Anda di halaman 1dari 19

FOTO

BERWARNA 3X4

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
MATERI

PENGOLAHAN LUMPUR DENGAN METODE VACUUM


FILTRATION

NAMA : MARSHA AFIFAH BR

NIM : 215100907111041

KELOMPOK : Y5

ASISTEN :

Abiyyu Rizky Fakhrireza Naufal Hanif Nur Muhana


Daffa Aqsa Alhakim Nurul Andrini Pramestikha
Devela Mulia Putri Radina Arsy
Fathia Auliarahma Rahmalia Yazida Putri
Mahmud Jamil Sellya Aldiariza Kharisma
M. Raihan Nazhif Putranto Wafi Mumtaz Malik

LABORATORIUM KUALITAS AIR DAN PENGOLAHAN LIMBAH


DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sludge merupakan lumpur yang mengandung padatan diperoleh dari hasil proses
pemisahan padatan, serta cairan padalimbah. Lumpur yang dihasilkan tidak dapat dibuang
begitu saja dalam jumlah besar karena dapat menimbulkan kerusakan, sehingga dibutuhkan
proses khusus dalam pengolahan lumpur. Tujuan utama pengolahan lumpur yaitu mengurangi
volume lumpur dengan cara memisahkan air dari lumpur sebelum dilakukan pembuangan.
Pengurangan kandungan air dan volume lumpur menjadi hal yang penting. Hal tersebut
disebabkan karena dalam air pada limbah mengandung pencemar yang lebih terkonsentrasi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu pengolahan secara fisik dan kimia melalui proses
mechanical dewatering atau filtrasi dengan filter press plate atau frame dengan menggunakan
chemical conditioning atau jenis koagulan, serta flokulan tertentu.

1.2. Tujuan Praktikum


a. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip kerja dari unit pengolahan lumpur dengan
metode vacuum filter sederhana
b. Mahasiswa mampu merancang unit pengolahan lumpur dengan metode vacuum filter
sederhana
c. Mahasiswa mampu memahami dan menentukan hubungan waktu dengan volume
filtrate hasil pengolahan lumpur
d. Mahasiswa mampu menentukan nilai specific resistance dari lumpur dalam air sampel
melalui percobaan dengan metode vacuum filter
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengolahan Lumpur


2.1.1. Pengertian Pengolahan Lumpur
Limbah lumpur merupakan sisa hasil proses sedimentasi yang mengendap di dasar
unit kolam clarifier. Limbah lumpur yang terkumpul dalam kolam penampung lumpur dapat
dibuang dengan menggunakan beberapa metode pengolahan. Umumnya, pengolahan
lumpur merupakan salah satu pengolahan yang dilalukan dengan penanganan khusus.
Hal tersebut disebabkan oleh pengolahan yang dilakukan terhadap sisa lumpur dari
proses pengolahan limbah atau air bersih pada bak pra-sedimentasi dan bak sedimentasi
sebagai hasil dari proses koagulasi dan flokulasi. Penanganan khusus tersebut terletak
pada proses dewatering atau pengeringan, serta pembuangan atau disposal, sehingga
diperoleh hasil akhir yang dapat dibuang atau digunakan kembali sebagai pupuk tanaman,
dan pengurugan atau landfill. Filtrat yang dihasilkan dari proses pemekatan dan
dewatering menuju ke unit ekualisasi (IPAL) untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Pengolahan lumpur berfokus pada pengurangan berat dan volume lumpur untuk
mengurangi biaya pengangkutan dan pembuangan, serta pada pengurangan potensi
risiko kesehatan dari pilihan pembuangan. Perancangan pengolahan lumpur dilakukan
karena dampak dari pengolahan air yang memiliki turbiditas tinggi untuk menghasilkan
lumpur. Lumpur yang dihasilkan semakin lama akan semakin banyak, sehingga
diperlukan penanganan secara khusus agar tidak menimbulkan kendala yang
berpengaruh pada lingkungan (Ummah, 2018).

