Anda di halaman 1dari 47

PENDAHULUAN

Yang dimaksud dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial
minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal).

Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral


dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-
perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produkta bahan galian yang
bersangkutan. Khusus untuk batu bara, proses pengolahan itu disebut pencucian
batu bara (coal washing) atau preparasi batu bara (coal preparation).

Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang
yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk
dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani
pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai
memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan. Keuntungan yang bisa diperoleh dari
proses PBG tersebut antara lain adalah :

1. Mengurangi ongkos angkut.

1. Mengurangi ongkos peleburan.

2. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan.

3. Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan


menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia.

Sedangkan metalurgi (metallurgy) adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk


memperoleh logam (metal) melalui proses fisika dan kimia serta mempelajari cara-
cara memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia logam murni maupun paduannya
(alloy). Metalurgi ada dua macam atau kelompok utama, yaitu :

1. Metalurgi ekstraktif (extractive metallurgy).

1. Metalurgi fisik dan ilmu bahan (physical metallurgy and material science).

Menurut Kirk-Othmer metalurgi ekstraktif adalah ilmu yang mempelajari cara-cara


pengambilan (ekstraksi) logam dari bijih (ore = naturally occuring compounds) dan
proses pemurniannya, sehingga sesuai dengan syarat-syarat komersial.

Metalurgi ekstraktif dibagi menjadi 3 (tiga) jalur, yaitu :

1. Piro metalurgi (pyro metallurgy) yang dalam proses ekstraksinya menggunakan


energi panas yang tinggi (bisa sampai 2.000oC).
2. Hidro metalurgi (hydro metallurgy) yang menggunakan larutan kimia atau
reagen organik untuk menangkap logamnya.

3. Elektro metalurgi (electro metallurgy) yang memanfaatkan teknik elektro-kimia


(antar lain elektrolisis) untuk memperoleh logamnya.

Perbedaan utama antara PBG dengan ekstraktif metalurgi adalah :

Pada PBG : bijih / mineral tetap mineral

- kadar logam rendah kadar logam tinggi

- sifat-sifat fisik dan kimia tak berubah

Pada ekstraktif metalurgi : bijih / mineral jadi logam (metal)

- sifat-sifat fisik dan kimia berubah

2. PENGOLAHAN BAHAN GALIAN (PBG)

Tahap-tahap utama dalam proses PBG terdiri dari (lihat Lampiran A) :

2.1. KOMINUSI ATAU REDUKSI UKURAN (COMMINUTION)

Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses PBG yang
bertujuan untuk :

1. Membebaskan / meliberasi (to liberate) mineral berharga dari material


pengotornya.

2. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.

3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat


lain, misalnya reagen flotasi.

Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :

1. Peremukan / pemecahan (crushing)

2. Penggerusan / penghalusan (grinding)

Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa terdiri dari
beberapa tahap, yaitu :

- Tahap pertama / primer (primary stage)


- Tahap kedua / sekunder (secondary stage)

- Tahap ketiga / tersier (tertiary stage)

- Kadang-kadang ada tahap keempat / kwarter (quaternary stage)

2.1.1. Peremukan / Pemecahan (Crushing)

Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung
dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar
100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.

Peralatan yang dipakai antara lain adalah :

1. Jaw crusher

2. Gyratory crusher

3. Cone crusher

4. Roll crusher

5. Impact crusher

6. Rotary breaker

7. Hammer mill

2.1.2. Penggerusan / Penghalusan (Grinding)

Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah berukuran
2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan dibutuhkan
media penggerusan yang antara lain terdiri dari :

1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls).

1. Batang-batang baja (steel rods).

2. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang
disebutsemi autagenous mill (SAG).

3. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling
menggerus dan disebut autogenous mill.

Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah :

1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik.

1. Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.


2. Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah
bahan galian atau bijihnya sendiri.

3. Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau bijihnya
sendiri.

2.2. PEMISAHAN BERDASARKAN UKURAN (SIZING)

Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada
proses pengolahan yang berikutnya.

2.2.1. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)

Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik


berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam
skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.

Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :

- Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).

- Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).

Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium adalah :

1. Hand sieve

2. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive

3. Sieve shaker / rotap

4. Wet and dry sieving

Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri antara lain :

1. Stationary grizzly

2. Roll grizzly

3. Sieve bend

4. Revolving screen

5. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)

6. Shaking screen
7. Rotary shifter

2.2.2. Klasifikasi (Classification)

Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan


pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam
suatu alat yang disebutclassifier.

Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu :

- Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas


disebut overflow.

- Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah


(dasar) disebut underflow.

Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu :

1. Partition concept

2. Tapping concept

3. Rein concept

Hal ini dapat berlangsung apabila sejumlah partikel dengan bermacam-macam


ukuran jatuh bebas di dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka setiap
partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat kecepatan
gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang besar-besar
mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang lebih kecil,
sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat mengendap.

Peralatan yang umum dipakai dalam proses klasifikasi adalah :

1. Scrubber

2. Log washer

3. Sloping tank classifier (rake, spiral & drag)

4. Hydraulic bowl classifier

5. Hydraulic clindrical tank classifier

6. Hydraulic cone classifier

7. Counter current classifier

8. Pocket classifier
9. Hydrocyclone

10. Air separator

11. Solid bowl centrifuge

12. Elutriator

2.3. PENINGKATAN KADAR ATAU KONSENTRASI (CONCENTRATION)

Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah lebih
lanjut, yaitu diambil (di-ekstrak) logamnya, maka kadar bahan galian itu harus
ditingkatkan dengan proses konsentrasi. Sifat-sifat fisik mineral yang dapat
dimanfaatkan dalam proses konsentrasi adalah :

- Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan
media berat.

- Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.

- Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.

- Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.

Proses peningkatan kadar itu ada bermacam-macam, antara lain :

2.3.1. Pemilahan (Sorting)

Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan tangan
(manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk dibuang.

2.3.2. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)

Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media
fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan
mineral-mineral yang ada.

Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan fluidanya,
yaitu :

- Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy medium
separation(HMS).

- Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral
concentration.

- Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig).


Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan terjadi
pengendapan bebas (free settling). Tetapi bila jumlah partikel banyak gerakannya
akan terhambat sehingga terbentuk stratifikasi yang terdiri dari 3 (tiga) tahap
sebagai berikut :

1. Hindered settling classification ; klasifikasi pengendapannya terhalang.

2. Differential acceleration pada awal pengendapan ; artinya partikel yang berat


mengendap lebih dahulu.

1. Consolidation trickling pada akhir pengendapan ; partikel-partikel kecil


berusaha mengatur diri di antara partikel-partikel besar sesuai dengan
berat jenisnya.

Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu :

- Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan


kadar tinggi.

- Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.

- Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus dibuang.

Peralatan konsentrasi gravitasi yang banyak dipakai adalah :

1. Jengkek (jig) dengan bermacam-macam rekacipta (design).

2. Meja goyang (shaking table).

3. Konsentrator spiral (Humprey spiral concentrator).

4. Palong / sakan (sluice box).

2.3.3. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy Medium Separation)

Merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk memisahkan mineral-mineral


berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri dari mineral-mineral ringan
dengan menggunakan medium pemisah yang berat jenisnya lebih besar dari air
(berat jenisnya > 1).

Produk dari proses konsentrasi ini adalah :

- Endapan (sink) yang terdiri dari mineral-mineral berharga yang berat.

- Apungan (float) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang ringan.

Media pemisah yang pernah dipakai antara lain :


- Air + magnetit halus dengan kerapatan 1,25 2,20 ton/m3.

- Air + ferrosilikon dengan kerapatan 2,90 3,40 ton/m3.

- Air + magnetit + ferrosilikon dengan kerapatan 2,20 2,90.

- Larutan berat seperti tetra bromo ethana (b.j. = 2,96), bromoform (b.j. = 2,85)
dan methylene jodida (b.j. = 3,32). Tetapi larutan berat ini harganya mahal, oleh
sebab itu hanya dipakai untuk percobaan-percobaan di laboratorium.

Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy medium separators yang
berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu :

1. Drum separator karena bentuknya silindris.

2. Cone separator karena bentuknya seperti corongan.

2.3.4. Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)

Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat konduktor


(mudah menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor (nir konduktor) dari
mineral.

Kendala proses konsentrasi ini adalah :

- Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu
besar.

- Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang
berterbangan.

Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain adalah :

- Magnetit (Fe3 O4)

- Kasiterit (Sn O2)

- Ilmenit (Fe Ti O3)

- Molibdenit (Mo S2)

- Wolframit [(Fe, M) WO4]

- Galena (Pb S)

- Pirit (Fe S2)


Produk dari proses konsentrasi ini adalah :

- Mineral-mineral konduktor sebagai konsentrat.

- Mineral-mineral non-konduktor sebagai ampas (tailing).

Peralatan yang biasa dipakai adalah :

1. Electrodynamic separator (high tension separator).

2. Electrostatic separator yang terdiri dari :

- plate electrostatic separator

- screen electrostatic separator

2.3.5. Konsentrasi Magnetik (Magnetic Concentration)

Adalah proses konsentrasi yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan


(magnetic susceptibility) yang dimiliki mineral. Sifat kemagnetan bahan galian ada 3
(tiga) macam, yaitu :

- Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik oleh
medan magnet. Misalnya magnetit (Fe3 O4).

- Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet.
Contohnya hematit (Fe2 O3), ilmenit (Se Ti O3) dan pyrhotit (Fe S).

- Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet. Misalnya
: kwarsa (Si O2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3 O8].

Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini adalah :

- Mineral-mineral magnetik sebagai konsentrat.

- Mineral-mineral non-magnetik sebagai ampas (tailing).

