Disusun oleh:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
3.1 Kesimpulan................................................................................................34
3.2 Saran..........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................35
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
teknik didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral yang ada
dalam bijih tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan mineral?
2. Apa saja jenis-jenis mineral?
3. Bagaimana cara pengolahan mineral?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi mineral.
2. Mengetahui jenis-jenis mineral.
3. Mengetahui peranan mineral dalam kehidupan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Mineral merupakan zat yang penting dalam kelangsungan hidup dibutuhkan oleh
makhluk hidupbaik untuk memelihara kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi.
Berdasarkan kegunaannya dalam aktifitas hidup, mineral dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu golongan yang essensial dan golongan yang tidak essensial.
Berdasarkan jumlahnya, mineral dapat pula dibagi atas mineral makro, dan mineral
mikro.( Georgievskii: 1982).Mineral ialah zat gizi yang dibutuhkan manusia guna
mendukung proses tumbuh serta berkembang oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit
atau kecil. Mineral mempunyai komposisi unsur murni dan juga garam sederhana
yang sangat kompleks dengan beberapa jenis bentuk hingga ribuan bentuk. Dalam
mendefinisikan arti mineral, ada banyak sekali tergantung dari mana memandang
pengertian dari mineral itu sendiri, dapat dari ilmu farmasi atau ilmu geologi.
Pengertian mineral dari sudut pandang ilmu geologi merupakan suatu benda yang
dibentuk dengan melalui proses dari alam dan pada umumnya bentuknya padat serta
tersusun dari beberapa kandungan kimia. Ilmu yang mempelajari hal-hal tentang
mineral adalah miteralogi.Mineral merupakan sebuah substansi anorganik yang
diperlukan tubuh dalam jumlah yang kecil guna berbagai fungsi tubuh. Vitamin
berbeda dengan mineral, hal ini karena vitamin merupakan senyawa yang terdiri dari
berbagai unsur seperti : karbon, hidrogen, oksigen.
Mineral merupakan unsur kimia individu. Mineral tidak dapat rusak. Kandungan
mineral dari berbagai jenis makanan biasanya disebut “abu”, hal ini karena mineral
ialah produk yang tersisa dari makanan setelah seluruh makanan tersebut dihancurkan
pada suhu yang tinggi atau didegradasi oleh bahan kimia. Pada tubuh manusia,
mineral membentuk sekitar 4 persen dari berat badan orang dewasa. Berikut fungsi
mineral.
5
2.2 Peranan Mineral Dalam Kehiduppan sehari hari
Kebutuhan setiap orang akan mineral bervariasi dan berbeda-beda tergantung pada
umur, kesehatan, jenis kelamin, serta kondisi fisiologis seperti kehamilan. Unsur
mineral makro seperti Ca, P, Mg, Na dan K berperan penting dalam aktivitas
fisiologis dan metabolisme tubuh, sedangkan unsur mineral mikro seperti Fe, Cu, Zn,
Mn, dan Co diperlukan dalam sistem enzim (McDowell, 1992). Mineral mempunyai
nilai biologis yang cukup penting guna mempertahankan fungsi fisiologis dan
struktural, mencegah defisiensi, serta mencegah turunnya kondisi kesehatan. Berikut
fungsi mineral :
6
2.3 Pengolahan mineral
Pengolahan mineral merupakan suatu proses pemisahan mineral berharga dari
mineral tidak berharga atau yang tidak diinginkan. Metode yang digunakan untuk
memisa
hkan mineral adalah metode mekanik, dengan mempertimbangkan sifat fisik
mineral. Dari proses pengolahan mineral diperoleh konsentrat sebagai mineral berhga
dan tailing sebagai mineral tidak berharga.
Secara teknis , pengolahan mineral bertujuan untuk menyediakan produk atau
konsentrat sesuai dengan permintaan atau kebutuhan. Untuk mendapatkan hasil yang
sesuai maka mineral layak ditambang dan diproses apabila memiliki kadar mineral
berharga lebih besar dari kadar minimumnya, memiliki kandungan air kurang dari
kandungan air maksimumnya, ukuran partikel yang melebihi kuruan minimumnya,
serta gangue mineral yang lebih sedikit dari nilai maksimumnya.
Secara ekonomis pengolahan mineral bertujuan mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya, dengan kehilangan mineral berharga sekecil-kecilnya, atau
mengambil semua mineral berharganya dengan produksi sebesar-besarnya.
1. Kominusi
UMPAN
GAYA KETERANGAN
SIFAT UKURAN
7
Kompres Energi yaang digunakan hanya
keras 1 cm- 1 m
i sebagian lokasi
Energi yang digunakan
Impact berlebihan, bekerja pada seluruh keras 1m
baian.
