Anda di halaman 1dari 12

REVIEW

PENGANTAR TEKNIK METALURGI (PTMG)

A. KLASIFIKASI METALURGI
a. METALURGI EKSTRAKSI
Upaya untuk mengekstraksi metal atau logam dari “Crude Material”, berdasarkan atas sifat
kimia atau fisik sehingga bermanfaat bagi manusia. Atau hanya mengekstraksi dari senyawa
menjadi unsurnya saja. (ex : ekstraksi unsur Fe dari senyawa Fe 2O3)

b. METALURGI FISIK
Upaya memadukan 2 logam atau lebih agar hasil perpaduan mempunyai sifat fisik yang
sesuai dengan yang diinginkan. (ex : pencampuran besi menjadi stainless steel)

c. METALURGI MEKANIK
Upaya mengolah logam lebih lanjut dan dibentuk khusus sehingga dapat dimanfaatkan
manusia. (ex : pembentukan stainless steel menjadi bentuk spt panci, wajan, dll.)

B. CRUDE MATERIAL
a. SOLID ORE [Bijih padat]
Merupakan bijih besi, tembaga, emas, dan lain-lain dengan mineral bersenyawa oksida,
sulfida, dll.

b. FLUX [Bahan pengikat pengotor dalam peleburan]


Merupakan bahan yang ditambahkan dalam proses peleburan yang berfungsi untuk mengikat
dan menurunkan titik lebur pengotornya. (ex : batu gamping/lime stone)

c. LIQUID ORE [Bijih cair]


Merupakan bijih dalam bentuk cairan. Dan pada umumnya bersenyawa sulfida. (ex : air laut
untuk diambil magnesiumnya)

d. HASIL DAN SISA PENGOLAHAN


1. Matte
Logam yang memiliki sulfida buatan.
(ex : galena (PbS) dengan struktur M-S [Metal]-[Sulfida])
2. Speiss
Logam yang memiliki arsenida buatan/antimonida untuk mudah larut dalam air.
(ex : M-As [Metal]-[Arsenik] dan M-Sb [Metal]-[Animonida]
3. Bullion
Logam yang masih memiliki logam atau mineral pengotor.
4. Konsentrat
Hasil berupa mineral berharga dari unit operasi.
5. Middling
Hasil sampingan dari unit operasi. (masih mengandung mineral berharga)

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1
6. Tailing/residu
Buangan atau sisa dari hasil unit operasi. Biasanya berupa mineral yang tidak diinginkan
atau tidak berharga.
7. Slag (Terak)
Buangan atau sisa dari hasil unit proses.

e. SCRAP [RONGSOK]
Merupakan logam yang sudah diproses dan digunakan untuk kepentingan manusia, namun
sudah tidak terpakai (rongsok)

C. OPERATION UNIT
a. PREPARASI
Dalam tahapan preparasi ini, bahan galian akan diproses lebih lanjut untuk direduksi
ukurannya menjadi lebih kecil dan dikelompokkan sesuai dengan ukuran butirnya (hanya
memanfaatkan sifat fisik mineral). Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses selanjutnya.
Dalam preparasi ini terbagi menjadi 2 macam :
1. Kominusi [Crushing and Grinding]
 Secara umum, kominusi adalah proses pengecilan ukuran, bentuk, dan volume.
 Kominusi terbagi menjadi dua, yaitu peremukan (Crushing) dan penggerusan
(Grinding).
 Peremukan (Crushing) adalah proses reduksi ukuran dari bongkahan hasil tambang
yang berukuran besar menjadi ukuran yang kecil.
 Peralatan yang digunakan dalam peremukan adalah Jaw crusher, Gyratory crusher,
Cone crusher, Roll crusher, Impact crusher, Rotary breaker, dan Hammer mill
 Penggerusan (Grinding) adalah proses pereduksian ukuran lanjur dari proses
peremukan. Sehingga hasil tambang yang sudah berukuran kecil akan menjadi lebih
kecil dalam proses ini.
 Peralatan yang digunakan dalam penggerusan adalah Rod Mill (batangan baja), Semi
Autogenous Mill (bola baja atau bahan galian itu sendiri), dan Autogenous Mill
(bahan galian itu sendiri).

