Anda di halaman 1dari 5

Thickener

Thickener atau sering disebut pengental diterapkan untuk zat-zat yang meningkatkan
viskositas larutan atau campuran cair / padat tanpa secara substansial memodifikasi sifat-sifat
lainnya. Bentuk dari thickener dari luar hampir sama dengan kolam sedimentasi. Namun
ketinggian biasanya lebih tinggi. karena thickener ini biasanya menampung sludge
sedimentasi dan sludge dari kolam lain. Hasil keluaran dari thickener biasanya langsung
masuk pada filter press yang berfungsi menghilangkan air pada sludge untuk menghasilkan
limbah padatan.
2.1. Pengentalan atau Pemekatan Lumpur (sludge thickening)
Proses pengentalan lumpur bertujuan untuk meningkatkan kekentalan atau kandungan
padatan dalam lumpur dengan cara pengeluaran air. Pada umumnya lumpur yang dihasilkan
dari unit pengolahan air limbah masih encer dengan kandungan padatan antara 0,5-1,0% atau
kandungan air 99,5-99%, sehingga perlu dipekatkan secara gravitasi hingga 2-3% atau
kandungan air 97-98%.
2..2. Pengentalan lumpur Secara Gravitasi
Pengentalan lumpur secara gravitasi adalah salah satu metode yang umum digunakan.
Unit pengental gravitasi bekerja dengan gaya gravitasi seperti dalam tangki pengendap
lainnya. Prinsip dasar dan bentuk unit ini juga menyerupai tangki pengendap yang biasa,
perbedaannya hanya pada nilai beban permukaan yang lebih rendah. Alat ini berbentuk
tangki bundar dilengkapi dengan penggaruk lumpur.