Bekerja hanya pada daerah sempit Lunak-
Abrasi 1m – 2 m
(permukaan atau terlokalisasi). keras
pada proses kominusi dikenal suatu istilah penting yang disebut dengan
reduction ratio. Reduction ratio adalah nilai rasio ukuran awal terhadap ukuran
produk, dan perpengaruh pada kapasitas produksi dan energi produksi suatu operasi.
A. Pengertian Crushing
Crushing adalah salah satu proses kominusi yang bertujuan untuk mereduksi
ukuran bijih dengan cara dihancurkan. Crusher adalah alat pemecah batuan yang
banyak digunakan oleh perusahaan-perusahan tambang untuk memecahkan batuan-
8
batuan alam dari ukuran besar menjadi kecil. Proses crusher dibagi menjadi dua, yaitu
: Primary Crusher dan Secondary Crusher.
a. Primary Crusher
Merupakan tahap penghancuran yang pertama, dimana umpan
berupa bongkah-bongkah besar yang berukuran +/- 84 x 60 inchi dan
produkta berukuran 4 inchi. Beberapa alat untuk primary crushing
antara lain :
1. Jaw Crusher
Alat ini mempunyai dua jaw, yang satu dapat digerakkan (swing jaw) dan yang
lainnya tidak bergerak (fixed jaw). Berdasarkan porosnya jaw crusher terbagi dalam
dua macam, yaitu
a. Blake Jaw Crusher, dengan poros di atas
b. Dodge Jaw Crusher, dengan poros di bawah
Perbandingan Dodge dengan Blake Jaw Crusher, yaitu :
a. Ukuran produkta pada Blake Jaw lebih heterogen dibandingkan dengan Dodge Jaw
yang relatif seragam
b. Pada Blake Jaw porosnya di atas sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel
yang terkecil
c. Pada Dodge Jaw porosnya di bawah sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel
yang terbesar sehingga gaya mekanis dari Dodge Jaw lebih besar doibandingkan
dengan Blake Jaw
9
d. Kapasitas Dodge Jaw jauh lebih kecil dari Blake Jaw pada ukuran yang sama
e. Pada Dodge Jaw sering terjadi penyumbatan
2. Gyratory Crusher
Crusher jenis ini mempunyai kapasitas yang lebih besar jika dibandingkan
dengan jaw crusher. Gerakan dari gyratory crusher ini berputar dan bergoyang
sehingga proses penghancuran berjalan terus menerus tanpa selang waktu. Berbeda
dengan jaw crusher yang proses penghancurannya tidak continue, yaitu pada waktu
swing jaw bergerak ke belakang sehingga ada material-material yang tidak
mengalami penggerusan.
Macam-macam gyratory crusher :
a. Suspended Spindel Gyratory Crusher
b. Pararell Pinch Crusher
Perbedaan utama jenis ini dari suspended spindel, terletak pada gerakan crushing
head-nya. Gerakan crushing head pada prarell pinch menghasilkan bentuk cone yang
tajam dengan puncak dalam keadaan menggantung sehingga menghasilkan gerakan
berputar yang dapat menghancurkan umpan sepanjang daerah permukaan crushing
head.
Bentuk-bentuk head dan concave pada gyratory crusher adalah :
a. Straight head and concave
b. Curved head and concave
Kedua jenis head dan concave ini perbedaanya hanya pada permukaannya, yaitu yang
pertama adalah rata dan yang kedua melengkung.
10
Kapasitas gyratory crusher lebih besar disbanding dengan jaw crusher pada ukuran
umpan yang sama. Oleh Taggart,
Kapasitas gyratory crusher tergantung pada :
a. sifat alamiah material yang dihancurkan, seperti kekerasan, keliatan dan kerapuhan
b. permukaan concave dan crushing head terhadap umpan akan mempengaruhi
gesekan antara material dengan bagian pemecah (concave dan head)
c. Kandungan air, seting, putaran dan gape
Perbedaan antara gyratory dan jaw crusher adalah :
a. Pemasukan umpan, jaw crusher pemasukannya tidak kontinyu sedangkan gyratory
kontinyu
b. Gyratory alatnya lebih besar dan bagian-bagiannya tidak mudah dilepas
c. Kapasitas gyratory lebih besar dari jaw crusher, karena pemasukan umpan dapat
kontinyu dan penghancurannya merata
d. Pemecahan pada jaw lebih banyak tekanan, tetapi pada gyratory crusher gaya
geseknya lebih besar walaupun ada gaya tekannya. Pada gyratory kalau berputarnya
cepat, produkta yang dihasilkan relatif kecil.