2.1.2. Tujuan Pengolahan Lumpur


Pengolahan lumpur merupakan faktor utama dalam perancangan dan operasi
instalasi pengolahan air. Tujuan utama pengolahan lumpur adalah mengurangi volume
lumpur yang dilakukan dengan cara memisahkan air dari dalam lumpur sebelum dibuang.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pengangkutan. Pengolahan
lumpur yang dilakukan memiliki tujuan untuk menstabilkan bahan organik. Lumpur yang
telah stabil tidak memiliki bau yang menyengat, dan dapat ditangani tanpa menimbulkan
gangguan atau bahaya kesehatan. Volume lumpur yang lebih kecil mengurangi biaya
pemompaan dan penyimpanan. Pengolahan lumpur yang dilakukan memiliki tujuan
lainnya yaitu untuk mereduksi volume atau berat lumpur dengan menghilangkan
kandungan air yang terdapat di dalamnya. Selain itu, dapat digunakan untuk mengurangi
kadar polutan dalam lumpur, serta untuk mereduksi volume atau berat lumpur yang
memudahkan handling. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menurunkan kuantitas atau
kualitas lumpur (Ummah, 2018).

2.1.3. Sumber Limbah Lumpur


Lumpur merupakan campuran zat padat deengan air yang memiliki kadar solid
yang rendah antara 0,25% sampai dengan 6%. Hal tersebut menyebabkan sifat fisis
lumpur sama dengan sifat cairan yaitu mudah mengalir dengan berat jenis yang
mendekati 1 N/m3. Limbah lumpur merupakan hasil dari pengolahan air limbah untuk
menghilangkan kandungan zat pengotor baik organik atau anorganik yang terdapat dalam
larutannya. Umumnya, lumpur yang dihasilkan dalam instalasi pengolahan air limbah
berasal dari hasil pengendapan materi padatan dalam unit-unit pengolahan. Sumber
limbah lumpur juga dapat berasal dari pengolahan air bersih dari bak pra-sedimentasi dan
bak sedimentasi sebagai hasil dari proses koagulasi dan flokulasi. Sumber limbah lumpur
lainnya yaitu dari pengolahan air buangan rumah tangga pada bak pengendap
pendahuluan atau bak pengendap kedua sebagai hasil pengolahan biogas yang disebut
sebagai biofloc. Selain itu, lumpur juga dapat berasal dari pengolahan limbah industri
pada proses pengendapan atau proses flotasi. Berdasarkan sumbernya, lumpur dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu primary raw sludge dan waste activated sludge. Primary
raw sludge berasal dari padatan yang telah dilakukan pengendapan melalui proses
pengendapan primer atau primary sedimentation. Selanjutnya, waste activated sludge
merupakan flok-flok yang terbentuk dari gabungan mikroorganisme Selain itu, waste
activated sludge merupakan polutan yang teroksidasi selama proses aerasi melalui
pengendapan dalam tangki pengendapan sekunder atau secondary clarifier (Sucahyo et
al., 2018).

2.2. Metode Pengolahan Lumpur


2.2.1. Thickening
Thickening merupakan salah satu metode yang dilakukan dalam pengolahan
lumpur dengan cara memisahkan sebagai besar air melalui gravitasi atau flotasi.
Pengapungan yang dilakukan dengan injeksi udara bertekanan 40 psi sampai dengan 80
psi dalam lumpur. Udara akan larut dalam lumpur, sehingga lumpur akan terangkat dan
terapung. Pengendapan gravitasi akan dilakukan dengan proses sedimentasi. Thickening
merupakan proses pengolahan yang dilakukan dengan memisahkan lumpur dari air.
Thickening juga berupa proses pengentalan lumpur yang bertujuan untuk meningkatkan
kekentalan atau kandungan padatan dalam lumpur dengan cara pengeluaran air.
Umumnya, lumpur yang dihasilkan dari unit pengolahan air limbah berupa cairan encer
dengan kandungan padatan antara 0,5% sampai dengan 1% atau kandungan air 99%
sampai dengan 99,5%, sehingga dipekatkan secara gravitasi hingga 2% samapi dengan
3% atau kandungan air 97% samapi dengan 98% menggunakan thickener. Metode
pengentalan lumpur digunakan sesuai untuk berbagai jenis lumpur. Proses pengentalan
lumpur dilakukan untuk kebutuhan pencernaan lumpur. Thickening memiliki rancangan
berdasarkan kriteria solid flux (G), serta waktu detensi dalam unit thickener. Thickening
dapat menerima influen dengan kadar solid 1% dan mengeluarkan lumpur dengan kadar
solid 4% Berdasarkan metode pengentalan yang dilakukan, lumpur disesuaikan dengan
cara fisik atau senyawa fisik,. Hal tersebut dilakukan agar lumpur dapat menggumpal,
sehingga air semakin cepat untuk terisolasi. Proses konsentrasi lumpur merupakan
proses penting untuk mendapatkan efisiensi penghilang kandungan padatan dalam
proses pengolahan. Proses pemadatan tersebut memiliki efek terhadap proses
selanjutnya seperti conditioning, serta dapat memberikan efisiensi penghematan dalam
operasi dan biaya (Islami, 2022).

