Anda di halaman 1dari 21

PENGOLAHAN

LUMPUR
DEFINISI
Lumpur adalah yang dihasilkan dalam instalasi pengolahan air
limbah berasal dari hasil pengendapan materi padatan (solids) di
dalam unit-unit pengolahan.
Berdasarkan sumbernya lumpur dapat dibedakan menjadi:
 primary raw sludge
berasal dari padatan yang diendapkan pada proses pengendapan
primer (primary sedimentation).
 waste activated sludge (WAS).
Adalah flok-flok yang terbentuk dari gabungan mikroorganisme
dan sebagian polutan yang teroksidasi selama proses aerasi, yang
mengendap di dalam tangki pengendapan sekunder (secondary
clarifier)
DEFINISI
Penanganan dan pembuangan lumpur yang dihasilkan dari
setiap unit pengolahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
perlu direncanakan secara serius.
Zat padat yang berasal dari hasil penyaringan (screening) dan
pasir dari kolam pasir (grit chamber) dibuang dengan metoda
landfill. Sementara itu, zat padat yang berasal dari unit lain perlu
ditangani secara lebih kompleks, mengingat kandungan zat padat
itu hanya sekitar 0,5 – 5 % dari lumpur yang dihasilkan. Disamping
menimbulkan bau, kandungan air lumpurnya juga sangat besar.
DEFINISI
Lumpur yang banyak mengandung padatan diperoleh dari hasil
proses pemisahan padat-cair dari limbah yang sering disebut
dengan sludge atau lumpur encer, di dalam sludge tersebut
sebagian besar mengandung air dan hanya beberapa persen
berupa zat padat.
Umumnya persentase kandungan air tersebut dapat mencapai 95-
99%. Lumpur yang dihasilkan unit pengolahan air limbah dapat
dikelola hingga menjadi abu dengan kadar 0,3 % dengan melalui
beberapa tahap pengolahan.
KARAKTERISTIK LUMPUR

 Karakteristik lumpur sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sumber
lumpur, jenis industri penghasil air limbah, proses di IPAL, sifat fisik, komposisi kimia
serta tingkat pengolahan yang telah ditentukan.
 Karakteristik lumpur sangat berbeda untuk setiap jenis lumpur, sehingga prinsip
penanganannya berbeda pula. Walaupun demikian, kebanyakan industri melakukan
penanganan lumpur yang keluar dari IPAL dalam unit pengolah yang sama.
 Sebagai contoh lumpur dari industri pulp dan kertas pada umumnya tersusun dari
zat berserat, hidro-gel, fines yang non hydrous terutama yang berasal dari bahan
pengisi (filler). Terdapat air aliran, air kapiler, air adsorpsi dan air sel yg memiliki sifat
yang berbeda
 Air aliran pada lumpur dapat dihilangkan dengan cara pengentalan, sedangkan air
kapiler dihilangkan dengan cara mekanis. Untuk jenis air yang lainnya
penghilangannya dilakukan dengan metode thermal. 
KARAKTERISTIK LUMPUR

 Air aliran pada lumpur dapat dihilangkan dengan cara pengentalan, sedangkan air
kapiler dihilangkan dengan cara mekanis. Untuk jenis air yang lainnya
penghilangannya dilakukan dengan metode thermal. 

Lumpur yang dihasilkan oleh suatu IPAL dapat dikelompokan dalam 2 jenis, yaitu:
 Lumpur kimia-fisika (lumpur mineral)
 Lumpur biologi
Lumpur Kimia-Fisika (Lumpur Mineral)

Lumpur kimia-fisika merupakan lumpur yang dihasilkan dari proses


pemisahan padatan di unit-unit pengolahan secara fisika-kimia
Karakteristik lumpur adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai warna sesuai dengan jenis senyawa kimia yang
digunakan
2. Mempunyai kandungan padatan 2-8%,
3. Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari lumpur biologi.
Lumpur Kimia-Fisika (Lumpur Mineral)

Jumlah lumpur kimia – fisika yang dihasilkan tergantung dari:


• Beban hidrolik dari unit pengolahan penghasil Lumpur
• Efektifitas koagulan dan flokulan yang digunakan
• Konsentrasi padatan tersuspensi total (TSS) yang dapat diendapkan
• Efisiensi tanki pengendap
Pemisahan air pada lumpur kimia-fisika lebih mudah dilakukan dengan cara
seperti pengentalan yang diikuti penyaringan.
Lumpur Biologi
Lumpur biologi merupakan lumpur yang dihasilkan dari proses
pemisahan gumpalan mikroba di unit pengolahan biologi.

