BLOCK
NURLAILI AB
0704103010018
: Nurlaili AB
: 0704103010018
: Teknik Kimia
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat yang diperlukan pada kurikulum
Fakultas Teknik Universitas Syaih Kuala.
Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa oleh pembimbing dan siap untuk diseminarkan.
Darussalam,
esember 2011
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
Laporan Hasil Kerja Praktek di PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM), Kuala Tanjung Kab. Batu Bara, Sumatera Utara disusun oleh:
Nama
Nim
Jurusan
: Nurlaili AB
: 0704103010018
: Teknik Kimia
Kerja praktek tersebut dilaksanakan dari tanggal 10 Oktober 2011 sampai 18 November2011
dengan judul PROSES PENGADONAN BAHAN BAKU (KNEADING) DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KUALITAS GREEN BLOCK. Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian dari
syarat-syarat kurikulum yang berlaku pada Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Darussalam, Desember 2011
Pembimbing
Pembahas II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alhamdulillah Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
dan karunianya sehingga penyusun bisa menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul Proses
Pengadonan Bahan Baku (Kneading) Dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Green Block.
Shalawat beriring salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau
sekalian.
Kerja Praktek ini telah kami laksanakan lebih kurang 40 hari, mulai dari 10 Oktober sampai
dengan 18 November 2011 di pabrik peleburan Aluminium PT Indonesia Asahan Aluminium
(INALUM) Kuala Tanjung - Kab. Batubara, Sumatera Utara. Pelaksanaan Kerja Praktek ini terdiri
dari studi literatur dan praktek lapangan guna mendalami materi dalam pengerjaan tugas khusus
yang diberikan oleh pihak pabrik.
Adapun laporan kerja praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan kurikulum pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Dan
tentu saja Laporan kerja Praktek ini tidak akan selesai tanpa ada dukungan dari berbagai pihak, baik
selama kami praktek kerja di Pabrik ataupun pada saat penyusunan Laporan. Oleh karena itu tidak
berlebihan kiranya kalau penyusun sampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada
semua pihak, khususnya:
Bapak Dr. Ir. Muhammad Zaki, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UniversitasSyiah Kuala.
Ibu Lia Mairiza, ST, MT, selaku Koordinator Kerja Praktek Jurusan Teknik Kimia Universitas Syiah
Kuala.
Bapak Dr. Ir. Yunardi, M.Sc selaku dosen Pembimbing laporan kerja praktek Jurusan Teknik Kimia
Universitas Syiah Kuala
Bapak Dr. Abrar Muslim, ST. M.Eng selaku Pembahas I
Bapak Ir. T. Maimun, M.Eng selaku pembahas II
Bapak Indah Pandia selaku pembimbing laporan di SCB
7. Seluruh jajaran staf dan karyawan PT. INALUM khususnya pada seksi Carbon
8. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan baik berupa dukungan materil dan moral.
9. Kakak kami Marai Rahmawati dan Rini Triana beserta keluarga mereka yang sangat banyak
membantu.
10. Kawan-kawan partner kerja praktek, bang Arby, Maya, Rita, Rini, Erna.
11. Sahabat-Sahabat kami letting 2007 semuanya khususnya Dewi, sidiq, resti, ewis, rosi, riki, belek;
12. Seluruh teman-teman OJT dari USU, ITM Medan dan PTKI Medan.
Penyusun menyadari bahwa pada Laporan Keja Praktek ini masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Januari 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan
Perguruan tinggi adalah suatu institusi atau wadah di mana mahasiswa sebagai salah satu
unsur yang terdapat di dalamnya, yang bertujuan membentuk pribadi yang mandiri, kreatif dan kritis
dalam menghadapi perkembangan dunia industri dan kemajuan teknologi, untuk itu perguruan tinggi
dituntut untuk meningkatkan kualitasnya.
Dalam menghadapi perkembangan dan mutu pendidikan maka mahasiswa dituntut untuk
memiliki wawasan industri secara profesional seperti yang diinginkan oleh dunia usaha dan industri
pada masing-masing tempat di mana mereka akan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di jenjang
perkuliahan, salah satunya adalah dengan mengadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Atas dasar pemikiran tersebut, maka Pendidikan Tinggi Universitas Syiah Kuala Jurusan
Teknik Kimia bermaksud mengadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan mengirim 6 (enam)
orang mahasiswanya ke Pabrik Peleburan PT Indonesia Asahan Aluminium (PT INALUM) Kuala
Tanjung, Kabupaten Batu Bara.
Dalam hal ini diharapkan mahasiswa yang mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) tersebut
dapat menambah pengetahuan dan wawasannya sehinggga sasaran dari Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dapat tercapai serta diperoleh pembinaan ketenagakerjaan yang terampil, profesional dan
berkualitas.
1.2 Maksud dan Tujuan
1) Maksud
Adapun maksud diadakannya Praktek Kerja Lapangan ini adalah:
a) Memperkenalkan dan meningkatkan hubungan kerja sama Perguruan Tinggi Universitas Syiah
Kuala (UNSYIAH) Jurusan Teknik Kimia kepada dunia usaha maupun instansi- instansi lain.
b) Mengenal dan mengetahui secara langsung tentang perusahaan sebagai salah satu tempat
penerapan disiplin ilmu dan pengembangan karir.
c) Dapat mengenal secara langsung pengaplikasian teori dan praktek yang diperoleh di bangku
perkuliahan di dunia perindustrian.
d) Untuk mempelajari proses pengolahan Anoda karbon hingga menjadi bahan baku
pembuatan aluminium ingot (batangan).
e)
2) Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan ini adalah:
a) Menambah wawasan dan melatih pikiran dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki oleh
mahasiswa yang bersangkutan.
b) Mahasiswa mampu menguasai, mengevaluasi dan mengkoreksi terhadap kemampuan sendiri.
c) Mengetahui dan mengenal peralatan yang digunakan untuk melakukan proses di PT INALUM Kuala
Tanjung Asahan, dan sebagai sarana menjalin hubungan kerja sama antara UNSYIAH dengan
pihak PT INALUM Kuala Tanjung Asahan.
1.3 Manfaat
a) Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai keadaan yang sebenarnya mengenai
sistem kerja diperusahaan.
b) Melihat dan mengenal lapangan kerja secara langsung.
c) Berlatih bekerja disiplin dan bertanggung jawab.
1.4 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pengertian yang menyimpang, maka kami memberikan pembatasan
tentang pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan hanya ingin mengetahui:
a) Sistem manajemen perusahaan.
b) Proses pengolahan produksi pabrik.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. VISI, MISI DAN NILAI
Visi perusahaan adalah INALUM sebagai sebuah perusahaan kelas dunia dalam bidang
aluminium dan industri terkait.
Misi perusahaan adalah :
a) Menciptakan manfaat bagi semua pihak berkepentingan (stakeholder) melalui produksi aluminium
batangan (ingot) yang berkualitas tinggi dan produk-produk terkait serta mampu bersaing di pasar
global.
b) Mendukung operasi pabrik peleburan aluminium yang menguntungkan dan berkelanjutan melalui
pengoperasian pembangkit listrik tenaga air yang efektif dan efisien.
c) Mendukung pengembangan kelompok industri aluminium nasional yang pada akhirnya mendukung
pengembangan ekonomi nasional.
d) Berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi regional melalui pengelolaan operasi yang optimum
serta menguntungkan.