2. Sizing [Screening and Classifying]


 Secara mudah, sizing adalah pemisahan berdasarkan ukuran akibat tahapan
kominusi. Setelah berbentuk kecil atau butiran, maka ukuran butir akan disamakan
ukurannya sesuai kebutuhan dalam proses selanjutnya.
 Sizing ini terbagi menjadi 2 tahapan, yaitu pengayakan (Screening) dan klasifikasi
(Classification/Classifying).
 Pengayakan atau Screening adalah proses pemisahan ukuran secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran atau partikel. Pada umumnya, pengayakan digunakan
dalam skala Industri. Sedangkan penyaringan atau Sieving digunakan dalam skala
laboratorium (karena ukuran yang dihasilkan lebih halus).
 Pengayakan atau Screening skala industri menggunakan alat berupa : Stationary
grizzly, Roll grizzly, Sieve bend, Revolving screen, Vibrating screen, Shaking screen,

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1
dan Rotary shifter. Sedangkan dalam skala laboratorium menggunakan alat berupa :
Hand sieve, Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive, Sieve shaker / rotap, Wet
and dry sieving.
 Klasifikasi atau Classification adalah proses pemisahan partikel berdasarkan
kecepatan pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan
dalam suatu alat yang disebut classifier.
 Peralatan yang umum dipakai dalam proses klasifikasi adalah : Scrubber Log
washer, Sloping tank classifier (rake, spiral & drag), Hydraulic bowl classifier,
Hydraulic clindrical tank classifier, Hydraulic cone classifier, Counter current
classifier, Pocket classifier, Hydrocyclone, Air separator, Solid bowl centrifuge, dan
Elutriator

b. KONSENTRASI
Konsentrasi merupakan tahapan dimana hasil bahan galian yang memiliki kadar rendah akan
ditinggikan atau ditingkatkan supaya dapat diambil atau di-ekstrak logamnya. Dalam tahapan
ini terbagi menjadi 5 jenis konsentrasi dengan memanfaatkan sifat-sifat fisik mineral, yaitu :
1. Optik [Handsorting]
 Maksud dari konsentrasi optik ini adalah mampu memisahkan mineral berharga hanya
melalui pengelihatan dan pandangan mata. Hal ini memungkinkan karena ukuran
butir dari mineral berharga tersebut cukup besar.
 Ex : pemisahan emas dalam endapan menggunakan tangan (handsorting)
2. Specific Gravity [Gravity Concentration : JIG, Shaking Table, Sluice Box, DMS, dll]
 SG adalah pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media
fluida. Atau dalam beberapa pengertian disebutkan juga memanfaatkan perbedaan
kecepatan pengendapan mineral-mineral yang ada.
 Prinsipnya adalah mineral yang lebih berat atau memiliki massa jenis yang lebih berat
dari pengotornya akan lebih cepat mengendap dibandingkan pengotornya.

3. Kemagnetan [Magnetic Separation]


 Maksud dari kemagnetan adalah proses konsentrasi yang memanfaatkan perbedaan
sifat kemagnetan. Mineral yang memiliki daya magnet akan terpisah dari mineral-
mineral pengotor lain yang tidak memiliki sifat kemagnetan.
 Sifat kemagnetan dalam pengolahan bahan galian terbagi menjadi 3 :
a) Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik oleh
medan magnet. Misalnya magnetit (Fe3O4).
b) Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet.
Contohnya hematit(Fe2O3), ilmenit(FeTiO3), dan pyrhotit(FeS).
c) Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet. Misalnya :
kwarsa(SiO2) dan feldspar [(Na,K,Al)Si3O8].

4. Konduktivitas [High Tension Separator, Electro Static Separator(ESS)]

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1
 Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat konduktor
(mudah menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor (tidak menghantarkan arus
listrik) dari mineral.
 Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain adalah : Magnetit(Fe 2O3),
Kasiterit(SnO2), Ilmenit(FeTiO3), Molibdenit(MoS2), Galena(PbS), Pirit(FeS2).

