Sedimentasi
Dosen Pembimbing : Ir. Emma Hermawati Muhari, M.T.
Kelompok/Kelas : I / 3A-TKPB
Anggota : 1. Abdul Faza M (151424001)
2. Afifah Nur Aiman (151424002)
3. Agus Hermawan (151424003)
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 3
1.2 Tujuan Praktikum.................................................................................................................... 3
BAB II..................................................................................................................................................... 2
LANDASAN TEORI .............................................................................................................................. 2
2.1 Sedimentasi ............................................................................................................................. 2
2.2 Bak Sedimentasi...................................................................................................................... 3
2.3 Plate Settler ............................................................................................................................. 6
2.4 Persamaan yang berlaku.......................................................................................................... 7
2.5 Koagulan Alumunium sulfat (Tawas) ..................................................................................... 7
2.6 Jartest ...................................................................................................................................... 8
2.7 Dosis Optimum Koagulan....................................................................................................... 9
BAB III ................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
METODOLOGI PERCOBAAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Alat dan Bahan ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Prosedur Kerja ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV ................................................................................................................................................. 10
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 12
4.1 Data Pengamatan .................................................................................................................. 12
4.2 Hasil Percobaan .................................................................... Error! Bookmark not defined.
4.3 Pembahasan........................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB V .................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ..................................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 16
LAMPIRAN.......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan solisd-liquid menggunakan pengendapan secara
gravitasi untuk menghilangkan suspensi solid. Proses sedimentasi banyak digunakan
sebagai tahap awal pengolahan air baku, pada pembuatan air minum, maupun
pengolahan air limbah.
Pada umumnya proses sedimentasi digunakan setelah proses koagulasi dan
flokulasi yang berfungsi untuk destabilisasi dan memperbesar gumpalan/ukuran
partikel, sehingga mudah untuk diendapkan (Asdak, 1995 : 33). Koagulan yang banyak
digunakan salah satunya adalah Tawas [Al2(SO4)3] yang berfungsi untuk mengikat
kotoran atau memutus rantai pada ikatan senyawa zat warna sehingga membentuk
gumpalan. Sedangkan pada proses flokulasi ditambahkan larutan polimer untuk
memperbesar gumpalan, sehingga relatif mudah untuk diendapkan. Selama proses
sedimentasi berlangsung, terdapat tida gaya yang mempengaruhi yaitu gaya gravitasi,,
gaya apung dan gaya dorong.
Berdasarkan konsentrasi dan kecenderngan partikel bereaksi proses sedimentasi
terbagi atas empat tipe, yaitu:
1) Sedimentasi Tipe I/Plain Settling/Discrete particle
Pada tipe partikel diskrit, sedimentasi partikel terjadi pada konsentrasi padatan
rendah dimana partikel mengendap secara individu serta tidak terjadi interaksi
dengan partikel yang lainnya (Ayu, 2012). Peristiwa ini terjadi pada pemisahan
partikel pasir pada air limbah. Pengendapan partikel ini tanpa menggunakan
koagulan dengan tujuan menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit
chamber.
2) Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)
Pada flocculant settling terjadi penggumpalan (aglomerasi) pada konsentrasi
partikel yang cukup tinggi Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi
terjadi melalui adanya penambahan koagulan, yang dilanjutkan dengan proses
flokulasi sehingga terjadi peningkatan massa partikel. Peningkatan rata-rata massa
2
partikel ini menyebabkan partikel mengendap lebih cepat. Flocculant settling
banyak digunakan pada primary clarifier (Ayu, 2012)
3) Hindered Settling (Zone Settling)
Pada hindered settling, konsentrasi partikel adalah tidak terlalu tinggi (cukup)
kemudian partikel bercampur dengan partikel lainnya dan kemudian mereka
karam bersama-sama.
4) Partikel kompresi
Pada tipe proses ini sedimentasi partikel terjadi terjadi pada konsentrasi padatan
yang sangat tinggi sehingga partikel mengalami penekanan oleh partikel yang
berada diatasnya. Peristiwa ini terjadi pada pemisahan mikroba (activated sludge)
pada pengolahan air limbah secara biologi.
Selain tipe proses sedimentasi, terdapat 2 jenis operasi sedimentasi yaitu operasi
sedimentasi secara gravitasi dan secara sentrifugasi.Pada sedimentasi secara gravitasi,
partikel mengendap melalui mekanisme gravitasi secara alami dan perbedaan densitas.
Sedangkan secara sentrifugasi pengendapan partikel menggunakan alat sentrifugasi
dengan kecepatan pengendapan lebih tinggi dibandingkan pengendapan secara
gravitasi.
3
Gambar 2.1 Bak Sedimentasi Segi Empat
4
Gambar 2.3. Bak sedimentasi bentuk lingkaran aliran vertikal.
