BERWARNA 3X4
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
MATERI
NIM : 215100907111041
KELOMPOK : Y5
ASISTEN :
2.2.2. Stabilization
Stabilization merupakan proses yang dilakukan dengan konversi padatan organik
ke dalam bentuk inert yang dilanjutkan dengan dibiarkan atau digunakan sebagai
kondisioner tanah. Stabilization merupakan proses degradasi komponen organik menjadi
senyawa yang lebih sederhana, serta menghilangkan senyawa toksik dengan eliminasi
senyawa volatile yang menimbulkan aroma tidak sedap dengan memanfatkan berbagai
macam mikroorganisme. Stabilization adalah penguraian bahan biodegradeable dalam
lumpur dengan memanfaatkan kerja mikroorganisme. Stabilization dilakukan dengan
menggunakan aerobic sludge digester yang dapat bermanfaat untuk mendegradasi
komponen senyawa organik kompleks pada lumpur dari pengolahan secara biologis
seperti lumpur aktif atau biosolid. Proses stabilisasi dilakukan sama dengan pengolahan
limbah secara biologi, untuk stabilisasi lumpur lebih medah. Lumpur akan masuk dalam
kedap udara atau sludge digester, serta dibiarkan beberapa waktu hingga terjadi proses
penguraian oleh mekroorganisme. Proses tersebut akan menghasilkan gas metan atau
gas bio. Stabilization dirancang dengan tujuan untuk menurunkan BOD atau COD dalam
lumpur, serta tidak terjadi pengentalan lebih jauh setelah thickener dilakukan. Prose
stabilization dilakukan tanpa menyebabkan gangguan atau bahaya kesehatan melalui
proses yang biasa disebut dengan nama digestion (Ummah, 2018).
2.2.3. Conditioning
Conditioning merupakan pengolahan lumpur dengan menggunakan bahan kimia
atau pemanasan yang dilanjutkan dengan pemisahan air dengan lumpur. Proses
conditioning berfungsi untuk memudahkan lumpur mengurangi kandungan air, sehingga
dapat melakukan proses selanjutnya. Proses tersebut dilakukan sebelum proses
dewatering secara mekanis. Conditioning dapat dilakukan dengan freezing dan thawling,
serta dengan penambahan bahan kimia. Conditioning dilakukan melalui penggumpalan
dengan bahan kimia koagulan seperti pada proses koaglasi dan flokulasi. Bahan koagulan
yang digunakan berupa tawas, klorida, PAC, dan kapur. Penambahan bahan kimia pada
proses pengolahan lumpur bertujuan untuk menurunkan atau menaikkan nilai pH pada
titik tertentu. Teknik lainnya yang dilakukan pada proses conditioning melalui cara
pemanasan dan pengepresan lumpur. Panas yang digunakan sekitar 350oF sampai
dengan 450oF atau 177 oC sampai dengan 232 oC, serta tekanan pengepresan 150 psi
sampai dengan 300 psi. Proses conditioning secara kimia berupa tahapan yang dapat
menghasilkan penyaringan lumpur dengan hasil yang lebih baik, serta ekonomis dengan
vakum atau sentrifugal. Tujuan utama pengolahan limbah dengan conditioning yaitu
melakukan stabilisasi senyawa dalam organik dalam lumpur, mengurangi volume dengan
cara menurunkan kandungan air dalam lumpur, menghancurkan patogen dalam lumpur,
memanfaatkan hasil dari proses seperti gas methane yang dihasilkan dari proses
digestion, serta tidak terjadi pembuangan lumpur yang pada lingkungan (Islami, 2022).
2.2.4. Dewatering
Dewatering merupakan proses pemisahan air dari lumpur dengan menggunakan
vacuum, pressure atau drying. Proses pengeluaran air lumpur dilakukan dengan
menghilangkan air yang terkandung dalam lumpur setelah proses pengentalan.
