“HALOGENASI”
DISUSUN OLEH
Kelompok 2
Agilusalam
Muhamad Husen
Rizki Dwi P
Yuniar Maulia F
UNIVERSITAS AL-KHAIRIYAH
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam penulisan makalah ini penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
berikut.
2
1.3.2 Mengetahui zat-zat yang dapat digunakan dalam proses halogenasi
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode pustaka. Metode pustaka
materi,data-data dan informasi-informasi yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan web
yang tersedia.
3
BAB II
PEMBAHASAN HALOGENASI
2.1 PENGERTIAN
Halogenasi yaitu proses memasukkan 1 gugus halogen atau lebih. Cara penggantian gugus
halogen ada beberapa cara, yaitu:
1. Mengganti H
Reaksi: RH + X2 RX + HX
C5H12 + Cl2 C5H11Cl + HCl
2. Addisi
Reaksi: RCH = CHR’ + X2 RCHX – CHXR’
CH3 – CH = CH2 + Br2 CH3 – CHBr – CH2Br
3. Mengganti suatu gugus (substitusi)
Reaksi: RCH2OH + HX RCH2X + H2O
3. NaOX
Biasa dipakai untuk memperlambat reaksi. Bahan ini harganya mahal maka hanya
digunakan untuk keperluan tertentu saja.
4
2.2.1 Zat-zat yang dapat di halogenasi
1. Alkana secara substitusi, biasanya sebagai hasil antara untuk memperoleh
hasil akhir.
Reaksi: RH + Cl2 RCl + HCl
CH4 + Cl2 CH3Cl + CH2Cl2 + HCl
2. Olefin, secara addisi dan substitusi
Reaksi: RCH = CH2 + X2 RCHX – CH2X
RCH = CH2 + HX RCH2 – CH2X
3. Alkohol
Reaksi: ROH + HX RX + H2O
RCH2OH + X2 RCHXOH + HX
CH3 + X2 CH2X + HX
T>
Cl Cl
Cl Cl
+ Cl2 + 8HCl
Cl Cl Cl
Cl
9. Karbon disulfida
Reaksi: CS2 + 3Cl2 CCl4 + S2Cl2
6
10. Antroquinon
Reaksi:
O NH2 O NH2
Katalisator + Cl
Cl2
Cl
nitrobzen O NH2
O NH2
2.3 KINETIKA DAN MEKANISME REAKSI
2.3.1.Reaksi-reaksi antara Alkena dengan Unsur-unsur Halogen
Campuran antara gas tidak berwarna dengan sebuah gas berwarna hijau
ini akan menghasilkan hidrogen klorida dalam bentuk uap asap dan kabut
cairan-cairan organik. Semua produk organik berbentuk cair dalam suhu
kamar terkecuali klorometana yang merupakan sebuah gas.
Jika klorin diganti dengan bromin, kita bisa mencampur metana dengan
uap bromin, atau menggelembungkan metana melalui cairan bromin –
paparkan kedua prosedur ini terhadap sinar UV. Campuran gas yang
terbentuk akan berwarna merah-coklat dan bukan hijau.
Reaksi-reaksi ini tidak bisa digunakan untuk membuat senyawa-senyawa
organik yang dihasilkan dalam laboratorium karena campuran hasil
reaksinya sangat sulit dipisahkan.
Reaksi ini masih bisa terjadi dengan adanya sinar biasa – tetapi reaksi
substitusi juga terjadi pada kondisi ini.
Struktur cincin terputus karena siklopropana mengalami regangan cincin.
Sudut-sudut ikatan dalam cincin menjadi 60° dan tidak normal lagi yaitu
sekitar 109.5° ketika karbon membentuk empat ikatan tunggal.
Timpang tindih antara orbital-orbial atom dalam pembetukan ikatan C-C
tidak lagi seperti pada keadaan normal, dan terjadi tolak-menolak yang cukup
besar antara pasangan-pasangan elektron ikatan. Sistem akan menjadi lebih
stabil jika cincin terputus.