b. Secondary Crushing
11
1. Jaw Crusher (kecil)
2. Gyratory Crusher (kecil)
3. Cone Crusher
Alat ini merupakan secondary crusher yang penggunaannya lebih ekonomis. Cone
crusher hampir sama dengan gyratory crusher, perbedaannya terletak pada :
a. crushing surface terluar bekerja sedemikian rupa sehingga luas lubang pengeluaran
dapat bertambah
b. crushing surface terluar bagian atasnya dapat diangkat sehingga material yang
tidak dapat dihancurkan dapat dikeluarkan
Macam-macam cone crusher :
a. Simon Cone Crusher
Alat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
- standart crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan yang berukuran kasar
- short head crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan berukuran halus
b. Telsmith Gyrasphere Crusher
Crushing head dari alat ini berbentuk bulat (sphere) yang terbuat dari baja dengan
cutter shell bergerak naik turun. Dalan cone crusher crushing head adalah rata dan
perbandingan antara tinggi dengan diameternya 1 : 3. Unpan dari cone crusher harus
dalam keadaan kering karena jika basah akan mengakibatkan choking.
12
4. Hammer Mill
Hammer mill dipakai dalam secondary crusher untuk memperkecil produk dari
primary crushing dengan ukuran umpan yang diperbolehkan adalah kurang dari satu
inch. Alat ini merupakan satu-satunya alat yang berbeda cara penghancurannya
dibandingkan alat secondary crushing lainnya. Pada hammer mill proses
penghancuran menggunakan shearing stress, sedangkan pada secondary crushing
lainnya menggunakan compressive stress.
5. Roll Crusher
Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing dihubungkan pada as (poros)
sendiri-sendiri. Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan lainnya diam, tapi
karena adnya material yang masuk dan pengaruh silinder lainnya maka silinder ini
ikut berputar juga. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan arah sehingga
material yang ada diatas roll akan terjepit dan hancur.
Bentuk dari roll crusher ada dua macam, yaitu :
13
a. Rigid Roll
Alat ini pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas, sehingga kemungkinan patah
pada poros sangat besar. Roll yang berputar hanya satu saja, tapi ada juga yang
keduanya berputar.
b. Spring Roll
Alat ini dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan porosnya patah sangat kecil
sekali. Dengan adanya pegas maka roll dapat mundur dengan sendirinya bila ada
material yang sangat keras, sehingga tidak dapat dihancurkan dan material itu akan
jatuh.
Dari gambar diatas diketahui diameter roll (D) dan diameter material (d), gaya normal
(N), gaya tangensial (T) dan resultante (R) dari gaya normal dan gaya tangensial, nip
angle (n), setting (s). Jika resultan arahnya ke bawah maka material akan dapat
dihancurkan karena terjepit oleh roll.
Persamaan komponen-komponen vertikal dari gaya normal dan gaya tangensial
menggambarkan batas kondisi untuk crushing.
B. Pengertian Grinding
Grinding merupakan salah satu proses dalam kominusi yang bertujuan untuk
memperhalus/mengurangi ukuran partikel bijih mineral. Tahap grinding dilakukan
karena setiap bijih mineral yang telah dihancurkan masih dalam bentuk yang kasar.
Dengan memalui tahap ini, bijih akan dihaluskan menjadi serpihan kecil dan akan
lebih mudah dipisahkan dengan slag/mineral pengotornya.
Didalam proses grinding ini, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prosesnya. Yaitu :Mesin harus memiliki kapasitas yang besar agar dapat menampung
banyak bijih mineral.
Menghasilkan ukuran bijih dengan ukuran tertentu yang diinginkan.
Hasilnya dapat langsung dikeluarkan dari mesin setelah mencapai ukuran
tertentu.
Mesin hanya dapat menggiling mineral yang mudah hancur.
Bahan yang melalui proses grinding harus mempunyai titik beku yang rendah
dan mudah peka dengan panas jenis kalor.
14
Alat-alat Grinding
Dalam proses grinding, ada beberapa alat gerus yang dapat
dibedakan sebagai berikut :
Ball Mill
Mesin ini tidak bias berputar terlalu cepat. Karena jika berputar terlalu cepat,
bola-bola tersebut tidak akan menggelinding, melainkan malah akan menempel pada
sisi silinder dan mengikuti arah putaran silinder. Jika itu terjadi, bijih mineral tidak
akan hancur dengan sempura.Ball mil dapat dioperasikan untuk penghalusan bijih
dalam kondisi yang basah. Ball mill juga digunakan secara primer maupun sekunder.
