2
c. Menurunkan biaya peleburan tiap ton logam yang dihasilkan karena
dalam proses peleburan, tonase logam yang dihasilkan akan lebih banyak
(dalam waktu yang sama) bila dibandingkan dengan peleburan tanpa
diawali dengan pengolahan bahan galian.
2. Secara teknis
a. Proses pengolahan bahan galian akan mengahasilkan consentrat yang
mempunyai kadar mineral berharga relatif tinggi, sehingga memudahkan
proses pengambilan metalnya.
b. Apabila konsentrat mengandung lebih dari satu mineral berharga, ada
kemungkinan untuk mengambil logam lain sebagai hasil sampingan.
3
2. Secondary Crushing
Secondary crushing merupakan tahap penghancuran dari kelanjutan
primary crushing dimana umpan berukuran -6 inchi dan
mengahasilkan produkta berukuran -0,5 inchi. Alat yang digunakan
dalam secondary crushing, antara lain:
- Jaw crusher (kecil)
- Gyratory crusher (kecil)
- Cone crusher
- Roll crusher
3. Fine Crushing (Grinding Mill)
Fine crushing (milling) merupakan lanjutan dari proses primary
crushing dan secondary crushing dimana material dihancurkan
menggunakan shearing stress.
Reduction Ratio
Reduction ratio merupakan perbandingan antara ukuran umpan dengan
ukuran produk. Reduction ratio yang baik untuk primary crushing adalah
4 7, untuk secondary crushing adalah 14 20, dan untuk fine crushing
(mill) adalah 50 100.
Terdapat empat macam reduction ratio, yaitu:
1. Limiting reduction ratio
Limiting reduction ratio merupakan perbandingan antara tebal / lebar
umpan dengan tebal / lebar produk.
tF wF
LRR
tP wP
dimana:
tF = tebal umpan wF = lebar umpan
tP = tebal produk wP = lebar produk
2. Working reduction ratio
Working reduction ratio merupakan perbandingan antara tebal
partikel umpan (tF) yang terbesar dengan efektif set (Se) dari
crusher.
4
tF
WRR
Se
3. Apperent Reduction Ratio
Apperent Reduction Ratio merupakan perbandingan antara efektif
gape (G) dengan efektif set (So).
0,85 G
ARR
So
4. Reduction Ratio 80 (R80)
Reduction Ratio 80 (R80) merupakan perbandingan antara lubang
ayakan umpan dengan lubang ayakan produk pada kumulatif 80%.
b. Sizing
Sizing merupakan proses pengelompokan material, terbagi dalam dua
cara, antara lain:
1. Screening
Screening merupakan proses pengelompokan mineral yang
didasarkan atas ukuran lubang ayakan sehingga diperoleh ukuran
yang seragam.
Tujuan dilakukan screening adalah:
- Mempertinggi kapasitas unit operasi yang lain
- Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding
- Memenuhi permintaan pasar.
2. Classifying
Classifying merupakan proses pengelompokan material yang
didasarkan pada kecepatan jatuh material dalam suatu media (air
atau udara), dipengaruhi oleh densitas, volume, dan bentuk
material. Ukuran butir material yang dipisahkan secara classifying
berukuran <20 mesh sedangkan yang dipisahkan secara screening
berukuran >20 mesh.
Berdasarkan media pemisahnya, classifying dibagi menjadi:
- Sorting classifier menggunakan cairan kental.
5
- Sorting classifier menggunakan cairan encer.
- Sizing classifier menggunakan udara (pneumatic classifier)
2. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan proses pemisahan mineral berharga dengan mineral
tidak berharga sehingga didapatkan kadar yang lebih tinggi dan
menguntungkan.
Cara pemisahan yang mendasarkan pada sifat fisik mineral, antara lain:
1. Hand Picking
Hand picking merupakan proses pemisahan mineral dengan
menggunakan tangan biasa yang didasarkan pada warna, kilap, dan
bentuk kristal.
2. Gravity Concentration
Gravity concentration merupakan proses konsentrasi yang mendasarkan
pada gaya grafitasi. Proses ini terbagi menjadi beberapa macam, antara
lain:
2. Sluice box
Sluice box merupakan pemisahan antara mineral berharga
dengan mineral tidak berharga dengan mendasarkan atas gaya
beratnya. Alat ini berbentuk box atau kotak yang bagian
dalamnya dilengkapi dengan riffle, yang gunanya untuk
menahan material yang mempunyai berat jenis relatif besar
6
dibandingkan dengan material lain sehingga mampu
mengimbangi gaya dorong dari aliran air.
3. Humprey spiral
Humprey spiral merupakan alat pemisah yang terdiri dari suatu
spiral. Gaya-gaya yang mempengaruhi dalam pemisahan
dengan humprey spiral adalah gaya sentrifugal, gaya dorong
air, gaya grafitasi, dan gaya gesek.
Proses pemisahan ini dapat terjadi karena pertikel yang berat
akan mendekati pusat spiral atau berada di bagian bawah,
sedangkan partikel yang ringan dan halus akan naik.