2.2.2. Stabilization
Stabilization merupakan proses yang dilakukan dengan konversi padatan organik
ke dalam bentuk inert yang dilanjutkan dengan dibiarkan atau digunakan sebagai
kondisioner tanah. Stabilization merupakan proses degradasi komponen organik menjadi
senyawa yang lebih sederhana, serta menghilangkan senyawa toksik dengan eliminasi
senyawa volatile yang menimbulkan aroma tidak sedap dengan memanfatkan berbagai
macam mikroorganisme. Stabilization adalah penguraian bahan biodegradeable dalam
lumpur dengan memanfaatkan kerja mikroorganisme. Stabilization dilakukan dengan
menggunakan aerobic sludge digester yang dapat bermanfaat untuk mendegradasi
komponen senyawa organik kompleks pada lumpur dari pengolahan secara biologis
seperti lumpur aktif atau biosolid. Proses stabilisasi dilakukan sama dengan pengolahan
limbah secara biologi, untuk stabilisasi lumpur lebih medah. Lumpur akan masuk dalam
kedap udara atau sludge digester, serta dibiarkan beberapa waktu hingga terjadi proses
penguraian oleh mekroorganisme. Proses tersebut akan menghasilkan gas metan atau
gas bio. Stabilization dirancang dengan tujuan untuk menurunkan BOD atau COD dalam
lumpur, serta tidak terjadi pengentalan lebih jauh setelah thickener dilakukan. Prose
stabilization dilakukan tanpa menyebabkan gangguan atau bahaya kesehatan melalui
proses yang biasa disebut dengan nama digestion (Ummah, 2018).

2.2.3. Conditioning
Conditioning merupakan pengolahan lumpur dengan menggunakan bahan kimia
atau pemanasan yang dilanjutkan dengan pemisahan air dengan lumpur. Proses
conditioning berfungsi untuk memudahkan lumpur mengurangi kandungan air, sehingga
dapat melakukan proses selanjutnya. Proses tersebut dilakukan sebelum proses
dewatering secara mekanis. Conditioning dapat dilakukan dengan freezing dan thawling,
serta dengan penambahan bahan kimia. Conditioning dilakukan melalui penggumpalan
dengan bahan kimia koagulan seperti pada proses koaglasi dan flokulasi. Bahan koagulan
yang digunakan berupa tawas, klorida, PAC, dan kapur. Penambahan bahan kimia pada
proses pengolahan lumpur bertujuan untuk menurunkan atau menaikkan nilai pH pada
titik tertentu. Teknik lainnya yang dilakukan pada proses conditioning melalui cara
pemanasan dan pengepresan lumpur. Panas yang digunakan sekitar 350oF sampai
dengan 450oF atau 177 oC sampai dengan 232 oC, serta tekanan pengepresan 150 psi
sampai dengan 300 psi. Proses conditioning secara kimia berupa tahapan yang dapat
menghasilkan penyaringan lumpur dengan hasil yang lebih baik, serta ekonomis dengan
vakum atau sentrifugal. Tujuan utama pengolahan limbah dengan conditioning yaitu
melakukan stabilisasi senyawa dalam organik dalam lumpur, mengurangi volume dengan
cara menurunkan kandungan air dalam lumpur, menghancurkan patogen dalam lumpur,
memanfaatkan hasil dari proses seperti gas methane yang dihasilkan dari proses
digestion, serta tidak terjadi pembuangan lumpur yang pada lingkungan (Islami, 2022).