Persyaratan kadar padatan kering lumpur yang diinginkan tergantung pada penanganan
akhir yang akan dilakukan, umumnya berkisar 30%. Dewatering digunakan pada IPAL
sebelum pembuangan akhir lumpur atau biosolids, serta sebagai pendahuluan untuk
perawatan lebih lanjut. Dewatering merupakan proses penghilangan kandungan air,
sehingga lumpur dapat di angkut ke tempat pembuangan akhir. Pemilihan proses
dewatering ditentukan berdasarkan tipe lumpur, karakteristik, dan luas lahan yang
tersedia. Umumnya, dewatering digunakan untuk menggambarkan pemisahan antara
fraksi padat dan fraksi cair terhadap larutan dispersi yang disebut lumpur. Konsentrasi
berfokus pada penambahan kandungan padatan, serta mengurangi kandungan cair pada
lumpur. Alat yang digunakan pada merode dewatering adalah pompa atau dewatering
pump. Pompa yang digunakan memiliki jenis seperti submersible pumps, serta centrifugal
pumps. Pemilihan pompa disesuaikan dengan kuantitas lumpur, kandungan solid, target
waktu pekerjaan, dan target solid yang akan diperoleh. Dewatering dilakukan dengan
memisahkan komponen padat dan cair, sehingga lebih mudah dan hemat biaya untuk
menangani fase terpisah untuk pembuangan akhir. Lumpur yang telah kering akan
menghasilkan komponen padat dan cair yang mengandung kontaminan untuk
penanganan secara terpisah. Proses dewatering secara signifikan berbeda dalam
kemampuannya untuk mengurangi kadar air lumpur. Metode pembuangan lumpur akhir
pada umumnya memiliki pengaruh besar pada metode pengeringan yang paling sesuai
untuk IPAL tertentu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi proses pengeringan yaitu faktor
iklim seperti kelembaban, suhu, dan musim. Selain itu, kualitas pasir yang kurang baik
dapat menyebabkan hancurnya partikel pasir, dan menyebabkan penyumbatan pori-pori
media tersebut, sehingga laju filtrasi akan berkurang. Lumpur yang telah mengandung
38% sampai dengan 35% setelah pengeringan dapat diklasifikasikan sebagai semi solids
cake (Ummah, 2018).
2.2.5. Reduction
Reduction merupakan salah satu metode pengolahan limbah lumpur. Metode
pengolahan lumpur yang dilakukan sebelumnya akan menghasilkan suatu padatan
dengan pengolahan melalui metode reduction. Reduction dilakukan dengan cara konversi
padatan ke dalam bentuk yang stabil. Tahapan konversi yang terjadi dari reduction dalam
proses pengolahan lumpur dapat dilakukan dengan cara wet oxidation atau insenerasi.
Wet oxydation merupakan proses oksidasi lumpur dalam keadaan basah di dalam tungku
dengan suhu, serta tekanan tinggi. Volatile solid hingga menghasilkan sisa abu stabil.
Hasil dari metode tersebut dibuang dan tidak mencemari lingkungan sekitar. Salah satu
manfaat reduction yaitu untuk pengolahan air limbah dengan penyimpanan lumpr yang
mengurangi kebutuhan penanganan lumpur. Setiap laguna atau kolam pada akhirnya
akan membutuhkan pengerukan untuk menghilangkan padatan yang tidak mudah
menguap (Syahputra et al, 2022).
Islami NN. 2022. Identifikasi dan Uji Karakteristik Lumpur Hasil Pengolahan Air Perumda Tirta
Mayang Kota Jambi. Skripsi. Progam Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Batanghari.
Sucahyo SE, Firdaus NA, Lintang L. 2018. Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah Lumpur
PDAM Cilacap. Jurnal Georafflesia 3(2): 81-88.
Syahputra B, Soedarsono, Poedjiastoeti H. 2022. Pengolahan Lumpur. Perancangan
Bangunan Pengolahan Air Minum. Sultan Agung Press. Semarang.
Ummah NF. 2018. Pengeringan Lumpur IPAL Biologis pada Unit Sludge Drying Bed (SBD).
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
LAMPIRAN