Lumpur biologi berasal dari dua bagian yaitu :

1. Mikroba yang mati


2. Organik yang tidak terdegradasi oleh mikroba
Lumpur Biologi
Karakteristik lumpur biologi adalah sebagai berikut:
• Mempunyai warna coklat
• Mempunyai kandungan padatan 0,5-2,5% yang artinya dalam 1 liter lumpur
mengandung air sebanyak 97,5-99,5%
• Mempunyai berat jenis yang rendah, sebesar 1,005 g/mL
• Mengandung banyak senyawa organik terurai yang mudah membusuk

Jumlah lumpur biologi yang dihasilkan tergantung dari:


• Beban hidrolis dari unit pengolahan penghasil lumpur dan beban organik.
• Kecepatan pertumbuhan mikroba yang sangat bergantung pada beberapa
faktor, antara lain kondisi proses biologi dan kondisi lingkungan
• Konsentrasi padatan tersuspensi total (TSS) yang dapat diendapkan
• Efisiensi tanki pengendap
TUJUAN PENGOLAHAN LUMPUR

Tujuan utama pengolahan lumpur adalah mengurangi


volume lumpur dengan cara memisahkan air dari dalam
lumpur sebelum dibuang, agar mempermudah masalah
pengangkutan. Untuk itu pengurangan kandungan air dan
volume lumpur merupakan hal yang penting.
TUJUAN PENGOLAHAN LUMPUR

Lumpur harus diolah karena lumpur dapat menimbulkan


gangguan lingkungan yang lebih berbahaya dari air limbah
mengingat bahwa:

 lumpur mengandung pencemar yang lebih terkonsentrasi


 lumpur tetap memiliki kandungan air yang tinggi
 lumpur dapat mengandung jenis pencemar baru yang
tidak terkandung sebelumnya di dalam air limbah akibat
dari penambahan bahan kimia dan dari peruraian
senyawa yang terkandung dalam lumpur.
PROSES PENGOLAHAN LUMPUR

Sasaran upaya penanganan lumpur adalah menghasilkan lumpur dengan


kandungan padatan setinggi-tingginya, atau volume yang sekecil-kecilnya
dan stabil serta tidak memiliki dampak lingkungan yang lebih buruk.
Peningkatan kandungan padatan (%SS) atau pengurangan kadar air dapat
dilakukan melalui beberapa cara.

Tahapan pengolahan lumpur:


 Pengentalan atau pemekatan lumpur (sludge thickening)
 Stabilisasi lumpur  (sludge stabilization)
 Pengeringan lumpur (sludge dewatering)
 Pembuangan Akhir (Disposal)
Pengentalan atau pemekatan lumpur (sludge thickening)

Bertujuan meningkatkan kekentalan atau kandungan padatan dalam


lumpur dengan cara pengeluaran air.
Pada umumnya lumpur yang dihasilkan dari unit pengolahan air
limbah masih encer dengan kandungan padatan antara 0,5-1,0%
atau kandungan air 99,5-99%, sehingga perlu dipekatkan secara
gravitasi hingga 2-3% atau kandungan air 97-98% dengan
menggunakan thickener.
Pada proses pengentalan tersebut lumpur sebelumnya perlu
dikondisikan dengan cara fisika maupun fisika-kimia, agar dapat
menggumpal sehingga air lebih mudah dipisahkan.
Pengentalan atau pemekatan lumpur (sludge thickening)