Peralatan yang dipakai disebut magnetic separator yang terdiri dari :

1. Induced roll dry magnetic separator.

2. Wet drum low intensity magnetic separator yang arah aliran dapat :

- concurrent

- countercurrent
- counter rotation

Sedang letak magnetnya bisa :

- Suspended magnets

- Suspended magnets with continuous removal

- Cobbing drum

2.3.6. Konsentrasi Secara Flotasi (Flotation Concentration)

Merupakan proses konsentrasi berdasarkan sifat senang terhadap udara atau


takut terhadap air (hydrophobic). Pada umumnya mineral-mineral oksida dan
sulfida akan tenggelam bila dicelupkan ke dalam air, karena permukaan mineral-
mineral itu bersifat suka akan air (hydrophilic). Tetapi beberapa mineral sulfida,
antara lain kalkopirit (Cu Fe S2), galena (Pb S), dan sfalerit (Zn S) mudah diubah sifat
permukaannya dari suka air menjadi suka udara dengan menambahkan reagen
yang terdiri dari senyawa hidrokarbon. Sejumlah reagen kimia yang sering
digunakan dalam proses flotasi adalah :

1. Pembuih (frother) yang berfungsi sebagai pen-stabil gelembung-gelembung


udara. Misalnya : methyl isobuthyl carbinol (MIBC), minyak pinus, dan terpentin.

2. Kolektor / pengumpul (collector) yang bisa mengubah sifat permukaan mineral


yang semula suka air menjadi suka udara. Contohnya : xanthate, thiocarbonilid,
asam oleik, dll.

3. Penekan / pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar mineral


pengotor tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung. Misalnya : Zn
SO4untuk menekan Zn S.

4. Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur tingkat


keasaman proses flotasi. Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3, NH4 OH, dll.

Produk flotasi ada 3 (tiga) macam, yaitu :

- Konsentrat (concentrate) yang berupa mineral-mineral yang ikut terapung


(mineral-mineral apungan) dengan gelembung-gelembung udara.

- Amang (middling) yang merupakan mineral-mineral apungan yang masih


mengandung banyak mineral-mineral pengotor.

- Ampas (tailing) yang tenggelam terdiri dari mineral-mineral pengotor.

Peralatan yang biasa dipakai adalah :


1. Mechanical flotation yang terdiri dari berbagai variasi antara lain :

- Agitair cell

- Denver cell

- Krupp cell

- Outokumpu cell

- Wemco-Fagregren cell

1. Pneumatic flotation yang terdiri dari variasi :

- Column cell

- Cyclo cell

- Davcra cell

- Flotaire cell

2.4. PENGURANGAN KADAR AIR / PENGAWA-AIRAN (DEWATERING)

Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada konsentrat
yang diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi gravitasi dan
flotasi.

Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 (tiga), yaitu :

2.4.1. Cara Pengentalan / Pemekatan (Thickening)

Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat. Bagian yang
pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang encer atau
airnya mengalir di bagian atas disebut overflow. Kedua produk itu dikeluarkan
secara terus menerus (continuous).

Peralatan yang biasa dipakai adalah :

1. Rake thickener.

2. Deep cone thickener.

3. Free flow thickener.

2.4.2. Cara Penapisan / Pengawa-airan (Filtration)


Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka bagian yang pekat
dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai dengan pengisapan,
sehingga jumlah air yang terisap akan banyak. Dengan demikian akan dapat
dipisahkan padatan dari airnya.

Peralatan yang dipakai adalah :

1. Vacuum (suction) filters yang terdiri dari :

- intermitten, misalnya Moore leaf filter.

- Continuous ada beberapa tipe, yaitu :

* bentuk silindris / tromol (drum type), misalnya : Oliver filter, Dorrco filter.

* bentuk cakram (disk type) berputar, contohnya : American filter.

* bentuk lembaran berputar (revolving leaf type), contohnya : Oliver filter.

* bentuk meja (desk type), misalnya : Caldecott sand table filter.

1. Pressure filter, misalnya :

- Merrill plate and frame filter

- Kelly pressure filter

- Burt revolving filter

2.4.3. Pengeringan (Drying)

Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).

Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacam-macam, yaitu :

1. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di


atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).

2. Shaft drier, ada dua macam, yaitu :

- tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran silindris
vertikal yang dialiri udara panas (80o 100o).

- rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang
diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah.
1. Film type drier (atmospheric drum drier) ; silinder baja yang di dalamnya dialiri
uap air (steam). Jarang dipakai.

2. Spray drier, material halus yang basah dan disemburkan ke dalam ruangan
panas ; material yang kering akan terkumpul di bagian bawah ruangan. Cara ini
juga jarang dipakai.

2.5. PENANGANAN MATERIAL (MATERIAL HANDLING)

Bahan galian (mineral/bijih) yang mengalami PBG harus ditangani dengan cepat dan
seksama, baik yang berupa konsentrat basah dan kering maupun yang berbentuk
ampas (tailing).

2.5.1. Penanganan Material Padat Kering (Dry Solid Handling)

Bila masih berupa bahan galian hasil penambangan (ROM), maka harus ditumpuk di
tempat yang sudah ditentukan yang di sekelilingnya telah dilengkapi dengan
saluran penyaliran (drainage system). Tetapi jika sudah berupa konsentrat, maka
harus disimpan di dalam gudang yang tertutup sebelum sempat diproses lebih
lanjut.

2.5.2. Penanganan Lumpur (Slurry Handling)

Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya tinggi, maka
dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis (filter). Jika masih
agak kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus yang sesuai.

2.5.3. Penanganan / Pembuangan Ampas (Tailing Disposal)

Kegiatan ini yang paling sulit penanganannya karena :

1. Jumlahnya (volumenya) sangat banyak, antara 70% 90% dari material yang
ditambang.

2. Kadang-kadang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B-3).

3. Sulit mencarikan lahan yang cocok untuk menimbun ampas bila metode
penambangan timbun-balik (back fill mining method) tak dapat segera
dilakukan, sehingga kadang-kadang harus dibuatkan kolam pengendap. Oleh
sebab itu pembuangan ampas ini seringkali menjadi komponen kegiatan
penambangan yang meminta pemikiran khusus sepanjang umur tambang.

3. METALURGI EKSTRAKTIF (EXTRACTIVE METALLURGY) DAN PEMURNIAN (REFINING)

Tahapan proses (process aims) pada metalurgi ekstraktif (lihat Lampiran B, C dan D)
adalah :
1. Pemisahan (separation), yaitu pembuangan unsur, campuran (compounds) atau
material yang tidak diinginkan dari bijih (sumber metal = source of metal).

2. Pembentukan campuran (compound foramtion), yaitu cara memproduksi


material yang secara struktur dan sifat-sifat kimianya berbeda dari bijihnya
(sumbernya).

3. Pengambilan/produksi metal (metal production), yaitu cara-cara memperoleh


metal yang belum murni.

1. Pemurnian metal (metal purification), yaitu pembersihan, metal yang belum


murni (membuang unsur-unsur pengotor dari metal yang belum murni),
sehingga diperoleh metal murni.

Metalurgi ekstraktif terdiri dari :

1. Pirometalurgi (pyrometallurgy), menggunakan energi panas sampai 2.000o C.

2. Hidrometalurgi (hydrometallurgy), menggunakan larutan dan reagen organik.

3. Elektrometalurgi (electrometallurgy), memanfaatkan teknik elektro-kimia.

3.1. PIROMETALURGI (PYROMETALLURGY)

Suatu proses ekstraksi metal dengan memakai energi panas. Suhu yang dicapai ada
yang hanya 50o 250o C (proses Mond untuk pemurnian nikel), tetapi ada yang
mencapai 2.000o C (proses pembuatan paduan baja). Yang umum dipakai hanya
berkisar 500o 1.600o C ; pada suhu tersebut kebanyakan metal atau paduan metal
sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang dalam fase gas.

Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat
mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga
dilakukan dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik
(exothermic).

Sumber energi panas dapat berasal dari :

1. Energi kimia (chemical energy = reaksi kimia eksotermik).

2. Bahan bakar (hydrocarbon fuels) : kokas, gas dan minyak bumi.

3. Energi listrik.

4. Energi terselubung/tersembunyi (conserved energy = sensible heat), panas


buangan dipakai untuk pemanasan awal (preheating process).

Peralatan yang umumnya dipakai adalah :


1. Tanur tiup (blast furnace).

2. Reverberatory furnace.

Sedangkan untuk pemurniannya dipakai :

1. Pierce-Smith converter.

2. Bessemer converter.

3. Kaldo cenverter.

4. Linz-Donawitz (L-D) converter.

5. Open hearth furnace.

3.2. HIDROMETALURGI (HYDROMETALLURGY)

Yaitu proses ekstraksi metal dengan larutan reagen encer (< 1 gramol) dan pada
suhu < 100o C. Reaksi kimia yang dipilih biasanya yang sangat selektif;

artinya hanya metal yang diinginkan saja yang akan bereaksi (larut) dan kemudian
dipisahkan dari material yang tak diinginkan.

Kondisi yang baik untuk hidrometalurgi adalah :

1. Metal yang diinginkan harus mudah larut dalam reagen yang murah.

2. Metal yang larut tersebut harus dapat diambil dari larutannya dengan mudah
dan murah.

3. Unsur atau metal lain yang ikut larut harus mudah dipisahkan pada proses
berikutnya.

4. Mineral-mineral pengganggu (gangue minerals) jangan terlalu banyak


menyerap (bereaksi) dengan zat pelarut yang dipakai.

5. Zat pelarutnya harus dapat diperoleh kembali untuk didaur ulang.

6. Zat yang diumpankan (yang dilarutkan) jangan banyak mengandung lempung


(clay minerals), karena akan sulit memisahkannya.

7. Zat yang diumpankan harus porous atau punya permukaan kontak yang luas
agar mudah (cepat) bereaksi pada suhu rendah.

8. Zat pelarutnya sebaiknya tidak korosif dan tidak beracun (non-corrosive and
non-toxic), jadi tidak membahayakan alat dan operator.

Peralatan yang dipergunakan adalah :


1. Electrolysis / electrolytic cell.

2. Bejana pelindian (leaching box).

3.3. ELEKTROMETALURGI (ELECTROMETALLURGY)

Suatu proses ekstraksi logam yang memakai teknik elektro-kimia, misalnya :


baterai dan elektrolisa (electrolysis = electrorefining). Pada proses ini kecuali
diperlukan arus listrik sebagai sumber energi juga diperlukan elektroda (electrodes)
dan cairan elektrolit (electrolyte).