7
Di dalam HMS umpan harus diayak terlebih dulu untuk
menghilangkan bijih yang berukuran kecil dan juga
menggunakan pencucian. Butir halus diayak dan slime dicuci
karena partikel yang halus akan menambah kekentalan dari
medium. Selain itu suspensi yang digunakan harus dapat
disirkulasikan kembali.
3. Magnetic Separation
Magnetic separation merupakan suatu cara pemisahan mineral atau bijih
yang mendasarkan pada sifat kemagnetannya. Hal ini dapat dilakukan
karena bijih yang terdapat di alam mempunyai sifat kemagnetaan yang
berbeda-beda antara bijih satu dengan yang lain. Ada yang sifat
kemagnetannya tinggi (ferromagnetic), lemah (paramagnetic), dan non-
magnetik (diamagnetic).
Mekanisme pemisahan mineral dengan magnetic separation, yaitu:
a. Secara Horizontal
Pada system ini letak kutub magnet dibuat mendatar, sedangkan
umpan dijatuhkan melalui garis-garis gaya medan magnet yang
posisinya horizontal. Mineral magnetic akan tertarik ke arah kutub
positif sedangkan mineral non-magnetik akan jatuh lurus ke bawah.
b. Secara Vertikal
Pada system ini letak kutub magnet dibuat vertical, dimana kutub
positif berada di atas sedangkan yang negative berada di bawah.
Diantara dua kutub diletakan dua belt conveyor yang bersilangan.
Umpan diletakan pada belt bagian bawah, ketika melalui medan
magnet akan terjadi pemisahan, dimana mineral magnetic akan
menuju ke belt conveyor atas dan mineral non magnetic tetap pada
belt conveyor bagian bawah.
c. Drum Magnetik
Pemisahan cara ini dilakukan untuk mineral dengan kemagnetan
tinggi. Prosesnya dilakukan dengan dua alat Bantu yaitu dengan belt
8
conveyor yang pulley-nya diberi magnet dan drum putar yang
didalamnya dipasang magnet.
d. Roll Induksi
Suatu roll yang berputar terletak diantara kutub positif dan kutub
negative dari primary electromagnet, sehingga roll tersebut
dipengaruhi oleh medan magnet. Apabila dimasukan material
diantara roll dengan kutub positif maka mineral magnetic akan dapat
dipisahkan dari mineral non-magnetik.
4. High-Tension Separator
High-Tension Separator atau electrostatic separation merupakan
pemisahan mineral satu dengan yang lain berdasarkan perbedaan
konduktifitas elektrik-nya. Mineral di alam ada yang mempunyai
konduktifitas elektrik tinggi (mineral konduktor) dan ada yang renfah
(non konduktor). Mekanisme pemisahan dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
a. Lifting effect
Pemisahan dengan system ini menggunakan alat simples
electrostatic separator untuk memisahkan minera-mineral
konduktor. Alat induksi berupa roll listrik yang memiliki muatan
negative. Saat mineral konduktor dimasukan ke alat separator, akan
bermuatan negatif sehingga akan saling tolak menolak. Mineral yang
memiliki konduktifitas tinggi akan terlempar jauh. Sedangkan
mineral konduktifitas rendah akan jatuh ke bin.
b. Pinning effect
Alat ini digunakan berupa roll putar yang dihubungkan dengan bumi
sehingga bermuatan negatif, untuk memisahkan mineral konduktor
dan non-konduktor. Alat ini dilengkapi dengan kawat halus yang
memberikan umpan negative kepada mineral-mineral yang
dimasukan ke dalam alat separator.
5. Flotasi
9
Flotasi merupakan suatu cara konsentrasi kimia fisika untuk memisahkan
mineral berharga dari mineral tidak berharga dengan mendasarkan pada
sifat permukaan mineral, yaitu senang tidaknya terhadap udara.
Flotability merupakan sifat mineral yang berhubungan dengan kekuatan
mengapung mineral yang tergantung pada senang tidaknya terhadap
udara.
Berdasarkan sifat flotability terdapat dua macam mineral, antara lain:
- Polar, senang pada air (hydrofillic / aerophobic)
- Non-polar, senang pada udara (hydrophobic / aerofillic)
Langkah-langkah dalam flotasi, yaitu:
1. Liberasi
Agar material terliberasi maka perlu dilakukan crushing atau
grinding yang diteruskan dengan pengayakan atau classifying.
Proses ini dimaksudkan untuk menghasilkan material yang seragam
sehingga proses selanjutnya akan lebih baik.
2. Conditioning
Proses ini dilakukan dengan membuat pulp yang kemudian langsung
dilakukan flotasi. Pada tahap ini reagent yang diberikan adalah
modifier, collector (berupa zat organic dalam bentuk asam, basa atau
garam) dan terakhir frother.
3. Flotasi
Proses ini dilakukan dengan memasukan gelembung udara ke dalam
pulp.
3. Dewatering
Dewatering merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan.
Proses ini tidak dapat dilakukan sekaligus tapi harus secara bertahap, yaitu
dengan cara thickening, filtering, dan drying.
1. Thickening
Thickening merupakan proses pemisahan padatan dengan cairan yang
mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel dalam suatu pulp
sehingga % solid yang diperoleh sebesar 50%.