Untuk pengoperasian primer, bijih yang dimasukan kurang lebih berukuran 50-
100mm. Sedangkan untuk pengoperasian sekunder,, bijih yang digiling berukuran 20-
50mm.Tujuannya agar mendapatkan produk yang dihasilkan sebesar ~45μm.
Rod Mill
Rod mill mampu mereduksi feed dengan ukuran 50 mm menjadi produk
dengan ukuran 300 μm. Rasio reduksi biasanya antara 15: 1 s.d. 20:1.
Ciri khusus dari rod mill adalah panjang cylindrical shell-nya antara 1,5 dan
2,5 kali diameternya.Mill dengan panjang 6,4 m, diameternya tidak boleh lebih dari
4,57 m. Rod mills dengan diameter lebih dari 4,57 m dengan panjang 6,4 m dapat
digunakan dengan motor 1640 kW.
a) Centre peripheral discharge mill
15
Pada centre peripheral discharge mill, feed dimasukkan dari kedua ujungnya
ke dalam trunnions dan hasilnya dikeluarkan melalui port sirkumferen pada bagian
tengah shell. Mill ini dapat digunakan untuk penghalusan basah atau kering dan
banyak dipakai dalam menyiapkan pasir-pasir khusus dalam jumlah besar.
b) End peripheral discharge mill
Pada end peripheral discharge mills, feed dimasukkan dari salah satu ujungya
ke trunnion dan produk dikeluarkan dari ujung lainnya. Mill ini digunakan umumnya
untuk penghalusan kering dan lembab.
c) Overflow Mill
Pada Overflow Mill umpan dimasukkan melalui sebuah trunnion dan
dikeluarkan melalui yang lainnya. Jenis mill ini hanya digunakan untuk penghalusan
basah fungsi dasarnya adalah untuk mengkonversi produk crushing plant menjadi
ball-mill feed.
Diameter overflow trunnion lebih besar 10-20 cm dari bukaan umpan untuk
membuat aliran yang tinggi.
Untuk rods ini digunakan baja karbon tinggi. Jumlah penghalusan yang optimal
diperoleh jika volumenya 35 % dari shell. Pemakaian rod tergantung kepada
karakteristik mill feed, kecepatan penggilingan, panjang rod, dan ukuran produk;
normalnya berkisar antara 0,1-1,0 kg baja per ton bijih untuk penghalusan basah, dan
kurang dari itu untuk penghalusan kering.
Rod mills normalnya bekerja antara 50 dan 65% dari kecepatan kritisnya.
Pebble Mill
Penggilingan bahan di pabrik jatuh dengan kehadiran bola logam atau media
lain tanggal kembali ke 1800-an. Sejak saat itu, Metso
dan pendahulunya perusahaan, MPsi, Sala, Marcy, Hardinge, Kennedy Van Saun
(KVS), Denver Peralatan, Allis Chalmers, Boliden
Allis, dan Dominion Teknik, telah dirancang dan diproduksi lebih dari 8.000 pabrik
grinding.
16
pebble mills cocok untuk:
• Bola pabrik untuk penggunaan media
logam
• Pebble pabrik untuk penggunaan media
batu keramik atau alam
• baik tahap tunggal grinding
• regrinding
• Kedua tahap dalam dua tahap sirkuit
grinding
Operasi
pebble mills beroperasi baik di sirkuit terbuka atau tertutup. Operasi sirkuit terbuka
paling digunakan ketika:
• lain tahap penggilingan berikut pabrik
• Rasio Pengurangan kecil
• Bahan Pakan sudah baik dan satu melewati pabrik menghasilkan hasil yang
17
diinginkan
• Produk kontrol ukuran yang tidak material kritis dan kebesaran dapat ditoleransi
dalam produk
Dimana ukuran kontrol produk akhir adalah penting, sirkuit tertutup gerinda adalah
ofoperation metode yang paling efisien. Produksi produk berkualitas tinggi dengan
biaya yang lebih rendah membenarkan investasi modal tambahan. Umum flowsheets
penggilingan basah meliputi:
• Buka sirkuit
• tertutup sirkuit dengan hidro siklon
• tertutup sirkuit dengan layar bergetar
• variasi tahap Dua di atas memanfaatkan dua pabrik di seri
Biarkan insinyur kami meninjau spesifikasi Anda dan merekomendasikan sirkuit
yang optimal untuk aplikasi Anda
Aplikasi
pebble mills grinds bijih dan bahan lainnya untuk ukuran produk khas dari 35 mesh
atau lebih halus.