Elektroda harus memiliki sifat-sifat :

1. Konduktor listrik yang baik.

2. Potensial yang terbentuk di sekitar elektroda harus rendah.

3. Tidak mudah bereaksi dengan metal yang lain dan tidak membentuk campuran
yang dapat mengganggu proses elektrolisa.

Bila elektroda itu padat, ada syarat tambahan agar proses elektrolisa berlangsung
memuaskan, yaitu harus :

1. Mudah diperoleh atau disiapkan dengan murah.

2. Tahan korosi dalam zat larut.

3. Stabil, kuat dan tidak mudah terkikis (resistance to abrasion).

4. Harus murah harganya.

Elektrolit harus memiliki sifat-sifat :

1. Memiliki daya hantar ion yang tinggi.

2. Tidak mudah terurai atau bereaksi (high chemical stability).

3. Memiliki daya larut yang tinggi bagi metal yang diinginkan.

Peralatan yang biasa dipakai electric arc furnace.

Komentar : 3 Comments

Tag: PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


Kategori : Materi Kuliah

21052009
Nikel laterite merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting,
menyumbang terhadap 40% dari produksi nikel dunia. Endapan nikel laterite
terbentuk dari hasil pelapukan yang dalam dari batuan induk dari jenis ultrabasa.
Umumnya terbentuk pada iklim tropis sampai sub-tropis. Saat ini kebanyakan nikel
laterite memang terbentuk di daerah ekuator. Negara penghasil nikel laterite di
dunia diantaranya New Caledonia, Kuba, Philippines, Indonesia, Columbia dan
Australia.

yang kaya akan Nikel; Garnierite ( max. Ni 40%). Ni terlarut (leached) dari fase
limonite (Fe Oxyhydroxide) dan terendapkan bersama mineral silicate hydrous atau
mensubtitusi unsure Mg pada serpentinite yang teralterasi (Pelletier,1996). Jadi,
meskipun nikel laterite adalah produk pelapukan, tapi dapat dikatakan juga bahwa
proses enrichment supergene sangat penting dalam pembentukan formasi dan nilai
ekonomis dari endapan hydrous silicate ini. Type ini dapat ditemui dibeberapa
tempat seperti di New Caledonia, Indonesia, Philippines.Dominika dan Columbia.

Istilah laterite bisa diartikan sebagai endapan yang kaya akan iron-oxide, miskin
unsure silica dan secara intensif ditemukan pada endapan lapukan di iklim tropis
(eggleton, 2001). Ada juga yang mengartikan nikel laterite sebagai endapan
lapukan yang mengandung nikel dan secara ekonomis dapat di tambang.

Batuan induk dari endapan Nikel Laterite adalah batuan ultrabasa; umumnya
harzburgite (peridotite yang kaya akan unsur ortopiroksen), dunite dan jenis
peridotite yang lain.

Proses Kimia Pembentukan Nikel

Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (ex;olivin). Olivin
adalah jenis mineral yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung. Saprolite
adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan sedikitnya 20% fabric dari batuan
aslinya (parent rock). Batas antara batuan dasar, saprolite dan wathering front tidak
jelas dan bahkan perubahannya gradasional. Endapan nikel laterite dicirikan dengan
adanya speroidal weathering sepanjang joints dan fractures ( boulder saprolite).
Selama pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama groundwater. Ini
menyebabkan fabric dari batuan induknya is totally change. Sebagai hasilnya, Fe-
Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal diatas saprolite yang
sekarang kita kenal sebagai Limonite. Benar bahwa Nikel berasosiasi dengan Fe-
Oxide terutama dari jenis Goethite. Rata-rata nikel berjumlah 1.2 %.

Kondisi Mineralogy

Endapan nikel laterite terbentuk baik pada mineral jenis silicate atau oxide.
Kemiripan radius ion Ni2+ dan Mg2+ memungkinkan substitusi ion diantara
keduanya. Umumnya, mineral bijih dari jenis hidrous silicate seperti talc, smectite,
sepiolite, dan chlorite terbentuk selama proses metamorphisme temperature
rendah dan selama proses pelapukan dari batuan induk. Umumnya, mineral
mineral tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan Ni. Mineral garnierite dari jenis
silicate mempunyai ciri poor kristalin, texture afanitik, dan berstuktur seperti
serpentinite (Brindley,1978).

Genesis of Nikel Laterite

Umunya Nikel deposit terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe di


olivine yang tinggi dan Nikel berkadar antara 0.2% 0.4% wt. Secara mineralogi
nikel laterite dapat dibagi kedalam tiga kategori (Brand et all.,1998)

1. Hydrous Silicate Deposits

Profil dari type ini dari vertical dari bawah ke atas : Ore horizon pada lapisan
saprolite (Mg-Ni silicate), grade Nikel antara 1.8% 2.5%. Pada zona ini berkembang
box-works (apa tuh..), veining, relic structure, fracture dan grain boundaries dan
dapat terbentuk mineral

1. Clay Silicate Deposits

Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian terlarut oleh melalui groundwater. Si yang
tersisa akan bergabung dengan Fe,Ni,dan Al untuk membentuk mineral lempung
(clay minerals) seperti Ni-rich Notronite pada bagian tengah profil saprolite (see
profile). Ni-rich serpentine juga dapat di replace oleh smectite atau kuarsa jika
profile deposit ini tetap kontak dalam waktu lama dengan groundwater. Ni grade
pada endapan ini lebih rendah dari Hydrosilicate deposit (1.2%;Brand et all,1998).

1. Oxide Deposits

Type terakhir adalah Oxide. Profile bawah menunjukkan Protolith dari jenis
harzburgitic peridotites (mostly mineral olivine,serpentine, piroksen), sangat rentan
terhadap pelapukan terutama di daerah tropis. Diatasnya terbentuk saprolite dan
mendekati permukaan terbentuk limonite dan ferricrete (dipermukaan) ( see
profile). Pada tipe deposit oxide ini, Nikel berasosiasi dengan Goethite (FeOOH) dan
Mn Oxide.

Sebagai tambahan, Nikel laterite sangat jarang atau tidak sama sekali terbentuk
pada batuan carbonate mengandung mineral talc.

Tektonik Setting
Nikel laterite berkembang di kompleks Ophiolite pada rentang waktu Phanerozoic,
terutama Cretaseous-Miosen. Ophiolite ini telah mengalami fault dan joint sebagai
efek dari tectonic uplift yang dapat memicu intensitas pelapukan dan perubahan
pada water table level. Deposit Nikel lainnya ditemukan pada Archean Craton yang
tergolong stabil berasosiasi dengan layer mafic complexes and komatiite
(Butt,1975). Semakin banyak zona shear dan steep fault ( normal??), semakin tinggi
pula tingkat enrichment proses untuk menghasilkan grade Nikel yang tinggi.
Sebaliknya, zona thrust fault berasosiasi dengan emplacement kompleks ophiolite
dan bersama dengan greenstone membentuk zona serpentine milonite atau talc-
carbonates-altered ultramafic rocks. Komposisi seperti itu tidak memungkinkan
terbentuknya Nikel pada endapan residu (regolith/lapukan).

Kondisi Topografi dan Morfologi

Dua faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit karena kaitannya
dengan posisi water table, stuktur dan drainage. Zona enrichment nikel laterite
berada di topografi bagian atas (upper hill slope,crest, plateau, atau terrace).
Kondisi water table pada zona ini dangkal,apalagi ditambah dengan adanya zona
patahan n shear or joint. In consequence, akan mempercepat proses palarutan
kimia (leaching processes) yang pada akhirnya akan terbentuk endapan saprolite
mengandung nikel yang cukup tebal. Kondisi seperti ini dapat dijumpai di beberapa
tempat sepeti Indonesia,New Caledonia, Ural (Russia) dan Columbia. Sebaliknya,
pada topografi yang rendah, water table yang dalam akan menghambat proses
pelarutan unsur unsur dari batuan induk (baca:enrichment proses).

Iklim

Tempat tempat yang beriklim tropis seperti Indonesia, Columbia memungkinkan


untuk terjadinya endapan Nikel laterite. Kondisi curah hujan yang tinggi,temperatur
yang hangat ditambah dengan aktivitas biogenic akan mempercepat proses
pelapukan kimia, dimana Nikel laterite bisa mudah terbentuk.

4. NIKEL
Sifat-sifat nikel :
Putih mengkilat
Sangat keras
Tidak berkarat
Tahan terhadap asam encer
Bijih nikel yang utam adalah nikel sulfida . Nikel-nikel yang diekspor dalam bentuk
3 macam yaitu bijih, nikel kasar, dan ferronikel. Daerah penambangan nikel ada di
Koala, Soroako, Maluku Utara. Cara penambangan nikel melalui berbagai cara ,
antara lain ;
Penebangan pohon dan semak
Pengupasan tanah permukaan
Penggalian dengan sistem tangga (benching system) yaitu dimulai dari bawah ke
atas mengikuti garis kontur dengan alat gali power shovel atau dozer shovel
Pengolahan nikel melalui beberapa tahap , yaitu :
Pemanggangan
Peleburan
Elektrolisis
Penggunaan Nikel
Untuk melapisi barang yang terbuat dari besi, tembaga, baja karena nikel
mempunyai sifat keras, tahan korosi dan mudah mengkilap jika digosok.
Untuk membuat baja tahan karat (stailess stell)
Untuk membuat aliase dengan tembaga dan beberapa logam lain seperti :
a. Monel (Ni, Cu, Fe)
Digunakan untuk membuat instrumen tranmisi listrik
b. Nikrom(Ni,Fe,Cr)
Digunakan sebagai kawat pemanas
c. Alniko (Al, Ni, fe, Co)
Untuk membuat magnet.
d. Palinit dan Invar yaitu paduan nikel yang mempunyai koefisien muai yang sama
dengan gelas yang digunakan sebagai kawat listrik yang ditanam dalam kaca,
misalnya pada bolam lampu pijar.
e. Serbuk nikel digunakan sebagai katalisator, misalnya pada hidrogenansi
(pemadatan) minyak kelapa, juga pada cracking minyak bumi.