Kepekatan lumpur kimia-fisika dapat mencapai kadar padatan kering 5-10% atau
kandungan air 90 - 95%, sedangkan untuk lumpur biologi hanya mencapai kadar padatan
kering antara 2-3% kandungan air antara 97-98%. Hasil pengentalan yang diperoleh untuk
lumpur campuran dari lumpur kimia – fisika dan lumpur biologi mencapai kepekatan dengan
kadar padatan kering 2-8% atau kandungan air 92-98%. Unit pengental gravitasi umumnya
digunakan sebagai unit pertama di dalam bagian penanganan lumpur.Kelebihan dengan cara
ini adalah mudah dalam pengoperasian dan perawatan (maintenance). Kelemahan dengan
cara ini adalah seringkali timbullumpur yang naik ke atas (sludge floating) akibat dari terlalu
lama lumpur berada dalam bak lumpur karena tidak cepat dikeluarkan. Hal ini dapat
menyebabkan kondisi anaerobik sehingga menghasilkan gas. Gas tersebut akan membawa
sekelompok lumpur ke permukaan.
2.3. Pemekatan Lumpur Secara Flotasi (Floating Thickening)
Dibandingkan dengan pemekatan lumpur secara gravitasi, alat ini lebih sukar
pengoperasiannya dan diperlukan pula penambahan bahan kimia polimer untuk
meningkatkan konsentarasi lumpur dari 85% menjadi 98%. Dengan terkonsentrasinya
lumpur dapat meningkatkan efisiensi alat. Pemakaian bahan kimia polimer untuk
memekatkan lumpur biologi sekitar 2-5 kg berat kering polimer atau mg zat padat.
Penggunaan rasio udara-padatan sangat mempengaruhi kinerja sistem ini, pada umumnya
nilai rasio udara-padatan bervariasi, maksimum pada kisaran dari 2-4% untuk mengapungkan
zat padat tersebut.
Hasil pemekatan dengan sistem ini mencapai kadar padatan kering antara 4-6% atau
kandungan air 94-96% untuk lumpur biologi dengan penambahan bahan kimia polimer,
sedangkan tanpa penambahan bahan kimia polimer kadar padatan kering hanya mencapai 3-
5% atau kandungan air 95-97%. Kelebihan cara ini adalah waktu tinggal jauh lebih singkat
yaitu sekitar 15 – 30 menit dan hasil lumpur lebih pekat, sehingga volume lumpur lebih
sedikit. Kelemahan cara ini adalah cara pengoperasian lebih sulit, biaya operasional tinggi,
karena ada penambahan bahan kimia, biaya perawatan relatif tinggi dan penggunaan listrik
cukup besar. Sistem penyapuan lumpur (scrapper) menggunakan rantai sering bermasalah
karena terdapat bagian yang bergesekan. Permasalahan scrapper dapat diatasi dengan
mengganti rantai penggerak dari scrappersecara periodik.
2.4. Stabilisasi Lumpur (Sludge Stabilization)
Stabilisasi lumpur merupakan upaya mengurangi kandungan senyawa organik dalam
lumpur atau mencegah aktivitas mikroorganisme. Tujuanstabilisasi lumpur adalah agar
lumpur menjadi stabil dan tidak menimbulkan bau busuk dan gangguan kesehatan saat
dilakukan proses maupun saat pembuangan ke lingkungan.Stabilisasi lumpur dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain adalah, digestasi anaerobik, stabilisasi aerobik dan
stabilisasi dengan kapur.
2.5. Pengeluaran Air (Sludge Dewatering)
Tujuan proses pengeluaran air lumpur ialah menghilangkan sebanyak mungkin air
yang terkandung dalam lumpur setelah proses pengentalan. Persyaratan kadar padatan kering
lumpur yang diinginkan tergantung pada penanganan akhir yang akan dilakukan, umumnya
berkisar 30%. Proses pengeluaran air lumpur dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain menggunakan alat yang bernama belt press dan filter press.
Pada belt press terjadi proses pengeluaran air lumpur yang digunakan di industri
antara lain belt filter press. Tipe alat ini banyak digunakan di industri pulp dan kertas.
Pengeluaran air dari lumpur yang dapat dilakukan dengan alat ini melalui 2 tahapan. Tahap
pertama,daerah pengeluaran air (draining zone),Pada daerah ini lumpur mengalir dan tersebar
secara merata di atas lembaran wire. Pengeluaran air dilakukan tanpa tekanan, hanya
mengandalkan gravitasi sampai mencapai kadar padatan tertentu, selanjutnya lumpur
memasuki daerah pengeringan bertekanan.Kedua, daerah pengeringan bertekanan. Air keluar
dari lumpur dengan cara dijepit di antara dua belt atau wire sambil ditekan oleh rol secara
bertahap di daerah pressing zone, dengan tekanan meningkat sejalan dengan mengecilnya rol.
Pada saat dijepit, air diperas sampai daerah bertekanan, selanjutnya masuk ke daerah
pengelupasan lumpur dari belt atau wire (share zone).
Pada filter press, memiliki prinsip kerja yaitu memberi tekanan pada lumpur yang
berada di antara lempengan-lempengan filter (filter plate). Tekanan diberikan melalui gaya
hidrolik di kedua sisi lempengan. Filter ini tersusun dari plateand frame filter berjumlah
banyak, dimana bagian dalam dari frame tersebut ditarik oleh filter kain yang bersambungan.
Setelah frame terkunci karena tekanan hidrolik atau tekanan tangan, lumpur akan tertekan
masuk dari tabung suplai ke ruang filtrasi.
Air yang tersaring karena tekanan itu akan jatuh dari frame, lumpur akan mengental
karena kehilangan air dan tersiasa di bagian dalam. Penambahan tekanan berkisar antara 1-10
kg/cm2, tetapi karena resistan tekanan yang masuk bertambah besar, maka akan terbentuk
cukup adonan di bagian dalam. Apabila sudah terjadi kondisi seperti ini maka pengisian
lumpur dihentikan. Tipe alat penyaring tekanan ini umumnya digunakan di industri kecil.
Kelebihan dari sistem ini adalah sederhana dalam konstruksi dan biaya operasional yang
relatif lebih rendah.
2.6. Drying Bed
Salah satu metode paling sederhana adalah drying bed atau bak pengering lumpur.
Pengeluaran air lumpur dilakukan melalui media pengering secara gravitasi dan penguapan
sinar matahari. Lumpur yang berasal dari pengolahan air limbah secara langsung tanpa proses
pemekatan terlebih dahulu dapat dikeringkan dengan drying bed. Deskripsi bak pengering
berupa bak dangkal berisi media penyaring pasir setinggi 10-20 cm dan batu kerikil sebagai
penyangga pasir antara 20-40 cm, serta saluran air tersaring (filtrat) di bagian bawah bak.
Pada bagian dasar bak pengering dibuat saluran atau pipa pembuangan air dan di
atasnya diberi lapisan kerikil (diameter 10-30 mm) setebal 20 cm dan lapisan pasir kasar (3-5
mm) setebal 20-30 cm. Media penyaring merupakan bahan yang memiliki pori besar untuk
ditembus air seperti pasir, ijuk dan kerikil merupakan media penyaring yang sering
digunakan.Pengisian lumpur ke bak pengering sebaiknya dilakukan 1 kali sehari dengan
ketebalan lumpur di bawah 15 cm.
Mengingat keterbatasan daya tembus panas matahari, maka kedalaman bak kurang
dari 50 cm. Jika lumpur masuk terlalu banyak, permukaan lumpur tampak mengering tetapi
lapisan bawah masih basah, sehingga pengurangan air perlu waktu berhari-hari. Jika saringan
tersumbat maka air tidak dapat keluar, sehingga pengurangan kadar air tidak
terjadi.Pengurangan kandungan air dalam lumpur menggunakan sistem pengeringan alami
dengan matahari, maka air akan keluar melalui saringan dan penguapan. Pada mulanya
keluarnya air melalui saringan berjalan lancar dan kecepatan pengurangan air tinggi, tetapi
jika bahan penyaring (pasir)tersumbat maka proses pengurangan air hanya tergantung
kecepatan penguapan. Waktu pengeringan atau penguapan biasanya antara 3-5 hari.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai