses pengolahan selanjutnya. aktual mengenai kondisi alat yang ada dilapangan secara
Alat yang paling cocok untuk proses pengolahan pada aktual. Survey lapangan yang dilakukan berada pada unit
material lembab dan lunak adalah roll crusher [3]. crusher pabrik 1 PT. SB
Pengolahan clay tidak selalu berjalan baik dikarenakan
tedapat beberapa faktor yang menghambat 3. Pengambilan Data
pengolahannya baik itu dari faktor mekanis maupun non Pada penulisan peneltian, data dapat dikelompokkan
mekanis [4]. menjadi data primer serta data sekunder.
a) Data Primer
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peremukan Data primer berasal dari pengambilan dan perhitungan
batuan oleh Crusher antara lain [5] : langsung mengenai kondisi dilapangan meliputi :
a. Kuat tekan batuan 1) Data produksi perjam
Tingkat kerapuhan serta kandungan mineral merupaan Data produksi didapatkan dari pengamatan langsung di
faktor penentu ketahanan batuan. Mineral dengan unit CCR (Central Control Room). CCR adalah ruang
struktur yang sangat halus umumnya memiliki ketahanan pusat yang memantau keseluruhan aktivitas pengolahan
yang lebih baik dibandingkan yang berukuran kasar. clay melalui layar–layar monitor. Dari monitor, kita bisa
b. Ukuran material umpan melihat berapa tonase batu kapur yang direduksi dalam
Ukuran material umpan yang ideal untuk mendapatkan satu jam.
produk hasil peremukan yang baik sebesar 85% dari 2) Data ukuran produk
ukuran bukaan alat peremuk. Data ini didapatkankan dengan cara pengamatan secara
c. Reduction Ratio langsung produk yang sudah di reduksi di stockpile
Reduction ratio merupakan faktor yang menentukan kemudian diukur secara manual menggunakan meteran
keberhasilan peremukan batuan, kemampuan alat untuk mengetahui ukuran dari produk tersebut apakah
peremuk dalam mereduksi ukuran materaial akan telah sesuai dengan ketentuan.
mempengaruhi besar kecilnya reduction ratio. 3) Data efisiensi kerja alat.
d. Arah resultan gaya Efisiensi kerja alat didapatkan dari pengelompokan
Resultan gaya yang bekerja dalam proses peremukan waktu kerja aktual alat diluar waktu repair dan standby
batuan harus memiliki arah akhir ke bawah. Hal ini alat dibagi dengan waktu kerja yang tersedia.
untuk mengoptimalkan peremukan serta tidak adanya b) Data Sekunder
loncatan material ke arah atas. Data Sekunder merupakan data hasil olahan atau yang
e. Energi peremukan diperoleh dari berbagai dokumen perusahaan untuk
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kebutuhan mendukung kebutuhan untuk penelitian, meliputi :
energi peremukan batuan tergantung pada ukuran 1) Spesifikasi roll crusher
produk, ukuran umpan, bentuk material, kapasitas mesin Data ini didapatkan dari arsip perusahaan tentang
serta variasi waktu berhenti alat peremuk. Kesemua spesifikasi alat-alat crusher.
faktor tersebut akan mempengaruhi hasil akhir produk. 2) Data waktu kerja roll crusher
Data ini didapatkan berdasarkan waktu kerja yang
3
9
Jurnal Pertambangan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019

ISSN 2549-1008
sudah ditetapkan PT. Semen Baturaja (persero),TBK.

4
0
Jurnal Pertambangan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019

ISSN 2549-1008
spesifikasi alat yang di buat produsen, sedangkan
3) Data waktu hambatan. produktivitas aktual merupakan kemampuan produksi
Data ini didapatkan melalui pengamatan langsung saat
alat beroperasi atau pada saat alat terjadi masalah, cara
mengukur lama waktu hambatannya dengan
menggunakan stopwatch atau jam dan menghitung
secara manual berapa lama waktu yang menghambat
produksi tersebut kemdian dilakukan pencatatan dan
pengelompokan waktu.

4. Pengolahan Data
Metode pengolahan data digunakan dalam evaluasi data.
Evaluasi dengan mencocokkan data yang ada dilapangan
dengan teori yang ada untuk menyelesaikan masalah
yang ditemukan setelah data yang diperlukan sudah
didapatkan maka selanjutnya dilakukan penghitungan
dan pengelompokan data sesuai dengan tahap
pengerjaannya.

Mechanical availability berguna dalam mendapatkan


kondisi real alat yang sedang digunakan dari alat yang
kita pakai.. Mechanical availibility dapat di hitung
dengan Pers. (1) [6].

MA =
(1)

Physical Availability merupakan variabel untuk


mengetahui ketersediaan keadaan/kondisi fisik dari
sebuah alat yang sedang di pergunakan. Physical
availability dapat di hitung dengan menggunakan pers
(2) [6].

PA = % (2)

Use of availability merupakan suatu catatan yang dapat


menunjukkan keefektifan peralatan yang berada pada
kondisi baik untuk dapat dipergunakan, sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman seberapa baik pengelolaan
dan pemakaian suatu alat. Use of availability dapat di
hitung dengan menggunakan pers. (3) [6].

UA = (3)

Efektivitas rangkaian alat peremuk adalah suatu


perbandingan antara kapasitas nyata suatu alat dengan
kapasitas teoritis yang di dapat dari suatu perhitungan.
Perhitungan efektivitas alat peremuk dapat di hitung
dengan menggunakan pers. (4) [7].

E= (4)
Produktivitas alat pemecah dapat di bedakan menjadi
dua, yaitu produktivitas desain dan produktivitas aktual
[8]. Produktivitas desain merupakan kemampuan
produksi yang optimal dapat dicapai oleh alat pemecah
dan nilai produktivitasnya dapat diketahui berdasarkan
4
1
Jurnal Pertambangan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019

ISSN 2549-1008
suatu alat pemecah yang sesungguhnya yang Gambar 1. Proses crushing clay
didasarkan pada sistem produksi yang di jalakan.
Produktivitas aktual alat dapat di tentukan dengan
menggunakan pers. (5) [9].

Produktivitas =
(5)

Efisiensi kerja dapat diketahui berdasarkan waktu


produksi harian yang telah dicapai pada Primary
Crusher dan kemudian membandingkannya dengan
waktu produski yang tersedia. Nilai efisiensi dapat
ditentukan dengan pers. (6) [10].

Efisiensi kerja=
(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi aktual bahan galian dilapangan


Tanah liat merupakan bahan baku pendukung dalam
pembuatan semen di PT. SB Dalam proses
penambangan tanah liat dilakukan dengan metode
penggalian dengan menggunakan alat excavator
sebagai alat galinya. Lokasi penambangan tanah liat
berada di desa Pusar, Kabupaten OKU, tanah liat
sebelum digunakan sebagai bahan campuran untuk
pembuatan semen terlebih dahulu dilakukan
pengolahan yang bertujuan untuk menyeragamkan
ukuran dari tanah liat tersebut, alat yang digunakan
untuk pengolahan tersebut adalah Roll Crusher ukuran
dari tanah liat yang menjadi standar dari perusahaan
sebesar ± 75 mm.

Dalam rangka memperlancar kegiatan dalam proses


penambangan dan pengangkutan di bantu oleh
kontraktor yaitu PT. United Tractor Semen Gresik.
Proses Crushing Tanah liat di PT.SB. Dilakukan
dengan menggunakan alat Roll Crusher. Proses
Crushing Tanah liat di unit claystone dilakukan
dengan tahapan berikut. Produksi aktual yang di dapat
pada bulan September 2017 hanya
42.470 ton dalam 1 bulan produksi ini tidak memenuhi
target produksi yang sudah di tentukan seharusnya
sebesar 45000 ton/perbulan. Hal ini dapat
menghambat kinerja dari perusahaan karena perushaan
seharinya paling tidak membutuhkan ±1500 ton/hari
tanah liat sebagai bahan baku campuran pembuatan
semen, mengingat dari data yang dimiliki perusahaan
bahwa alat tersebut memiliki kapasitas yang lebih
besar. Oleh sebab itu perlu di lakukan evaluasi yang
menjadi penghambat kinerja alat Roll Crusher
sehingga menyebabkan tidak tercapainya target
produksi. Gambar 1. Menunjukan proses aliran
pengolahan clay.

Feed
4
Roll Crusher Prod
2
Jurnal Pertambangan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019

ISSN 2549-1008
kendala pada belt conveyor kendala yang dihadapi adalah
2. Faktor penghambat kinerja Roll Crusher belt sering terjadi slip saat sedang membawa
Menurut hasil pengamatan yang sudah dilakukan, waktu
kerja alat yang telah di tetapkan pada alat Roll Crusher
yaitu selama 360 jam/bulan tidak sesuai dengan waktu
kerja aktual yang dilakukan pada bulan September yaitu
selama 268,8 jam/bulan. Penyebab terjadinya hal ini
dikarenakan terdapatnya hambatan-hambatan non-
mekanis sehingga alat mengalami penurunan waktu
kerja. Faktor hambatan non mekanis merupakan faktor
yang terjadi di karenakan permasalahan yang terdapat di
luar peralatan. Faktor hambatan non mekanis
menyebabkan terhambatnya produksi alat Roll Crusher
sehingga menimbulkan waktu tunggu pada alat untuk
bekerja, hal ini mengakibatkan produksi alat kurang
optimal. Faktor penghambat tersebut antara lain adalah
sebagai berikut :.
a) Persiapan alat
Pada persiapan awal saat akan memulai pengoperasian
alat, dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan pada alat
sebelum kegiatan produksi dilakukan sehingga alat yang
bekerja dapat bekerja dengan optimal. Dengan
dilakukannya hal ini dapat proses kerusakan alat pada
saat sedang beroperasi dapat di hindari. Akan tetapi
menurut perhitungan, waktu yang hilang akibat
dilakukannya persiapan dan faktor-faktor lain sebesar
705 menit yang menyebabkan kehilangan waktu kerja
yang cukup besar.
b) Waktu istirahat
Pada saat istirahat waktu yang digunakan dapat
mengganggu kinerja produksi alat. Terutama waktu
istirahat yang sering melebihi dari waktu yang
disediakan sehingga hal ini menyebabkan alat tidak
bekerja sesuai dengan waktu yang sudah di sediakan,
dan hal ini menyebabkan penurunan jumlah produksi
tanah liat yang di hasilkan oleh alat. Menurut
perhitungan, waktu yang hilang akibat istirahat yang
berlebihan sebesar 600 menit.
c) Trouble pada pabrik
Dalam suatu bidang industri diharuskan adanya suatu
keselarasan pada semua alat yang di gunakan untuk
mencapai suatu produksi. Apabila salah satu dari alat
yang bekerja mengalami hambatan maka alat yang
lainnya akan terganggu proses produksinya. Hambatan
yang ada pada pabrik ini terjadi pada saat produk dari
hasil crushing sudah siap untuk dilakukan pengolahan
selanjutnya, akan tetapi terkendala karena adanya
masalah pada alat pabrik yang sedang dilakukan
perbaikan. Hal ini juga dapat mengakibatkan
penumpukan pada stockpile hingga penuh sehingga
dengan begitu mengakibatkan Crusher berhenti
beroperasi. Menurut perhitungan waktu yang hilang
akibat masalah pada pabrik selama 720 menit.
d) Trouble belt conveyor
Belt conveyor merupakan alat angkut material yang
sudah dilakukan reduksi pada Roll Crusher untuk di
salurkan ke stockpile clay, dalam hal ini sering terjadi

4
3
Jurnal Pertambangan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019

ISSN 2549-1008
material hal ini disebabkan karena material yang efektivitas Roll Crusher dengan menggunakan
sering menumpuk pada belt tersebut dan terlalu berat persamaan (4).
dan bisa sampai membuat belt conveyor robek dan
harus di tambal. Hal ini menyebabkan kinerja E=
produksi mengalami penurunan karena waktu kerja
terbuang karena dilakukannya perbaikan waktu yang
hilang akibat ini 1.765 menit.
e) Stockpile penuh
Penumpukan pada stockpile hingga penuh
menyebabkan proses aktivitas produksi pada alat
tidak dapat dilakukan. Dalam penelitian ini pada saat
material hasil produksi tidak dapat di gunakan untuk
proses pengolahan selanjutnya hal ini mengakibatkan
isi dari stockpile penuh, sehingga kinerja alat
terhenti, dalam hal ini proses produksi pada alat
harus menunggu terlebih dahulu selama 720 menit.