5. Hydrophobicity [Flotasi(buih)]
 Merupakan proses konsentrasi berdasarkan sifat “senang terhadap udara” atau “takut
terhadap air” (hydrophobic). Pada umumnya mineral-mineral oksida dan sulfida akan
tenggelam bila dicelupkan ke dalam air, karena permukaan mineral-mineral itu
bersifat “suka akan air” (hydrophilic).
 Dalam beberapa mineral sulfida, antara lain kalkopirit(CuFeS2), galena(PbS), dan
sfalerit(ZnS) mudah diubah sifat permukaannya dari suka air menjadi suka udara
dengan menambahkan reagen yang terdiri dari senyawa hidrokarbon.

c. DEWATERING
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada konsentrat yang
diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi gravitasi dan flotasi.
1. Pengentalan [Thickening]
 Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat. Bagian yang
pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang encer atau
airnya mengalir di bagian atas disebut overflow. Kedua produk itu dikeluarkan secara
terus menerus (continuous)
 Peralatan yang biasa dipakai adalah : Rake Thickener. Deep Cone Thickener, Free
Flow Thickener.

2. Filtering
 Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka bagian yang pekat
dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai dengan pengisapan, sehingga
jumlah air yang terisap akan banyak. Dengan demikian akan dapat dipisahkan padatan
dari airnya.
 Peralatan yang biasa dipakai adalah : Vaccum, Pressure Fillter.

3. Pengeringan [Drying]
 Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation)
 Peralatan yang biasa dipakai adalah : Shaft Drier, Hearth Type Drying/Air Dried/Air
Baked.

D. UNIT PROCESSING (EXTRACTION)


a. PREPARASI
Preparasi dalam tahapan unit proses ini memanfaatkan sifat fisik dan kimia bahan galian
tersebut. Perbedaannya dengan unit operasi adalah apabila unit operasi hanya memanfaatkan

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1
sifat fisik bahan galian. Sedangkan preparasi dalam unit proses memanfaatkan sifat fisik dan
kimia.
1. Fisik
 Aglomerasi
Aglomerasi adalah menambah binder atau perekat dan dipanaskan sampai
permukaannya meleleh hingga akhirnya terjadi penggumpalan atau Agglomeration.
Aglomerasi memiliki 4 jenis, yaitu :

a) Sintering
 Untuk memproduksi spongy coke (campuran besi dengan coke)
 Material, bahan bakar dan air dicampur, kemudian dipanaskan di bawah titik leleh nya
 Apabila didinginkanakan saling mengikat
 Jika airnya menguap , menyebabkan bahan menjadi porous
 Alat yang digunakan adalah sintering grate.

b) Nodulation
 Seperti pembuatan klinker semen dengan cara dipanaskan sambil diputar (tanur
putar)
 Contoh :
2 Zn(OH)2 (halus)  ZnO (kasar) + H2O
*ZnO menggumpal dan keadaannya porous

c) Briquetting
 Material halus dicampur binder (ter, coke, lime , clay)
 Dicetak dalam bentuk kubus, tanpa pemanasan
 Dapat dilakukan pemanasan, dengan reaksi :
2 ZnS + C + 4 O2  2 ZnO + CO2 + 2SO2

d) Pelletizing
 Material halus 200#, digumpalkan menjadi 10-30 mm, paling kecil 3 mm
 Material ditambah air, dan clay dimasukkan ke alat rotary disc atau pan pelletizing
 Dibakar sampai 1200 – 1300 oC.
 Air menguap, material porous berbentuk pellet (guling)

2. Kimia
 Drying
Bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas (moisture) sampai temperatur 110 oC.
Bermaksud menghindari penguapan dalam jumlah besar yang kemungkinannya membawa
logam berharga, dan sebagian kalor pasti digunakan utk menguap kan air. Pengeringan
dapat dengan gas buang panas, dan dilakukan dalam rotary kiln.