10
Tahap-tahap dalam proses thickening:
a. Flocculating
Partikel-partikel yang halus sering kali sukar dalam mengendap
karena ukurannya sangat kecil. Untuk mempercepat pengendapan
maka dilakukan proses penggumpalan sehingga partikel-partikel
yang partikel akan membentuk gumpalan (floc) yang akan
mengendap relatif lebih cepat.
b. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan tahap pengendapan dari gumpalan-
gumpalan yang terbentuk.
c. Compaction
Compaction merupakan tahap pemadatan dari gumpalan-gumpalan
yang telah mengendap pada dasar thickener. Endapan yang terbentuk
secara perlahan didorong kemudian dikeluarkan.
d. Elimination
Elimination merupakan tahap pengeluaran hasil pemisahan cairan
yang telah jernih karena telah bebas dari solid dan dikeluarkan
sebagai overflow melalui bagian atas sedangkan underflow
dikeluarkan lewat bawah.
2. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses pemisahan antara padatan dan cairan dengan
jalan menyaring (filter) sehingga mendapatkan %solid sebesar 80%.
Secara garis besar pemisahan pada filtrasi yaitu bila material ditampung
dalam suatu filter maka material tersebut akan tetap berada di atas filter
(tertahan filter) sedangkan air (cairan) akan lolos meninggalkan filter.
Lolosnya air disebabkan karena adanya gaya dorong yang berupa gaya
grafitasi, gaya tekan, dan gaya sentrifugal.
Berdasarkan gaya dorongnya, filter terbagi menjadi:
- Gravity filter
- Suction filter
11
- Batch vacuum filter
- Centrifugal filter
- Pressure filter
3. Drying
Drying merupakan proses penghilangan air dari padatan dengan cara
pemanasan sehingga padatan tersebut benar-benar bebas dari cairan (%
solid = 100%).
Metode drying antara lain:
a. Flash drying
Flash drying merupakan drying menggunakan nyala api. Hal ini
dapat dilakukan dengan memasukan material pada menara yang
bagian dalamnya ada aliran gas yang panas.
b. Rotary drying
Rotary dring dilakukan dengan memutar material terus-menerus
pada silinder yang ada aliran gas panasnya.
c. Rubble-hearth drying
Rubble-hearth drying dilakukan dengan memutar secara mekanik di
atas material pada horizontal hearth yang ada aliran gas panasnya.
12
Metallurgical Balance
Metallurgical Balance merupakan suatu neraca kesetimbangan material bijih
dimana berat bijih umpan yang masuk dengan kadarnya akan sama dengan berat
produkta dan kadarnya.
Ff = Cc + Tt
keterangan
f = kadar umpan (%)
c = kadar konsentrat (%)
t = kadar tailing (%)
Nisbah Konsentrasi
Nisbah konsentrasi merupakan perbandingan berat feed dengan berat konsentrat.
F
K
C
c t
K
f t
berasal dari: Ff = Cc + Tt
Ft = Ct + Tt
F (f t) = C (c t)
F (c t )
C ( f t)
13
c .C c .1 c ( f t )
R
f . F f . K f (c t )
14
TAMBANG TERBUKA
15
dibanding dengan banyak cadangan), grade control (pengendalian kadar),
keluwesan operasi, keselamatan, dan lingkungan kerja. Namun, dalam situasi
dimana deposit terlalu kecil, berbentuk tak teratur, atau terletak terlalu dalam di
bawah tanah, metode tambang bawah tanah akan lebih menguntungkan.
Suatu tambang terbuka pada satu titik mungkin saja perlu diubah menjadi
tambang bawah tanah ketika batuan penutup (waste rock) yang perlu dikupas
menjadi terlalu besar. Ini biasanya terjadi jika cadangan bijih berlanjut hingga
sangat dalam. Faktor teknologi, kondisi pasar, dan kebijakan pemerintah akhirnya
juga akan turut jadi pertimbangan dalam pemilihan metode tambang yang pas.
KEUNTUNGAN TAMBANG TERBUKA
Ada kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan pemilihan
apakah suatu cadangan (lapisan batubara) akan ditambang dengan metoda tambang
terbuka atau tambang dalam yaitu dengan membandingkan besarnya nilai tanah
penutup (waste) yang harus digali dengan volume atau tonase batubara yang dapat
ditambang. Perbandingan ini dikenal dengan istilah stripping ratio. Apabila nilai
perbandingan ini (stripping ratio) masih dalam batas-batas keuntungan, maka
metoda tambang terbuka dianggap masih ekonomis. Sebaliknya apabila nilainya
di luar batas keuntungan, maka metoda penambangan tambang dalam yang dipilih.
Beberapa keuntungan yang diperoleh bila menggunakan tambang terbuka
diantaranya yaitu:
1. Produksi tinggi
2. Konsentrasi operasi (kegiatan) tinggi
3. Ongkos operasi per ton bijih yang ditambang rendah
4. Kegiatan eksplorasi dan keadaan geologi lebih mudah
5. Leluasa dalam pemilihan alat gali/muat
6. Recovery tinggi
7. Perencanaan lebih sederhana
8. Kondisi kerja lebih baik /karena berhubungan dengan udara luar
9. Relatip lebih aman
10. Pemakaian bahan peledak leluasa dan effisien
16
Untuk dapat menentukan metoda penambangan apa yang cocok untuk
diterapkan maka perlu untuk membandingkan efisiensi ekonomi dari open mining
dan underground mining , terkecuali keuntungan dari salah satu metode sudah
terlihat jelas. Karakteristik dasar yang digunakan dalam evaluasi ekonomi dari
tambang terbuka adalah stripping ratio , yaitu besarnya volume dari over burden
yang digali per unit ore yang diperoleh.