Aliran air dapat secara horizontal ke arah radial dan umumnya menuju ke tepi
lingkaran atau dengan aliran arah vertikal. Pada kapasitas yang sama, pada kolam
pengendapan ini kemungkinan terjadinya aliran pendek (short-circuiting) lebih
besar daripada kolam pengendapan berbentuk segi empat (Assyifa,2015). Bentuk
ini secara hidraulika kurang baik karena tampang alirannya tidak seragam, sehingga
kecepatan alirannya tidak konstan. Karena itu timbul kesulitan dalam pengontrolan
kecepatan aliran dan semakin besar dimensi bangunan pengontrolan kecepatan
menjadi lebih sulit lagi.
1) Zona Inlet atau struktrur influent: tempat air masuk ke dalam bak. Zona inlet
mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi dan menyebarkan
kecepatan aliran yang baru masuk
2) Zona pengendapan: tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan. Dalam
zona ini, air mengalir pelan secara horisontal ke arah outlet, dalam zona ini terjadi
proses pengendapan. Lintasan partikel tergantung pada besarnya kecepatan
pengendapan.
3) Zona lumpur: tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak. Kadang
dilengkapi dengan sludge collector/scrapper. Dalam zona ini lumpur terakumulasi.
Sekali lumpur masuk area ini ia akan tetap disana.
5
4) Zona Outlet atau struktur efluen: tempat di mana air akan meninggalkan bak,
biasanya berbentuk pelimpah (weir). Seperti zona inlet, zona outlet mempunyai
pengaruh besar dalam mempengaruhi pola aliran dan karakteristik pengendapan
flok pada bak sedimentasi. Biasanya weir/pelimpah dan bak penampung limpahan
digunakan untuk mengontrol outlet pada bak sedimentasi.
Plate settler dapat dibuat dari jenis bahan yang tidak mudah berserat, semacam
polyethylene (berupa plastik yang keras dan tebal), kayu, fiber, baja tipis dan
sebagainya. Bentuk plate yang digunakan dapat berupa lempengan, gelombang, dan
zigzag dan dengan kemiringan plate yang bervariasi (Husaeni, 2013).
6
2.4 Persamaan yang berlaku
𝑔
𝑣𝑜 = (18 µ) [(ρs − ρl). d2]
Keterangan :
vo = kecepatan linier
µ = viskositas cairan
ρs = densitas padatan
ρl = densitas cairan
d = diameter rata-rata partikel padatan yang berbentuk gumpalan
7
Jika air kurang memiliki kapasitas alkalinitas (buffering capacity), basa
tambahan seperti hydrated lime, sodium hidroksida (soda kaustik) atau sodium
karbonat harus ditambahkan.
1 mg/L alum bereaksi dengan 5,3 mg/L alkalinitas (CaCO3). Jadi jika tidak ada basa
yang ditambahkan, alkalinitas akan turun dan terjadi penurunan pH. Flok aluminium
hidroksida tidak dapat larut pada rentang pH yang relatif sempit, dan akan bervariasi
tergantung air yang diolah. Oleh karenanya, kontrol pH menjadi penting dalam
koagulasi, tidak hanya untuk menyisihkan kekeruhan dan warna, tetapi juga untuk
menjaga residu terlarut tetap berada dalam jumlah minimum untuk membantu
sedimentasi. Nilai pH optimum koagulasi sebaiknya dijaga dengan menambahkan asam
seperti asam sulfat, tidak dengan menambahkan koagulan yang berlebih. pH optimum
untuk koagulasi menggunakan alum, sangat tergantung pada karakteristik air yang
diolah, biasanya berada dalam rentang 5-8.
2.6 Jartest
Jar test merupakan metode standar yang dilakukan untuk menguji proses
koagulasi (Kemmer,2002). Data yang didapat dengan melakukan jar test antara lain
dosis optimum penambahan koagulan, lama pengendapan serta volume endapan yang
terbentuk. Jar test sebaiknya dilakukan setiap beberapa hari, bulan atau tahun bahkan
musim terutama pada saat dimana terjadi perubahan keadaan air secara kimia. Jar test
terdiri dari enam buah batang pengaduk yang masing – masing mengaduk satu buah
gelas dengan kapasitas satu liter. Satu buah gelas berfungsi sebagai kontrol dan kondisi
operasi dapat bervariasi diantara lima gelas yang tersisa. Penggunaan sebuah
pengukuran rpm di bagian atas petangkat jar test ini berperan sebagai pengontrol
keseragaman kecepatan pencampuran pada keenam gelas tersebut. Hasil dari uji ini
menjadi acuan dalam pemberian dosis koagulan pada proses koagulasi.
