Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015

PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI


MODUL
: Sedimentasi
PEMBIMBING
: Fitria yulistiani, ST. MT

Praktikum : 06 Mei 2015


Penyerahan : 13 Mei 2015
(Laporan)

Oleh :
Kelompok
Nama

Kelas

:I
: 1. Apriyanti Ekatama
2. Bella Yashinta
3. Beriyanti Kawantary
4. Citra Pranata Niaga
: 2A

.131431002
.131431003
.131431004
.131431005

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALISIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Umumnya proses sedimentasi
digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang berfungsi untuk destabilisasi dan
memperbesar gumpalan/ukuran partikel, sehingga mudah untuk diendapkan. Proses
koagulasi menggunakan PAC (Poly Aluminium Chloride) untuk mengikat kotoran atau
memutus rantai pada ikatan senyawa zat warna sehingga membentuk gumpalan.
Sedangkan proses flokulasi dengan cara menambah larutan polimer untuk memperbesar
gumpalan, sehingga relatif mudah untuk diendapkan. Bak sedimentasi ada yang
berbentuk lingkaran, bujur sangkar ataupun segi empat. Bak berbentuk lingkaran
umumnya berdiameter 10,7 45,7 m dan kedalaman 3 4,3 m. Bak berbentuk bujur
sangkar umumnya mempunyai lebar 10 hingga 79 m dan kedalaman 1,8 hingga 5,8 m.bak
berbentuk segi empat umumnya mempunyai lebar 1,5 6 m, panjang bak sampai 76 m
dan kedalaman lebih dari 1,8 m.
Sumber :
http://rfajriyah.blogspot.com/2011/10/pengertian-sedimentasi_09.html
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mahasiswa diharapkan dapat menentukan
efisiensi pengendapan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Sedimentasi adalah pemisahan padatan dari cairan menggunakan pengendapan secara
gravitasi dimana aliran pada kondisi yang relatif tenang akan membuat padatan mengendap
akibat gaya gravitasi. Jika prasedimentasi ditujukan untuk mengendapkan partikel diskrit
(pasir, kerikil kecil dll), maka sedimentasi ditujukan untuk menyisihkan suspended solid
(partikel tersuspensi) dan sebagian kecil dissolved solid (partikel terlarut). Namun demikian,
sebelum disisihkan, partikel-partikel ini diproses sehingga partikel yang ukurannya kecil dan
sukar mengendap menjadi bergabung satu dengan lainnya lewat proses flokulasi. Proses
flokulasi menghasilkan partikel gabungan yang cukup berat untuk mengendap di bak
sedimentasi. Suspensi padat ini, atau partikel, penting untuk dibuang dari air untuk beberapa
alasan. Beberapa alasan diantaranya meliputi : alasan keamanan dan estetika, penyebaran
penyakit, dan terakhir karena adanya bahan beracun yang ada sebagai partikel atau dapat
diserap oleh partikel. Pada umumnya, sedimentasi digunakan pada pengolahan air minum, air
limbah, dan pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan.

Prinsip sedimentasi pada pengolahan air minum dan air limbah adalah sama, demikian juga
untuk metoda dan peralatannya. Namun demikian, prasedimentasi jarang digunakan pada
pengolahan air limbah, karena parameter dominan limbah adalah limbah organik, bukan
padatan tersuspensi seperti pada air baku pengolahan air bersih. Pada pengolahan air limbah
tingkat lanjutan, sedimentasi ditujukan untuk penyisihan lumpur setelah koagulasi dan
sebelum proses filtrasi. Selain itu, prinsip sedimentasi juga digunakan dalam pengendalian
partikel di udara
Sumber :
http://www.academia.edu/10038535/LAPORAN_PRAKTIKUM_LABORATORIUM_LINGKUNGA
N_MODUL_IV_SEDIMENTASI_TIPE_2_DISUSUN_OLEH_KELOMPOK_II

Bentuk bak sedimentasi :

Segi empat (rectangular). Pada bak ini, mengalir horisontal dari inlet menuju outlet,
sementara partikel mengendap ke bawah.