Nilai
Dengan mengoperasikan pabrik peleburan aluminium dan pembangkit listrik tenaga air untuk
menciptakan manfaat bagi semua pihak berkepentingan (stakeholder), bekerja keras untuk
melestarikan lingkungan ekonomi sekitar demi mencapai misi PT INALUM.
2.2
peleburan alumunium yang menggunakan tenaga listrik dari stasiun pembangkit listrik tenaga air
Asahan.
Dalam tahun 1972, pemerintahan Indonesia menyelenggarakan suatu pelelangan untuk
membangun pabrik peleburan alumunium dan PLTA sebagai satu paket penanaman Modal Asing.
Perusahaan-perusahaan alumunium Jepang, USA, Kanada, Jerman Barat, Perancis, Italia, Swiss,
Belanda dan Australia diundang untuk ikut tender. Namun, ketika tender tersebut ditutup dalam
tahun 1973, tidak satupun diantara mereka yang menyerahkan penawaranya Karena proyek ini
membutuhkan suatu investasi yang besar sekali, dimana mereka menemui kesulitan dalam
mengumpulkan dana. Setelah melalui perundingan yang panjang, kelompok perusahaan Jepang
yang terdiri dari 12 perusahaan yang dipimpin oleh Sumitomo Chemical akhirnya mencapai
kesepakatan dengan pemerintah Indonesia untuk membangun proyek raksasa ini.
Pada tanggal 7 Juli 1975, di Tokyo, ditanda tangani perjanjian induk antara Repubik
Indonesia dan penanaman modal Jepang tersebut untuk membangun PLTA dan pabrik peleburan
alumunium Asahan.
Ke-12 Perusahaan penanam modal Jepang ini membentuk suatu wadah perusahaan
permodalan di Tokyo dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co, Ltd. Pada bulan November
1975 50% dari saham perusahaan ini dimiliki oleh Overseas Economic Cooperation Fund yaitu
lembaga keuangan pemerintah Jepang, dan 50 % lagi dimiliki oleh gabungan para penanam modal
tersebut. Untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian proyek ini maka pada tanggal 6
januari 1976, di Jakarta didirikanlah PTIndonesia Asahan Aluminium (PT INALUM) suatu
perusahaan patungan antara Pemerintah RI dan Nippon Asahan Aluminium Co, Ltd. dengan
perbandingan saham masing-masing 10 % dan 90 %. Tanggal 9 oktober 1978, perbandingan
saham ini berubah menjadi masing-masing 25% dan 75% pada 29 Juni 1987 menjadi 41,13%
dengan 58,87%, dan sejak 10 Februari 1997 menjadi 41,12% dengan 58,88%.
Sebagai pelaksana lebih lanjut daripada ketentuan yang tersebut dalam perjanjian induk
dan untuk penyelenggaraan pembinaan, perluasan dan pelaksanaan pembangunan proyek Asahan,
Pemerintah Indonesia mengeluarkan Keppres No. 5 Tahun 1976 tentang pembentukan Badan
pembinaan Proyek Asahan dan Otorita pengembangan proyek Asahan.
a)
b)
c)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
2)
3)
Reduction Plant
Unit ini merupakan jantung PT INALUM dimana pada unit inilah dilakukan elektrolisa dan
reaksi reduksi untuk menghasilkan aluminium cair.
Casting Plant
Aluminium cair dari tungku reduksi diangkut ke Pabrik Penuangan dan setelah dimurnikan
lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung, kemudian dibentuk menjadi aluminium batangan
(ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon (22,7 kg) yang merupakan produk akhir PT INALUM,
kemudian dipasarkan ke dalam dan ke luar negeri.
2.4 Perbandingan Saham dan Tenaga Kerja
2.4.1 Perbandingan Saham
Pemegang saham perseroan adalah Pemerintah Republik Indonesia (Menteri Keuangan
Republik Indonesia) dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd. (NAA Co., Ltd). NAA di bentuk oleh 12
perusahaan penanam modal Jepang (Sumitomo Chemical Company Ltd., Sumitomo Shoji Kaisha
Ltd., Nippon Light Metal Company Ltd., C. Itoh & Co., Ltd., Nissho Iwai Co., Ltd., Nichimen Co., Ltd.,
Showa Denko K.K., Marubeni Corporation, Mitsubishi Chemical Industries Ltd., Mitsubishi
Corporation, Mitsui Aluminium Co., Ltd., dan Mitsui & Co., Ltd.). Saham NAA terdiri dari 58,88 %
milik kedua belas perusahaan penanam modal tersebut di atas dan milik lembaga keuangan
pemerintah Jepang (Overseas Economic Cooperation Fund).
Komposisi pemilikan saham sejak berdirinya PT INALUM hingga saat ini ditunjukkan oleh
Tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1 Komposisi Pemilikan Saham PT INALUM
Keterangan
Awal pendirian
20 Juli 1979
29 Juni 1987
10 Februari 1998
2.4.2
Pemerintah RI
10,00 %
25,00 %
41,13 %
41,12 %
Kantor
Jakarta (IHO)
Medan (IMO)
Kuala Tanjung (ISP)
Paritohan (IPP)
Jumlah
(Sumber: PT INALUM, 2011)
2.5
Fasilitas Lainnya
a) Pembersih Gas (Gas Cleaning)
b) Instalasi Pembersih Limbah Pemukiman
c) Prasarana Penunjang
Jalan, pelabuhan, perkotaan, dan fasilitas lainnya seperti
1) Fasilitas pendidikan seperti TK, SD (24 lokal) dan SMP (6 lokal) dibuka sejak Juli 1981 dan
dikelola oleh Depdiknas.
2) Fasilitas olah raga dan rekreasi seperti: lapangan sepak bola/volley/tennis, gedung olah raga, kolam
renang dan danau buatan.
3) Fasilitas umum seperti: balai pertemuan, masjid, gereja, telekomunikasi, supermarket dan
pertokoan, kantor pos dan rumah sakit.
Perusahaan juga menyediakan rumah, fasilitas olah raga, klinik, tempat ibadah, pertokoan
dan fasilitas lainnya untuk karyawan yang bekerja di daerah PLTA di Paritohan.
2.6 Alih Teknologi
Pembangunan PT INALUM merupakan suatu kesempatan baik untuk alih teknologi dan
harus dimanfaatkan sebaik baiknya oleh putra putri Indonesia sebagai suatu medan latihan. Untuk
memenuhi harapan ini dilakukanlah alih teknologi dari para Kontraktor Asing.
Pembangunan PT.INALUM membutuhkan teknologi yang rumit. Dengan berpartisipasi
dalam pembangunan ini banyak karyawan Indonesia memperoleh kesempatan untuk melangkahkan
kakinya ke gerbang teknik konstrsi modern yang diperolehnya dari para kontraktor Jepang. Banyak
pula staff Indonesia yang bekerja pada perusahaan kontraktor Jepang dan Sub-kontraknya dikirim
ke Jepang untuk mengikuti pelatihan.