8
2.7 Dosis Optimum Koagulan
Penentuan dosis optimum koagulan untuk aluminium sulfat dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai parameter air (pH, warna dan turbiditas)
9
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
Satu set peralatan sedimentasi yang terdiri dari:
1. Tangki penampungan air
2. Pompa peristaltik
3. Bak sedimentasi
4. Turbidity-meter
5. TDS-meter
6. pH-meter
b. Bahan yang digunakan
1. Air limbah
2. Tawas
3.2 Prosedur Kerja
10
3.3 Diagram Alir
Mulai
Air Limbah
Koagulan
(Tawas)
(waktu optimum)
Target Tidak
(waktu optimum)
Selesai
Selesai
11
BAB IV
Waktu Kekeruhan
No TDS
(menit) (NTU)
1 0 0.419 31.10
2 5 0.399 27.23
3 10 0.376 23.64
4 15 0.401 22.31
5 20 0.366 20.42
6 25 0.425 16.86
7 30 0.417 15.36
8 35 0.421 15.30
9 40 0.43 15.26
10 45 0.431 14.23
11 50 0.422 13.23
Waktu VS Turbiditas
35.00
30.00
25.00
Turbiditas
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60
Waktu
12
b. Sedimentasi dengan koagulan
Waktu VS Turbiditas
35.00
30.00
25.00
Turbiditas
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60
Waktu
4.2 Pembahasan
Waktu optimum tanpa pengendapan adalah pada t= 25 menit dengan nilai
kekeruhan 16.86 NTU. Sedangkan waktu optimum pengendapan dengan penambahan
koagulan berupa tawas adalah pada t= 10 menit dengan nilai kekeruhan 19.33.
Membandingkan waktu optimum masing-masing, sudah pasti nilai kekeruhan yang
dengan penambahan koagulan lebih rendah. Air sungai Sarijadi setelah penambahan
koagulan selama 10 menit yang semula keruh (nilai kekeruhannya tinggi), langsung
menjadi lebih jernih (nilai kekeruhannya menjadi rendah) hal ini dikarenakan pada air
sungai mengandung TSS yang berupa koloid jika ditambahkan koagulan dengan dosis
13
tertentu koloid tersebut akan menjadi fine flock. Fine flock tersebut ukuran partikelnya
pasti lebih besar dan lebih mudah mengendap.
Mungkin jika tidak melakukan praktikum sudah dapat diprediksi antara air
sungai yang ditambahkan koagulan dengan yang tidak ditambahkan koagulan yang
mana yang akan lebih jernih setelah. Tetapi praktikum ini adalah untuk mengamati dan
mengetahui waktu pengendapan yang paling optimal dengan menggunakan bahan baku
air sungai Sarijadi jika ditambah koagulan ataupun tidak ditambah koagulan. Pada air
sungai yang ditambahkan koagulan, jenis koagulan yang digunakan adalah Tawas dan
dosis optimum tawas adalah 4 gram. Dosis optimum tawas didapat dari kurva dengan
mengeplotkan nilai kekeruhan awal air sungai.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Waktu optimum pengendapan air sungai tanpa koagulan adalah pada 25 menit
- Waktu optimum pengendapan air sungai dengan penambahan koagulan adalah
pada 10 menit
- Air sungai dipakai adalah air sungai Sarijadi
- Koagulan yang dipakai adalah tawas
- Dosis optimum tawas adalah 4 gram
5.2 Saran
Praktikan menyarankan kepada praktikan lain yang akan praktikum sedimentasi
agar memvariasikan sumber air yang digunakan ataupun koagulan yang digunakan,
misalnya 2 sumber air yang berbeda dengan penambahan koagulan yang sama ataupun
1 sumber air tetapi ditambahkan jenis koagulan yang berbeda. Atau dapat mencoba
menggunakan koagulan lain yang belum tersedia di laboratorium.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ambat, R. Esther dan Bambang Setio Budianto,. No Date. Perancangan Bak Pengendap Jenis
Plate Settler Untuk Instalasi Pengolahan Air. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Bandung
Asdak, 1995, “Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”, UGM-Press, Yogyakarta
Ayu, Sani. 2012. Makalah “Sedimentasi”. https://adekbacatulisbagi.wordpress.com/2012
/06/23/sedimentasi/ [Diunduh pada 16 Februari 2018]
Assyifa. 2015. “Makalah Sedimentasi” https://caracararaaa.blogspot.co.id/2015/09/makalah-
pam-sedimentasi.html [Diunduh pada 16 Februari 2018]
Husaeni, Nurul dkk. 2013. Penurunan Konsentrasi Total Suspended Solid Pada Proses Air
Bersih Menggunakan Plate Settler. Progdi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil
Dan Perencanaan.
Kristijarti, A Prima dkk. 2013. Penentuan Jenis Koagulan Dan Dosis Optimum Untuk
Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi Dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik
Jamu. Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik
Parahyangan
Lestari, Siska Tri. 2016. Artikel Penelitian “Keefeektifan Penambahan Dosis Tawas Dalam
Menurunkan Kadar TSS (Total Suspended Solid) Pada Limbah Cair Rumah Makan”.
Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Pulungan , Amanda Desviani. 2012. Evaluasi Pemberian Dosis Koagulan Aluminium Sulfat
Cair Dan Bubuk Pada Sistem Dosing Koagulan Di Instalasi Pengolahan Air Minum
Pt. Krakatau Tirta Industri. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Bogor
Bahan Ajar Satuan Operas. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
http://www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/sedimentasi.pdf
[Diunduh pada 16 Februari 2018]
“Plate Settler Vs Tube Settler: Best Choice For A Sedimentation Basin”
https://www.jmsequipment.com/tube-settlers-vs-plate-settlers/ [Diunduh pada 16
Februari 2018]
16