2.2.4. Dewatering
Dewatering merupakan proses pemisahan air dari lumpur dengan menggunakan
vacuum, pressure atau drying. Proses pengeluaran air lumpur dilakukan dengan
menghilangkan air yang terkandung dalam lumpur setelah proses pengentalan.
Persyaratan kadar padatan kering lumpur yang diinginkan tergantung pada penanganan
akhir yang akan dilakukan, umumnya berkisar 30%. Dewatering digunakan pada IPAL
sebelum pembuangan akhir lumpur atau biosolids, serta sebagai pendahuluan untuk
perawatan lebih lanjut. Dewatering merupakan proses penghilangan kandungan air,
sehingga lumpur dapat di angkut ke tempat pembuangan akhir. Pemilihan proses
dewatering ditentukan berdasarkan tipe lumpur, karakteristik, dan luas lahan yang
tersedia. Umumnya, dewatering digunakan untuk menggambarkan pemisahan antara
fraksi padat dan fraksi cair terhadap larutan dispersi yang disebut lumpur. Konsentrasi
berfokus pada penambahan kandungan padatan, serta mengurangi kandungan cair pada
lumpur. Alat yang digunakan pada merode dewatering adalah pompa atau dewatering
pump. Pompa yang digunakan memiliki jenis seperti submersible pumps, serta centrifugal
pumps. Pemilihan pompa disesuaikan dengan kuantitas lumpur, kandungan solid, target
waktu pekerjaan, dan target solid yang akan diperoleh. Dewatering dilakukan dengan
memisahkan komponen padat dan cair, sehingga lebih mudah dan hemat biaya untuk
menangani fase terpisah untuk pembuangan akhir. Lumpur yang telah kering akan
menghasilkan komponen padat dan cair yang mengandung kontaminan untuk
penanganan secara terpisah. Proses dewatering secara signifikan berbeda dalam
kemampuannya untuk mengurangi kadar air lumpur. Metode pembuangan lumpur akhir
pada umumnya memiliki pengaruh besar pada metode pengeringan yang paling sesuai
untuk IPAL tertentu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi proses pengeringan yaitu faktor
iklim seperti kelembaban, suhu, dan musim. Selain itu, kualitas pasir yang kurang baik
dapat menyebabkan hancurnya partikel pasir, dan menyebabkan penyumbatan pori-pori
media tersebut, sehingga laju filtrasi akan berkurang. Lumpur yang telah mengandung
38% sampai dengan 35% setelah pengeringan dapat diklasifikasikan sebagai semi solids
cake (Ummah, 2018).

2.2.5. Reduction
Reduction merupakan salah satu metode pengolahan limbah lumpur. Metode
pengolahan lumpur yang dilakukan sebelumnya akan menghasilkan suatu padatan
dengan pengolahan melalui metode reduction. Reduction dilakukan dengan cara konversi
padatan ke dalam bentuk yang stabil. Tahapan konversi yang terjadi dari reduction dalam
proses pengolahan lumpur dapat dilakukan dengan cara wet oxidation atau insenerasi.
Wet oxydation merupakan proses oksidasi lumpur dalam keadaan basah di dalam tungku
dengan suhu, serta tekanan tinggi. Volatile solid hingga menghasilkan sisa abu stabil.
Hasil dari metode tersebut dibuang dan tidak mencemari lingkungan sekitar. Salah satu
manfaat reduction yaitu untuk pengolahan air limbah dengan penyimpanan lumpr yang
mengurangi kebutuhan penanganan lumpur. Setiap laguna atau kolam pada akhirnya
akan membutuhkan pengerukan untuk menghilangkan padatan yang tidak mudah
menguap (Syahputra et al, 2022).