RH + X2 RX +HX
dan r = k [RH][X2]
Makin kecil harga E maka reaksi akan makin cepat. Harga E ini merupakan fungsi
yang kompleks dari tenaga pemecahan ikatan dan tenaga pembentukan dalam reaksi.
Sehingga untuk kebanyakan reaksi harga E diperoleh secara eksperimental.
Pada umumnya reaksi halogenasi adalah reaksi berantai. Ada tiga bentuk mekanisme
reaksi yaitu:
1. CH4 + X2 CH3X + HX q1 kalori
Reaksi ini berjalan cepat karena reaksinya berantai dan berjalan secara termis
dan yang bereaksi adalah radikal bebas.
2. a. ½ X2 X q2 kalori
b. CH3 : H + X H3C + HX
c. H3C + X2 CH3X + X
Radikal bebas X akan menarik elektron lagi dari CH 4, terjadi radikal bebas
CH3, yang bereaksi lagi dengan X2, terbentuk radikal bebas X dan
seterusnya, terjadi reaksi berantai.
3. a. ½ X2 X q3 kalori
b. CH3 : H + X CH3X + H
c. H + X2 HX + X
Dari ketiga reaksi 1, 2 dan 3, reaksi yang paling cepat akan mengalahkan yang
lainnya.
Dari persamaan k = A. e -E/RT; untuk E positif maka reaksi yang paling cepat adalah
yang memerlukan tenaga aktivasi paling kecil.
Melihat dari panas reaksinya, misalkan nilai q2<q3<q1, maka bila kita memberikan
panas q1 kalori, tetapi baru sampai q2 kalori sudah terjadi reaksi yaitu reaksi 2 dan
sudah selesai reaksinya.
α Slope -E/R = tg α
ln k
1/T
Misal reaksi antara CH4 dengan Cl2 dalam fase gas, homogen, katalisator Fe.
Ada beberapa kemungkinan mekanisme reaksi:
a. CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl
Untuk menghitung tenaga aktivasi atau panas reaksi dari percobaan
laboratorium.
b. 1) ½ Cl : Cl Cl
Cl reaktif sekali, Cl ini akan menyerang apa saja.
Pecahnya ikatan Cl : Cl tenaga dibutuhkan = ½ (57,8) = 28,9 Kkal
c. 1) ½ Cl : Cl Cl
Pecahnya ikatan Cl : Cl, tenaga yang dibutuhkan = 28,9 Kkal
2) CH4 + Cl CH3Cl + H
Pecahnya ikatan C – H, tenaga dibutuhkan = 87,7 Kkal
Timbulnya ikatan C – Cl, tenaga keluar = -66,6 Kkal
Ada selisih tenaga yang dibutuhkan = 21,1 Kkal
3) H + Cl : Cl HCl + Cl
Pecahnya ikatan C – Cl, tenaga dibutuhkan = 57,8 Kkal
Timbulnya ikatan H – Cl, tenaga dikeluarkan = -102,9 Kkal
Ada selisih tenaga yang dikeluarkan = -45,1 Kkal
Adanya peroksida akan mempermudah reaksi karena tak memerlukan tenaga yang
besar untuk membentuk radikal bebas. Peroksida berfungsi sebagai katalisator yang
membantu pembentukan radikal bebas.
ROOR RO + OR, reaktif sekali.
-C – O – O – C - 2 -C–O
O O O
Kka
b. ½ Cl2 Cl Dibutuhkan 28,9 l
Kka
c. ½ Cl2 Cl Dibutuhkan 28,9 l
H + Cl2 HCl + Cl
Dikeluarkan -45,1 Kkal
Pecahnya ikatan Cl – Cl 57,8 Kkal
-102, 9
Terbentuknya ikatan H – Cl Kkal
Kka
b. ½ Cl2 Cl Dibutuhkan 28,9 l
Ternyata reaksi adisi ikatan rangkap lebih mudah daripada reaksi substitusi, karena
panas reaksi untuk reaksi adisi lebih besar. Kerman menghitung tenaga aktivasi
untuk substitusi halogenasi etilin menggunakan mekanika kuantum (dengan satuan
Kkal).