Perbandingan antara waste dan ore oleh karenanya merupakan faktor
kontrol dalam membandingkan ongkos penambangan ore berdasar open pit dengan
metode underground.
METODE TAMBANG TERBUKA
Metode tambang terbuka merupakan kegiatan penambangan yang
diterapkan terhadap endapan bahan galian yang terletak di dekat permukaan bumi.
Dengan demikian kegiatan penambangan langsung berhubungan dengan udara
bebas, akibatnya :
1. Kondisi kerja dan keselamatan kerja lebih baik.
2. Segala macam peralatan dari yang kecil sampai yang besar dapat dipakai,
sehingga produksinya bisa besar.
3. Segala jenis bahan peledak dapat dimanfaatkan dan dapat diperoleh nisbah
peledakan (blasting ratio) yang tinggi.
Tetapi segi negatifnya adalah:
1. Merusak lingkungan hidup.
2. Susah mencari tempat untuk menimbun material penutup (overburden) yang
tidak mengganggu kegiatan penambangan dan memperparah kerusakan
lingkungan, karena volume material yang akan ditimbun sangat banyak.
TAHAPAN KEGIATAN TAMBANG TERBUKA
Secara garis besar tahapan kegiatan penambangan pada tambang terbuka
adalah sebagai berikut:
a. Pembabatan dan pembersihan lahan (land clearing).
Yang dimaksud dengan pembabatan adalah pembersihan daerah yang akan
ditambang dari semak-semak, pepohonan dan tanah maupun bongkah-bongkah
batu yang menghalangi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Tanah pucuk yang subur
17
(humus) harus ditimbun di tempat tertentu, lalu ditanami rerumputan dan semak-
semak agar tidak mudah tererosi, sehingga kelak dapat dipakai untuk reklamasi
bekas-bekas tambang.
Pembabatan ini bisa dilakukan dengan:
1. Tenaga manusia yang menggunakan alat-alat sederhana seperti kapak, gergaji,
arit, cangkul dan lain-lain.
2. Menggunakan alat-alat mekanis yaitu buldoser dengan rooter / ripper, rake
blade, rantai dan lain-lain.
b. Pengupasan tanah penutup (stripping).
Pengupasan tanah penutup dimaksudkan untuk membuang tanah penutup
(overburden) agar endapan bahan galiannya terkupas dan mudah untuk ditambang.
Ada beberapa macam cara pengupasan tanah penutup yang banyak diterapkan,
yaitu:
1. Back filling digging method.
Pada cara ini tanah penutup dibuang ke tempat yang endapan bijih atau
batubaranya sudah digali. Peralatan yang banyak digunakan adalah power shovel
atau dragline. Bila digunakan hanya satu buah peralatan mekanis, power shovel atau
dragline saja, disebut single stripping shovel/dragline dan bila menggunakan lebih
dari satu buah power shovel/dragline disebut tandem stripping shovel/dragline.
Cara back filling digging method cocok untuk tanah penutup yang:
- Tidak diselingi oleh berlapis-lapis endapan batubara atau endapan bijih (satu
lapis).
- Material atau batuannya lunak.
- Letaknya mendatar (horizontal).
2. Benching system. Pada pengupasan tanah dengan sistem jenjang (benching
system) ini pada waktu mengupas tanah penutup sekaligus sambil membuat
jenjang. Sistem ini cocok untuk :
- Tanah penutup yang tebal.
- Bahan galian atau lapisan batubara yang juga tebal.
18
c. Penambangan atau penggalian bahan galian (mining).
Adalah kegiatan pengambilan endapan bahan galian termasuk batubara dari
dalam kulit bumi dan dibawa ke permukaan bumi untuk dimanfaatkan atau untuk
diproses selanjutnya.
METODE PENAMBANGAN
a. Tambang Terbuka Untuk Endapan Bijih & Mineral Industri
Metode penambangan yang termasuk tambang terbuka ada 4 (empat) macam, yaitu:
1. Open Pit / Open Cut / Open Cast / Open Mine Adalah cara-cara penambangan
terbuka yang dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti
endapan bijih nikel, endapan bijih besi, endapan bijih tembaga, dan sebagainya.
Bentuk tambang berdasarkan letak endpan bijih itu sendiri ada 2 (dua) macam,
yaitu:
- Open pit, merupakan bentuk penambangan untuk endapan bijih yang terletak
pada suatu daerah yang datar atau lembah. Dengan demikian medan kerja digali ke
arah bawah sehingga akan membentuk semacam cekungan atau pit.
- Open cast / open mine / open cut, merupakan bentuk penambangan untuk
endapan bijiih yang terletak pada lereng bukit. Dengan demikian medan kerja digali
dari arah bawah ke atas atau sebaliknya (side hill type). Bentuk tambang dapat pula
melingkari bukit atau undakan, hal tersebut tergantung dari letak endapan
penambangan yang diinginkan.