Komentar : Leave a Comment

Tag: NIKEL
Kategori : Materi Kuliah

21052009
DEFINISI BATUAN

Berbagai definisi dari batuan sebagai objek dari mekanika batuan telah diberikan
oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan

1.1.1. MENURUT PARA GEOLOGIWAN

1. Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk
kulit bumi.
2. Batuan adalah semua material yang membentuk kulit bumi yang dibagi atas :

- batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock),

- batuan yang tidak terkonsolidasi (unconsolidated rock).

1.1.2. MENURUT PARA AHLI TEKNIK SIPIL KHUSUSNYA AHLI GEOTEKNIK

1. Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat dari kulit bumi.

2. Batuan adalah suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah
terkonsolidasi dan tidak dapat digali dengan cara biasa, misalnya dengan
cangkul dan belincong.

1.1.3. MENURUT TALOBRE

Menurut Talobre, orang yang pertama kali memperkenalkan Mekanika Batuan di


Perancis pada tahun 1948, batuan adalah material yang membentuk kulit bumi
termasuk fluida yang berada didalamnya (seperti air, minyak dan lain-lain).

1.1.4. MENURUT ASTM

Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa
yang berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen.

1.1.5. SECARA UMUM

Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak
mempunyai komposisi kimia tetap.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa batuan tidak sama dengan tanah.
Tanah dikenal sebagai material yang mobile, rapuh dan letaknya dekat dengan
permukaan bumi.

1.2. KOMPOSISI BATUAN

Kulit bumi, 99 % dari beratnya terdiri dari 8 unsur : O, Si, Al, Fe, Ca, Na, Mg, dan H.

Komposisi dominan dari kulit bumi tersebut adalah :

SiO2 = 59,8 % FeO = 3,39 %

A12O = 14,9 % Na2O = 3,25 %

CaO = 4,9 % K2O = 2,98 %


MgO = 3,7 % Fe2O3 = 2,69 %

H2O = 2,02 %

Batuan terdiri dari bagian yang padat baik berupa kristal maupun yang tidak
mempunyai bentuk tertentu dan bagian kosong seperti pori-
pori, fissure, crack, joint, dll.

1.3. DEFINISI MEKANIKA BATUAN

Definisi Mekanika Batuan telah diberikan oleh beberapa ahli atau komisi-komisi
yang bergerak di bidang ilmu-ilmu tersebut.

1.3.1. MENURUT TALOBRE

Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya
adalah mempelajari perilaku (behaviour) batuan di tempat asalnya untuk dapat
mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang dibuat pada batuan tersebut (seperti
penggalian dibawah tanah dan lain-lainnya).

Untuk mencapai tujuan tersebut, Mekanika Batuan merupakan gabungan dari :

Teori + pengalaman + pekerjaan/pengujian di laboratorium + pengujian in-situ.

sehingga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi yang didefinisikan
oleh Talobre sebagai sains deskriptif yang mengidentifikasi batuan dan
mempelajari sejarah dari batuan.

Demikian juga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi terapan. Ilmu
geologi terapan banyak mengemukakan problem-problem yang paling sering
dihadapi oleh para geologiwan di proyek-proyek seperti proyek bendungan,
terowongan. Dengan mencari analogi-analogi, terutama dari proyek-proyek yang
sudah dikerjakan dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada
proyek yang sedang dikerjakan. Meskipun penyelesaian ini masih secara empiris
dan kualitatif.

1.3.2. MENURUT COATES

Menurut Coates, seorang ahli mekanika batuan dari Kanada :

1. Mekanika adalah ilmu yang mempelajari efek dari gaya atau tekanan pada
sebuah benda.

Efek ini bermacam-macam, misalnya percepatan, kecepatan, perpindahan.


1. Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari efek dari pada gaya terhadap
batuan.

Efek utama yang menarik bagi para geologiwan adalah perubahan bentuk.

Para ahli geofisika tertarik pada aspek dinamis dari pada perubahan volume dan
bentuk yaitu gelombang seismik.

Bagi para insinyur, mekanika batuan adalah :

- analisis dari pada beban atau gaya yang dikenakan pada batuan,

- analisis dari dampak dalam yang dinyatakan dalam tegangan (stress), regangan
(strain) atau enersi yang disimpan,

- analisis akibat dari dampak dalam tersebut, yaitu rekahan (fracture), aliran atau
deformasi dari batuan.

1.3.3. MENURUT US NATIONAL COMMITTEE ON ROCK MECHANICS (1984)

Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang


perilaku (behavior ) batuan baik secara teoritis maupun terapan, merupakan
cabang dari ilmu mekanika yang berkenaan dengan sikap batuan terhadap medan
medan gaya pada lingkungannya.

1.3.4. MENURUT BUDAVARI

Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari mekanika perpindahan padatan


untuk menentukan distribusi gaya-gaya dalam dan deformasi akibat gaya luar pada
suatu benda padat. Hampir semua mekanika perpindahan benda padat didasarkan
atas teori kontinum. Konsep kontinum adalaf fiksi matematik yang tergantung pada
struktur molekul material yang digantikan oleh suatu bidang kontinum yang
perilaku matematiknya identik dengan media aslinya.

Material ekivalennya dianggap homogen, mempunyai sifat-sifat mekanik yang sama


pada semua titik. Penyederhanaannya adalah bahwa semua sifat mekaniknya sama
ke semua arah pada suatu titik di dalam suatu batuan

1.3.5. MENURUT HUDSON DAN HARRISON

Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari reaksi batuan yang apabila padanya
dikenai suatu gangguan. Dalam hal material alam, ilmu ini berlaku untuk masalah
deformasi suatu struktur geologi, seperti bagaimana lipatan, patahan, dan rekahan
berkembang begitu tegangan terjadi pada batuan selama proses geologi.
Beberapa tipe rekayasa yang melibatkan mekanika batuan adalah pekerjaan sipil,
tambang, dan perminyakan.

Topik utama mekanika batuan adalah batuan utuh, struktur batuan, tegangan,
aliran air, dan rekayasa, yang ditulis secara diagonal dari kiri atas ke kanan bawah
pada Gambar 1. Garis ini sering disebut sebagai diagonal utama. Semua kotak
lainnya menunjukkan interaksi antara satu dengan lainnya.

1.3.6. SECARA UMUM

Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari sifat dan perilaku batuan bila
terhadapnya dikenakan gaya atau tekanan.

1.4. SIFAT BATUAN

Sifat batuan yang sebenarnya di alam adalah :

1.4.1. HETEROGEN

1. Jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda.

2. Ukuran dan bentuk partikel/butir berbeda di dalam batuan.

3. Ukuran, bentuk, dan penyebaran void berbeda di dalam batuan.

1.4.2. DISKONTINU

Massa batuan di alam tidak kontinu (diskontinu) karena adanya bidang-bidang


lemah (crack, joint, fault, fissure) di mana kekerapan, perluasan dan orientasi dari
bidang-bidang lemah tersebut tidak kontinu.

1.4.3. ANISOTROP

Karena sifat batuan yang heterogen, diskontinu, anisotrope maka untuk dapat
menghitung secara matematis misalnya sebuah lubang bukaan yang disekitarnya
terdiri dari batuan B1, B2, B3, diasumsikan batuan ekivalen B sebagai
pengganti batuan B1, B2, B3 yang mempunyai sifat homogen, kontinu dan
isotrop

BEBERAPA CIRI DARI MEKANIKA BATUAN

1. Dalam ukuran besar, solid dan massa batuan yang kuat/keras, maka batuan
dapat dianggap kontinu.

2. Bagaimanapun juga karena keadaan alamiah dan lingkungan geologi, maka


batuan tidak kontinu (diskontinu) karena adanya
kekar, fissure, schistosity, crack, cavitiesdan diskontinuitas lainnya. Untuk
kondisi tertentu, dapat dikatakan bahwa mekanika batuan adalah mekanika
diskontinu atau mekanika dari struktur batuan.

3. Secara mekanika, batuan adalah sistem multiple body (Gambar 3).

4. Analisis mekanika tanah dilakukan pada bidang, sedang analisis mekanika


batuan dilakukan pada bidang dan ruang.

5. Mekanika batuan dikembangkan secara terpisah dari mekanika tanah, tetapi


ada beberapa yang tumpang tindih.

6. Mekanika batuan banyak menggunakan :

- teori elastisitas,

- teori plastisitas,

- dan mempelajari batuan, sistem struktur batuan secara eksperimen.

Adapun persoalan di dalam mekanika batuan antara lain :

1. Bagaimana reaksi dari batuan ketika diambil untuk dipergunakan ?

2. Berapa dan bagaimana besarnya daya dukung (bearing capacity) dari batuan
dipermukaan dan pada berbagai kedalaman untuk menerima berbagai beban ?

3. Bagaimana kekuatan geser batuan ?

4. Bagaimana sikap batuan di bawah beban dinamis ?

5. Bagaimana pengaruh gempa pada sistem fondasi di dalam batuan ?

6. Bagaimana nilai modulus elastisitas dan Poissons ratio dari batuan ?

1. Bagaimana pengaruh dari bidang-bidang lemah (kekar, bidang perlapisan,


schistosity, retakan, rongga dan diskontinuitas lainnya) pada batuan terhadap
kekuatannya ?

2. Metoda pengujian laboratorium apa saja yang paling mendekati kenyataan


untuk mengetahui kekuatan fondasi atau sifat batuan dalam mendukung massa
batuan ?

3. Bagaimana memperhitungkan kekar dan sesar dalam perencanaan pekerjaan


di dalam batuan ?

4. Bagaimana menanggulangi deformasi yang diakibatkan oleh perbedaan yang


bersifat perlahanlahan (creep) pada batuan ?

5. Hukum apa saja yang menyangkut aliran plastik (plastic flow) dari batuan ?
6. Bagaimana pengaruh anisotrope terhadap distribusi tegangan dalam batuan ?

m. Bagaimana korelasi dari hasil-hasil pengujian kekuatan batuan yang telah


dilakukan di lapangan dan di laboratorium dalam menyiapkan percontoh batuan ?