 Kalsinasi
a) Proses pemanasan tanpa terjadi peleburan dan tanpa penambahan reagen
b) Tujuannya untuk mengubah senyawa kimia (karbonat, air kristal, hidroksida,
desagregasi bijih kompak).

c) Penguraian karbonat :
MCO3 (p)  MO (p) + CO2 (g)
CaCO3  CaO + CO2 ( 900 – 1100 OC )
FeCO3  FeO + CO2 ( 200 OC)

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1
d) Penghilangan air kristal dan penguraian hidroksida (pada kalsinasi) :
 Air kristal adalah molekul H2O terikat secara kimia dengan senyawa oksida tertentu
 Reaksi penghilangan air kristal :
M(OH)2  MO + H2O
Mg(OH)2  MgO + H2O (200 OC)
2 Al(OH)3  Al2O3 + 3 H2O (1000 – 1100 OC)

 Roasting
Proses pemanasan bijih tanpa pelelehan yang disertai penambahan reagent (gas)
dengan tujuan mengubah senyawa sulfida menjadi senyawa lain ( oksida, sulfat,
metal) dll. Pemanggangan termasuk preparasi kimia, tapi dapat juga sebagai proses
ekstraksi, maupun sebagai proses pemurnian.
a) Bagan Jenis Roasting

PEMANGGANGAN

(Roasting)

Oksidasi Reduksi Khloridisasi Khusus

Oksida Sulfatisasi Metalisasi

b) Pemanggangan Oksidasi
 Secara termodinamika pemanggangan
Parsial Sempurnaoksidasi terhadap logam sulfide dapat diatur
sehingga didapat : logam oksida, logam sulfat, logam
Untuk menentukan kondisi yang tepat bagi pembentuk produk, perlu ditinjau
+

(5)
hubungan kesetimbangan system : logam, belerang, oksigen.

(2)
0
Hubungan kesetimbangan system : logam, belerang dan oksigen dipengaruhi oleh
tekanan (4) - oksidasi
O dan SO sehingga untuk menentukan produk dari pemanggangan
2 2
MSO 4
dapat dilihat pada suatu diagram kellog

c) Diagram Kellog MS (6)


Diagram kellog adalah penjelasan mengenai perbandingan (Oksida)O 2, Sulfida(SO4),

MO.SO4
dan metal dalam satuan(1)
tekanan.
(7
)

(3) MO
(8)
Log P.SO2 M
Log P.O2
- 0 +
Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015
CATATAN : P.S2 = 1 Atm (Pers.4) 1

P.SO3 = 1 Atm (Pers.5)


REAKSI DIAGRAM KELLOG

2 MS + 3 O2 2 MO + 2 SO2……………………..……(1)
MS + 2 O2 MSO4……………………………………… (2)
MS + O2 M + SO2…………………………..………(3)
2 S + 2O2 2 SO2……………………………..………. (4)
2 SO2 + O2 2 SO3………………………………..……. (5)
4 MSO4 2 MO.MSO4 + 2 SO2 + O2………….(6)
d) Pemanggangan
2 MO.MSO4 Oksidasi Menghasilkan Logam
4 MO + 2 SO Oksida
2 + O2 ………………....(7)
 Pemanggangan oksida, mengubah senyawa sulfida menjadi oksida.
2 MO 2 M + O2…………………………….……(8)
2 ZnS + 3 O2  2 ZnO + 2 SO3
2 FeS2 + 5,5 O2  Fe2O3 + 4 SO2
 Pemanggangan menghasilkan oksida ada dua macam, yaitu : Oksida
sempurna dan sebagian.

e) Pemanggangan Oksida Sempurna


 Menghilangkan semua kandungan belerang (S) dan diubah menjadi oksida, dengan
tujuan : ZnS, PbS diubah ZnO dan PbO supaya mudah bila direduksi.
 Ada logam jika berbentuk senyawa oksida akan mudah menguap (seperti As2O3,
Sb2O3). Maka dijaga jangan membentuk oksida yang lebih tinggi, sebab akan stabil
dan wujudnya padat

f) Pemanggangan Oksida Sebagian


 Diusahakan logam utamanya tetap senyawa sulfida, sedang pengotornya diubah
menjadi oksida. Proses oksidasi bersifat selektif.
 Dalam proses tembaga, CuS diusahakan tetap, FeS sebagian diubah menjadi FeO 
lari ke slag
 Bila semua FeS  FeO, ada kemungkinan CuS ada yang menjadi CuO  slag
CuO + FeS  CuS + FeO

g) Pemanggangan Sulfatisasi
 Mengubah senyawa sulfida menjadi senyawa sulfat dengan tujuan agar mudah
dilarutkan dengan air (dalam hydrometallurgy)
 Temperatur penguraian sulfat berbagai logam : FeSO 4 (550 oc), CuSO4 (700 oc),
ZnSO4 (750 oc), PbSO4 ( > 1000 oc )

h) Pemanggangan Metalisasi
 Pemanggangan terhadap sulfida agar didapat logam dengan cara oksidasi pada
temperatur tinggi.