Cara pengangkutan pada open pit / open cut/open cast / open mine
tergantung dari kedalaman endapan dan topografinya. Pada dasarnya cara
pengangkutannya ada 2 (dua) macam, yaitu :
- Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan
diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip dump type rail cars, dan
sebagainya, langsung dari tempat penggalian ke tempat dumping dengan
menelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.
- Cara inkonvensional atau cara tak langsung adalah cara pengangkutan hasil
galian / peledakan ke tempat dumping dengan menggunakan cara kombinasi alat-
alat angkut. Misalnya dari permuka/medan kerja (front) ke tempat crusher
digunakan truk, dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point; dari sini diangkut
19
ke ore bin dengan memakai belt conveyor, dan akhirnya diangkut ke luar tambang
dengan cage
2. Quarry
Adalah cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk menggali
endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri, seperti batu marmer,
batu granit, batu andesit, batu gamping, dll. Bentuk tambang berdasarkan letak
endapan bahan galian industri itu senderi ada 2 (dua) macam, yaitu:
(a) Side hill type, merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau bahan galian
indutri yang terletak dilereng-lereng bukit. Medan kerja dibuat mengikuti arah
lereng-lereng bukit itu dengan 2 (dua) kemungkinan, yaitu:
- Bila seluruh lereng bukit itu akan digali dari atas ke bawah, maka medan
kerja dapat dibuat melingkar bukit dengan jalan masuk (access road) berbentuk
spiral.
- Jika hanya sebagian lereng bukit saja yang akan di tambang atau bentuk
bukit itu memanjang, maka medan kerja dibuat memanjang pula dengan jalan
masuk dari salah satu sisisnya atau dari depan yang disebut straight ramp.
Keuntungan side hill type ini ialah:
- Dapat diusahakan adanya cara penirisan alamiah dengan membuat medan
kerja sedikit miring ke arah luar dan di tepi jalan masuk dibuatkan saluran air.
- Alat-angkut bermuatan bergerak ke arah bawah yang berarti mendapat
bantuan gaya gravitasi. Dengan demikian waktu pengangkutannya (cycle time)
menjadi lebih singkat.
Kerugiannya adalah:
- Meterial penutup harus dikupas dan dibuang sekaligus sebelum penambangan
dilakukan, berarti diperlukan modal yang besar untuk mengongkosi pengupasan
material penutup.
- Karena jalan masuknya miring, kalau pengemudi-pengemudi alat-alat angkut
kurang hati-hati karena ingin dapat premi produksi, maka hal ini akan dapat
menyebabkan kecelakaan, terutama pada jalan masuk yang berbentuk spiral.
20
(b) Pit type / subsurface type, merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau
bahan galian industri yang terletak pada suatu daerah yang mendatar. Dengan
demikian medan kerja harus digali ke arah bawah sehingga akan membentuk kerja
atau cekungan (pit). Bentuk medan kerja atau cekungan tersebut ada 2 (dua)
kemungkinan, yaitu:
- Kalau bentuk endapan kurang lebih bulat atau lonjong (oval), maka medan
kerja dan jalan masuk dibuat berbentuk spiral.
- Bila bentuk endapan kurang lebih empat persegi panjang atau bujur sangkar,
maka medan kerjapun di buat seperti bentuk-bentuk tersebut di atas dengan jalan
masuk dari sisi yang disebut straight ramp atau berbentuk switch back.
Bentuk-bentuk kuari (quarry) yang diuraikan diatas adalah bentuk-bentuk dasar dari
kuari yang tentu saja masih banyak lagi variasi-variasinya yang pada umumnya
diusahakan agar menyesuaikan bentuk-bentuk dasar tersebut dengan keadaan dan
bentuk endapan serta topografi daerahnya.
3. Strip Mine
Strip Mine adalah cara-cara penambangan terbuka yang dialakukan untuk
endapan-endapan yang letaknya mendatar atau sedikit miring. Yang harus
diperhitungkan dalam penambangan cara ini adalah nisbah penguapan (stripping
ratio) dari endapan yang akan ditambang, yaitu perbandingan banyaknya volume
tanah penutup (m3 atau BCM) yang harus dikupas untuk mendapatkan 1 ton
endapan. Cara ini sering diterapkan pada penambangan batubara, atau endapan
garam-garam.
4. Alluvial Mine,
Tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan
alluvial, misalnya tambang bijih timah, pasir besi, emas dll. Berdasarkan cara
penggaliannya, maka alluvial mine dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
a. Tambang semprot (hydraulicking).
Pada tambang semprot penggalian endapan alluvial dilakukan dengan
menggunakan semprotan air yang bertekanan tinggi yang berasal dari
penyemprotan yang disebut monitor atau water jet atau giant.
21
Tekanan aliran air yang dihasilkan oleh monitor dapat diatur sesuai dengan
keadaan material yang akan digali atau disemprot yang biasanya bisa mencapai
tekanan sampai 10 atm.