Reaksi Cl Br I
Bimolekuler 43,4 46,0 51,2
Rantai 45,0 47,0 54,0
Reaksi adisi pada Br2 dan I2 lebih mudah daripada Cl2. Reaksi adisi memerlukan
tenaga aktivasi yang lebih kecil daripada reaksi substitusi. Jadi reaksi adisi lebih
mudah daripada reaksi substitusi.
Pada reaksi adisi:
Untuk Brom dan Iodium, reaksi rantai lebih mungkin terjadi daripada reaksi
bimolekuler. Sedang untuk khlor, mungkin terjadi reaksi rantai, mungkin reaksi
bimolekuler, mungkin juga reaksi tidak berjalan.
Jadi pada suhu rendah terjadi reaksi adisi sedang pada suhu tinggi terjadi reaksi
substitusi, tetapi juga tergantung pada bahannya.
Jadi halogenasi pada suhu rendah:
- Untuk alkana reaksinya substitusi.
- Untuk olefin reaksinya adisi.
Jika halogenasi pada suhu tinggi:
- Untuk alkana reaksinya substitusi.
- Untuk olefin reaksinya substitusi.
H
C
X +X
C X
H
Radikal bebas X akan menyerang benzena asli, sampai habis dan bila benzena
sudah habis dan radikal bebas X masih ada, baru akan menyerang kepada benzena
yang sudah terhalogenasi.
H
C X
+ X:
+X X
C X
H C H H C
C C
X H
H
+X
H
C C X
H C
H X
Jika masih ada lagi halogen yang dapat menjadi benzen yang sudah terhalogenasi,
dan akhirnya akan terjadi benzena hexahalogenasi. Untuk memecah halogen menjadi
radikal bebas, bisa dipakai katalisator (misal peroksida), juga panas (suhu yang
tinggi), tetapi karena benzena pada suhu tinggi rusak, maka tidak dapat dipakai suhu
tinggi. Dapat dipakai sinar tertentu dengan panjang gelombang tertentu, sehingga
dinamakan foto halogenasi.
Secara Ionik:
Mekanismenya mirip dengan nitrasi tetapi disini diinginkan ion halogen. Disini
diperlukan senyawa yang mempunyai unsur dimana bisa menampung lebih dari 8
elektron pada kulit terluarnya. Unsur-unsur tersebut adalah logam-logam pada kolom
III pada sistem periodik.
X2 + AlX3 X+ + AlX4-
X+ ini sangat reaktif dan sangat memerlukan elektron, jadi akan mencari tempat-
tempat yang banyak elektronnya supaya menjadi stabil.
X : X + AlX3
X
+ atau +
+H
H+ + AlX4 -
Gugus CH3 - mempermudah masuknya gugus yang baru dan masuk pada letak orto
dan para.
Untuk:
O
- C - OC2H5
Sukar untuk masuknya gugus baru dan kalaupun bisa akan masuk ke posisi meta.
Halogenasi toluen, secara radikal bebas.
½ X2 X
Dijalankan pada suhu yang tinggi (adisi lebih sulit terjadi), maka cabangnya yang
diserang.
- CH3 + X - H2C + HX
Jika suhunya rendah maka kemungkinan masuknya halogen pada inti dan
masuknya pada posisi di mana rapat elektronnya besar yang dipengaruhi oleh
substituen mula-mula.
- CH2X + X
- H2C + X : X
Untuk:
T>
+X:X - CH2CH2CH2X + HX
- CH2CH2CH3
Untuk alkohol:
CH3CH2OH + X : CH2XCH2OH + HX
X
Radikal bebas sukar didapat. Kalau reaksinya dilakukan pada suhu tinggi bisa terjadi
radikal bebas, tetapi alkoholnya rusak. Dengan foto/sinar mungkin bisa, tetapi jarang
dilakukan.
O
XCH2 – C – H . H2O (kloral hidrat)
Jika terhadap alkohol ini digunakan asam halogenida maka akan terjadi:
CH3CH2OH + HX CH3CH2X + H2
Tetapi ini tidak dilakukan sebab alkohol harganya mahal dan asam juga mahal, lebih
baik digunakan alkana sampai menjadi alkil halida.
Dalam reaksi rantai, salah satu sumber tenaga aktivasi khlorin sudah digunakan,
kecepatan reaksi gas khlor dengan uap hidrokarbon parafin sama dengan fungsi
komposisi molar campuran. Dalam batas tertentu reaksi ini akan menjadi begitu cepat
sehingga campuran akan terjadi karena hamburan kebocoran panas dan masih dalam
dekat batas-batas kecepatan nyala api akan naik ke daerah kecepatan peledakan.
Karena radikal bebas reaksinya cepat dan eksotermis sehingga reaksinya harus
diawasi. Beberapa cara pencegahan antara lain:
1. Panas yang timbul harus diserap sebaik-baiknya, misal dengan penambahan zat
yang langsung bersentuhan, sehingga terjadi penyerapan panas langsung.
2. Membatasi kesempurnaan reaksi RH.
3. Memilih zat pereaksi yang tidak terlalu aktif.
4. Waktu reaksi dibatasi.
Keterangan:
1. Panas diambil langsung dari reaktornya denan penambahan zat penyerap.
Reaktor C
A
B
a. Salah satu pereaksi berlebihan. Karena hidrokarbon relatif lebih murah
maka hidrokarbonnya yang berlebihan.
Biasanya HC : X2 = 15 : 1
Kelebihan panas dapat diserap oleh kelebihan hidrokarbonnya.
Kalau pada reaksi:
1 gmol X2 + 1 gmol RH 1 gmol RX + 1 gmol HX + Q
Kalau reaksinya:
1 gmol X2 + 15 gmol RH 1 gmol RX + 1 gmol HX + 14 gmol RH + Q
Disini Q diserap oleh 1 gmol RX, 1 gmol HX dan oleh 14 gmol RH sisa,
50 tidak berbahaya
daerah
mudah
menyala
0
10 20
Perbandingan mol
Cl2 : C3H8
Grafik Efek Perbandingan Mol Pada Kecepatan Reaksi Khlor dan Propana
Cl2
Kalau dipakai harga -19,2 harga halogen mahal dan kalau terjadi
C3 H 8
kebocoran berbahaya dan kelebihan X2 mengganggu dan juga ada
kemungkinan didapatkan hasil lain, yaitu Polihalogenida.
b. Dengan penambahan gas inert misalnya NO2, CO2, H2O, tetapi karena gas
inert ini mahal harganya, maka proses ini jarang/tidak dilakukan.
Untuk gugus alkil primer, sekunder dan tertier; gugus alkil primer yang lebih
mudah diserang. Untuk suhu yang tinggi substitusi lebih mudah.
4. Waktu reaksi kecil dan waktu tinggal reaksi dalam reaktor kecil, hasil reaksi
cepat didinginkan, sehingga reaksi tidak sempurna.
Dalam foto halogenasi diperlukan cahaya dengan panjang gelombang tertentu, biasa
dipakai lampu Cl sebagai sumber sinar. Dalam reaksi ini akan timbul HX maka
bahan reaktor harus tahan korosi.
Reaktor:
1. Bahannya harus tahan korosi.
2. Harus tahan suhu tinggi.
Untuk 1 dan 2 bisa dipilih dari bahan keramik.
3. Panas yang ada harus lebih mudah dikeluarkan artinya daya hantar panas
harus baik.