1. Bagaimana metoda pengujian yang akan dilaksanakan yang sesuai dengan


kondisi lapangan terhadap sifat-sifat batuannya ?

2. Bagaimana mekanisme keruntuhan / kehancuran dari batuan (failure of


rock) ?

3. Dapatkah keadaan tegangan di dalam massa batuan dihitung secara tepat,


atau bahkan dapat diukur ?

4. Faktor-faktor apa saja yang menyangkut perencanaan kemiringan


lareng dari suatu massa batuan ?

5. Apakah roof bolting pada atap sebuah lubang bukaan di bawah tanah
sudah aman sehingga lubang tersebut dapat digunakan sebagai instalasi
yang permanen ?

Komentar : Leave a Comment

Tag: mekanika batuan


Kategori : Materi Kuliah

21052009
EKSPLORASI BIJI BESI

Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak dilakukan
oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis eksplorasi
bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam
melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada
kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.

Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi sebelum
pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan lapangan.
Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan
penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta
geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe,
magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan
geofisika.
Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi meliputi
pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei
geofisika dan pemboran inti.

Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah analisis
laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisis kimia
dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P,
SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara lain :
mineragrafi, petrografi, berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah
interpretasi hasil dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.

Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilakukan


melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, eksplorasi
rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang
berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi, tahap
eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yg mengandung endapan mineral yg
potensial. Eksplorasi umum, tahap eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari
suatu endapan yang teridentifikasi .

Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-dimensi
terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan,
paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek


geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaan adalah
pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologi
dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi,
ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan conto berupa batuan
terpilih.

Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan,


untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan mineral,
serta sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yang mendukung
penafsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun tidak langsung.

Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan geofisika.


Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang mempunyai nilai ekonomis
adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung sesuai standar perhitungan
cadangan yang berlaku, karena akan berpengaruh terhadap optimasi rencana usaha
tambang, umur tambang dan hasil yang akan diperoleh.

Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara lain :
- Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.

- Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh data


eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll.

- Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping Ratio,


kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan sebagainya
bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijih besi bawah
permukaan.

Tatacara eksplorasi pasir besi meliputi urutan kegiatan eksplorasi pasir besi mulai
dari kegiatan sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah
pekerjaan lapangan yang dilakukan untuk mengetahui potensi pasir besi.

Kegiatan Sebelum Pekerjaan Lapangan

- Studi Literatur yang dilakukan meliputi: pengumpulan dan pengolahan data serta
laporan kegiatan sebelumnya.

- Studi Penginderaan Jarak Jauh dengan jenis data yang dapat digunakan dalam
studi ini meliputi : data Citra Landsat MSS TM/ Tematic mapper, SLAR, Spot
image dan foto udara. Dengan data penginderaan jarak jauh ini dapat dilakukan
interpretasi gejalagejala geologi yang berguna sebagai acuan dalam eksplorasi
pasir besi.

- Studi Geofisika dengan Eksplorasi Bijih Besi (Iron Ore) Menggunakan Metode
Magnetik

EKSPLORASI GEOFISIKA

Ekplorasi merupakan penyelidikan awal di bidang pertambangan yang bertujuan


untuk mengetahui potensi mineral atau bahan galian di suatu wilayah penelitian.
Hasil sebuah ekplorasi biasanya berupa karakteristik bahan tambang, sebaran
mineral, atau jumlah cadangan mineral.

Di dalam eksplorasi geofisika biasanya digunakan beberapa metode seperti metode


geolistrik (geoelectric), metode magnetik, metode gravitasi dan seismik. Masing-
masing metode diterapkan sesuai dengan objek bahan galian yang akan diselidiki.
Misalnya, metode geolistrik sangat cocok untuk mengetahui potensi air tanah
(ground water). Metode ini juga dapat diterapkan untuk eksplorasi mineral seperti
bijih besi dan mangan. Namun, akurasinya rendah dikarenakan nilai resistivitas
skala laboratorium untuk beberapa jenis mineral berbeda dengan skala lapangan.
Hal ini tentunya dipengaruhi oleh struktur batuan.
Contoh lainnya adalah metode magnetik, cocok digunakan untuk eksplorasi mineral
magnetis seperti bijih besi seperti magnetit dan hematit. Metode ini didasarkan
pada nilai anomali medan magnet bumi di suatu kawasan survei. Sebagaimana kita
ketahui bahwa bumi memiliki sifat seperti magnet (dwikutub) yaitu kutub utara dan
selatan.

Dalam artikel ini akan diulas secara singkat mengenai eksplorasi mineral dengan
metode magnetik atau biasa juga disebut sebagai metode geomagnetik. Untuk
memahami metode geomagnetik, ada baiknya diulas secara ringkas beberapa teori
dasar tentang kemagnetan dan beberapa kajian yang berkaitan dengannya .

Kegiatan Pekerjaan Lapangan

- Pemetaan Geologi dalam penyelidikan pasir besi meliputi pemetaan batas pasir
pantai dengan litologi lainnya, sehingga dapat diperoleh gambaran sebaran
endapan pasir besi.

- Pengukuran Topografi dilakukan untuk menggambarkan morfologi pantai dan


perencanaan penempatan titik-titik lokasi pemboran dan sumur uji serta lintasan
geofisika.

Urutan kegiatan yang dilakukan dalam pengukuran topografi adalah sebagai


berikut:

- Penentuan koordinat titik awal pengukuran pada punggungan sand dune.

- Pembuatan garis sumbu utama (base line) dan

- Pengukuran siku-siku untuk garis lintang (cross line).

Garis sumbu utama diusahakan searah dengan garis pantai dan garis-garis lintang
yang merupakan tempat kedudukan titik bor, arahnya dibuat tegak lurus terhadap
sumbu utama dengan interval jarak tertentu.

- Geofisika (Geomagnetik) metoda geofisika yang digunakan dalam studi ini adalah
metoda geomagnetik yang meliputi: aeromagnetic dan groundmagnetic, namun
jarang diterapkan. Tujuan dari penerapan metode ini adalah untuk mencari sebaran
anomali magnetik daerah pantai yang dieksplorasi.

- Pemboran ini dimaksudkan untuk mengambil conto-conto pasir besi pantai baik
yang ada diatas permukaan laut maupun yang berada dibawahnya.

Pekerjaan pemboran pasir besi dilakukan dengan menggunakan bor dangkal baik
yang bersifat manual (Doormer) maupun bersifat semi mekanis ( Gambar 1 ).
Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Penentuan lokasi titik bor

- Setting alat bor

- Pembuatan lubang awal dilakukan dengan menggunakan mata bor jenis Ivan
sampai batas permukaan air tanah.

- Setelah menembus lapisan air tanah, pemboran dilakukan dengan


menggunakan casingyang didalamnya dipasang bailer.

- Pemboran dihentikan sampai batas batuan dasar.

Pengambilan conto pasir besi yang terletak di atas permukaan air tanah diambil
dengan sendok pasir (sand auger) jenis Ivan berdiameter 2,5 inchi, sedangkan
conto pasir yang berada di bawah permukaan air tanah dan bawah permukaan air
laut diambil denganbailer yang dilengkapi ball valve. Conto-conto diambil untuk
setiap kedalaman 1,5 meter atau setiap satu meter dan dibedakan antara conto dari
horizon A, conto horizon B dan conto dari horizon C.

Pola pemboran dan interval titik bor yang digunakan pada pekerjaan ini disesuikan
dengan tahapan survei, sebagai contoh pada tahapan eksplorasi rinci digunakan
pola pemboran dengan interval 100 m x 20 m (Gambar 2).

- Pembuatan Sumur Uji, pada umumnya dilakukan pada pasir besi undak tua yang
telah mengalami kompaksi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengambil conto-
conto pasir besi pantai sampai pada kedalaman tertentu sampai mencapai
permukaan air dan untuk mengetahui profil/penampang tegak perlapisan pasir
besi.

Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Penentuan lokasi sumur uji.

- Penggalian dengan luas bukaan sumur 1m x 1m atau 1,5m x 1,5m.

- Bila terjadi runtuhan maka dibuat penyangga.

- Pembuatan sumur dihentikan apabila telah mencapai permukaan air atau telah
mencapai batuan dasar.

Pengambilan conto pasir besi dari sumur uji diambil dengan interval setiap satu
meter menggunakan metoda channel sampling, dengan ukuran 5 cm x 10 cm.

- Preparasi Conto, proses preparasi di lapangan untuk conto bor dan sumur uji
dapat dilakukan dengan dua metoda, yaitu: increment atau Riffle splitter. Conto
yang diambil harus homogen dari setiap interval kedalaman. Dengan pengambilan
yang cukup representatif akan menjamin ketelitian dalam analisa kimia,
perhitungan sumber daya atau cadangan dari endapan pasir besi pantai.
Pengambilan conto-conto tersebut didasari oleh prosedur baku dalam eksplorasi
endapan pasir besi pantai.

Kegiatan yang dilakukan dalam proses preparasi dengan


metoda increment mengacu pada Japan Industrial Standard (J.I.S ), yaitu :

- Conto pasir hasil pemboran atau sumur uji ditampung pada suatu wadah dan
diaduk hingga homogen

- Conto tersebut di atas dimasukkan dalam kotak increment, diratakan dan dibagi
dalam garis kotak- kotak (Gambar 3).

- Conto direduksi dengan menggunakan sendok increment dari kotak increment,


dari tiap-tiap kotak ditampung dalam kantong conto (Gambar 4).

- Conto hasil reduksi kemudian dikeringkan.

- Conto yang sudah dikeringkan dari tiap tiap interval dibagi menjadi 3 bagian.
Satu bagian untuk conto individu, satu bagian untuk conto komposit dan satu
bagian untuk duplikat.

- Satu bagian conto dari tiap interval digabungkan dengan interval lainnya menjadi
conto komposit.