Autogenous Mill
Autogenous Mills merupakan alat grinding yang bekerja tanpa
menggunakan media grinding untuk menghancurkan material. Alat ini tidak
memiliki bola-bola baja ataupun batang-batang logam penghancur seperti alat
grinding lainnya. Alat ini menggunakan media partikel itu sendiri yang
dimasukan kedalam. Saat silinder berputar, partikel-partikel material yang berada
di dalamnya saling bertumbukan satu sama lain, sehingga partikel-partikel
tersebut akan hancur dengan sendirinya.
• Autogenous seluruhnya, bijih dari tambang dapat masuk langsung ke dalam
mill. Seluruh muatan mill adalah bijih dari tambang dan saling gerus.
• Autogenous sebagian, muatan mill berupa bongkah-bongkah besar bijih
dicampur dengan bijih yang telah diremuk dengan alat lain. Pada mill ini
bongkah-bongkah besar bertindak sebagai media gerus.
18
• Semi Autogenous, bijih dari tambang dicampur dengan media gerus, bola baja
pejal. Jadi isi mill adalah bijih dari tambang langsung masuk mill dan
tercampur dengan media gerus yang sudah ada dalam mill.
Konsentrasi
KONSENTRASI
1. Gravity separation
19
Proses konsentrasi gravitasi masih digunakan saat ini terutama untuk endapan
plaser seperti timah, emas, pasir besi dan lain-lain. Metode ini dilakukan berdasarkan
perbedaan berat jenis (BJ) antara mineral berharga dengan mineral gangue. Mineral-
mineral bijih (berharga) memiliki berat jenis yang tinggi, sedangkan mineral tidak
berharga berat jenisnya rendah.
Konsentrasi gravitasi banyak digunakan di industri karena peggunaanya
mudah,sederhana,murah dan hemat energi
1. Fluida tenang. Contoh : DMS atau HMS (Dense atau Heavy Medium
Separation).
20
2. Gerak fluida horizontal. Contoh : sluice box, meja goyang (shaking table),
spiral concentrator.
spiral concentrator
21
Konsentrasi gravitasi pada mineral-mineral yang mempunyai perbedaan
massa jenis yang mencolok sehingga terjadi kelompok mineral dengan massa jenis
tinggi dan kelompok mineral dengan massa jenis rendah dan salah satu dari kelompok
mineral tersebut akan menjadi konsentrat dan yang lainnya menjadi mineral gangue.
Jika jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan terjadi
pengendapan bebas (free settling). Tetapi jika jumlah partikelnya banyak, gerakannya
akan terhambat sehingga terbentuk stratifikasi yang terdiri dari tiga tahap, antara lain
sebagai berikut:
1. Hindered settling classification.
Hindered settling classification adalah klasifikasi pengendapan
terhalang.
2. Differential acceleration.
Differential acceleration terjadi pada awal pengendapan, partikel yang
berat mengendap lebih dahulu.
3. Consolidation tricklin
Consolidation tricklin terjadi pada akhir pengendapan, partikel-
partikel kecil berusaha mengatur diri di antara partikel-partikel besar sesuai
dengan berat jenisnya.
1) Frekuensi stroke
22
3) Ukuran, bentuk, BJ mineral
Perangkat yang sering digunakan pada proses konsentrasi gravitasi antara lain
: shaking table (meja goyang), jig, panning, sluice box, humprey spiral atau
hydrocyclone.
2. Magnetic Separation
Magnetic Separator adalah pemisahan partikel didasarkan atas gerak gerik
partikel di medan magnet dan sifat kemagnetan dari partikel itu. Cara ini dipakai
karena di alam ada material yang bila diletakkan dimedan magnet maka dia akan
tertarik. Secara umum yang tertarik magnet disebut magnetik mineral dan yang tidak
tertarik magnet disebut non-magnetik mineral. Adalah proses konsentrasi yang
memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan (magnetic susceptibility) yang dimiliki
mineral. Sifat kemagnetan bahan galian ada 3 (tiga) macam, yaitu :
Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik oleh
medan magnet. Misalnya magnetit (Fe3 O4).
Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet.
Contohnya hematit (Fe2 O3), ilmenit (Se Ti O3) dan pyrhotit (Fe S).
Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet. Misalnya :
kwarsa (Si O2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3 O8].
Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini adalah
Mineral-mineral magnetik sebagai konsentrat dan Mineral-mineral non-magnetik
sebagai ampas (tailing).
Peralatan yang dipakai disebut magnetic separator yang terdiri dari :
23
2. Wet drum low intensity magnetic separator yang arah aliran dapat :
concurrent, countercurrent, dan counter rotation
Pada drum magnetic separator, proses pemisahanya dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu Cara kering dan Cara basah.
Sedangkan berdasarkan kekuatan medan magnet, magnetic separator dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. High Intensity Magnetic Separator (20.000 Gauss)
2. Low Intensity Magnetic Separator (1000 Gauss)
Prinsip kerjanya adalah mengenai material yang akan dipisahkan diberi muatan
dengan beberapa cara, yaitu charging (memberi muatan) dengan kontak, charging
dengan induksi konduktif dan charging dengan ion bombardment.
proses pemisahan tergantung dari pada pining factor (Fi / Fc)….1
jika Fi / Fc > 1 maka partikel terlempar
jika Fi / Fc < 1 maka partikel menempel
Entrapment Ratio:
Entrapment ratio adalah rasio gaya magnet terhadap gaya sentrifugal, gaya
gravitasi dan gaya drag. Jika partikel mineral memiliki nilai entrapment ratio lebih
daripada satu, ER>1, maka partikel tersebut akan tertarik dan tetap nempel
dipermukaan drum separator.
3. Electro Separation
Electro separation merupakan proses konsentrasi pemisahan mineral dengan
menggunakan perbedaan electrical conductivity atau dengan menggunakan perbedaan
sifat konduktor (mudah menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor.
24
Elektro Separator
Proses pemisahan mineral dengan cara ini dilakukan
berdasarkan dengan kemampuan relatif konduktivitas mineral dalam menerima
muatan- muatan listrik yang telah diatur.Biasanya, proses electro separation
dilakukan tanpa air atau dengan cara kering. Pinning ratio merupakan parameter
yang digunakan pada alat konsentrasi elektroseparator.Elektro separator sendiri
adalah alat konsentrasi yang memisahkan material dengan perbedaan sifat
kelistrikan. Pinning ratio adalah parameter acuan mineral apakah menempel pada
rotor atau tidak pada elektroseparator,
Dalam proses electro separator ini, mineral yang akan diolah dibagi 2
berdasarkan sifat kelistrikannya , yaitu :
1. Mineral Konduktor
Mineral ini mengandung muatan positif (+), sebab mineral ini melepas atau
mengalirkan elektron menuju rotary pada mesin dan elektron tersebut akan
diteruskan ke bumi saat di grounded.
Contoh-contoh mineral konduktor adalah magnetit, kasiterit,limenit,
molibdenit, wolframit, galena, pirit
2. Mineral non-konduktor
Mineral ini mengandung muatan negatif (-) sebab mineral ini tidak
melepaskan elektron pada saat proses grounded sehingga mineral ini tetap menempel
pada rotary pada mesin.
Contoh-contoh mineral non- konduktor adalah siderit, apatit, garnet, biotit, zeolit,
tormalin, zircon, barit, gypsum, corundum, olivin, hornblende, muscovit, fluorit
Sedangkan untuk midling dibagi menjadi 2 jenis , yaitu :
25
1. Gravitional Midling
Midling jenis ini dapat langsung jatuh ke dalam wadah karena rotor pada mesin
berputar terlalu cepat, disamping middling ini tidak sempat untuk menerima elektron
selain itu jatuhnya midling ini juga dipengaruhi oleh gaya berat serta mineral
konduktor terhalang oleh mineral yang bersifat non-konduktor.
2. Ionical Charge Middling
Middling jenis ini telah menerima elektron namun middling ini belum sempat
memindahkan elektron yang telah diterima ke rotor pada mesin sehingga middling ini
akan langsung jatuh.
Biasanya , hal ini terjadi karena proses pengumpanan tidak satu lapisan.
26
bersifat konduktor, muatan-muatan negatif (-) yang terkandung di dalamnya akan
dialirkan kembali ke bumi melalui rotor dengan prose grounded.
Akibatnya , terjadi gaya saling tolak-menolak antara mineral- mineral dengan
rotor karena mempunyai muatan yang sejenis. Selain adanya gaya tolak- menolak ,
mineral-mineral tersebut juga dapat terlempar karena pengaruh dari gaya sentrifugal
dari putaran rotor sehingga mineral-mineral tersebut dapat jatuh ke dalam wadah
yang telah disediakan.