Untuk memperbesar produksi biasanya:
- Digunakan lebih dari satu monitor, baik bekerja sendiri-sendiri atau bersama
di satu permuka kerja;
- Monitor dibantu dengan alat mekanis seperti back hoe atau buldoser.
b. Penambangan dengan kapal keruk (dredging/MGM).
Penambangan dengan kapal keruk (MGM = Mesin Gali Mangkok) ini
digunakan bila endapan yang akan digali terletak di bawah permukaan air, misalnya
di lepas pantai, sungai danau atau dia suatu lembah dimana tersedia banyak air.
Berdasarkan macam alat-galinya, maka kapal keruk yang digunakan untuk
penambangan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
- Multi bucket dredge (lihat Gambar 13), yaitu kapal keruk yang alat-galinya
berupa rangkaian mangkok (bucket).
- Cutter suction dredge, yaitu kapal keruk dengan alat-gali berupa pisau
pemotong yang menyerupai bentuk mahkota.
- Bucket wheel dredge, yaitu kapal keruk yang dilengkapi dengan timba yang
berputar (bucket wheel) sebagai alat-gali.
Sistem penggalian dengan kapal keruk dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu:
- Sistem tangga (benches), yaitu cara pengerukan dengan membuat atau
membentuk tangga atau jenjang (benches).
- Sistem tekan, yaitu cara pengerukan dengan menekan tangga (ladder) sampai
pada kedalaman yang dikehendaki, kemudian maju secara bertahap tanpa
membentuk tangga.
- Sistem kombinasi, yaitu merupakan gabungan dari cara atau sistem tangga
dengan sistem tekan. Biasanya sistem tangga dipakai untuk menggalikan tanah
penutup, sedangkan sistem tekan untuk menggali endapan bijihnya (kaksa).
22
c. Manual mining method.
Manual method atau penambangan secara sederhana adalah penambangan
yang menggunakan tanaga manusia atau hampir tidak menggunakan tenaga masin
atau alat mekanis.
Cara ini biasanya dilakukan oleh rakyat setempat atau kontraktor kecil
untuk menambang endapan yang:
- Ukuran atau jumlah cadangannya tidak besar.
- Letaknya tersebar dan terpencil.
- Tetapi endapannya cukup kaya.
23
TAMBANG BAWAH TANAH
24
Dengan semua pekerjaan yang dilakukan di bawah tanah dengan panjang
terowongan yang mencapai ribuan meter, maka diperlukan usaha khusus untuk
mengalirkan udara ke semua sudut terowongan. Pekerjaan ini menjadi tugas tim
ventilasi tambang.
Selain mensuplai jumlah oksigen yang cukup, ventilasi juga mesti
memastikan agar semua udara kotor hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas
beracun yang ditimbulkan oleh peledakan bisa segera dibuang keluar. Untuk
memaksa agar udara mengalir ke terowongan, digunakanlah fan (kipas) raksasa
dengan berbagai ukuran dan teknik pemasangan.
Untuk menjaga kestabilan terowongan diperlukan pula penyangga-
penyangga terowongan. Berbagai metode penyanggaan (ground support) telah
dikembangkan. Penyanggaan yang optimal akan mendukung kelangsungan kinerja
dan juga keselamatan semua pekerja.
25
5. Faktor lingkungan (limbah pencucian, tailing, amblesan, sedimentasi,
dll).
26
d. Problem ventilasi, bahan peledak harus yang permissible explossive, debu,
gas-gas beracun.
e. Masalah safety dan kecelakaan kerja menjadi kendala
f. Mining recovery umumnya lebih kecil
g. Losses dan dilusi umumnya lebih susah dikontrol
27
Berdasarkan pembagian metode penambangan di atas, dapat kita ketahui
bahwa penambangan metode penambangan batubara dipisahkan dari metode-
metode yang lain. Hal ini dikarenakan :
Batubara berupa lapisan sedimen.
Penyusunnya berupa Karbon, dan banyak mengandung Methane
(gas beracun).
Selanjutnya, metode tambang bawah tanah tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
28
Metode Gophering Coyoting mempunyai ciri-ciri:
Arah penambangan hanya mengikuti arah endapan bijih.
Cara pengerjaannya tidak sistematis.
Alat dan cara penambangnya sangat sederhana.
Tanpa perencanaan rinci, karena dalam penambangnya hanya
mengikuti arah endapan.
b. Glory Hole Methode
29
Metode ini cocok untuk endapan yang sempit atau relatif sedikit.
Lebar endapan antara 1 5 m, tetapi dengan arah memanjang ke
bawah berbentuk bulat atau elips.
Endapan bijih dan batuan induk kuat.
c. Shrinkage Stoping
30
Sublevel Stoping adalah penambangan bawah tanah dengan cara
membuat level-level, kemudian dibagi menjadi sublevel-sublevel.
Sedangkan syarat-syaratnya sebagai berikut:
Ketebalan cebakan antara 1 20 m.
Kemiringan lereng sebaiknya lebih dari 30o.
Baik endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan keras.
Batas endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan tidak ada retak-
retak ketika dilakukan penambangan. Hal ini diperlukan agar tidak
terjadi dilusi atau pencampuran dua material. Dalam hal ini
pencampuran endapan bijih dengan batuan induk.
Penyebaran kadar bijih sebaiknya homogen.
2. Supported Stope Methode
Supported Stope Methode adalah metode penambangan bawah tanah yang
menggunakan penyangga dalam proses penambangannya. Secara umum ciri-
ciri Supported Stope Methode antara lain:
Cocok untuk endapan bijih serta batuan induk yang lunak.
Cara penambangannya secara sistematis.
Supported Stope Methode dibedakan menjadi:
a. Shrink and Fill Stoping
31
Merupakan metode penambangan dengan cara membuat level-level,
dimana level-level tersebut merupakan endapan bijih yang ditambang. Di
dalam level-level tersebut dibuat Stope-stope atau ruangan-ruangan.
Setelah selesai menambang dalam satu level, maka level tersebut diisi
kembali dengan material lalu dilanjutkan dengan membuat level baru.
Arah tambang pada metode ini relatif horizontal.
b. Cut and Fill Stoping
32
Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45o.
Dan untuk endapan yang bukan vein kurang dari 45o
Endapan bijih keras, tapi batuan induknya lunak.
Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya.
c. Square Set Stoping
33
Sistem penambangan ini merupakan sistem penambangan yang
memasang penyangga dari footwall ke hanging wall. Stull sendiri berarti
kayu, sehingga pada sistem penambangan ini penyangganya menggunakan
kayu.
Ciri-ciri sistem penambangan ini antara lain:
Bijih cukup kuat, sehingga tidak perlu langsung disangga, tapi batuan
induk mudah pecah menjadi bongkahan-bongkahan.
Kemiringan endapan bijih tidak terlalu berpengaruh.
Ketebalan endapan bijih antara 1 5 m.
Bijih harus bernilai tinggi.
Recovery harus tinggi dan looses factor harus rendah, mengingat
biaya yang dibutuhkan untuk penyangga sangat mahal.
3. Caving method
34
a. Top slicing
Top Slicing adalah suatu penambangan untuk endapan-endapan
bijih dan lapisan penutup (overburden) yang lemah atau mudah runtuh.
Penambangan dilakukan selapis demi selapis dari atas ke bawah
pada lombong yang disanggah. Kalau lombong sudah selesai digali, maka
penyanggah diatasnya dibiarkan runtuh sedikit demi sedikit atau secara
bertahap. Metode ini akan memungkinkan perolehan tambang yang tinggi
walaupun sering terjadi dillution
Upaya untuk meningkatkan efisiensi sistem penambangan ini adalah
:
Untuk memperbesar produksi, daerah penggalian diperbesar di
beberapa permukaan kerja (front).
Mengurangi jumlah raise berarti jarak antara raise dapat
diperbesar.
Mengurangi pekerjaan, persiapan harus diimbangi dengan
pengangkutan yang lebih efisien
Untuk menghindari bahaya dan mengurangi keselamatan kerja,
proses ambrukan sebaiknya dibuat secara pelan-pelan agar tidak runtuh
dalam skala besar.
Keuntungan Top Slicing :
Jika batuan samping tidak terlalu lemah, maka pengotoran
jarang terjadi.
Dapat mengadakan pengambilan conto batuan (sampling)
didalam lombong secara teratur untuk mengetahui batas
endapan yang pasti.
Dapat menghasilkan produksi yang besar.
Jika endapan bijih teratur dan jelas batas-batasnya, maka
perolehan tambangnya sangat tinggi (90-95).
Kerugian Top Slicing :
Pada saat hujan, air masuk melalui retakan-retakan.
35
Dapat menyebabkan amblesan yang merusak topografi dan tata
lingkungan
Ventilasi lombong menjadi sukar, sehingga perlu peralatan
khusus.
Membutuhkan persiapan kerja yang lama dan banyak
Banyak menggunakan penyangga kayu sehingga dapat
menyebabkan kebakaran dan menimbulkan gas-gas beracun
dari proses pembusukan kayu penyangga.
b. Sub Level Caving
Sub Level Caving merupakan suatu cara penambangan yang mirip
top slicing tetapi penambangan dari sub level, artinya penambangan dari
atas ke bawah dan setiap penambangan pada suatu level dilakukan lateral
atau meliputi seluruh ketebalan bijih. Endapan bijih antara dua sub level
ditambang dengan cara diruntuhkan atau diambrukkan. Suata tumpukan
bekas penyangga (timber mat) akan dibentuk di bagian atas dari ambrukan,
sehingga akan memisahkan endapan bijih yang pecah dari lapisan penutup
di atasnya.
Metode ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang memiliki sifat
sebagai berikut :
Bentuk endapan tidak homogen.
Kekuatan batuan samping lemah dan dapat pecah menjadi
bongkahan-bongkahan dan akan menjadi penyangga batuan
terhadap timber dibawahnya.
Kekuatan bijih lemah tetapi batuan dapat bertahan untuk tidak
runtuh selama beberapa waktu bengan penyanggahan biasa
walaupun tetap akan runtuh bila penyanggahan ini diambil.
Sub Level Caving merupakan salah satu metode penambangan
untuk tambang bawah tanah yang berproduksi besar, tetapi cukup
berbahaya. Umumnya kecelakaan yang terjadi adalah tertimpa penyangga.
Keuntungan Sub Level Caving :
Cara penambangannya agak murah
36
Tidak ada pillar yang ditinggalkan
Kemungkinan terjadinya kebakaran kecil, karena penggunaan
penyangga kayu sedikit, kecuali pada endapan-endapan sulfida.
Ventilasi agak lebih baik dibandingkan dengan top slicing.
Bias mengadakan pencampuran dengan memilih penambangan
dari berbagai lombong yang berbeda kadarnya.
Pekerjaan persiapan sebagian besar dilakukan pada badan bijih,
sehingga sekaligus dapat berproduksi.
Kerugian Sub Level Caving :
Sukar untuk mengadakan tambang pilih (selektif mining),
karena tak dapat ditambang bagian demi bagian
Perolehan tambang tidak terlalu tinggi
Dillution sering terjadi sampai 10%. Bila dillution harus rendah
maka mining recoverynya juga menurun.
Merupakan cara penambangan yang kurang luwes karena terlalu
banyak syarat yang harus dipenuhi dan tidak mudah diubah ke
metode lain.
H. Penyanggaan Dalam Tambang
Penyangga dalam tambang bawah tanah dibedakan menjadi dua, antara lain:
1. Penyangga Alamiah
Penyangga alamiah adalah penyangga yang menggunakan material yang
berada atau dihasilkan dari proses penambangan itu sendiri. Penyangga
alamiah dibagi menjadi:
Endapan bijih yang ditinggalkan atau tidak ditambang.
Endapan bijih kadar rendah. Setelah dinilai tidak ekonomis, endapan bijih
ini ditinggalkan sebagai penyangga.
Waste ( batuan samping ), atau mineral lain yang tidak ditambang.
2. Penyangga Buatan (Artificial Support)
Artificial support adalah penyangga buatan yang dimasukan ke dalam
tamang bawah tanah, agar tidak runtuh. Bahan penyangga buatan ini disebut
37
juga Material Filling, dapat berupa tailing, pasir, tanah, semen, baja, kayu,
maupun baut batuan.
Cara pemasangan penyangga dibedakan menjadi:
Raise set merupakan cara pemasangan penyangga dari bawah ke atas.
Lead set merupakan cara pemasangan penyangga maju, searah dengan
penambangan endapan bijih.
Corner set merupakan cara pemasangna penyangga ke arah samping atau
juga menyudut.
38
Losses adalah kehilangan bijih pada penambangan bawah tanah karena
keterbatasan atau kendala inheren pada metode yang diterapkan
Permissible explossive adalah bahan peledak yang menghasilkan gas-gas
tidak beracun, dan dikhususkan pemakaiannya pada tambang bawah tanah.
Smoke adalah gas-gas yang tidak beracun sebagai hasil reaksi kimia bahan
peledak yang meledak, terdiri dari gas-gas H2O, CO2, dan N2 bebas
Fumes adalah gas-gas yang beracun sebagai hasil reaksi kimia bahan
peledak yang meledak, terdiri dari gas-gas CO dan NOX.
39
2. PT. Tambang Batubara Bukit Asam di Ombilin, Sumatera Barat, metode
Longwall Mining, dan room and pillar (tetapi sekarang sudah ditinggalkan)
3. PT. Aneka Tambang di Gunung Pongkor Bogor, bijih emas epithermal,
metode cut and fill dan shrinkage stoping
4. PT. Aneka Tambang di Cikidang, bijih emas epithermal, metode underhand
stull stoping
5. PT. Kitadin, batubara, metode longwall.
6. Tambang emas rakyat di Tasikmalaya, metode coyoting (lubang tikus)
Catatan:
Rate of Return (ROR) secara umum diartikan sebagai tingkat pengembalian
modal yang dinyatakan dalam prosen. Investasi dinyatakan menguntungkan apabila
mempunyai ROR diatas tingkat bunga bank saat itu.
Cut-off grade:
1. Kadar rata-rata minimum suatu logam yang terdapat dalam bijih supaya
dapat ditambang secara menguntungkan berdasarkan ekonomi dan
teknologi saat itu maupun lingkungan.
2. Kadar minimum suatu logam yang terdapat dalam bijih supaya dapat
ditambang secara menguntungkan berdasarkan ekonomi dan teknologi
saat itu maupun lingkungan.
Stripping Ratio (SR) adalah perbandingan antara volume over burden (tanah
penutup) dalam Bank Cubic Meter (BCM) yang harus digali untuk dapat
40
menambang satu ton bijih. Pada tambang terbuka, penggalian yang semakin dalam
akan menghasilkan nilai SR yang semakin besar.
Satu round adalah urut-urutan atau siklus eksploitasi tambang bawah tanah
yang terdiri dari kegiatan pemboran dan pengisian bahan peledak, peledakan,
smoke clearing, roof controlling, scalling, supporting, loading, hauling.
Metode room and pillar pada batubara dahulu kala menjadi metode utama,
tetapi saat ini sudah ditinggalkan, karena:
1. berkembangnya teknologi penyanggaan
2. nilai batubara yang semakin meningkat
3. semakin berkurangnya endapan batubara
4. meningkatnya kebutuhan batubara.
41
42