Kegiatan yang dilakukan dalam proses preparasi dengan metoda riffle splitter, yaitu
:

- Conto pasir hasil pemboran atau sumur uji ditampung pada suatu wadah dan
diaduk hingga homogen, kemudian dikeringkan

- Conto yang telah kering direduksi dengan riffle splitter hingga mendapatkan
berat yang diinginkan (+ 3 kg).

- Conto yang sudah mengalami splitting dari tiap tiap interval dibagi menjadi 3
bagian. Satu bagian untuk conto individu, satu bagian untuk conto komposit dan
satu bagian untuk duplikat.

- Satu bagian conto dari tiap interval digabungkan dengan interval lainnya menjadi
conto komposit.

- Penentuan Persentase Kemagnetan (MD), diawali dengan pemisahan mineral


magnetik dengan non-magnetik, sebagai berikut:
- Hasil preparasi conto dilapangan sebanyak 1 kg, direduksi hingga + 100 gr
menggunakan splitter (conto hasil reduksi).

- Conto hasil reduksi ditaburkan dalam suatu tempat secara merata.

- Pemisahan dilakukan dengan menggerak-kan magnet batang 300 gauss


berulang-ulang minimal 7 kali di atas selembar kaca setebal 2 mm yang
dibawahnya tertabur conto pasir untuk mendapatkan conto konsentrat yang cukup
bersih. Jarak antara magnet batang dengan lapisan pasir harus dibuat tetap untuk
menghindari perbedaan kuat medan magnet.

- Konsentrat yang diperoleh dari pemisahan magnet, ditimbang dalam satuan gram.
Dengan membandingkan berat konsentrat dan berat conto hasil reduksi, maka
didapat harga persentase magnetik dengan rumus :

Berat Konsentrat
MD : X 100 %

Berat conto hasil reduksi

- Penentuan Berat Jenis insitu dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Penghitungan volume conto dari bor berdasarkan perhitungan volume bagian


dalam dari casing dengan rumus:

V= x r2 x t

V = Volume conto

= Konstanta (3,14)

r = jari-jari bagian dalam casing;

t = ketinggian conto dalam casing.

- Penentuan berat dengan cara menimbang setiap interval conto

Kegiatan Setelah Pekerjaan Lapangan

- Analisa Laboratorium dilakukan conto-conto setelah dikumpulkan (Gambar 6).


Pekerjaan analisa laboratorium meliputi analisa kimia dan fisika.

Analisa kimia dilakukan terhadap conto individu untuk mengetahui kandungan


unsur dalam konsentrat, antara lain: Fetotal (FeO dan Fe2O3, Fe3O4) dan Titan.
Analisa kimia dapat dilakukan dengan beberapa metoda, antara lain AAS,
volumetrik, XRF dan ICP.

Analisa fisika yang dilakukan antara lain analisa mineral butir, analisa ayak, analisa
sifat magnetik dan berat jenis. Analisa mineral butir dilakukan untuk mengetahui
jenis dan persen berat mineral baik untuk fraksi magnetik maupun nonmagnetik
Conto yang dianalisa mineral butir berasal dari conto komposit, yang mewakili
wilayah/ blok pemboran. Analisa ayak dimaksudkan untuk mengetahui ukuran
butiran pasir besi yang dominan. Analisa ayak dilakukan terhadap conto pilihan
berasal dari bagian-bagian blok interval dalam bentuk conto komposit berat 500
gram yang dibagi menjadi 6 fraksi, yakni :

1. butiran yang lebih besar + 2 mm atau + 10 mesh

2. butiran antara 2 + 1mm atau 10 + 18 mesh

3. butiran antara 1 + mm atau 18 + 35 mesh;

4. butiran antara 1/2 + mm atau 35 + 72 mesh;

5. butiran antara 1/4 + 1/8 atau 72 + 150 mesh dan

6. butiran yang lebih kecil dari 1/8 mm.

Masing-masing fraksi jumlahnya dinyatakan dalam persen berat yang dapat


digambarkan dalam bentuk diagram balok sehingga sebaran fraksi pasir besi yang
dominan dapat diketahui (Gambar 7). Analisa berat jenis dimaksudkan untuk
mengetahui berat jenis pasir besi. Analisa dilakukan dengan cara conto asli (crude
sand) seberat 100 gram dimasukkan ke dalam air yang diketahui volumenya di
dalam gelas ukur. Untuk memudahkan perhitungan ditetapkan volume 200 cc,
apabila kenaikan air menjadi A cc, maka volume pasir yang dimasukkan = A 200
cc.

Jadi berat jenis = 100 / (A-200) gram /cc.

- Pengolahan Data dari hasil pengamatan dan analisa laboratorium diolah dan
ditafsirkan secara seksama untuk memberikan gambaran tentang kondisi geologi
daerah penelitian yang berkembang dari aspek genetik, posisi, hubungan serta
distribusinya.

Data hasil analisa MD dan pemboran dibuat profil penyebaran endapan pasir besi
terhadap sumbu panjang (sejajar pantai) dan sumbu pendek (tegak lurus pantai)
danisograde. Lokasi-lokasi pengambilan conto diplot dalam peta topografi hasil
pengukuran (Peta Lokasi Pengambilan Conto dan Peta Isograde).
Peta-peta yang dihasilkan bertujuan untuk keperluan penambangan, misalnya :
petaisograde dan peta topografi serta penampang tegak sebaran bijih besi ke arah
kedalaman baik sejajar garis pantai maupun yang memotong tegak lurus garis
pantai. Bentukbentuk gumuk pasir baik yang front maupun back dunes dipetakan
secara rinci.

Perhitungan sumber daya secara manual dilakukan dengan beberapa metoda,


antara lain:

Metoda daerah pengaruh dengan rumus :

C = (L x t) X MD x SG

Dimana :

C = Sumber daya dalam ton

L = Luas daerah pengaruh dalam m2

t = Tebal rata-rata endapan pasir besi dalam


meter

MD = prosentase kemagnetan dalam %

SG = Berat Jenis dalam ton/m3

Metoda Geostatistik

Metoda ini digunakan untuk membantu dalam perhitungan estimasi sumber


daya/cadangan endapan bahan galian dimana nilai conto merupakan realisasi
fungsi acak (statistik spasial). Pada hipotesis ini, nilai conto merupakan suatu fungsi
dari posisi dalam cebakan, dan posisi relatif conto dimasukkan dalam
pertimbangan. Kesamaan nilai-nilai conto yang merupakan fungsi jarak conto serta
yang saling berhubungan ini merupakan dasar teori statistik spasial. Metoda ini
jarang dilakukan dalam perhitungan estimasi sumber daya /cadangan pasir besi.

Untuk mengetahui sejauh mana hubungan spasial antara titiktitik di dalam


cebakan, maka harus diketahui fungsi strukturalnya yang dicerminkan oleh model
semivariogramnya.

Menetapkan model semivariogram merupakan langkah awal dalam perhitungan


geostatistik, selanjutnya dengan perhitungan varian estimasi, varian dispersi, varian
kriging, dll.
Metoda geostatistik yang digunakan dalam eksplorasi pasir besi adalah varian
estimasi. Pada metoda ini estimasi suatu cadangan dicirikan oleh suatu
ekstensi/pengembangan satu atau beberapa harga yang diketahui terhadap daerah
sekitarnya yang tidak dikenal. Suatu harga yang diketahui (diukur pada conto inti,
atau pada suatu blok) diekstensikan terhadap bagian-bagian yang diketahui pada
satu endapan bijih.

Ada beberapa cara estimasi yang sudah dikenal pada kegiatan pertambangan antara
lain:

a. Estimasi kadar rata-rata suatu cadangan bijih berdasarkan rata-rata suatu kadar
yang didapat dari analisis conto pemboran/sumur uji.

b. Estimasi endapan bijih pada suatu tambang atau blok-blok penambangan


dengan menggunakan sistem poligon sebagai daerah pengaruh, yang antara lain
didasari oleh titik-titik pengamatan berikutnya, pembobotan secara proporsional
yang berbanding terbalik dengan jarak dan lain-lain.

Tujuan dari penggunaan metoda ini antara lain untuk memperoleh gambaran tiga
dimensi dari bentuk endapan pasir besi. Pada penerapannya untuk perhitungan
dalam geostatistik umumnya memerlukan bantuan komputer. Geoplan merupakan
perangkat lunak yang diperlukan dalam paket perhitungan variogram. Selain itu
juga digunakan perangkat lunak program KRIG3D yang merupakan paket program
kriging, varian estimasi dan varian dispersi.

Komentar : 1 Comment

Tag: Explorasi bijih besi


Kategori : Materi Kuliah

21052009
I. PENDAHULUAN

Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari endapan
besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali
ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai
kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya
berupa Magnetite, Hematite, Limonitedan Siderite. Kadang kala dapat berupa
mineral: Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, danChamosite.
Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai
ekonomis antara lain :

1. Magmatik: Magnetite dan Titaniferous Magnetite

2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite

3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite

4. Sedimentasi/placer: Hematite, Limonite, dan Siderite

5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite, Magnetite dan Limonite

6. Oksidasi: Limonite dan Hematite

7. Letusan Gunung Api

Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe


paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan
mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi.

BESI PRIMER (ORE DEPOSISTS)

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya
peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur
sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya
magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak
magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian
(replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.

Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal
dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini
hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak
metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair
(fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.

Tabel mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis

Mineral Susunan kimia Kandungan Klasifikasi komersil


Fe (%)
Magnetit FeO, Fe2O3 72,4 Magnetik atau bijih hitam
Hematit Fe2O3 70,0 Bijih merah
Limonit Fe2O3.nH2O 59 63 Bijih coklat
Siderit FeCO3 48,2 Spathic, black band, clay ironstone
Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981;
Economic Mineral Deposits, P. 392.

BESI SEKUNDER (ENDAPAN PLACER)

Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses
sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan
media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat
tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis,
ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai
ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut
sebagai cebakan placer.

Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi,

tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan
cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena
tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena
berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana
pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile

Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:

Genesa Jenis
Terakumulasi in situ selama pelapukan Placer residual
Terkonsentrasi dalam media padat yang Placer eluvial
bergerak
Terkonsentrasi dalam media cair yang Placer aluvial atau
bergerak (air) sungai

Placer pantai

Terkonsentrasi dalam media gas/udara Placer Aeolian (jarang)


yang bergerak

dan relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang


merupakan metoda penambangan termurah.

Placer residual. Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di


atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah
mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-bahan
batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah
yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan
yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).
Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas
lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placer eluvial
dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai ekonomis terakumulasi pada
kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.

Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan
bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan
dan berat jenis partikel mineral/bijih menjadi faktor-faktor penting dalam
pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalam cebakan ini
berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral
berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil
daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan susunan
endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).

Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan
gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan
partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa
bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan
berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi
sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan
terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/
atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar
dan/atau sedikit mengandung mineral berat.

Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan
oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat
berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel
mineral/bijih juga dimungkinkan pada terrace hasil bentukan gelombang laut.
Mineral-mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit,
ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.

Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selain mengandung
mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan berasosiasi dengan
mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya : pirit (FeS2), markasit (FeS),
pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3), wolframit
[(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Fe yang dapat
memberikan nilai tambah seperti : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd,
Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan
lain-lain.

Pasir besi merupakan salah satu endapan besi yang selain telah dimanfaatkan
sebagai bahan campuran dalam industri semen juga mempunyai prospek untuk
dikembangkan sebagai bahan baku besi baja sesuai dengan perkembangan
teknologi pengolahan dan kebutuhan pasar.

Sampai saat ini eksplorasi pasir besi sudah banyak dilakukan baik oleh pihak swasta
maupun pemerintah, namun belum ada pedoman baku eksplorasi pasir besi yang
bisa dipakai sebagai acuan teknis, terutama dalam penyusunan laporan hasil
eksplorasi pasir besi.

Pedoman Teknis Eksplorasi Pasir Besi dapat dipakai sebagai bahan acuan bagi
pemerintah dan swasta dalam melakukan eksplorasi endapan pasir besi agar ada
keseragaman dalam melakukan eksplorasi dan pelaporan.

Komentar : Leave a Comment

Tag: Besi
Kategori : Materi Kuliah

21052009
Di bawah tanah dari suatu tambang batu bara, diasumsikan terjadi berbagai jenis
kecelakaan yang sama sekali tidak terbayangkan pada industri lain, dan ternyata
pada masa lalu di Jepang juga pernah banyak terjadi kecelakaan. Di antaranya yang
paling mengerikan adalah ledakan gas dan debu batu bara. Sudah barang tentu,
penyebabnya adalah keberadaan gas metan yang mencapai batas ledakan. Pada
tambang bawah tanah, yang paling penting dari segi keselamatan adalah
mengencerkan dan menyingkirkan gas metan yang timbul dari lapisan batu bara,
dengan ventilasi. Oleh karena itu, perencanaan ventilasi merupakan masalah khas
tambang batu bara bawah tanah yang perlu ditentukan paling hati-hati.

1. Tujuan Ventilasi Dan Pokok Pertimbangan Mengenai Ventilasi

1.1 Tujuan Ventilasi

(1) Mengencerkan dan menyingkirkan berbagai macam gas, terutama metan,


yang muncul di dalam tambang bawah tanah.

(2) Menyediakan udara segar yang diperlukan untuk pernapasan pekerja.

(3) Menyediakan udara yang diperlukan untuk mengendalikan peningkatan


temperatur tambang bawah tanah akibat panas bumi, panas oksidasi dan lain-lain.

Di antara tujuan di atas, sudah barang tentu menyediakan udara yang diperlukan
untuk pernapasan pekerja adalah hal yang penting, namun pengaturan temperatur
di dalam tambang bawah tanah juga hal yang penting dilihat dari segi pelaksanaan
pekerjaan. Akan tetapi, dengan melakukan ventilasi yang cukup untuk
menyingkirkan gas, tujuan tersebut biasanya dapat tercapai dengan sendirinya.

Oleh karena itu, perancangan ventilasi dan struktur tambang bawah tanah, serta
manajemen pada waktu pengoperasian sebenarnya, harus dilakukan dengan
meletakkan titik berat pada jaminan keselamatan, sambil mempertimbangkan
rencana ekstraksi dan rencana pengangkutan di masa depan.

Ventilasi yang mencapai keseluruhan tambang bawah tanah disebut ventilasi utama,
sedangkan ventilasi secara lokal di dalam tambang bawah tanah disebut ventilasi
lokal.

Dalam rangka penentuan rencana ventilasi, sebaiknya mempertimbangkan


persyaratan di bawah ini :

(a) Konstruksinya dibuat sedemikian rupa, agar ventilasi yang diperlukan untuk
pengembangan tambang bawah tanah dapat dilakukan dengan paling ekonomis,
dan konstruksinya dibuat memiliki kelonggaran (kelebihan) udara ventilasi
secukupnya, untuk menghadapi perkembangan tambang bawah tanah di kemudian
hari, serta peningkatan gas yang mungkin timbul.

(b) Struktur yang diinginkan untuk metode ventilasi adalah sistem diagonal pada
ventilasi utama (penjelasannya akan diberikan kemudian). Sedangkan menyediakan
sumuran tegak khusus untuk ventilasi tehadap penambangan bagian dalam, adalah
tindakan yang rasional. Di tempat yang sulit dilakukan penggalian sumuran tegak
(misalnya di tambang batu bara dasar laut), diharapkan memiliki sumuran miring
khusus dengan penampang berbentuk lingkaran. Selain itu, konstruksinya dibuat
sedemikian rupa agar tahanan ventilasi jalan udara (lorong ventilasi) utama menjadi
sekecil mungkin, dan memungkinkan mengambil ventilasi cabang sebanyak
mungkin dari lorong ini.

(c) Dalam melaksanakan pengembangan tambang bawah tanah dan penambangan,


maka dilihat dari segi konstruksi tambang bawah tanah, adalah penting untuk
membuat ventilasi permuka kerja ekstraksi batu bara dan penggalian lubang
bukaan menjadi independen secara sempurna, dan ventilasi untuk zona yang luas
diharapkan mempunyai sistem ventilasi, baik udara masuk maupun udara buang,
yang terpisah dari daerah lain.

1.2 Penentuan Ventilasi Yang Diperlukan


Penentuan ventilasi yang diperlukan, harus dilakukan dengan mempertimbangkan
hal-hal di atas. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas, hal-hal yang dapat
menjadi referensi dalam perancangan yang konkrit.

(1) Jumlah udara masuk per ton produksi batu bara per hari

Dari prestasi di tambang batu bara Jepang, jumlah udara per ton produksi batu bara
per hari adalah sekitar 1~8(m3/min). Angka ini akan berbeda menurut jumlah emisi
gas, tingkat pemusatan permuka kerja dan jumlah aliran cabang, di mana pada
tambang bawah tanah yang jumlah emisi gasnya banyak, angka ini umumnya di
atas 4(m3/min). Dari contoh di lapangan batu bara Eropa dikatakan, bahwa tambang
bawah tanah yang tidak ada masalah dari segi emisi gas dan kondisi atmosfir
tambang bawah tanah, angka ini adalah 2(m3/min), tambang bawah tanah yang
baru mulai konstruksi adalah 3(m3/min) dan tambang bawah tanah yang
mempunyai masalah dari segi kondisi atmosfirnya adalah sekitar 4(m3/min).

Catatan : Menurut hasil penelitian yang memplotkan jumlah emisi metan dan
kedalaman tambang rata-rata untuk tambang batu bara bawah tanah 8 negara
penghasil utama batu bara, yaitu Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman,
Polandia, RRC, Cekoslovakia dan bekas Uni Soviet, maka

Y = 4,1 + 0,023X

Y : jumlah emisi metan (m3/t)

X : kedalaman ekstraksi rata-rata (m)

(2) Hal yang ditentukan di dalam peraturan keselamatan tambang batu bara
Jepang

Peraturan keselamatan tambang batu bara Jepang mengatur mengenai udara


tambang bawah tanah sebagai berikut :

& Kandungan oksigen pada udara di dalam tambang bawah tanah harus lebih
besar dari 19% dan kandungan gas karbon dioksida harus lebih kecil dari 1%.

& Kandungan gas mudah nyala di dalam udara buang aliran cabang utama serta
di lokasi kerja harus lebih kecil dari 1,5% dan di dalam aliran udara di tempat lalu
lintas di dalam tambang bawah tanah harus lebih kecil dari 2%.

& Temperatur udara di lokasi kerja di dalam tambang bawah tanah harus lebih
rendah dari 37C.
& Jumlah udara ventilasi di portal udara masuk mengambil standar jumlah udara
maksimum untuk pekerja tambang yang bekerja dalam waktu bersamaan di dalam
tambang bawah tanah selama satu hari, dan untuk tambang batu bara kelas A harus
dibuat lebih besar dari 3m3 per menit per orang.

& Kecepatan udara ventilasi harus lebih rendah dari 450 m/menit. Kecuali pada
sumuran tegak dan lorong khusus untuk ventilasi boleh ditingkatkan sampai 600
m/menit.

Jadi, di Jepang, selama tidak ada alasan yang khusus, harus ditentukan jumlah
udara ventilasi yang membuat kondisi di dalam tambang bawah tanah memenuhi
persyaratan-persyaratan di atas tersebut.

1.3 Struktur Tambang Bawah Tanah Dilihat Dari Segi Ventilasi

1. 1.3.1 Sistem Terpusat Dan Sistem Diagonal

Pada waktu pembangunan tambang batu bara, 2 buah sumuran miring atau
sumuran tegak digali saling berdekatan, misalnya sumuran miring utama dan
sumuran miring paralel, lorong kemajuan utama dan lorong kemajuan paralel,
sumuran tegak udara masuk dan sumuran tegak udara buang, di mana salah
satunya dijadikan jalan udara masuk dan satunya lagi udara buang, dan hingga
tambang bawah tanah berkembang mencapai tahap tertentu, ventilasi dilakukan
melalui jalan udara masuk dan udara buang ini. Metode ventilasi di mana jalan
udara masuk dan jalan udara buangnya saling berdekatan dinamakan ventilasi
sistem terpusat.