Pada proses ini, mineral- mineral yang diolah akan mengalami penambahan
muatan negatif (-) dari elektron dan terionisasi. Jika mineral tersebut bersifat
konduktor (mudah menghantarkan listrk), maka mineral tersebut akan bermuatan
positf karena elektron-elektron yang terkandung di dalamnya sudah dialirkan ke bumi
melalui proses grounded . Namun, jika mineral tersebut bersifat non-konduktor
dimana elektron tidak dapat disalurkan ke bumi maka mineral tersebut akan tetap
bermuatan negatif (-) dan mineral tersebut akan tetap menempel pada rotor
2. Electro-static separtion
Pada dasarnya prose Electro-static separtion hampir sama dengan proses
Electro-dynamic separation , namun yang membedakan disini adalah tidak
terdapatnya proses Corona pada Electro-static separation.
Proses pemisahan diawali dengan mineral yang medan listrik yang dialiri
melalui rotor , saat mineral umpan menyetuh permukaan rotor, secara otomatis
mineral akan terinduksi sehingga mineral akan mengandung muatan listrik.
Mineral yang bersifat konduktor akan mengandung muatan yang sama dengan
muatan pada rotor , oleh karena itu mineral tersebut akan tertolak dari permukaan
rotor dan akan tertari oleh elektroda.
Ada 2 mekanisme pemisahan pada Electro-static separtion, yaitu:
- Mekanisme pemuatan partikel
Mekanisme ini melibatkan mineral yang berbeda, setelah itu mineral-mineral
tersebut akan ditembak menggunakan elektron , serta diinduksi oleh medan listrik
dengan cara dilewatkan pada suatu medan Corona
- Mekanisme pada permukaan yang di-grounded
27
Mekanisme dengan metode grounded akan melibatkan gabungan beberapa
gaya yaitu gaya-gaya listrik, sentrifugal (putaran pada rotor) serta gaya gravitasi
(gaya tarik bumi) . Dalam hal ini gaya gesek (drag) dapat diabaikan
Flotasi adalah suatu proses pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu
cairan / larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat yang akan
dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap
berada fasa air, sedangkan zat yang bersifat
hidrofobik akan terikat pada gelembung udara dan
akan terbawa ke permukaan larutan dan membentuk
buih, sehingga dapat dipisahkan dari cairan
tersebut.
Terdapat tiga fase pada proses flotasi yang dilakukan dalam media air, yaitu:
Fase padat
Fase cair
Fase udara
Daya apung suatu butiran mineral tergantung pada sifat permukaan butiran
mineral tersebut dapat dikontrol dan diubah-ubah dalam proses flotasi dengan
mempergunakan reagen kimia yang berbeda-beda.
28
Pada proes ini, mineral dapat dibedakan menjadi beberapa bagian
Mineral yang tidak senang Air (Hidrophobik) adalah mineral yang mudah
melekat pada gelembung udara pada cairan. Mineral ini umumnya mineral
yang dikehendaki.
Mineral Senang Air (Hidrophilik) adalah mineral yang tidak mudah melekat
pada gelembung udara pada cairan.
Dengan mendasarkan sifat mineral tersebut maka mineral yang satu dengan
lainnya dapat dipisahkan dengan gelembung udara.
Prinsip Flotasi :
Syarat Flotasi :
29
6. pH Kritis. pH kritis ini merupakan pH larutan yang mempengaruhi
konsentrasi kolektor yang digunakan dalam pengapungan mineral.
Ukuran partikel.
Ukuran partikel yang besar membuat partikel tersebut cenderung untuk
mengendap, sehingga susah untuk terflotasi.
pH larutan.
Partikel cenderung mengendap pada pH yang tinggi.
Surfaktan.
Fungsi surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang memiliki
gugus polar dan gugus non polar sekaligus. Kolektor akan mengubah sifat
partikel dari hidrofil menjadi hidrofob.
Bahan kimia lainnya, misalnya koagulan.
Penambahan koagulan dapat mengakibatkan ukuran partikel menjadi lebih
besar.
Laju udara
Laju udara berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan
hidrofobik, persen padatan. Untuk flotasi pada partikel kasar, dapat dilakukan
dengan persen padatan yang besar demikian juga sebaliknya. Besar laju
pengumpanan, berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal. Laju udara
pembilasan, berfungsi untuk mengalirkan konsentrrat ke dalam lounder.
Ketebalan lapisan buih
Ukuran gelembung udara
30
Kolektor (Collector): suatu bahan kimia organik yang gunanya untuk merubah
sifat permukaan mineral yang tadinya senang air menjadi tidak suka air. Hal
ini, bila mineral yang senang air itu, mineral yang diinginkan. Contoh :solar,
sabun.
Modifier : bahan kimia an-organik yang fungsinya mempengaruhi kerja
kolektor.