3. Nilai kesediaan Roll Crusher


Perhitungan ini bertujuan untuk menghitung seberapa
besar tingkat ketersediaan peralatan yang digunakan
pada proses produksi, dan untuk mengetahui
kemampuan dari peningkatan kinerja alat untuk
mencapai target produksi yang diinginkan.
a) Mekanis (Mechanical Availability)
Kesediaan Mekanis merupakan waktu efektif crusher
yang digunakan untuk beroperasi. Nilai kesediaan
mekanis ini menunjukkan persentase kesediaan alat.
Pada saaat menjalankan pekerjaan dengan mengamati
kehilangan waktu kerja yang digunakan dalam
keadaan mekanis atau perbaikan. Kesediaan mekanis
itu sendiri meliputi waktu memperbaiki alat,
perawatan mesin, dan lainnya. Nilai kesediaan
mekanis dengan menggunakan persamaan (1) sebesar
95%.
b) Kesediaan Fisik (Physical Availability)
Nilai kesediaan fisik ini menunjukkan persentase
kesediaan alat untuk menjalankan alat dengan
mengamati kehilangan waktu yang disebabkan oleh
alasan mekanis dan non-mekanis alat. Nilai kesediaan
fisik menggunakan persamaan (2) unit Roll Crusher
sebesar 96%.
c) Kesediaan Penggunaan (Use Of Availability)
Kesediaan penggunaan dapat dihitung
dengan menghitung banyaknya waktu yang
digunakan crusher untuk menghancurkan material
dibagi waktu crusher yang berkurang akibat
hambatan non mekanis. Manfaat mengetahui
kesediaan penggunaan adalah
dapat mengetahui seberapa efektif alat dapat
digunakan dalam kondisi baik nilai di dapat sebesar
77%.

4. Efektivitas alat
Nilai efektivitas Roll Crusher yang didapat
berdasarkan kapasitas produktifitas rata-rata Roll
Crusher secara actual dalam 1 bulan sebesar 158
ton/jam, dengan spesifikasi Roll Crusher terpasang
sebesar 200 ton/jam maka didapatkan nilai
4
4
Jurnal Pertambangan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019

ISSN 2549-1008
5. Produktivitas Roll Crusher
Tabel 1. Kondisi Roll Crusher Sebelum dan Asumsi
Nilai produktivitas pada unit Roll Crusher merupakan
nilai produktivitas pada alat yang dihasilkan dalam Setelah dilakukan Perbaikan
waktu satu jam. Nilai produktivitas rata-rata bulan
September pada Roll Crusher sebesar 158 ton/jam. Maka
dapat diketahui total produksi dari Roll Crusher adalah : Kondisi Sebelum Sesudah
Roll Crusher = 158 ton/jam x 268,8 jam/bulan = 42.470 Waktu Prod 268,8 jam/bulan 298,21
ton/bulan.
efektif jam/bulan
6. Solusi meningkatkan produksi Roll Crusher Kesediaan 77% 85%
Target produksi yang belum tercapai disebabkan karena
besarnya waktu tunggu yang ada dan kurang baiknya Penggunaan
kualitas umpan yang masuk sehingga mempengaruhi Prod Clay 42.470 47.117
nilai efisiensi kerja. Alternatif solusi didapatkan
berdasarkan data hambatan-hambatan yang telah September ton/bulan ton/bulan
didapatkan pada penelitian ini. Solusi yang didapatkan
yaitu dengan mengurangi hambatan terbesar pada alat
yaitu dengan cara melakukan penggantian belt conveyor KESIMPULAN
yang sudah mulai getas dan sering mengakibatkan slip Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan pada
pada belt sehingga waktu kerja terhambat. Pada Gambar bab sebelumnya sebagai berikut :
2 menunjukan perbandingan nilai mechanical 1. Faktor penyebab tidak tercapainya target produksi
availability, physical availability, dan use of availability tanah liat pada alat Roll Crusher antara lain : Sering
sebelum dan setelah dilakukan solusi perbaikan. menumpuknya material, waktu persiapan yang
terlalu lama, penghentian sementara di karenakan
adanya blasting, stockpile penuh, dan hambatan
pada pabrik, belt conveyor yang sering mengalami
slip karena karet yang sudah getas.
2. Nilai kesediaan kerja alat sebesar 77 %, nilai kesediaan
alat Roll Crusher di PT.SB Yaitu MA sebesar 95%, PA
sebesar 96%, Rata-rata kesediaan alat sebesar 89%,
3. Solusi yang di dapatkan adalah dengan mengurangi
waktu stanby alat sebesar 29,41 jam pada bulan
September menyebabkan naiknya nilai efisiensi kerja
alat menjadi 83%, nilai kesediaan alat UA sebesar 85%
dan rata-rata kesediaan alat menjadi 92% dengan
produksi semula yang besarnya 42.470 ton/bulan
meningkat menjadi 47.117 ton/bulan yang membuat
target produksi Roll Crusher pada bulan september
tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk. (2017).


Gambar 2. Perbandingan nilai sebelum dan sesudah
dilakukan solusi Dokumen Arsip Bagian Eksplorasi dan
7. Perhitungan setelah dilakukan solusi Perencanaan Tambang PTSB. Baturaja, OKU,
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan terhadap Indonesia.
semua variabel penelitian meliputi efisiensi, ketersediaan
peralatan, efektivitas alat, dan waktu kerja efektif dapat [2]. Hamimu, L. (2012). Karakterisasi Sifat Fisika Batu
dibuat suatu perbandingan. Perbandingan tersebut Kapur di Desa Labaha Kecamatan Watopute
berupa kondisi Roll Crusher sebelum dan setelah usulan
perbaikan seperti dibawah ini, pada Tabel 1. Dapat Kabupaten Muna. Jurnal Aplikasi Fisika. Vol 8
dilihat waktu produksi efektif, kesediaan penggunaan, No.2.
dan produksi bulanan mengalami peningkatan setelah
dilakukan solusi. [3]. Wills, B.A dan T.J. Napier-Munn. (2006). Mineral
Processing Technology 7thEdition : An
4
5
Jurnal Pertambangan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019

ISSN 2549-1008
Introduction to the Practical Aspects of Ore
Treatment and Mineral Recovery.
Australia : Elsevier science & Tecnology
Books.

4
6
Jurnal Pertambangan
[4]. Saputra, M.A. (2017). Strategi Untuk
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019
Mengurangi Waktu Menunggu
Lowboy Di Divisi Mining ISSN 2549-1008
Operation PT. Kaltim Prima Coal,
Sangatta, Kalimantan Timur,
Skripsi, Fakultas Teknik,
Universitas Sriwijaya.

[5]. Taggart, A. F. (1953). Handbook Of


Mineral Dressing, London : John
Wiley & Sons.

[6]. Prodjosumarto, P. (1995). Pengolahan


Bahan Galian, Bandung : Jurusan
Teknik Pertambangan, Institut
Teknologi Bandung.

[7]. Peurifoy, R. L. (1988). Perencanaan


Peralatan dan Metode
Konstruksi. Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.

[8]. Lodhi, G. (2013). Operation And


Maintenance Of Crusher House
For Coal Handling In Thermal
Power Plant. International.
Journal Of Mechanical
Engineering And Robotics
Research, Volume 2 No. 4.

[9]. Sumihar, A. (2016). Analisis Produksi


Jaw Crusher Untuk Mencapai
Target Produksi Sebesar

280.000 Ton/Bulan Pada Unit


Primary Crushing Di PT.
Trimegah Perkasa Utama
Kabupaten Karimun Provinsi
Kepulauan Riau. Skripsi, Fakultas
Teknik, Universitas Sriwijaya.

[10]. Harahap, A.I, Iskandar, H, Arief, T.


(2014). Kajian Kominusi
Limestone Pada Area
Penambangan PT. Semen Padang
(Persero) Tbk. Bukit Karang Putih
Indarung Sumatera Barat, Jurnal
Jurnal Pertambangan
Ilmu Teknik Universitas Sriwijaya,
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining Jurnal Pertambangan Vol 3. No 3. Agustus 2019
Volume 2. No. 2.
ISSN 2549-1008

Anda mungkin juga menyukai