2.7
Kinerja Perusahaan
2.7.1 Produksi
Tabel 2.3 Jumlah Produksi Aluminium Ingot PT INALUM
Tanggal
20 Februari 1982
16 Maret 1982
14 Oktober 1982
3 Juli 1983
8 Februari 1988
2 Juni 1993
21 Desember 1997
16 Desember 2003
11 Januari 2008
Keterangan
Aluminium ingot berhasil dicetak
Dimulainya produksi komersil
Pengapalan perdana ke luar negeri
Penjualan pertama di dalam negeri
Tercapainya produksi ke 1 juta ton
Tercapainya produksi ke 2 juta ton
Tercapainya produksi ke 3 juta ton
Tercapainya produksi ke 4 juta ton
Tercapainya produksi ke 5 juta ton
Tahun Fiskal
Produksi
2006
2007
247,842
241,451
Penjualan
Ekspor
Domestic
168,010
78,202
154,508
93,303
2008
245.526
152.007
2009
255.995
152.007
2010
253.803
152.006
Tahun Fiskal Perusahaan = April ~ Maret
97.112
102.733
102.002
4)
5)
6)
Syahwali Awards
Perusahaan juga menerima Syahwali Awards tentang Environmentally Friendly
Businessman pada tanggal 13 Nopember 1992 dari Indonesian Environmental Management and
Information Center (IEMIC)
7)
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
1.1Bentuk Organisasi
Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas.
1) Nama, tempat kedudukan dan tanggal berdirinya Perseroan.
Perseroan Terbatas ini bernama PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM atau disingkat PT
INALUM, berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta serat didirikan pada tanggal 06 Januari
1976.
2) Jangka waktu dan berdirinya perseroan.
Perseroan ini memperoleh status Badan Hukum sejak tanggal 10 Januari 1976 dan didirikan
untuk jangka waktu 75 tahun sejak tanggal tersebut.
3) Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Usaha
a. Maksud dan tujuan Perseroan ialah berusaha dalam bidang industri aluminium dan tenaga listrik
b. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas Perseroan dapat melaksanakan kegiatan
usaha:
- Membangun dan mengusahakan Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung untuk
menghasilkan, membuat dan mengelola aluminium, produk karbon dan produk lain yang
sehubungan dengan itu dan untuk memasarkan segala produk dimaksud di alam negeri serta
mengekspornya.
Membangun dan mengusahakan Pabrik Pembangkit Listrik
Tenaga Air di Paritohan untuk membangkitkan tenaga listrik dan menyalurkannya ke Pabrik
Peleburan Aluminium dan prasarana lainnya yang akan dibangun oleh Perseroan.
4)
Pemegang Saham
Pemegang saham Perseroan adalah pemerintah Republik Indonesia (Menteri Keuangan
Republik Indonesia) dan Nippon Asahan aluminium Ltd Corporation (NAA). NAA dibentuk oleh 12
perusahaan penanam modal Jepang (Sumitomo Chemical Company, Ltd; Sumitomo Shoji Kaisha,
Ltd; Nippon Light Metal Company, Ltd; C.Itoh & Co Ltd, Nisho Iwai Co Ltd, Nichimen Co Ltd,
Showa Denko K.K, Marubeni Corporation, Mitsubishi Chemical Industries Ltd, Mitsubishi
Corporation, Mitsui Aluminium Company, Ltd, Mitsui & Co Ltd). Saham NAA terdiri dari 50 % milik ke
12 perusahaan penanam modal tersebut di atas dan 50 % milik lembaga keuangan Pemerintah
Jepang (Overseas Economic Cooperation Fund).
5) Komposisi Saham
Indonesia
: 41,12 %
NAA
: 58,88 %.
1.2 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi berbentuk garis dan staff berdasarkan fungsi.
1) Rapat umum pemegang saham (RUPS).
a). RUPS adalah orang perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi. RUPS terdiri dari :
- Rapat tahunan yang diadakan selambat- lambatnya pada akhir bulan September setiap tahun
kalender.
- Rapat Umum Luar Biasa diadakan setiap saat jika dianggap perlu oleh direksi dan / atau Pemegang
saham.
b). Hak dan wewenang RUPS adalah mengangkat dan memberhentikan komisaris dan Direksi.
2) Komisaris
Keanggotaan.
a) Komisaris terdiri dari sekurang- kurangnya 2 (dua) orang anggota, salah seorang diantaranya
bertindak sebagai Presiden Komisaris.
b) Para anggota Komisaris dan Presiden Komisaris diangkat oleh RUPS dari calon-calon yang
diusulkan oleh para Pemegang Saham pihak asing dan Pemegang Saham pihak Indonesia
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang anggota Komisaris harus dari calon yang diusulkan oleh
Pemegang Saham pihak Indonesia.
c) Anggota komisaris dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan yang kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak rapat
umum Pemegang Saham untuk memberhentikan para anggota Komisaris sewaktu-waktu dan
mereka dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
3) Tugas dan Wewenang Komisaris.
a) Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan perseroan serta
memberikan nasihat kepada direksi.
b) Komisaris dapat meminta penjelasan tentang segala hal yang dipertanyakan.
c) Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara waktu seortang atau lebih
anggota Direksi berdasarkan keputusan yang disetujui oleh lebih dari jumlah anggota komisaris
jikalau mereka bertindak bertentangan dengan anggaran dasar dan undang-undang dan peraturan
yang berlaku.
4) Direksi
Keanggotaan
a) Direksi terdiri dari sekurang-kurangnya 6 (enam) orang anggota, diantaranya seorang sebagai
Presiden Direktur.
b) Para anggota direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat umum pemegang Saham.
c) Para anggota Direksi diangkat dari calon-calon yang diusulkan oleh para Pemegang Saham pihak
Indonesia sebandingdengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan
ketentuan sekurang- kurangnya 1 (satu) orang anggota Direksi harus dari calon yang diusulkan oleh
pemegang saham pihak Indonesia.
Masa Jabatan
a)
b)
Para anggota direksi dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat umum
Pemegang saham Tahunan, kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak rapat
umum pemegang saham untuk memberhentikan para anggota direksi sewaktu-waktu dan mereka
dipilih kembali oleh rapat Umum Pemegang Saham.
Dalam hal terdapat penambahan anggota Direksi, maka masa jabatan anggota direksitersebut akan
berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan anggota direksi lainnya yang telah ada,
kecuali Rapat Umum pemegang Saham menetapkan lain.
6) Direktur
Direktur adalah anggota Direksi yang oleh karena jabatannya melaksanakan tugas untuk
kepentingan Perseroan sesuai dengan ruang lingkup tugas/ fungsi masing- masing seperti tersebut
dibawah ini:
a) Umum & Sumber Daya Manusia
b) Perencanaan & Keuangan
c) Bisnis
d) Produksi
e) Teknologi peleburan
f) Koordinasi keuangan
7) Divisi
Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk membantu Direktur dalam menuangkan
ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan berdasarkan ruang lingkup/fungsi Direktur masingmasing. Divisi dikepalai oleh General manager.
8) Departemen
Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaa dari ketentuanketentuan yang telah digariskan/ditentukan oleh divisi masing-masing. Departemen dikepalai oleh
Senior Manager.
9)
Seksi
Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk melaksanakan setiap kebijaksanaan yang
telah ditentukan/digariskan oleh Departemen masing- masing. Seksi dikepalai oleh Manager.