Pemisahan air dari lumpur kimia-fisika lebih mudah dilakukan


dibandingkan dengan lumpur biologi. Hal ini disebabkan air yang
terkandung dalam lumpur biologi adalah hasil perlakuan biologi yang 
80% merupakan air sel bakteri.
Konsentrasi lumpur sangat mempengaruhi kinerja alat  pengeluaran
air dan kandungan air dalam lumpur pekat (cake). Semakin tinggi
kandungan padatan dalam lumpur maka makin rendah kadar air
dalam lumpur pekat (cake).
Stabilisasi lumpur  (sludge stabilization)

Stabilisasi lumpur merupakan upaya mengurangi kandungan


senyawa organik dalam lumpur atau mencegah aktivitas
mikroorganisme.
Tujuan stabilisasi lumpur adalah agar lumpur menjadi stabil dan tidak
menimbulkan bau busuk dan gangguan kesehatan saat dilakukan
proses maupun saat pembuangan ke lingkungan.
Pengeringan lumpur(sludge dewatering)

Tujuan Pengeringan lumpur/pengeluaran air lumpur ialah


menghilangkan sebanyak mungkin air yang terkandung dalam
lumpur setelah proses pengentalan.
Persyaratan kadar padatan kering lumpur yang diinginkan
tergantung pada penanganan akhir yang akan dilakukan, umumnya
berkisar 30%.
Pembuangan Akhir (Disposal)

• Pada tahap akhir, lumpur dibuang ke lingkungan dengan aman


dan tidak menimbulkan dampak negatif lingkungan.
Pembuangan langsung ke lingkungan dapat menimbulkan
dampak lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Sludge landfilling merupakan tahap akhir dari
pengelolaan lumpur.
• Pemerintah Republik Indonesia memiliki peraturan tentang
pembuangan lumpur B3 yang sangat ketat dengan sangsi
yang berat.
 
Pembuangan Akhir (Disposal)

• Pengelompokan Lumpur B3 antara lain dilakukan berdasarkan:


 jenis senyawa kimia yang dikandungnya (sumber tidak
spesifik)
 jenis industri penghasil lumpur (sumber tidak spesifik)
• Pembuangan akhir limbah lumpur B3 harus dilakukan di lokasi
yang ditunjuk oleh pemerintah. Pihak industri dapat membuat
fasilitas khusus, walaupun persyaratan dan prosedur rumit.
Lokasi pembuangan akhir limbah padat atau landfill
merupakan lokasi khusus yang diperuntukkan sebagai tempat
penimbunan lumpur dengan desain yang dilengkapi sistem
tempat pengumpulan dan pengolahan lindi.
Pembuangan Akhir (Disposal)

Lokasi Landfill :
• Daerah yang bebas dari banjir seratus tahunan
• Bukan kawasan lindung
• Sesuai Rencana Tata Ruang (RTR) ditetapkan sebagai lokasi baik untuk
peruntukan industri atau tempat penimbunan limbah, merupakan tanah
kosong yang tidak subur, tanah pertanian yang kurang subur atau lokasi
bekas pertambangan yang telah tidak berpotensi
• Nilai permeabilitas Max 10-7 cm/det
• Secara geologi dinyatakan aman-stabil tidak rawan bencana
• Bukan daerah resapan air tanah tidak tertekan
• Bukan daerah genangan air, berjarak 500 m dari aliran sungai yang mengalir
sepanjang tahun, danau, waduk untuk irigasi pertanian dan air bersih
Pembuangan Akhir (Disposal)

Program pemantauan Landfill yang perlu diperhatikan:


1. Lindi (Leachate) yang dihasilkan dari limbah
2. Jumlah kebocoran lindi yang melewati lapisan landfill
3. Migrasi gas yang melewati lapisan landfill
4. Kualitas air tanah sekitar lokasi landfill
5. Karakteristik gas dalam limbah ( tekanan, suhu, kandungan gas metan)
6. Gas dalam tanah dan atmosfer disekitar lokasi landfill
7. Jumlah dan kualitas lindi dalam tanki pengumpul lindi.

Anda mungkin juga menyukai