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1
 Syarat pemanggangan metalisasi adalah:
 Logam yang akan dipanggang harus lebih stabil dari logam oksida maupun
logam sulfat. Contoh :
HgS + O2  Hg + SO2
Hg lebih stabil daripada HgO maupun HgSO4
 Tekanan uap logam cukup tinggi (Hg = 500 – 800 oc) berupa uap

i) Pemanggangan Reduksi
 Pemanggangan dengan penambahan reduktor seperti c, h2, ch4, dengan tujuan
menurunkan derajat oksida, mereduksi bijih / konsentrat, roasting magnetisasi (dalam
konsentrat timah)
 Dalam proses HYL, yang menggunakan reduktor gas CH4
Gas CH4 direformasi dahulu :
CH4 + H2  CO + 3 H2
CO + H2O  CO2 + H2
Fe2O3 + 3 H2  2 Fe + 3 H2O
Fe2O3 + 3 CO  2 Fe + 3 CO2

j) Pemanggangan Kloridisasi
 Mengubah senyawa logam menjadi senyawa klorida, dengan tujuan agar mudah larut
dalam air (preparasi hydrometallurgy), disamping itu agar logam mudah menguap,
dapat dipisahkan dengan kotorannya.
MS + 2 NaCl + 2O2  Na2SO4 + MCl2
 Reaksi pemanggangan klodisasi menghasilkan uap :
MO + CaCl2  MCl2 + CaO
Tahap 1 : MS + CaCl2 + 0,5 O2  MCl2 + CaO + SO2.
Tahap 2 : MO + Cl2  MCl2 + 0,5 O2
MS + Cl2 + O2  MCl2 + SO2

k) Pemanggangan Khusus
 Pemanggangan nikel pada mond process sehingga menghasilkan gas yang disebut
nikel carbonil.
 Pemanggangan terjadi pada temperatur 43 oC
 Ex : Ni + 4 CO  Ni(CO)4 (nikel carbonil dalam bentuk uap)

b. EKSTRAKSI
1. PIROMETALURGI
 Merupakan proses mendapatkan metal dari ore, konsentrat, slag, scrap, dll. Dengan
cara pemanasan (>500oC) yang menggunakan bahan bakar padat, cair, maupun gas.
Proses pemanasan digunakan tanur, yang dilapisi refractory.
 Fenomena dalam pirometalurgi yakni berlangsungnya reaksi kimia yang
menghasilkan logam dari senyawa-senyawanya terbentuknya dua fase atau lebih
yang memungkinkan terpisahnya logam yang dikehendaki dari yang tidak
dikehendaki (slag)

 METALLOTHERMIC

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1
a) Merupakan proses peleburan reduksi dengan menggunakan logam lain.
b) Dilakukan bila tidak dapat direduksi dengan karbon, kecuali pada temperatur
tinggi atau oleh hidrogen.
c) Demikian juga untuk logam yang membentuk karbida, tdk dapat direduksi
dengan karbon.
d) Kerugiannya adalah reduktornya relatif mahal.
e) Mampu tidaknya sebuah logam mereduksi logam lain dapat dicari dan
ditentukan dalam diagram Ellingham mengenai kestabilan metal oksida.
f) Kestabilan Metal Oksida :

ΔGo 2M + O2 2MO
0
M’ + O2 M’O2

 < Tp logam M lebih Stabil daripada logam M’, sehingga M dapat mereduksi M’O
 Namun pada temperatur > Tp, logam M’ dapat mereduksi MO, sebab yang lebih
stabil adalah logam M’
0o Tp T
2. HIDROMETALURGI
 Proses mendapatkan metal dengan jalan pelarutan / pelindian (leaching) selective
 Metal diambil dari larutan kaya dengan ion exchance, pengendapan, penguapan,
solvent extraction.
 Mampu untuk melakukan pemurnian.
 Tahapan dalam hidrometalurgi :
a) Kominusi & sizing
b) Penghilangan slime (thickener)
c) Proses leaching (dengan agitator)
d) Didapatkan larutan kaya (pregnant solution)
e) Pemisahan larutan kaya dengan padatan (dengan thickener, filter)
f) Pengambilan metal dari larutan kaya / pregnant solution (solvent extraction, ion
exchange, pengendapan, dll)
g) Pemurnian
 Faktor Pelarutan :
a) Keadaan Bijih
b) Ukuran Partikel
c) Kekuatan Larutan
d) Ph Larutan
e) % Solid
f) Lamanya Proses Pelarutan
g) Agitasi Dan Aerasi
h) Pengaruh Temperatur
i) Penambahan Reagen Lain
 Metode Pelarutan :
a) Leaching In Place/ Ditempat (langsung di lokasi tanpa proses tambang)
b) Heap Leaching (konsentrat dalam tumpuk-tumpukan)
c) Dump Leaching (leaching dari tailing)
d) Slime Leaching (leaching konsentrat berukuran lempung)
e) Presure Leaching (oksigen dimasukkan dengan tekanan tinggi)

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1
3. ELEKTROMETALURGI
 Proses mendapatkan metal dengan menggunakan energi listrik
 Tenaga listrik dapat diubah menjadi panas, sehingga dapat dilakukan peleburan dan
dapat pula digunakan seperti pada proses elektrolisis
 Termasuk electrometallurgy:
a) Electro Winning
 Pada Electrowinning terjadi pengendapan logam tertentu dari logam yang berada
pada elektrolit ke katoda.
b) Electro Refining
 Logam yang dimurnikan dicetak sebagai anoda, sehingga terjadi perpindahan logam
dari anoda (reaksi oksidasi) ke katoda (reaksi reduksi).
c) Electro Platting
 Pada Electroplatting terdiri dari sistem platting.
yaitu : cell, katoda (-) barang yang dilapis, larutan platting, anoda (+)
Tujuan : tahan korosi, warna yang menarik, dll.
Pelapis : Cr, Sn, Ni, Au, Ag, Cu, Pt, dsb.
d) Electro Thermic Process
 Arus listrik digunakan untuk sumber panas, untuk melebur logam.
 Digunakan bila :
 Listrik lebih murah dari bahan bakar
 Panas bahan bakar tidak cukup
 Digunakan pada pembuatan ferro alloy, ferro chromium dan ferro tungsten
 Keuntungan : Produknya rendah sulfur, temperatur peleburan mudah diatur, tidak ada
gas dan abu

e) Electrolisa Garam Lebur (Fused Salt Electrolysis)


 Beberapa logam tidak bisa membentuk water solution, hanya bisa sebagai molten
salt, contoh : Al, Mg, Na, Ca, Ba, Li, Ti dll
 Arus listrik digunakan untuk :
 Sumber panas
 Elektrolisis

c. PEMURNIAN
(cari sendiri kek)

E. REFRACTORY
a. PENGERTIAN
Merupakan bahan pelapis tanur berfungsi untuk melindungi tanur dari panas maupun reaksi
kimia sehingga tanur menjadi tahan lama.
b. BENTUK REFRACTORY
Bentuk refractory terbagi menjadi 2, yaitu berbentuk batatangan/bata/brick dan berbentuk
granuler. Berbentuk batangan/ bata/ brick ini dicetak (atau bahkan dapat dibentuk khusus)
yang dapat disesuaikan dengan bentuk tanur. Sedangkan bentuk granuler biasanya langsung
ditempelkan pada dinding. Kemudian dilakukan sintering dan pemanasan pada tanur tersebut
hingga membentuk lapisan.
c. KOMPOSISI REFRACTORY
1. Asam [SiO2]

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1
2. Basa [MgO, Chromite((Fe,Mg)(Cr,Al)2O4), Dolomit(MgO+CaO)]
3. Netral [Karbon(Graphit, Chorcoal, Coke)]
4. Jarang (Rare) [Be2O3, Ta2O3, TiO2, ZrO2]
d. DASAR PEMILIHAN REFRACTORY
1. Harga yang dikaitkan dengan umur
2. Titik Lebur
3. Komposisi Kimia (tergantung reaksi dalam tanur)
4. Kelenturan dan Plastisitas
5. Thermal Conductivity (kemampuan menghantarkan panas)
6. Electro/electrical Conductivity (kemampuan menghantarkan listrik)
7. Pemuaian dan Pengembangan

F. TANUR/TUNGKU
a. MACAM TANUR
1. FIXED BED [Sintering]
2. FLUIDIZED BED [Roasting]
3. ROTARY KLIN [Kalsinasi] TAHAPAN
4. SHAFT/BLAST FURNACE [Untuk Logam Fe, Pb] PREPARASI
5. RETORT [Untuk Logam Zn]
6. REVERBERATORY FURNACE [Untuk Logam Sn] TAHAPAN
7. CELL FOR FUSE SALT ELECTROLYSIS [Untuk Logam Al] EKSTRAKSI
8. ELECTRIC ARC FURNACE [Matte Smelting]
9. CONVERTER [Untuk Logam Cu]
 BESSEMER CONVERTER
TAHAPAN
 THOMAS CONVERTER
PEMURNIAN
 BASIC OXYGEN FURNACE

b. SYARAT TUNGKU
1. Tahan temperature tinggi dan dilengkapi dengan pelapis/refractory.
2. Tahan reaksi, lelehan logam, dan slag.
3. Tahan kuat tekan (beban material) dengan umpan yang dimasukkan berupa :
 Bahan yang mengandung logam
 Reduktor. Baik dengan bentuk padat, cair, atau dengan logam lain (metallothermic)
 Flux dan reagen lain
4. Tahan gesekan dan kikisan abu pada tempertatur tinggi

G. BAHAN BAKAR
a. PENGERTIAN
Merupakan bahan bakar untuk proses pirometalurgi. Bahan bakar ini berguna sebagai sumber
energi panas dalam proses pemurnian yang memanfaatkan suhu tinggi untuk mereduksi
senyawa dan memisahkannya menjadi unsur murni. Contoh bahan bakar yang biasa
digunakan adalah : batubara, kokas, dll.

b. JENIS BAHAN BAKAR

JENIS BAHAN BAKAR PRIMER BAHAN BAKAR SEKUNDER

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1
(ALAMIAH) (BUATAN)
SOLID BATUBARA KOKAS, CHARCOAL, BRIQUET.
LIQUID PETROLEUM (MINYAK) TAR, ALKOHOL, MINYAK SISA, DISTILASI.
GAS GAS ALAM GAS BATUBARA, COKE OVEN GAS, BLAST
FURNACE GAS

c. MACAM-MACAM BAHAN BAKAR


1. COKE GAS OVEN
 Nilai kalori sama dengan gas alam ( 1 kkal = 1,8 btu/lb )
 Gas ini merupakan hasil sampingan dari batubara yang didistilasi, mempunyai
kandungan methan = 40 %, dan 50 % hidrogen ( coal gas )
2. OIL GAS
 Komposisi sama dengan coal gas dan merupakan bahan bakar gas yang didapat dari
mendistilasi minyak.
3. PRODUCER GAS
 Bahan bakar gas yang didapat dengan membakar batubara pada udara terbuka
 Reaksi : 2C + O2  CO
4. AIR GAS
 Terdiri dari 30 % CO dan 60 % N2, sehingga nilai kalori rendah.
5. WATER GAS
 Didapat dengan mereaksikan carbon panas dengan uap air : C + H 2O  H2 + CO.
 Mengandung 50 % H2 dan 50 % CO, mempunyai nilai kalori yang lebih tinggi.

d. PEMILIHAN BAHAN BAKAR


1. Biaya per unit pengolahan rendah.
2. Ketersediaan bahan bakar
3. Kecocokan bahan bakar untuk proses
4. Kemurnian dan nilai kalor cocok dengan yang dilebur

Rifqi Alhady Aziz – 116.18.0015


1

Anda mungkin juga menyukai