Untuk syarat no.3 keramik tidak baik sama sekali, selain itu keramik tidak
tahan tekanan, maka keramik tidak dapat digunakan. Agar perpindahan panas
yang lebih baik, maka diberi kasa layer dari bahan yang tahan korosi tetapi
harganya mahal.
Katalisator yang digunakan biasanya garam logam dari halogen dengan valensi 2
dan 3, misal AlX3 dan FeX3.
2.5 TERMODINAMIKA
RH + X2 RX + HX
Ditinjau dari panas reaksi yang menyertai maka untuk substitusi, reaksi yang bersifat eksotermik
adalah flourinasi, chlorinasi, brominasi sedangkan iodinasi adalah endotermik, sebab ikatan
antara F – F sangat kuat dan terbentuknya senyawa baru juga diikuti panas yang tinggi.
Menyempurnakan reaksi:
1. Untuk F2, Cl2 dan Br2 reaksi sudah sempurna jadi tidak perlu disempurnakan, bahkan
perlu dibatasi.
2. Untuk I2, reaksi setimbang oleh karenanya perlu diusahakan ke kanan, yaitu dengan
mengikat HI yang terbentuk atau mengoksidasinya.
I : I + RH RI + HI HI + NaOH
NaI + H2O
Dioksidasi
HI + HNO3 I2 + NO + H2O
Cara oksidasi lebih efisien karena I2 yang timbul dapat dipakai lagi.
Untuk reaksi adisi semua eksotermis. Kesetimbangan terletak di kanan pada semua suhu,
yaitu untuk Cl2 sampai 1000oC untuk I2 sampai suhu 50oC, Br2 sampai suhu 700oC.
2.6 CONTOH HALOGENASI DALAM INDUSTRI
Kecepatan aliran gas-gas itu dalam reaktor bisa mencapai 90 km/jam. Tidak
diperlukan katalisator sebab reaksinya secara radikal bebas. Suhu reaksi 250 oC –
300 oC. C5H12 semula berupa zat cair, mengandung air sedikit. Dari bahan-bahan
ini dapat dibuat monokhlor pentana dan amil alkohol. Kemungkinan juga terjadi
5% C5H10Cl2, walau sudah dipakai perbandingan 15 : 1. Ada juga yang tidak
bereaksi tetap sebagai C5H12. Air yang ada tidak boleh masuk. Kita harus
mempunyai alat penguap dan alat pemisah hasil (dengan mengetahui sifat-sifat
dari bahan dan hasilnya). Panas reaksi yang timbul besar dan reaksi berjalan
cepat, maka pengawasan suhu harus ketat. Dinding reaktor terbuat dari bahan
yang mudah dilewati panas.
C5H12 dijenuhkan dengan HCl. Bila dalam C5H12 terkandung air dan
dapat dipisahkan.
Kelebihan C5H12 berguna untuk menghilangkan panas agar tidak terjadi
peledakkan dan agar tidak terbentuk polihalogenasi.
Hidrokarbon dipompa pada tekanan 75 psig melalui pemanas dan diuapkan pada
85oC. Uap ini dilewatkan ventury throat dipertemukan dengan uap Cl2 yang
masuk pada 50oC dan tekanan 60 psi. Pada daerah ini kecepatan uap pentana 60
mph lebih dengan perbandingan HC dan Cl2 kira-kira 15 : 1.
Pada kondisi ini campuran Cl2 dan dan HC akan terbaik pada suhu rendah dan
dengan tidak adanya bahan pengaktif, tidak akan terjadi pembakaran dan
kecepatan campuran pada reaksi rendah yang menyebabkan aliran reaksi tidak
akan mengalir kembali dari reaktor ke alat pencampur. Rectifier akan me-reflux
pentana dan khlor pentana dari dephlegmator.
Menurut Hass, khlorinasi pentana menghasilkan semua kemungkinan isomer dan
jika reaksi dijalankan sekitar suhu 300 oC, didapat perbandingan hasil sebagai
berikut:
Dari n-pentana : 24% primer dan 76% sekunder.