BAB IV
URAIAN PROSES
Sekrap mentah adalah yang digunakan di pabrik anoda mentah berasal dari 2
sumber yaitu :
a) Pasta yang rusak (reject) yaitu campuran material yang tidak layak untuk dicetak
karena tidak memenuhi spesifikasi. Pasta reject ini bisa diakibatkan oleh pencampuran
yang tidak sempurna (terlalu keras atau terlalu lembek), kerusakan peralatan dan lainlain.
b) Blok anoda mentah yang rusak (reject) misalnya retak, berporipori terlalu besar pada
permukaan (porosity), tinggi yang tidak sesuai, retak, pecah dan lain lain. Pemakaian
sekrap mentah ini tergantung dari persediaan, ratarata 0,5 2,5 ton/jam. Sebelum
dicampurkan sekrap mentah harus dihancurkan juga untuk mendapatkan ukuran yang
tidak terlalu besar.
Puntung (Butt)
Umumnya yang dimaksudkan dengan butt adalah anoda yang tersisa setelah
digunakan dalam tungku reduksi. Sumber anoda sisa ada 2 macam, yaitu:
a) Sisa anoda yang telah di pakai pada proses elektrolisa pada tungku reduksi yang
diperoleh setelah anoda dipakai 26 hari. Berat puntung ini 300 kg.
b) Anoda panggang rusak yang diakibatkan oleh :
- Anoda panggang mengalami oksidasi.
- Anoda panggang mengalami keretakan (deformasi).
- Anoda panggang mengalami porosity (pori-pori yang banyak).
Puntung yang digunakan harus dibersihkan dahulu dengan crush breaker dan
dihancurkan dengan penghancur dan ukurannya ditentukan sesuai dengan ukuran
kokas. Jumlah pemakaian puntung umumnya 15 25 %.
Coal Tar Pitch (CTP)
Coal tar pitch dalam pembuatan anoda berfungsi sebagai pengikat butiran-butiran
kokas pengisi. Coal tar pitch berasal dari produk batu bara yang berupa gas jika
diendapkan akan menghasilkan pitch. Kualitas coal tar pitch diperhatikan karena jika
kualitas coal tar pitch rendah akan mengganggu operasi reduksi aluminium,
mengurangi efisiensi dan meningkatkan impurity. Coal tar pitch yang digunakan di PT
INALUM berasal dari Jepang (Shinnitetsu dan Kawasaki) dengan spesifikasi tertentu
yang sesuai dengan tabel 4.2.
Tabel 4.2 Spesifikasi CTP yang digunakan PT INALUM
Variabel
Standar dari PT INALUM SHINNITETSU
Softening point
Ash
Fixed Carbon
Toluen insoluble
Quinoline insoluble
Spesific gravity
114 3o C
0,3 % max
59 % min
34 % min
8 16 %
1,3 gr/cm3 min
116,6o C
0,12 %
62,2 %
38,5 %
14,7 %
1,344 gr/cm3
Bahan
Pendukung
Fungsi
Spesifikasi
Kokas
Bola
Keramik
Soda Api
Resin
Penukar ion
Oxynon
Baking adalah proses selanjutnya dari Green plant. Dalam proses baking, Green Block akan
dipanggang dalam tungku (furnace) untuk menghasilkan Baked Block. Pemanggangan dilakukan
pada tungku sistem tertutup dengan lama pemanggangan berkisar antara 36 60 jam tergantung
dari jumlah BB yang ingin dihasilkan dalam kurun waktu tertentu.
Satu rantai bakar terdiri dari 15 tungku dan pengoperasiannya adalah sebagai berikut :
4 tungku tertutup
: mengalami pemanasan mula (preheat)
3 - 4 tungku tertutup
: mengalami pengapian
4 tungku terbuka
: mengalami pendinginan (cooling)
4 tungku terbuka
: mengalami pengeluaran BB dan pemasukan GB
Beberapa proses yang ada dalam baking plant:
Pengisian Green Block ke dalam tungku
Pada proses ini, Green Block diangkut dari Green Block storage ke dalam Baking Plant
dengan menggunakan conveyor. Melalui conveyor ini pula, Green Block tersebut akan diatur
sedemikian rupa sehingga siap untuk dimasukkan ke dalam tungku dengan menggunakan mesin
ABC. Tungku itu sendiri terdiri dari 5 sagger. Tiap sagger terdiri dari 3 lapisan, tiap lapisan terdiri
atas 6 buah Green Block untuk jenis anoda yang dipakai untuk keperluan di Inalum dan 5 bh Green
Block untuk jenis yang akan dijual. Pada proses penyusunannya, diikuti juga dengan pemasukan
kokas pada ruang antara block dan tungku. Pada lapisan paling atas kembali dimasukkan kokas dan
diikuti dengan Ceramic Ball. Kokas berfungsi untuk melindungi Block terhadap pemanasan langsung
dalam tungku yang dapat menimbulkan oksidasi block dan Ceramic Ball berfungsi sebagai penahan
panas agar temperatur pemanasan block lebih stabil.
Pemanggangan (Baking)
Dalam proses ini, ruang tungku dipanaskan menurut kurva pemanasan yang telah
ditentukan. Jumlah bahan bakar dan tekanan tarik udara diatur dengan memperhatikan kecepatan
pemanasan ruang tungku. Pemanggangan dipertahankan pada temperatur 1200C.
Pemanggangan ini sendiri bertujuan untuk mendapatkan struktur kristal carbon yang lebih
homogen (graphite). Dengan struktur yang demikian memiliki daya hantar listrik yang baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanggangan ini adalah bagaimana menjaga agar
sesedikit mungkin C yang terbakar. Hal lain adalah menjaga heating rate yang tepat agar pelepasan
volatile material dapat berlangsung dengan baik.
a)
b)
c)
d)
e)
Pengeluaran blok panggang bagian tengah dan bawah pada tungku ke 3 atau ke 4 dari tungku yang
tutup tungkunya dipindahkan.
Blok panggang yang sudah dikeluarkan diangkut ke gudang blok panggang dengan
konveyor pusat, alat pemindah lintang (transverser), dan rangkaian konveyor pengangkut blok
panggang. Bola alumina yang sudah diisap, dipindahkan dari kokas penyekat dengan menggunakan
ayakan, kedua-duanya digunakan kembali.
Pembersihan Gas Buang
Operasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa gas buang dari hasil pembakaran cukup
aman untuk dilepaskan ke udara terbuka. Gas sisa pemanggangan dari tungku dialirkan ke dalam
pipa saluran utama yang mengelilingi pabrik pemanggangan melalui Smoke Hood. Mengingat
bahwa bahan bakar yang digunakan adalah jenis Heavy Oil yang memiliki kadar tar yang cukup
tinggi maka proses pembersihan gas buang ini meliputi:
Gas cooler yaitu dengan melewatkan gas hasil pembakaran dan secara bersamaan larutan NaOH
dikontakkan langsung sebagai media pendingin dalam aliran yang berlawanan. Pada proses ini pula
hendak diikat gas-gas lain yang terbentuk dari hasil pembakaran seperti SOx dan NOx.
Perhitungan pengenceran soda api dari 48% dengan BD = 1.5 kg/ltr menjadi 15% adalah:
48 / 15 x 1.5 kg/ltr x 1 ltr
= 4.8 kg
Berat 1 liter soda api
= 1.5 kg
Berat air pengencer
= 4.8 1.5 kg
= 3.3 kg
Volume air pengencer
= 3.3 kg : 1 kg/ltr
= 3.3 ltr
Jadi, tiap-tiap 1 liter soda api diperlukan air pelarut 3.3 liter atau larutan 15% = 1 : 3.3
Electrostatic Precipitator yaitu dengan melewatkan gas melalui sekat-sekat yang diberi tegangan DC
50 kV, dan arus 160-230 mA. Dengan memanfaatkan aliran electron dari elektroda menuju shell,
ion-ion + yang ada pada tar diikat pada dinding shell. Sehingga gas yang keluar dari tanki ini sudah
bersih dari tar. Tar yang melekat pada dinding shell tersebut kemudian secara berkala akan
dibersihkan dengan cara menyemprotkan uap jenuh ke dalam Electrostatic Precipitator. Uap ini
akan memanaskan tar sehingga akan meleleh dan turun untuk kemudian ditampung dalam tanki tar
dan siap digunakan kembali dalam proses pemanggangan.