Dengan berkembang dan meluasnya tambang bawah tanah, jalan udara menjadi
semakin panjang, tekanan ventilasi yang diperlukan juga semakin besar, sehingga
pada ventilasi sistem terpusat, tahanan ventilasinya membesar, dan selain itu,
karena jalan udara masuk dan udara buang berdekatan, bersamaan dengan
meningkatnya tekanan ventilasi, udara bocor semakin meningkat, hingga jumlah
udara efektif berkurang. Oleh karena itu, biasanya di tempat yang terpisah jauh
digali jalan udara buang baru, sedangkan lorong kemajuan utama dan lorong
kemajuan paralel yang digunakan selama ini, keduanya dijadikan jalan udara
masuk. Metode ventilasi yang jalan udara masuk dan udara buangnya terpisah jauh
seperti ini disebut ventilasi sistem diagonal.

Keunggulan ventilasi sistem diagonal antara lain adalah :

(1) Perpanjangan jalan udara utama dapat dikurangi drastis. Jadi tahanan ventilasi
dan biaya perawatan lorong dapat berkurang.
(2) Karena jalan udara masuk dan jalan udara buang tidak berdekatan, kebocoran
udara di antaranya berkurang, dan pintu udara serta alur udara tidak perlu banyak.

(3) Seandainya terjadi kecelakaan seperti ledakan di dalam tambang bawah tanah,
pemulihan sistem ventilasi mudah dilakukan.

(4) Karena portal udara masuk dan udara buang terpisah jauh, tidak ada
kekhawatiran udara buang bercampur masuk ke dalam udara masuk akibat arah
angin.

1. 1.3.2 Pembagian Aliran Udara

Aliran cabang utama pada ventilasi tambang bawah tanah, pecah menjadi beberapa
aliran cabang, kemudian setiap aliran cabang terbagi lagi untuk menyapu permuka
kerja dan menjadi udara buang. Lama-lama aliran cabang udara buang lain juga
berkumpul dan bergabung dengan udara buang utama dan dibuang ke luar
tambang bawah tanah. Berpecah dan mengalirnya aliran udara seperti ini disebut
pembagian aliran udara atau pencabangan aliran udara.

Pembagian aliran udara mempunyai efek sebagai berikut :

(1) Tahanan ventilasi menjadi kecil karena pembagian, sehingga dengan


memakai kipas angin yang sama dapat dilakukan ventilasi udara lebih banyak.

(2) Dapat mengantarkan udara segar ke setiap permuka kerja di setiap zona.

(3) Apabila di jalan udara terjadi kerusakan seperti ambrukan (caving),


pengaruhnya dapat dibatasi pada satu zona saja.

(4) Pengaruh kecelakaan seperti kebakaran tambang bawah tanah, semburan gas,
swabakar dan ledakan dapat dibatasi pada satu zona.

(5) Dapat mengurangi kecepatan udara di lorong arteri.

(6) Dapat mengantarkan udara bertemperatur relatif rendah hingga ke dekat


permuka kerja.

Semua ini adalah efek utama dari pembagian aliran udara. Mengenai pembagian
aliran udara ini, terutama ventilasi di permuka kerja ekstraksi, peraturan
keselamatan tambang batu bara di Jepang mengatur sebagai berikut :

Pada tambang batu bara kelas A, udara buang dari lokasi ekstraksi batu bara
sistem lorong panjang atau gob tidak boleh dilalukan ke lokasi ekstraksi lain.
(Kecuali ada alasan khusus dan mendapat izin dari kepala bagian pengawasan
keselamatan tambang, maka diperbolehkan)

Demikianlah, setiap permuka kerja ekstraksi di Jepang harus mempunyai ventilasi


yang berdiri sendiri. Bukan saja di permuka kerja ekstraksi, tetapi di permuka kerja
penggalian lubang bukaanpun diharapkan menerapkan ventilasi independen
dengan mempertimbangkan gas yang muncul.

Metode pembagian aliran udara terdiri dari pembagian aliran alami dan pembagian
aliran proporsional. Pembagian aliran alami adalah metode pembagian aliran secara
alam tanpa menggunakan alat pembagi aliran ataupun kipas angin bantu.
Sedangkan pembagian aliran proporsional adalah metode pengaturan jumlah udara
ventilasi dengan menggunakan peralatan seperti tersebut. Tergantung dari tahapan
pembagiannya, aliran cabang dapat dibagi menjadi aliran cabang primer, aliran
cabang sekunder dan aliran cabang permuka kerja, seperti terlihat pada gambar di
bawah.

Hal penting yang berikutnya adalah strukturnya harus dapat mencegah udara bocor
untuk meningkatkan jumlah udara efektif. Masalah ini bukan saja untuk maksud
menyingkirkan gas di lokasi kerja yang merupakan tujuan utama, tetapi dilihat dari
segi pencegahan swabakar dan ekonomi daya ventilasi juga penting. Untuk
mencapai tujuan tersebut, jaringan ventilasi utamanya menggunakan sistem
diagonal (mengenai sistem ini akan dijelaskan kemudian) dengan menggali
sumuran tegak ventilasi di bagian dalam, sementara sebagai cara efektif pada
konstruksi panel digunakan sistem struktur ruang.

2. Ventilasi Utama

2.1 Jenis Ventilasi Utama

Ventilasi utama terdiri dari jenis-jenis berikut.

(1) Klasifikasi berdasarkan metode pembangkitan daya ventilasi

.. ventilasi alam ventilasi mesin

(2) Klasifikasi berdasarkan tekanan ventilasi pada ventilasi mesin

.. ventilasi tiup ventilasi isap

(3) Klasifikasi berdasarkan letak jalan udara masuk dan udara buang

.. ventilasi terpusat ventilasi diagonal


2.2 Ventilasi Alam

Setiap kenaikan atau penurunan temperatur sebesar 1C, sumua jenis gas akan
memuai atau menyusut sebesar 1/273 kali volumenya pada 0C. Dengan kata lain,
berat per satuan volume akan bertambah atau berkurang sebesar 1/273 kali.

Temperatur di permukaan (di luar tambang bawah tanah) berubah secara drastis
tergantung dari musim (terutama di negara 4 musim). Dalam satu hari, temperatur
di luar tambang bawah tanah juga mengalami perubahan kecil dari siang ke malam.
Tetapi, temperatur di dalam tambang bawah tanah pada ke dalaman tertentu
hampir tidak ada perubahan yang besar sepanjang 4 musim, atau antara malam dan
siang. Temperatur di dalam tambang bawah tanah yang panas buminya tidak tinggi,
pada musim panas lebih rendah dari pada temperatur udara luar, dan pada musim
dingin lebih tinggi dari pada temperatur udara luar. Sehingga, apabila terdapat
perbedaan temperatur jalan udara masuk dan jalan udara buang yang ketinggian
portal udara masuk dan udara keluarnya berbeda, akan timbul perbedaan kerapatan
udara di dalam dan di luar tambang bawah tanah atau udara di jalan udara masuk
dan jalan udara buang akibat temperatur, sehingga membangkitkan daya ventilasi.
Penyebab yang dapat membangkitkan daya ventilasi adalah sebagai berikut :

a) Perbedaan tinggi portal udara masuk dan udara buang

b) Perbedaan temperatur jalan udara masuk dan jalan udara buang

c) Perbedaan temperatur di dalam dan di luar tambang bawah tanah

d) Komposisi udara di dalam tambang bawah tanah

e) Tekanan atmosfir

Komentar : Leave a Comment

Tag: Teknik ventilasi


Kategori : Materi Kuliah

Sistem penyaliran tambang


21052009
Sasaran penyaliran adalah membuat lokasi kerja di areal penambangan selalu
kering karena bila tidak terkontrol akan menimbulkan masalah, antara lain :

(1) lokasi kerja


(2) jalan tambang becek dan licin,

(3) stabilitas lereng tambang rawan longsor

(4) peralatan tambang cepat rusak

(5) kesulitan mengambil contoh (sampling)

(6) efisiensi kerja menurun dan

(7) mengancam keselamatan dan kesehatan kerja.

2. KONSEP PEMBENTUKAN AIR TANAH

2.1 Lapisan air tanah terkekang

2.2. Debit air tanah

3. PENYALIRAN

3.1 Efek air tambang

a. Efek langsung dari air terhadap penambangan.

b. Efek air tak langsung terhadap penambangan.

c. Efek air tak langsung ke sekitar aktifitas penambangan.

2. KONSEP PEMBENTUKAN AIR TANAH

2.1 Lapisan air tanah terkekang

2.2. Debit air tanah

3. PENYALIRAN

3.1 Efek air tambang

a. Efek langsung dari air terhadap penambangan.

b. Efek air tak langsung terhadap penambangan.

c. Efek air tak langsung ke sekitar aktifitas penambangan.

3.2 Pengendalian air tambang.

1. 3.2.1 Membuat sump di dalam front tambang (pit).


2. 3.2.2 Membuat sumur dalam (sumur bor) di dalam front tambang.

3. 3.2.3 Membuat sumur dalam (sumur bor) di luar front tambang

3.2.4 Membuat paritan

3.2.5 Sistem adit

3.3 Pencegahan air tambang

3.3.1 Metoda Siemens

3.3.2 Cara elektro-osmosis

3.3.3 Cara penggalian 1 pemotongan aliran air tanah

Catchment area/water divide

Catchment area adalah merupakan suatu areal atau daerah tangkapan hujan dimana
batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga
akhirnya merupakan suatu poligon tertutup yang mana polanya disesuaikan dengan
kondisi topografi, dengan mengikuti kecenderungan arah gerak air.

Waktu konsentrasi

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik
terjauh ke tempat penyaliran.

PERENCANAAN KOLAM PENAMPUNG (SUMP)

Sump (Kolam Penampung) merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk
penampung air limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan, serta
dapat berfungsi sebagai pengendap lumpur.

Anda mungkin juga menyukai