Dari iso-pentana : 50% primer, 28% sekunder dan 22% tertier.
CCl3CH +
H2O
C6H4Cl
Secara teoritis, kemungkinan terjadi isomer-isomer cukup banyak dan hasilnya bisa
diperoleh dengan pemekatan. Para, isomer para atau p,p’ – DDT, melebur pada
108,5 oC – 109 oC dan terkandung dalam hasil kira-kira 70-75%. Sedang p,p’-
Khloral dan monokhlorbenzen dipadatkan dengan adanya asam sulfat berasap pada
kira-kira 20 oC. Air yang terjadi dari reaksi diambil oleh asam, yang dipisahkan
dari reaksi, lalu dikeluarkan. Kelebihan monokhlorbenzen digunakan untuk
melarutkan DDT begitu terbentuk. Lapisan solven dicuci air dan dikeringkan untuk
memungut monokhlorbenzen dan untuk mendapatkan DDT yang lunak, lalu
didinginkan dan diturunkan.
Salah satu masalah dalam pendinginan dan penghalusan DDT adalah berdasarkan
DDT dikristalkan pada 65-75 oC diikuti penurunan suhu sampai suhu kamar.
2.6.3Pembuatan Monokhlorbenzen (MCB)
Khlorinasi benzen umumnya dilakukan dalam tangki-tangki yang sempit dan tinggi,
dilengkapi jaket pendingin atau pendingin permukaan. Alat-alat ini juga dilengkapi
dengan kondensor refluk dan sirkulasi luar yang melalui pendingin. Cl2
dimasukkan melalui pipa distributorn (dari besi) di dekat dasar reaktornya.
Benzen tak berair masuk ke khlorinator ditambah sejumlah kecil FeCl3 anhidrid
(0,1-0,5%).
55-60 oC. Jika sampel menunjukkan densitas yang dibutuhkan, aliran Cl2
dihentikan. Jika semua benzen dikhlorinasi, operasi dihentikan jika densitas
mencapai 1,28 pada suhu 15 oC. Waktu yang dibutuhkan kira-kira 6 jam. Ada
industri yang mengontrol suhunya pada 25-40 oC dan densitas hasil pada 1,06-1,1
untuk membatasi jumlah benzenpolikhlor.
HCl yang keluar lewat vent dalam dephlegmator atau sistem pemadatan dicuci
dengan khloro atau o-dikhlorobenzen untuk mengambil berbagai kabut-kabut
senyawa organik.
Jika tes kedua memperlihatkan reaksi alkalis yang lemah, benzen yang dikhlorinasi
dipindahkan ke dalam tangki pengendap dan dibiarkan selama beberapa jam.
Endapan yang keluar dari dasar, kaya dengan dikhlorobenzen. Bagian yang atas
dipompa ke tangki penyimpan yang dipanasi untuk mencegah terjadinya kristalisasi.
Kalau khlorinasi benzen dijalankan dengan mengalirkan benzen dan khlor dalam
reaktor yang disinari lampu pada suhu kamar maka akan diperoleh
hexakhlorobenzen.
BAB III
3.1 Kesimpulan
- Halogenasi yaitu proses memasukkan 1 gugus halogen atau lebih. Cara penggantian
gugus halogen ada beberapa cara, yaitu:
1. Mengganti H
2. Addisi
3. Mengganti suatu gugus (substitusi)
Zat-zat pereaksi untuk halogenasi:
- Cl2, Br2, I2 dan F2
- HX
- Zat-zat yang dapat di halogenasi
1. Alkana secara substitusi
2. Olefin, secara addisi dan substitusi
3. Alkohol
4. Aldehid , keton dan asam
5. Halogenida
6. Senyawa aromatik, secara addisi atau substitusi
7. Senyawa aromatik yang mempunyai rantai cabang
8. Karbon disulfida
9. Antroquinon