Frother (Pembusa) : suatu zat untuk menstabilkan gelembung-gelembung
udara dalam air, contohnya : deterje
Sel flotasi berfungsi untuk menerima pulp dan dilakukan proses flotasi.
Berdasarkan cara pemasukan udaranya, jenis sel dibedakan menjadi:
1. Agitation Cell
Alat ini jarang digunakan, sebab adanya perkembangan dengan
diketemukannya sub aeration cell. Udara masuk ke dalam cell flotasi, karena
putaran pengaduk.
2. Sub Aeration Cell
Udara masuk akibat hisapan putaran pengaduk. Alat ini paling praktis,
sehingga banyak digunakan.
3. Pneumatic Cell
Alat ini jarang sekali digunakan, udara langsung dihembuskan ke dalam cell
4. Vacum and Pressure Cell
Udara bisa masuk karena tangki dibuat vakum oleh pompa penghisap dan
udara dimasukkan oleh pompa injeksi.
31
5. Cascade Cell
Udara masuk karena jatuhnya mineral
Syarat cell :
Langkah-langkah Flotasi :
32
proses basah. Pada tahap pengkondisian, reagent yang diberikan adalah
modifier, collector dan terakhir frother.
3. Proses flotasi
Proses ini ditandai dengan masuknya gelembung udara ke dalam pulp.
Proses flotasi
33
Reactor Cell Flotation System (RCS)
The RCSTM (Reactor Cell System) mesin flotasi menggunakan hak paten yang
dilindungi DVTM (Deep Vane) Mekanisme. Karakteristik pola aliran adalah:
34
tangki aliran Buka dengan kotak menengah dan debit
Dekat bawah terletak impeller / diffuser
sumber terpisah udara tekanan rendah
Tingkat kontrol dengan bendung atau panah katup (otomatis sebagai pilihan)
Resirkulasi baik
arah impeller Reversible rotasi
Kolom Sel Sistem Flotasi
Kolom pekerjaan flotasi pada prinsip dasar yang sama seperti mesin mekanik
seperti RCSTM. Namun, dalam kolom flotasi tidak ada mekanisme mekanik.
Pemisahan terjadi dalam bejana dari aspek rasio tinggi dan udara dimasukkan ke
dalam bubur melalui spargers. Dalam kasus-kasus tertentu seperti tugas pembersihan
atau penanganan yang sangat halus kolom partikel flotasi akan menawarkan
keuntungan sebagai berikut:
Kolom flotasi Metso
Peningkatan kinerja metalurgi
Rendah konsumsi energi
Kurang lantai daerah
Kurang pemeliharaan
Peningkatan kontrol
35
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Mineral merupakan zat yang penting dalam kelangsungan hidup dibutuhkan
oleh mahkluk hidup kbaik untuk memelihara kesehatan, pertumbuhan dan
reproduksi. Berdasarkan kegunaannya dalam aktifitas hidup, mineral dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu golongan yang essensial dan golongan yang tidak
essensial. Berdasarkan jumlahnya, mineral dapat pula dibagi atas mineral makro, dan
mineral mikro. Peranan mineral dalam kehidupa sehari-hari cukup penting guna
mempertahankan fungsi fisiologis dan struktural, mencegah defisiensi, serta
mencegah turunnya kondisi kesehatan.Pengolahan mineral adalah sutu proses
pemisahan antara mineral berharga dengan mineral tak berharga(gangue). dengan
menggunakan metode pemisah secara mekanik (tidak ada perubahan massa, dan
kimia) untuk menghasilkan suatu produk berharga / bijih dalam bentuk umpan
menjadi konsentrat (mineral berharga) dan tailing (mineral tidak berharga). Cara
untuk mengolah mineral sebagai berikut : Komunisi,Gravity concentration,Magnetic
separator, electro separation , dan proses flotasi.
3.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2015. Pengertian mineral, Funsi Mineral , dan Jenis Mineral. (online).
http://woocara.blogspot.com/2015/10/pengertian-mineral-fungsi-
mineral.htm . (Diakses Pada Tanggal 11 April 2019).
Franciss, Rebecca.2015. Pengolahan Mineral. ( Online).
https://www.scribd.com/document/291534055/Makalah-Pengolahan-
mineral-Print . (Diakses Pada Tanggal 11 April 2019)
Georgievskii VI, B.N. Amenkov, dan V.T. Samokhin. 1982. Mineral Nutrition of
Animal. Butterwoths, London.
McDowell L. R., 1992, Minerals in Animal and Human Nutrition. San
Diego,California: Academic Press.
37