Penghisapan dan Pembuangan Gas yaitu dengan menggunakan fan untuk kemudian dialirkan
menuju cerobong.
Penentuan dan Pengaturan Sampel Anoda
Meliputi penentuan dan pengaturan sampel Green Block dan Baked Block. Untuk BB AD core, BB
AD, shirinkage, weight loss, ER, BS, CS, YM, TC, dan AP.
Penomoran Produk pada Produksi Green Block
Tujuan penomoran ini adalah untuk identifikasi setiap produk secara lot atau individu sehingga dapat
ditandai, mulai dari penampungan green block, sampai penerimaan butt di pabrik penangkaian.
Nomenclature di pabrik anoda mentah
Huruf dan angka di bawah ini dipakai untuk identifikasi produk.
R = Produk dengan sumber kokas Arco.
D = Produk dengan sumber kokas Dumai.
K = Produk dengan sumber kokas Kaiser.
a)
b)
c)
a)
b)
c)
d)
e)
a)
b)
c)
d)
e)
Peralatan Pembantu:
Konveyor Pengangkut blok panggang (Anode Block Transportation
Kren Penumpuk (Stacker Crane)
Peralatan kontrol Polusi (Pollution Control Facilities)
Ketel uap (Steam Boiler)
Peralatan listrik (Electric Equipment)
Conveyor)
Ukuran
: panjang 1500 mm x lebar 910 mm x tinggi 550 mm
Berat
: 1060 kg
Densitas
: 1,57
Bentuk
: tidak ada retak, tidak ada perubahan bentuk
b) Kokas penyekat ( packing coke)
Jenis kokas
: Sama dengan jenis kokas untuk anoda
Ukuran butiran : 18 3 mm(diayak dengan saringan 18 dan 3 mm)
c) Bahan bakar
Jenis bahan bakar
: marlotherm atau solar
Sifat-sifat bahan bakar :
Tabel 4.4 Sifat-sifat bahan bakar
Kandungan
Belerang (S)
Karbon (C)
Hidrogen (H)
Abu (Ash)
Berat Jenis (Specific gravity = AD)
Viskositas Kinetik (V)
Kalor Jenis (Cp)
Mastur
Flash Light
(Sumber: PT INALUM, 2011)
d) Bola keramik (ceramic ball)
Jenis
Ketahanan terhadap api
Kekuatan tekan
Ukuran butir
Rapat massa curah (bulk density)
e) Soda Api (Caustic soda)
Berat Jenis
: 1,5 kg/ltr
Konsentrasi : 48 % menjadi 15 %
f) Air Industri
Tekanan
: 2 kg/cm2
g) Uap
Tekanan
: 5 kg/cm2
h) Udara Tekan
Tekanan
: 5 kg/cm2
i) LPG
Kalor jenis
: + 12000 kkal/kg
a)
Spesifikasi
1,8 % max
1,5 %
0,02 %
14 Cs
9000 kal/lit
0,25 % H2O
66 oC min
b)
c)
d)
e)
f)
Hal
Berat jenis semu
Berat jenis sebenarnya
Reaksi terhadap CO2 (%)
Tahanan listrik ( x 10-3cm)
Koefisien elastis ( kg/cm2)
Kekuatan bengkok ( kg/cm2)
Kekuatan tekan ( kg/cm2)
(Sumber: Tim STC, 1998)
Spesifikasi
1,56 1,60
2,00 2,02
3,00 3,5
5,00 6,00
900 1000
100 200
400 600
Bengkok (bending) bila dengan tangkai (rod) alumunium tidak tegak (asimetris).
Deformasi, bila dimensi kaki (yoke) berubah.
Erosi yaitu pengikisan pada kaki kaki tangkai.
Sticking, menempelnya thimble (sungkup) pada kaki tangkai.
Mix welding, patah atau retak bagian aluminium atau baja disekitar BA Clad.
Spark, pengikisan pada tangkai.
c. Besi tuang (cast iron)
Besi tuang digunakan sebagai pegisi celah hole pada anoda blok yang berfungsi untuk
mengait anoda blok dengan tangkainya. Besi tuang merupakan campuran dari pig iron (besi kasar)
sebagai bahan utama dengan beberapa bahan tambahan yaitu pospor, silikon, mangan dan thimble.
Standar komposisi besi tuang yang digunakan di PT Inalum dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Komposisi besi tuang yang digunakan di Pabrik Penangkaian
Komponen
Karbon
Nilai
> 3,5 %
Keterangan
Karbon ditemukan sebagai sementit (Fe3C) dan grafit
(karbon bebas). Sementit menyebabkan besi tuang
menjadi keras, sedangkan grafit membuat besi tuang
menjadi lunak.
Silikon
2 0,1
Silikon membuat aliran aliran besi tuang menjadi lebih
baik.Kandungan silikon yang tinggi dapat menyebabkan
terbentuknya besi tuang putih yang memiliki daya susut
besar.
Mangan
0,5 0,7 Mangan berikatan dengan sulfur membentuk Mangan
Sulfida (MnS).Kelebihan Mangan dapat meningkatkan
sementit yang terbentuk dan mempengaruhi sementit
yang terbentuk dan mempengaruhi terbentuknya grafit.
Fosfor
1,0 0,1 Fosfor akan menurunkan titik lebur besi tuang dan
memperbaiki aliran besi tuang. Kelebihan fosfor
mengakibatkan besi tuang menjadi rapuh (getas)
sehingga mudah retak.
Belerang
< 0,05 % Sulfur menghambat terjadinya kristal grafit.Sulfur yang
larut dalam besi tuang akan meningkatkan titik lebur.
(Sumber: Tim STC, 1998)
Besi kasar (pig iron) merupakan material besi yang lebih kuat dibandingkan dengan besi
tuang. Spesifikasi komposisi pig iron, pospor, mangan dan silikon yang digunakan tercantum dalam
Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Komposisi cast iron
Komposisi
Karbon
Pig iron
(%)
> 3,4
Besi Fosfor
(%)
-
Besi Silikon
(%)
< 0,2
Besi Mangan
(%)
<2
Silikon
1,81 2,2
Mangan
0,3 0,9
Fosfor
< 0,45
Sulfur
< 0,05
(Sumber: Tim STC, 1998)
20 80
-
75 80
<0,05
<0,02
<2
70 - 80
<0,4
< 0,02
Bahan
Besi Fosfor, Besi
Mangan, Besi silikon
Alumunium cair
Grafit alam, Ferlit
Partikel shot baja
Fungsi
Sebagai bahan pencampuran besi tuang untuk
mendapatkan karateristik sambungan tertentu.
Melapisi blok anoda untuk mencegah terjadinya
oksidasi pada bagian atas anoda
Membasahi stub sebelum dipasang di blok anoda
sehingga terjadi perekatan yang baik.
Membersihkan crust dan sisa-sisa anoda yang masih
terdapat di tangkai (rod)
Digunakan sewaktu-waktu pada perawatan tungku
induksi sebagai tempat peleburan besi tuang
dari campuran kokas yang berukuran >18 mm dari S-201 dan kokas yang over flow (kelebihan) dari
B-201 dan B-202 dengan menggunakan crusher(CR-201) dengan jarak blade tertentu. Setelah
dipecahkan kemudian kokas dikembalikan ke sistem pengayakan kokas dgn menggunakan BE-202
dan diayak oleh 2 pengayak SR-201 dan SR-202.
4.2.1.3 Sistem Penggilingan Kokas
Proses penggililingan ini dilakukan dengan menggiling kokas hingga berukuran < 0,2 mm.
Kokas dalam S-202 dimasukkan ke dalam Tube Mill (TM-201) untuk digiling. Tabung penggilingan
ini menggunakan bola bola baja untuk menghasilkan kokas. Butiran butiran halus ini dihisap
oleh Air Sepator (AS-201) yaitu alat yang menggunakan udara untuk kokas. Kokas yang halus ini
diputar dengan menggunakan blade hingga butiran yang berukuran besar akan terlempar ke dinding
dan turun kembali ke TM-201. Butiran halus dihisap oleh blower menuju sistem pengumpul CC-201,
kemudian disalurkan ke B-204. Butiran yang sangat halus (ultrafine) yang tidak tertangkap
oleh Siklon CC-201 masuk kedalam Bag filter dan disimpan dalam B-204.
CTP harus dikendalikan suhunya diatas 160o C agar pitch tidak mengeras. Uappitch cair
yang dihasilkkan dari tangki pencairan dibakar dalam Fume Incenerator FU-201 dan suhu
pembakaran dikendalikan pada suhu 600o C agar terjadi pembakaran sempurna. Panas
yang dihasikan dari FU-201 ini dimanfaatkan yang memanaskan marlotherm di dalam Wate Heat
Boiler WB-201.
4.2.1.7 Sistem Penimbangan, Preheater dan Pengadonan
Proses ini merupakan proses yang penting dalam produksi anoda. Proses ini dimulai dengan
ditimbangnya butt dan kokas yang akan dimasukkan ke dalam preheater. Butt dan kokas yang
ditimbang dimasukkan ke dalam Constant Feeder kemudian dengan menggunakan Scrent
Conveyer dialirkan ke Preheater yang berfungsi untuk memanaskanbutt dan kokas yang mencapai
suhu optimum pada saat proses pengadonan di KN-201yang temperaturnya 160 oC. Kemudian
dipanaskan dengan pemanasan awal preheater PH-201 dan selanjutnya dialirkan ke Cokneader KN-201. Dan pitch yang telah dicairkan dimasukkan kedalam pengadon Co-Kneader KN201 dimasukkan juga setelah ditimbang dan sekrap mentah juga dimasukkan tanpa dilakukan
pemanasan awal. Selanjutnya butt, kokas, green scrap dan pitch yang telah diadon di pengadon Cokneader KN-201 dimasukkan kembali ke pengadonan Co-kneader KN-202 dengan tujuan agar
adonan lebih homogen dan menjadi pasta yang memiliki kualitas yang baik.
4.2.1.8 Sistem Pencetakan Blok Anoda Mentah
Pada proses pencetakan ini, pasta yang keluar dari Co-cneader KN-202 dicetak oleh mesin
penggetar (shaking machine) SM-201 menjadi blok anoda mentah. Pasta anoda ini sebelum dicetak,
ditentukan beratnya untuk mencapai tinggi yang sudah ditentukan. Penentuan berat ini ditimbang
dengan menggunakan scale happer(timbangan berdasarkan isi bahan), dan kemudian dimasukkan
kedalam Shaking MachineSM-201 selama 60 detik. Anoda pasta dipadatkan menjadi blok anoda
mentah dengan getaran dari mesin pencetak getar (shaking machine) yang biasa dari putaran
pemberat eksentrik dan tenaga tahan dari tutup pemberat cover weight.
Blok anoda yang telah tercetak dilewatkan melalui indikator tinggi yang digantung untuk
mendeteksi ketinggian blok anoda mentah. Tinggi blok anoda tersebut digunakan untuk
mengatur apparent density (AD) blok anoda mentah. Selanjutnya blok anoda mentah dikeluarkan
menuju conveyer pengangkut blok dan didinginkan di dalam conveyerCM-1 dengan menyiramkan
air sambil terus dijalankan 60 menit menuju ke gudang penyimpanan.
Blok anoda mentah yang berada di gudang penyimpanan (mengalami pendinginan selama
8 jam) diangkut dengan stacker crane (STC) setiap kelipatan delapan dan disusun. Selanjutnya blok
anoda
mentah
dibawa
ke
lapangan
terbuka
(anode park)
dengan flow
chart
green menggunakan Blok Handling (BH) car dan siap dikirim ke pabrik pemanggangan (Baking
Plant).
4.2.1.10 Sistem Pembersihan Udara Ruang
Proses ini, mencakup pembersihan (pengumpulan) debu yang terjadi selama pembuatan
blok anoda mentah yang timbul selama penanganan butt dan kokas. Debu yang dihasilkan dari
pengayakam, penghancuran, penggilingan dan transportasi dari kokas dan butt dihisap
dari blower dan ditangkap oleh bag filter BF-201 dan BF-203 kemudian disimpan kedalam bak
penyimpanan butiran halus (bin) B-204. Butiran halus dari bin B-204 dapat digunakan sebagai
bahan baku kembali.
Berat jenis
Titik didih
Kekentalan
Thermal conductivity
(Sumber: Tim STC, 1998)
Standar
1,03 kg/cm2
290 oC (pada 1 atm)
0,41 cp
0,1 kal/mm oC
Komposisi granulometrik adalah komposisi dari ukuran butiran-butiran bahan baku (kokas,
butt, scrap mentah) pembuatan anoda mentah. Ukuran butiran tersebut harus memenuhi standar
Inalum. Standar yang digunakan sekarang adalah standar A5-1. Dalam standar A5-1 ini tedapt 4
ukuran butiran, yaitu:
Ukuran butiran kasar 1 (C1)
: 18 mm- 5 mm
Ukuran butiran kasar 2 (C2)
: 5 mm 1 mm
Ukuran butiran medium
: 1 mm 0,2 mm
: < 0,2 mm
Dan kadar komposisi dari masing-masing butiran dalam pembuatan blok anoda mentah adalah:
Tabel 4.10 Persentase Komposisi Butiran
Kasar 1 (C1)
Kasar 2 (C2)
Medium (M)
Fine (F)
(Sumber: Tim STC, 1998)
18 %
29 %
18 %
35 %
Butiran-butiran ini diperoleh dari tiga sumber yaitu kokas, puntung (butt) dan sekrap
mentah (green scrap). Butiran kokas dan butt ditentukan komposisinya sedangkan untuk green
scrap ditambahkan langsung pada campuran adonan karena persentase pemakaiannya relatif
sedikit, dan tergantung dari persediaan yang ada. Penentuan komposisi dari kokas dan butt
dilakukan dengan cara pengambilan sampel dari masing-masing bin dengan jumlah sampel
50 gram/bin.