Sumber : https://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2012/.../ppt-sedimentasi-fix.pp.

Lingkaran (circular) center feed. Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet
bak dibagian tengak bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet
disekeliling bak, sementara partikel mngendap ke bawah.

Sumber : https://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2012/.../ppt-sedimentasi-fix.pp.

Lingaran (circular) periferal feed. Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling
lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju ke outlet di bagian tengah lingkaran,
sementara partikel mengendap ke bawah.

Sumber : https://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2012/.../ppt-sedimentasi-fix.pp.

Bagian-bagian bak sedimentasi :


a
b
c
d

Inlet : tempat air masuk ke dalam bak


Zona pengendapan : tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan
Ruang lumpur : tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak
Outlet : tempat dimana air akan meninggalkan bak

Sumber : https://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2012/.../ppt-sedimentasi-fix.pp.

Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses sedimentasi


terbagi atas tiga macam:
1

Sedimentasi TIpe I/Plain Settling/Discrete particle


Merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari
unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber.
Dalam

perhitungan

dimensi

efektif

bak,

faktor-faktor

yang

mempengaruhiperformance bak seperti turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus
lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G sehubungan dengan penggunaan
perlengkapan

penyisihan

lumpur

dan

faktor

lain

diabaikan

untuk

menghitungperformance bak yang lebih sering disebut dengan ideal settling basin.
2

Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)

Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya


penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia
setelah proses koagulasi dan flokulasi.
Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang
relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan
ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen,
maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan
memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan flokflok
yang terbentuk.
3

Hindered Settling (Zone Settling)


Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi

adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar pertikel
menghalangi pengendapan paertikel-paertikel di sebelahnya. Partikel berada pada posisi
yang relatif tetap satu sama lain dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang
konstan. Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan
menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid danliquid.
Jenis sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih adalah
sedimentasi tipe satu dan dua, sedangkan jenis ketiga lebih umum digunakan pada
pengolahan air buangan.
Sumber : https://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2012/.../ppt-sedimentasifix.pp.

Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan kemampuan partikel


untuk berinteraksi. Klasifikasi ini dapat dibagi ke dalam empat tipe yaitu:

Settling tipe I: pengendapan partikel diskrit, partikel mengendap secara individual dan

tidak ada interaksi antarpartikel


Settling tipe II: pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antarpartikel sehingga

ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah


Settling tipe III: pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya antarpartikel saling

menahan partikel lainnya untuk mengendap


Settling tipe IV: terjadi pemampatan partikel yang telah mengendap yang terjadi

karena berat partake

Clear Water Region

Kedalaman
Discrete settling region
Flocculant settling region

Hindered settling region


Sumber : Geankoplis, C., Transport Process and Unit
Operation.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

Seperangkat alat sedimentasi


Turbidimeter
pH meter
Stopwatch
Gelas kimia 100 mL
Gelas ukur 100 mL
Gelas kimia plastik 2 Liter
Kaca arloji
Batang pengaduk
Spatula
Botol semprot
Ember

3.1.2 Bahan
Air baku (Limbah pembuangan kantin MKU)
Koagulan PAC
Aquadest
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Persiapan
Menyiapkan air baku (dari kantin MKU) yang diencerkan
sampai 90 Liter

Menimbang koagulan PAC sebanyak 0,2 gram

Melarutkan kolagulan PAC dalam 100 mL aquadest

3.2.2 Proses Sedimentasi


Melakukan pengukuran kekeruhan
dan pH dari sampel air baku

Memasukkan koagulan ke dalam


tangki air baku

Melakukan pengadukan agar


homogen

Memindahkan air baku setiap 5


menit sebanyak 2 L ke dalam tangki
sedimentasi

Mengukur waktu tinggal air baku


dalam tangki sedimentasi

Melakukan pengukuran kekeruhan


dan pH setiap 10 menit air baku
dalam tangki sedimentasi dan
effluen yang dihasilkan

3.3 Keselamatan Kerja

Pastikan kabel listrik tidak bersinggungan dengan percikan/tumpahan air.

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Skema Peralatan
Tangki Air Baku
Tangki
Koagulasi
1

Tangki
Koagulasi
2

Bak Sedimetasi

Effluen

Gambar 1. Skema Peralatan Sedimentasi


4.2 Konsentrasi Koagulan
Jenis

= PAC

Konsentrasi

= 0.2 %

4.3 Kondisi Air Baku (Limbah di Kantin MKU)


Volume

= 90 L

Kekeruhan

= 37.70 NTU ; 56.50 NTU ; 45.45 NTU

pH

= 5.80 ; 5.81 ; 5.81

Laju Alir

= 0.4 Liter/menit

4.4 Proses Sedimentasi


Tabel 1. Data Pengamatan Proses Sedimentasi Sebelum Effluen Keluar Bak Sedimentasi

No
1
2
3
4
5
6

Laju Alir
Air Baku
0.4
Liter/meni
t

Waktu
(menit
)
0
10
20
30
40
50

Kekeruhan (NTU)
1

37.70
15.34
11.43
6.63
7.15
7.24

56.50
14.82
10.53
6.85
7.28
7.19

45.45
17.02
12.94
7.67
7.51
7.24

pH
RataRata
46.55
15.73
11.63
7.05
7.31
7.22

5.80
6.11
6.45
6.58
6.33
5.86

5.81
6.13
6.45
6.49
6.34
5.84

5.81
6.13
6.33
6.44
6.30
5.85

RataRata
5.81
6.12
6.41
6.50
6.32
5.85

7
8
9
10
11
12

60
70
80
90
100
110

8.68
7.01
6.25
6.92
6.91
7.51

9.40
6.91
6.31
7.28
6.72
6.85

9.54
8.03
6.37
7.45
6.70
6.94

9.21
7.32
6.31
7.22
6.78
7.10

6.10
6.18
6.68
6.27
6.22
6.66

6.08
6.17
6.60
6.24
6.25
6.55

6.12
6.19
6.55
6.17
6.23
6.45

6.10
6.18
6.61
6.23
6.23
6.55

Waktu tinggal dalam Bak Sedimentasi


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

12 L 42 menit 35 detik
14 L 47 menit 50 detik
16 L 52 menit 57 detik
18 L 58 menit 18 detik
20 L 1 jam 3 menit 20 detik
22 L 1 jam 9 menit 30 detik
Effleun keluar dari Bak Sedimentasi 1 jam 50 menit 15 detik

50.00
45.00
40.00
35.00
30.00
Kekeruhan (NTU) 25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0

20

40

60

80

100

120

Waktu (menit)

Gambar 2. Grafik Hubungan Kekeruhan Effluen terhadap Waktu Sebelum Effluen Keluar
Bak Sedimentasi

6.80
6.60
6.40
6.20
pH

6.00
5.80
5.60
5.40
0

20

40

60

80

100

120

Waktu (menit)

Gambar 3. Grafik Hubungan pH Effluen terhadap Waktu Sebelum Effluen Keluar Bak
Sedimentasi
Tabel 2. Data Pengamatan Proses Sedimentasi Setelah Effluen Keluar Bak Sedimentasi

No
1
2

Laju Alir
Air Baku
0.4
Liter/meni

Waktu
(menit

Kekeruhan (NTU)

pH
Rata-

)
110

7.47

7.28

7.28

120

7.90

7.53

7.56

Rata
7.34

6.44

6.45

6.44

Rata
6.44

7.66

5.50

5.56

5.58

5.55

t
50
45
40
35
30
Kekeruhan (NTU) 25
20
15
10
5
0
0

20

40

Rata-

60

80

Waktu (menit)

100

120

140

Gambar 4. Grafik Hubungan Kekeruhan Effluen terhadap Waktu Setelah Effluen Keluar Bak
Sedimentasi

6.6
6.4
6.2
6
pH 5.8
5.6
5.4
5.2
5
0

20

40

60

80

100

120

140

Waktu (menit)

Gambar 5. Grafik Hubungan pH Effluen terhadap Waktu Setelah Effluen Keluar Bak
Sedimentasi
4.5 Effisiensi Pengendapan
Tabel 3. Data Effisiensi Pengendapan Sebelum Effluen Keluar Bak Sedimentasi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Waktu
(menit)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110

Kekeruhan (NTU)
Air Baku Effluen
46.55
15.73
11.63
7.05
7.31
7.22
46.55
9.21
7.32
6.31
7.22
6.78
7.10

Effisiensi (%)
0
66.21
75.02
84.85
84.30
84.49
80.21
84.27
86.44
84.49
85.44
84.75

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
Effisiensi (%)

50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0

20

40

60

80

100

120

Waktu (menit)

Gambar 6. Grafik Hubungan Effisiensi Pengendapan terhadap Waktu Sebelum Effluen Keluar
Bak Sedimentasi
Tabel 4. Data Effisiensi Pengendapan Setelah Effluen Keluar Bak Sedimentasi
No
1
2

Waktu
(menit)
110
120

Kekeruhan (NTU)
Air Baku Effluen
7.34
46.55
7.66

Effisiensi (%)
84.23
83.54

90
80
70
60
50
Effisiensi (%) 40
30
20
10
0
0

20

40

60

80

100

120

140

Waktu (menit)

Gambar 7. Grafik Hubungan Effisiensi Pengendapan terhadap Waktu Setelah Effluen Keluar
Bak Sedimentasi

BAB V
PEMBAHASAN
Prinsip dari praktikum yang dilakukan kali ini ialah mengendapkan partikel koloid /
pemisahan partikel dari cairannya, baik partikel yang telah ada dalam air baku, yang
terbentuk sebagai akibat penambahan bahan kimia dll akibat adanya gaya gravitasi. Proses
sedimentasi meliputi penggumpalan partikel koloid menjadi partikel kecil melalui proses
koagulasi dan kemudian dilanjutkan dengan penggumpalan partikel kecil tersebut menjadi
gumpalan yang cukup besar untuk mengendap pada proses flokulasi. Tetapi, dalam praktikum
ini proses flokulasi tidak dilakukan. Untuk menghasilkan proses pengendapan yang baik
maka dilakukan pengendapan dengan dua tahap yaitu pengendapan partikel floc dan
pengendapan secara perintangan.
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid dalam air umpan menjadi
partikel kecil dengan penambahan bahan kimia. Bahan kimia yang ditambahkan untuk
mengendapkan koloid tersebut disebut koagulan. Penambahan koagulan dilakukan untuk
mempercepat proses pengendapan karena apabila hanya mengandalkan gaya gravitasi
pengendapannya akan membutuhkan waktu yg cukup lama. Koagulan yang digunakan adalah
PAC dengan konsentrasi 2%. Saat proses koagulasi berlangsung dilakukan pengadukan agar
terjadi penggumpalan yang baik. Hal yang perlu diperhatikan saat proses koagulasi adalah pH
optimum dari koagulan. PAC memiliki rentang pH optimum yang lebih luas dibandingkan
dengan alum yaitu 5-8,5. Berdasarkan hasil pengukuran pH, pH proses sedimentasi sudah
sesuai dengan rentang pH optimum PAC. Sehingga pengendapan secara koagulasi
berlangsung dengan baik. Prinsip kerja dari koagulan adalah menganggu kestabilan lapisan
luar koloid karena muatan listrik berlawanan yang dimilikinya. Gaya tolak akan diperkecil
sehingga gaya tarik akan bekerja bebas dan mendekatkan partikel koloid untuk menggumpal.
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa analisa terhadap umpan dan efluen, seperti
analisa kekeruhan untuk mengetahui perubahan kekeruhan dari umpan setelah melewati
mengalami proses koagulasi, dan analisa pH untuk mengetahui tingkat keasaman dari efluen
yang keluar dari tangki koagulasi.
Selain itu, laju alir air tidak boleh terlalu lambat dan tidak boleh terlalu cepat. Jika
terlalu cepat, maka proses pengendapan tidak akan sempurna. Oleh karena sebelum partikel

turun, partikel malah akan terbawa oleh arus air yang deras karena laju alirnya cepat.
Sehingga laju alir yang digunakan kali ini adalah 0.4 Liter/menit.
Untuk mengantisipasi kemungkinan masih terbawanya partikel pada aliran air, maka
dilakukan pengendapan secara perintangan. Perintangan dibuat menggunakan kaca dan dibuat
seperti lamela. Ketika partikel menabrak lempengan kaca, maka partikel akan jatuh ke
bawah kemudian mengendap. Hal ini terbukti berdasarkan hasil pengukuran nilai kekeruhan
yang dihasilkan adalah semakin lama waktu maka, semakin turun yang mengartikan proses
pengendapan berjalan baik karena efluen yang dihasilkan memiliki kekeruhan lebih rendah
dibandingkan kekeruhan umpan. Sedangkan nilai pH yang dihasilkan tidak stabil dan
cenderung naik, pH umpan yang awalnya asam sedangkan pH akhir efluen yang dihasilkan
mendekati normal. Sebenarnya, pH tidak berpengaruh besar dalam proses ini. Tetapi,
sebaiknya pH yang keluar dari proses adalah netral sehingga aman untuk dibuang ke
lingkungan.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:

Luas bidang pengendapan


Penggunaan baffle pada bak sedimentasi
Mendangkalkan bak
Pemasangan plat miring

.
Untuk mengetahui kinerja dari proses pengendapan maka, dilakukan perhitungan
effisiensi proses pengendapan. Berdasarkan hasil perhitungan effisiensi pengendapan
sebelum keluar dari bak sedimentasi adalah 86.44 % sedangkan , setelah keluar dari bak
sedimentasi adalah 84.23 %. Hal ini terjadi karena untuk keluar dari bak sedimentasi waktu
tinggal yang dibutuhkan cukup lama sehingga banyak partikel yang mengendap dibandingkan
dengan sebelum keluar dari bak sedimentasi.

BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum diketahui bahwa effisiensi


pengendapan yang dilakukan selama 120 menit adalah sebesar 83.54 %. Akan tetapi,

BAB VII

REFERENSI
Lamba, Andrew Alexander dkk. 2012. Sedimentasi Tipe 2.
http://www.academia.edu/10038535/LAPORAN_PRAKTIKUM_LABORATORIUM_LING
KUNGAN_MODUL_IV_SEDIMENTASI_TIPE_2_DISUSUN_OLEH_KELOMPOK_II
( Diunduh 10 Mei 2015 )

Geankoplis, C., Transport Process and Unit Operation. Third Edition Prentice-Hall Inc
nglewood Clifts, New Jarsey, 1993.
Hidayat, Roni dkk. 2012. pengolahan air minum dengan cara
sedimentasi.

https://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2012/.../ppt-sedimentasi-fix.pp. (Diunduh
10 Mei 2015)

http://rfajriyah.blogspot.com/2011/10/pengertian-sedimentasi_09.html
(Diunduh 10 Mei 2015)

Makhmudah, Nisaul dan Suprihanto Notodarmojo. No Date. Penyisihan Besi-Mangan,


Kekeruhan Dan Warna Menggunakan Saringan Pasir Lambat Dua Tingkat Pada
Kondisi

Aliran

Tak

Jenuh

Studi

Kasus:

Air

Sungai

Cikapundung.

http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/rekayasa_air_dan_limbah_cair/wpcontent/uploads/2010/11/pi-ws9-nisaul-makhmudah-15305002.pdf (Diunduh 31 Mei


2015)
Masiom,Masni.2013.sedimentasi.http://masnilala.blogspot.com/2013/10/sedimentasi.html
.

( diunduh 10 mei 2015 )

Nataludin, Andi. dkk. 2014. Saringan Pasir Cepat/SPC (Rapid Sand Filter).
https://www.scribd.com/doc/250663787/Saringan-Pasir-Cepat (Diumduh 26 Maret
2015)
Rahayu, Endang Sri. No Date. Filtrasi Media Butiran. Bandung : Politeknik Negeri
Bandung.

Said, Nusa Idaman Dan Ruliasih. 2008. Teknologi Pengolahan Air Minum. Jakarta : Badan
Pengkajian Dan Penerapan Teknologi.

Anda mungkin juga menyukai