Anda di halaman 1dari 4

SEDIMENTASI

Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam cairan oleh
gaya gravitasi. Pada umumnya, proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan
flokulasi di mana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi
lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. (Suparni, S.R , 2009)
Sedimentasi merupakan pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan secara
gravitasi untuk

menyisihkan suspended solid. Biasanya sedimentasi diaplikasikan pada

pengolahan air minum, maupun pengolahan air limbah. Dalam setiap aplikasinya, metode
maupun peralatan yang digunakan relatif sama.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistem
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal
(primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian akan
mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang
terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari
proses sebelumnya (activated sludge, OD) dimana lumpur yang terkumpul tersebut
dipompakan ke unit pengolahan lumpur tersendiri.
Suatu konsep yang umum dari operasi sedimentasi ini dapat diperoleh dari suatu
proses sedimentasi batch sederhana, yang dilakukan dengan mensuspensikan sejumlah
padatan halus ke dalam air di dalam beberapa buah tabung dan menempatkan tabung-tabung
tersebut secara vertikal. Waktu rata-rata berkurangnya ketinggian dari batas yang jelas antara

cairan jernih dan endapan yang mengandung partikel-partikel disebut dengan kecepatan

sedimentasi.
Sedimentasi harus dilakukan pada suhu yang tetap untuk mencegah pergerakkan dari fluida
atau terjadinya suatu proses konveksi yang disebabkan perbedaan massa jenis yang
dihasilkan karena adanya perbedaan suhu.
Flokulasi banyak yang terdiri dari partikel yang mempunyai muatan listrik yang
mungkin positif atau negatif, dan partikel itu cenderung terdispersi karena adanya gaya saling
tolak oleh muatan yang sama. Jika ditambahkan elektrolit, ion-ion yang terbentuk di dalam
larutan itu akan menetralisasikan muatan partikel tadi. Partikel netral itu lalu dapat
didiaglomerasikan menjadi flok-flok, yang masing-masingnya terdiri dari banyak partikel.
Bila partikel semula bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang efektif, dan bila
muatannya negatif, anion yang aktif. Metode lain untuk flokulasi mencakup penggunaan
bahan aktif dan penambahan bahan, seperti perekat, gamping, aluminium, atau natrium
silikat, yang menyeret partikel kotor turun bersamaan. Dalam sedimentasi yang diolah
dengan benar hasil flokulasinya dapat dilihat dengan mata telanjang.
Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik pengendapan yang
penting. Karakteristik pertama ialah bahwa struktur flok itu sangat rumit. Agregasinya
longgar dan ikatan antara partikel-partikelnya sangat lemah, dan flok itu mengandung air
yang cukup banyak di dalam strukturnya, yang ikut bersama flok itu turun kebawah.
Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan solid dan liquid
dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih
kental melalui pengendapan secara gravitasi. Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi
dalam instalasi pengolahan adalah:

a. Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit
penyaring selanjutnya
b. Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.
Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi dan kemampuan partikel berinteraksi.
1. Sedimentasi Tipe I/Plain Settling/Discrete particle
Merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Pengendapan partikel
diskret ini dilakukan secara individual dan tanpa interaksi antar partikel. Tujuan dari unit ini
adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber. Dalam
perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang mempengaruhi performance bak seperti
turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G
sehubungan dengan penggunaan perlengkapan penyisihan lumpur dan faktor lain diabaikan
untuk menghitung performance bak yang lebih sering disebut dengan ideal settling basin.
2. Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)
Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan
koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses koagulasi
dan flokulasi. Selama dalam operasi pengendapan, terjadi interaksi antar partikel, ukuran
partikel flokulen bertambah besar dan kecepatannya juga bertambah
Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang relatif kecil.
Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan ketinggian minimum,
atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen, maka alternatif terbaik untuk
meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan memasang tube settler pada bagian
atas bak pengendapan untuk menahan flokflok yang terbentuk.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:

Luas bidang pengendapan;

Penggunaan baffle pada bak sedimentasi;

Mendangkalkan bak;

Pemasangan plat miring.

3. Hindered Settling (Zone Settling)


Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi adalah sedang,
di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar partikel menghalangi pengendapan
partikel-partikel di sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu sama lain
dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa
pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan menimbulkan suatu permukaan kontak antara
solid dan liquid.
4. Compression Settling
Pengendapan jenis ini berada pada konsentrasi yang paling tinggi pada suspended solid dan
terjadi pada jangkauan yang paling rendah dari clarifiers. Pengendapan partikel dengan cara
memampatkan (compressing) massa partikel dari bawah. Tekanan (compression) terjadi
tidak hanya di dalam zone yang paling rendah dari secondary clarifiers tetapi juga di dalam
tangki sludge thickening.

Anda mungkin juga menyukai