Kokas yang telah dipecah dan diayak, dipisahkan sesuai dengan ukuran butirannya. Kokas
tersebut ditampung dalam bak-bak penyimpanan (bin) sesuai dengan ukuran butirannya. Ukuran
butiran kasar 1 (C1) ditampung di bin B-201, kasar 2 (C2) dibin B-202, medium (M) di bin B-203 dan
halus (F) di bin B-204. Sedangkan butt ditampung di bin B-205. Dari masing-masing bin tersebut
diambil contohnya untuk analisanya. Dari hasil analisa ini kemudian dapat ditentukan jumlah
material yang harus dikeluarkan dari masing-masing bin (per satuan ton).
CF-201 (kasar 1)
Komposisi
= 18 ( C1 butt) / persentase C1 pada grafik CF-201
CF-202 (kasar 2)
Komposisi
= 29 ( C2 butt + C2 CF-201) / persentase C2 pada CF-202
CF-203
Komposisi
= 18 ( M butt + M CF-202 ) / persentase M pada CF-203
CF-204
Komposisi
= 100 30 (butt) (CF-201) (CF-202) (CF- 203)
kedalam distribusi bin yang berjumlah 12 unit yang masing-masing berkapasitas 60 ton dengan
menggunakan air slide selanjutnya akan dimasukkan ke dalam hopper pot yang berjumlah 510 unit
(namun yang beroperasi sekarang 470 unit) yang masing-masing berkapasitas 5 ton dengan
menggunakan ACC. Dari hopper pot,reacted alumina akan dimasukkan ke dalam pot operasi.
Al2O3 diperoleh dari pengolahan biji bauksit dengan proses Bayer. Proses Bayerterdiri dari
tiga tahap reaksi yaitu:
Proses Ekstraksi
Al2O3.xH2O + 2 NaOH
2 NaAlO2 + (x+1) H2O
Proses Dekomposisi
2 NaAlO2 + 4 H2O 2NaOH + Al2O3 . 3 H2O
Proses Kalsinasi
Al2O3 . 3 H2O + kalor Al2O3 + H2O
PT INALUM dalam memenuhi kebutuhan Al2O3 tidak menghasilkan Al2O3 sendiri tetapi
diperoleh dari negara lain terutama dari Australia. Untuk mendapatkan Al 2O3 sesuai dengan
kebutuhan pot operasi maka PT INALUM menentapkan parameter-parameter standar untuk
Al2O3 yang
dinamakan
dengan Guidance
for
Specification
of
Alumina. Pengukuran
spesifikasi alumina dilakuan oleh penjual, distributor dan pembeli. Dalam hal ini untuk memastikan
keakuratan pengukuran dari alumina. Guidance for Specification of Alumina sebagai berikut
Tabel 4.10 Spesifikasi Alumina
Item
Satuan
Spesifikasi
1,00 maks
SiO2
0,03 maks
Fe2O3
0,03 maks
TiO2
0,005 maks
Na2O
0,600 maks
CaO
0,55 maks
98,40 maks
m2/g
40 min
100 mesh
12,0 maks
-325 mesh
12,0 maks
250.000 ton aluminium per tahun. Pada tungku reduksi ini, bahan baku alumina (Al 2O3) dilebur oleh
balok-balok anoda karbon dengan proses elektrolisa menjadi cairan aluminium berdasarkan
metode Hall-Heroult.Pada proses ini juga digunakan larutan kriolit Na3AlF6. Dengan mengalirkan
arus listrik searah, terjadi proses elektrolisa alumina menjadi ion positif dan ion negatif dengan
reaksi:
Al2O3
2 Al3+ + 3O2
Ion aluminium tertarik ke katoda dan dinetralisasi sehingga terbentuk aluminium. Demikian
juga ion oksigen mendekati anoda kemudian dinetralisasi. Selain dari pada itu terjadi juga reaksi
reduksi, dimana karbon yang berasal dari anoda berfungsi sebagai reduktor yang akan menjadi
CO2 dengan reaksi :
3O2 + 3C
3CO2
Aluminium cair yang terkumpul di bagian
bawah tungku, selanjutnya dihisap dan dibawa
ke pabrik penuangan.
dan disirkulasikan kembali ke dalam reaktor untuk bereaksi kembali dengan gas buang. Dengan
cara demikian, kontak antara gas buang dengan Al2O3 di dalam reaktor lebih efektif.
Setelah reaksi adsorbsi selesai melalui sistem overflow, alumina dari hopper bag
filter dikeluarkan dan dialirkan memakai air slide menuju reacted alumina bin.
Selama proses elektrolisa, untuk mengubah Al2O3 menjadi aluminium terjadi pembentukan
gas HF. Reaksi pembentukan gas HF adalah sebagai berikut.
Na3AlF6(l) + 3/2 H2(g)
Al(l) + 3 NaF(l) + 3 HF(g)
Gas HF juga dapat terbentuk melalui reaksi berikut.
2 AlF3(l) + 3 H2O(l)
Al2O3(l) + 6 HF(g)
Selanjutnya gas HF direaksikan dengan fresh alumina menjadi reacted alumina.Adapun
tahapan reaksi antara gas HF dengan alumina sebagai berikut.
Tahap 1 : Adsorbsi HF pada permukaan Al2O3.
Tahap 2 : Reaksi kimia antara HF dan Al2O3 pada permukaan Al2O3 dan menghasilkan Al2O3 dan H2O.
Tahap 3 : Reaksi difusi dari ion flour ke dalam alumina dan menghasilkan aluminium fluorida.
Casting Operation sangat berperan dalam hal mencetak aluminium cair dari SRO menjadi
Aluminium batangan dengan kuantitas maupun kualitas tertentu. Oleh karena itu,Casting
Operation memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
Mencetak ingot.
Mengatur kinerja masing-masing furnace.
Mengontrol mutu aluminium cair pada setiap furnace.
Mengoperasikan furnace dan alat cetak ingot.
Membersihkan alat cetak ingot dan sirkulasi air pendingin di cooling pan
a)
b)
c)
d)
e)
a)
b)
c)
d)
e)
Service
Subseksi ini berperan dalam membantu kelancaran operasi pencetakan aluminium di SCA,
hal-hal tersebut meliputi:
Menangani dokumen ISO dan urusan umum
Mengatur semua jadwal seksi SCA
Mengumpulkan, memasukkan dan menganalisa data seluruh operasi di SCA danHuman Resources
Management System (HRMS).
Pengurusan hal-hal yang berkaitan dengan personalia di SCA seperti absensi, distribusi gaji dan
hal-hal terkait lainnya.
Pelatihan karyawan baru dan mahasiswa kerja praktek (OJT)
c)
4.4.2
a.
Gedung Penuangan
Gedung ini terdiri dari kantor casting, control room, ruang dapur dan mesin pencetak, tempat
pendingin dross, jalan utama dan bangunan lainnya. Bangunan ini terbuat dari rangka baja dan
dinding astbes, dengan mengambil metode ventilasi alam.
a.
Ruang dapur dan mesin pencetak
= 5.355 m2
b.
Ruang pendingin dross
= 360 m2
c.
Jalan
= 1.242 m2
d.
Bangunan sekunder
= 1.380 m2
Luas total
= 8.337 m2
b.
Kapasitas furnace maksimal 33,5 ton, sedangkan pada furnace 6 yaitu dengan kapasitas
maksimum 35 ton, hal ini dikarenakan ukuran dan lapisan batu yang digunakan pada furnace 6 lebih
tipis dibandingkan dengan furnace lain. Pada furnace 6 batu api yang digunakan adalah produk
dalam negeri. Hal ini dilakukan dalam rangka uji coba penaikan kapasitas produksi, dan
penghematan pemakaian energi.
Sistem pengontrolan temperatur pada keseluruhan furnace dilakukan secara otomatis, dapat
diset pada kontrol temperatur furnace maupun pada ruang kontrol oleh operator kontrol.
4) Marking device, merupakan alat untuk memberi penomoran pada ingot yang telah beku, nomor ini
disebut dengan atau no lot.
5) Hummering device,alat ini berfungsi sebagai perenggang permukaan antara ingot dan cetakan, agar
mudah terlepas dari cetakan.
6) Returnning Roller and Ingot Pusher, berupa batangan penahan agar ingot tidak langsung lepas dari
cetakan pada saat mould berputar balik diujung conveyor.
7) Receiving Arm, yaitu lengan penerima ingot yang dioper oleh ingot pusher tadi yang akan
dilanjutkan ke mesin penyusun.
8) Water jacket, yaitu tempat dimana air pendingin yang bersirkulasi dibawah cetakan.
Adapun spesifikasi dari mesin pencetak adalah:
Merk
: SUMITOMO
Jumlah
: 7 Unit CM
Tipe
: tipe conveyor datar tetap
Kapasitas
: 12,0 Ton / Jam
Berat ingot
: 22.7 kg 1,5 kg
Sistem pendingin : tipe bagian bawah cetakan tercelup kedalam air
Alat penuang
: tipe penuangan terus-menerus (manual)
Alat penomoran
: Otomatis
e.
a)
Cooling chumber yaitu ruangan untuk mendinginkan ingot-ingot yang telah dicetak,
pendinginan dilakukan dengan cara menyemprotkan air secara langsung pada permukaaningot.
b) Ingot detector dan ingot reject adalah alat untuk memeriksa atau mendeteksi tebalingot,
apakah ingot yang dicetak memenuhi standar. Alat ini mendeteksi tiga keadaan yaitu untuk
menunjukkan ingot yang terlalu tebal, tipis dan ukuran yang standar. Jikaingot yang dicetak tidak
sesuai dengan standar maka ingot akan dikelauarkan daristacking conveyor secara otomatis.
c) Transfering equipment, line up adalah alat untuk memindahkan ingot dari mesin penyusun
ke turning over atau alat pembalik ingot.
d) Turning over device adalah alat untuk membalikkan ingot, agar ingot dapat tersusun dengan rapi
sesuai pengaturan pada kontrol penyusunan.
e) Stacking table adalah meja tempat penyusunan ingot. Sebelum di angkat dan disusun oleh servo
arm ke stock conveyor.
f) Servo arm adalah alat yang digunakan untuk memindahkan ingot yang tersusun padastacking
table dan kemudian dipindahkan ke alat stock conveyor, servo arm inidioperasikan dengan
tenaga manusia.
Bentuk susunan ingot adalah tingkat pertama terdiri dari 4 ingot dan pada tingkat ke 2
sampai ke 9 terdiri dari 5 ingot tiap tingkatannya tersebut.
f. Crane
Crane overhead 20T
Crane overhead adalah crane yang berjalan di atas rel. Biasanya digunakan dalam rangka
perbaikan dapur dan bermacam-macam peralatan lainnya. Pergerakan yang bisa dilakukan
pengangkatan, gerak melintang, dan gerak memanjang diperlengkapi masing-masing oleh sebuah
motor yang dikontrol dengan switch gantung dari bawah.
Jumlah
: 1 buah
Tipe
: crane memanjang overhead
Daya angkut
: 20 / 3 T
Beban standard
: Utama 20 T dan tambahan 3 T
Lebar rentangan
: 18,5 m
Tinggi pengangkutan
: utama 9 m dan tambahan 3 m
Kecepatan
Pengangkutan utama
: 8 m/menit
Pengangkutan tambahan
: 12 m/menit
Gerak melintang
: 40 m/menit
Gerak memanjang
: 40 m/menit
Crane hoist 10 T
Crane ini digantung pada batang propile I yang memanjang dan digunakan untuk
memiringkan (mengangkat) ladle. Gerakan pengangkatan dan gerakan memanjang dilakukan oleh
masing-masing motor dengan pengoperasiannya dilakukan dari bawah melalui switch gantung.
Tipe
: crane memanjang overhead dengan hoist
Jumlah
: 3 buah
Daya angkut
: 10 T
Beban standard
: 10 T
Tinggi pengangkutan
: 12 m
Kecepatan angkat
: 4,3 m/menit
Kecepatan arah memanjang : 15 m/menit
Crane overhead 1 T
ah
gunaan
ah ikatan
Crane ini adalah crane memanjang overhead dan digunakan untuk mengangkut peralatan.
Setiap pergerakan pengangkatan, melintang dan memanjang dilakukan oleh masing-masing motor
dan dioperasikan dari bawah melalui switch gantung:
Tipe
: crane memanjang over head.
Jumlah
: 1 buah
Daya angkut
:1T
Beban standard
:1T
Tinggi pengangkatan
:6m
Kecepatan angkat
: 10 m/menit
Kecepatan gerak melintang : 71 m/menit
Kecpatan gerak memanjang : 35 m/menit
Lebar rentangan
:9m
g.
Fasilitas pelengkap
a. DPE ( Dross Procesing Equipment )
Dross Processing
Equiptment (DPE)
adalah
alat
yang
digunakan
untuk
memisahkan dross dengan aluminium, yang terdiri dari 2 impeler yaitu Inside impeller danOutside
impeller yang masing-masing berputar dengan berlawanan arah.
b. Ruang pendingin dross
Ruangan ini digunakan untuk tempat pendinginan dross hasil sampingan dari dapur pada
pabrik penuangan. Di ruang pendingin dross, dross yang masih panas ditaburkan secara menipis
untuk pendinginan.
: 80 m2
: 160 m2
Luas jalan ( 4 m x 10 m)
: 120 m2
Luas total
: 360 m2
Struktur : rangka baja dan dinding asbes sedangkan lantai, dilapisi dengan blok-blok karbon).
Permukaan lantai: permukaan tanah + 400 mm.
c. Peralatan penyediaan minyak berat
Ini digunakan untuk pengiriman minyak berat pada dapur yang berada pada pabrik
penuangan. Peralatan-peralatan ini termasuk tangki penyimpanan minyak berat, pompa pengisian,
jaringan pipa-pipa dan sebagainya.
Tangki penyimpanan minyak berat,
Jumlah : 1 buah
Tipe
: Di buat dari baja dengan atap tetap dan tipe tangki di atas tanah.
Kapasitas : 10 m3
Pompa pengisian minyak berat,
Jumlah
: 2 buah (satu buah untuk persediaan).
Tipe
: pompa trokoidal (motor kopel langsung).
Kapasitas
: 0,3 m3/jam
Tekanan perlimpahan : 5 kg/cm2
d. Peralatan persediaan LPG
Peralatan ini digunakan untuk mengirim LPG yang akan digunakan pada alat pembakar
hemat pada pembakar minyak berat untuk dapur pelebur, dan juga digunakan untuk memanaskan
saluran tuang serta cetakan-cetakan untuk ingot 50 lb pada mesin pencetak.
Peralatan ini terdiri dari tabung-tabung LPG, alat pengatur tekanan, jaringan pipa dan
sebagainya.
a)
Tabung LPG