2.3. Vacuum Sludge Filtration


2.3.1. Pengertian Vacuum Sludge Filtration
Vacuum Sludge Filtration merupakan alat yang digunakan dalam metode
pengolahan limbah lumpur. Vacuum Sludge Filtration dilakukan melalui proses
pengeringan kadar lumpur dengan cara meresap kadar air menggunakan bantuan pakem
dalam suatu saringan. Pakem yang digunakan berbentuk silinder atau drum dengan
permukaan yang tertutup dengan screen dari kain atau nilon. Vaccum filter dilengkapi
dengan pompa pakem berputar. Pompa tersebut memiliki kecepatan yang rendah yaitu 2
rpm sampai dengan 5 rpm. Vaccum filter umumnya terendam dalam bak yang berisi
lumpur saat menuju proses pengeringan, sehingga hisapan dari dalam filter terendam
dalam bak lumpur yang disebut feeding period. Selain itu, vaccum sludge termasuk ke
dalam salah satu alat dewatering secara mekanik. Proses keluarnya air dari lapisan dari
lumpur dengan menggunakan vacuum filter akan lancar dengan mengondisikan proses
koagulan dan sedimentasi. Proses tersebut berupa sludge conditioning yang membuat
lumpur menjadi lebih mudah untuk disaring (Syahputra et al., 2022).

2.3.2. Komponen Vacuum Sludge Filtration


Vacuum sludge filtration berfungsi untuk proses pengeringan lumpur dari unit final
clarifier. Vacuum sludge filtration merupakan alat yang digunakan pada proses
pengeringan kadar lumpur dengan cara menghisap kadar air dengan bantuan pakem
dalam suatu alat bantu saring. Vacuum sludge filtration memiliki komponen berupa
saringan berbentuk silinder atau drum, vacuum pump, filtrate pump, vacuum receiver,
knife blade, kompartemen, pipa filtrasi, serta filter valve. Drum silinder filter memiliki fungsi
untuk menyaring atau mengumpulkan partikel padat yang berukuran kecil. Bak atau dram
memiliki penutup dengan screen dari bahan dasar kain atau nilon. Selanjutnya, pompa
yang berfungsi untuk memberikan tekanan pada lumpur agar air yang terkandung dapat
keluar. Pompa pakem memiliki kecepatan putar sangat rendah yaitu 2 rpm sampai dengan
5 rpm. Komponen selanjutnya yaitu penampung filtrat dan pompa umpan lumpur yang
digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi (Syahputra et al., 2022).

2.3.3. Sistem Kerja Vacuum Sludge Filtration


Vacuum Sludge Filtration dilakukan melalui sistem kerja yang diawali dengan
sebagian dari vacuum filter akan terendam dalam bak yang telah berisi dengan lumpur.
Lumpur akan dikeringkan karena terdapat hisapan dari dalam filter, sehingga filter
terendam dalam bak lumpur yang disebut feeding period atau perioda penempelan
lumpur. Setelah itu, alat akan keluar dari bak lumpur filter dengan terkandung lapisan
lumpur. Hal tersebut menyebabkan kadar air yang meresap, sehingga semakin lama akan
semakin berkurang yang disebut juga sebagai periode pengeringan. Umumnya, kadar
padatan yang kurang dari 30% menandakan periode pengeringan selesai, serta lapisan
lumpur yang menjadi padat disebut cake. Kemudian, lapisan lumpur tersebut akan
dilepaskan dari filter dan bagian filter yang kosong akan masuk kembali ke dalam bak
lumpur. Pengeringan yang dilakukan dengan vacuum filter, harus dilakukan dengan
kondisi lumpur yang terlebih dahulu melakukan proses koagulan dan sedimentasi,
sehingga keluarnya air dari lapisan lumpur akan lebih lancer Hal tersebut juga memiliki
tujuan agar air yang dihasilkan dari lapisan lumpur menjadi lebih encer, serta lumpur
menjadi mudah untuk disaring (Syahputra et al., 2022).
DAFTAR PUSTAKA

Islami NN. 2022. Identifikasi dan Uji Karakteristik Lumpur Hasil Pengolahan Air Perumda Tirta
Mayang Kota Jambi. Skripsi. Progam Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Batanghari.
Sucahyo SE, Firdaus NA, Lintang L. 2018. Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah Lumpur
PDAM Cilacap. Jurnal Georafflesia 3(2): 81-88.
Syahputra B, Soedarsono, Poedjiastoeti H. 2022. Pengolahan Lumpur. Perancangan
Bangunan Pengolahan Air Minum. Sultan Agung Press. Semarang.
Ummah NF. 2018. Pengeringan Lumpur IPAL Biologis pada Unit Sludge Drying Bed (SBD).
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai