Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

DASAR ILMU GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


“Mineral Makro”

Oleh :
Tata Reziana
1811216017

Dosen Pengampu :
Dr. Idral Purnakarya, SKM, MKM

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Mineral Makro”

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata
kuliah Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan makalah ini, penulis
banyak mengalami hambatan. Namun hal itu dapat dilalui oleh penulis berkat
petunjuk dari Allah SWT serta pihak lain yang ikut membantu. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Idral
Purnakarya, SKM, MKM dan semua orang yang telah memberikan dukungan untuk
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, saran dan kritikan pembaca terhadap makalah ini penulis harapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang.

Padang, April 2020

ii
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................1


1.2 Tujuan.....................................................................................................1
1.3 Manfaat Penelitian..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi....................................................................................................3
2.2 Sifat.........................................................................................................6
2.3 Klasifikasi...............................................................................................8
2.4 Angka Kecukupan Gizi..........................................................................11
2.5 Sumber Bahan Makanan........................................................................17
2.6 Metabolisme ..........................................................................................19
2.7 Kelebihan...............................................................................................28

iii
2.8 Kekurangan............................................................................................30

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................35
3.2 Saran......................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu bentuk nutrisi yang dibutuhkan tubuh adalah mineral. Seperti unsur
makanan yang lain, mineral juga dibutuhkan untuk kelancaran aktivitas tubuh.
Mineral makro adalah kelompok mineral yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah
yang relatif kecil dibandingkan dengan kelompok mineral yang lainnya, akan tetapi
walaupun jumlahnya sedikit, kekurangan unsur mineral ini akan menyebabkan
terganggunya proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh ataupun kelebihan unsure ini
juga dapat menimbulkan masalah lainnya bagi tubuh manusia.

Ditengah kehidupan masyarakat, masih banyak terdapat informasi dan


pengetahuan yang menggiring opini yang salah seputar pengetahuan tentang mineral
makro yang menyebar di tengah masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya makalah
ini dapat membantu memberikan pengetahuan dan informasi kepada para
pembacanya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Mineral Makro
2. Untuk mengetahui sifat Mineral Makro
3. Untuk mengetahui klasifikasi Mineral Makro
4. Untuk mengetahui angka kecukupan gizi Mineral Makro
5. Untuk mengetahui sumber bahan makanan Mineral Makro
6. Untuk mengetahui metabolisme Mineral Makro
7. Untuk mengetahui kelebihan Mineral Makro
8. Untuk mengetahui kekurangan Mineral Makro

1
1.3. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk Menambah wawasan
dan dapat menerapkan konsumsi “Mineral Makro” dengan jumlah yang cukup
didalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Mahasiswa dapat melakukan penyuluhan
tentang mineral makro kepada keluarga ataupun masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Mineral merupakan komponeninorganik yang terdapat dalam tubuh manusia.
Berdasarkan kebutuhannya mineral terbagi atas 2 yaitu mineral makro danmineral
mikro. Mineral makro adalah kelompok mineral yang diperlukan oleh tubuh dalam
jumlah yang relatif kecil namun apabila terjadi kekurangan pengonsumsian unsure
mineral ini akan menyebabkan gangguan proses fisiologis didalam tubuh manusia.

[ CITATION Sun09 \l 1033 ]. yang termasuk dalam mineral makro yaitu :


a. Besi (Fe)
Besi merupakan mineral makro dalam kerak bumi, tetapi dalam sistem
biologi tubuh merupakan mineral mikro. Besi dalam tubuh berasal dari tiga
sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari
penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran
pencernaan. Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan
sumber utama. Bentuk-bentuk senyawa yang ada ialah senyawa heme
(hemoglobin, mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin,
dan hemosiderin). Sebagian besar Fe disimpan dalam hati, limpa, dan
sumsum tulang. Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat
di dalam tubuh manusia darn hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam
tubuh manusia dewasa.
b. Seng (Zn)
Seng merupakan komponen penting dalam enzim, seperti karbonik-
anhidrase dalam sel darah merah serta karboksi peptidase dan dehidrogenase
dalam hati. Sebagai kofaktor, seng dapat meningkatkan aktivitas enzim.
Seng dalam protein nabati kurang tersedia dan lebih sulit digunakan tubuh
dari pada seng dalam protein hewani. Hal tersebut mungkin disebabkan

3
adanya asam fitrat yang mampu mengikat ion-ion logam. Tubuh
mengandung 2-2,5 gram seng yang tersebar dihampir semua sel. Sebagian
besar seng berada di dalam hati , pankreas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan
yang banyak mengandung seng adalah bagian – bagian mata, kelenjar
prostat, spermatozoa, kulit rambut dan kuku. Didalam cairan tubuh, seng
terutama merupakan ion intraseluler. Seng didalam plasma hanya merupaka
0.1% dari seluruh seng didalam tubuh yang mempunyai masa pengganti
yang cepat.
c. Iodium (I)
Iodium merupakan komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid.
Tiroksin berperan dalam meningkatkan laju oksidasi dalam sel sehingga
meningkatkan Basal Metabolic Rate (BMR). Tiroksin juga berperan
menghambat proses fosforilasi oksidatif sehingga pembentukan Adenosin
Trifosfat (ATP) berkurang dan lebih banyak dihasilkan panas. Tiroksin juga
mempengaruhi sintesis protein
d. Tembaga (Cu)
Tembaga dianggap sebagai zat gizi esensial pada tahun 1928, ketika
ditemukan bahwa anemia hanya dapat dicegah bial tembaga dan besi
keduanya ada didalam tubuh dalam jumlah yang cukup. Dalam melakukan
fungsinya dalam tubuh, tembaga banyak berinteraksi dengan seng, molibden,
belerang dan vitamin. Tembaga ada dalam tubuh sebanyak 50-120 mg.
Sekitar 40% ada didalam otot , 15 % didalam hati, 10% didalam otak,
6%didalam darah dan selebihnya didalam tulang, ginjal, dan jaringan tubuh
lainnya. Di dalam plasma, 60% dari tembaga terikat pada serulo plasmin,
30% pada transkuprein dan selebinya pada albumin dan asam amino.
e. Selenium (Se)
Jumlah selenium dalam tubuh sebanyak 3-30 mg, bergantung pada
kandungan selenium dalam tanah dan konsumsi makanan. Konsumsi orang
dewasa berkisar antara 20-30 µg, bergantung pada kandungan tanah.

4
Selenium baru dianggap zat gizi esensial sejak tahun 1957. Selenium
terbukti dapat mencegah timbulnya penyakit hati pada tikus yang menderita
kekurangan vitamin E. Pada tahun 1973 ditemukan bahwa selenium adalah
mineral mikro yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation
peroksidase.
f. Fluor (F)
Fluor terdapat didalam tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Hanya
sedikit sekali ada didalam tubuh manusia, namun peranannya penting.
g. Kobalt (Co)
Kobalt (Co) merupakan unsur mineral esensial untuk pertumbuhan
hewan, dan merupakan bagian dari molekul vitamin B12. Konversi Co dari
dalam tanah menjadi vitamin B12 pada makanan hingga dicerna hewan
nonruminansia kadang-kadang disebut sebagai siklus kobalt. Ternak
ruminansia (sapi, domba, dan kambing) memakan hijauan pakan, di mana
tanaman menyerap kobalt dari dalam tanah dan bakteri-bakteri yang ada di
dalam lambung (rumen) menggunakan kobalt dalam penyusunan vitamin
B12. Hewan menyerap vitamin B12 dan mendistribusikannya ke seluruh
jaringan tubuh (Davis dan Mertz 1987; Mills 1987; Darmono 1995). Semua
bangsa hewan membutuhkan vitamin sehingga secara tidak langsung
memerlukan kobalt. Ternak babi dan unggas tidak mempunyai mikroflora
dalam saluran pencernaan untuk mengubah kobalt dalam ransum sehingga
harus mendapat vitamin B12 yang cukup dalam ransum.
h. Krom (Cr)
Krom pertama kali dihubungkan dengan kekurangan pada manusia pada
tahun 1996. Krom merupakan mineral essensial yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat dan lipida. Seperti halnya besi, krom berada dalam
berbagai bentuk dengan jumlah muatan berbeda. Krom paling mudah di
absorpsi dan paling efektif bila berada dalam bentuk Cr+++. Absorpsi krom
naik, bila konsumsi rendah dan turun bila konsumsi tinggi.

5
i. Mangan (Mn)
Kekurangan mangan pada manusia baru dilaporkan pada tahun 1972.
Tubuh hanya mengandung 10-20 mg mangan, yang terutama berada di
dalam tulang dan kelenjar.
2.2 Sifat
a. Besi (Fe)

Pada hewan, manusia, dan tanaman, Fe termasuk logam esensial,


bersifat kurang stabil, dan secara perlahan berubah menjadi ferro (Fe II) atau
ferri (Fe III). Kandungan Fe dalam tubuh hewan bervariasi, bergantung pada
status kesehatan, nutrisi, umur, jenis kelamin, dan spesies.
b. Seng (Zn)
Seng merupakan komponen penting pada struktur dan fungsi membran
sel, sebagai antioksidan, dan melindungi tubuh dari serangan lipid
peroksidase. Seng berperan dalam sintesis dan transkripsi protein, yaitu
dalam regulasi gen.
c. Iodium (I)
Membentuk hormon trioksin, tiroksin dan kelenjar tiroksin
d. Tembaga (Cu)
Tembaga sangat langka dan jarang sekali diperoleh dalam bentuk murni.
Mudah didapat dari berbagai senyawa dan mineral. Penggunaan tembaga
yaitu dalam bentuk logam merupakan paduan penting dalam bentuk
kuningan, perunggu serta campuran emas dan perak. Banyak digunakan
dalam pembuatan pelat, alat-alat listrik, pipa, kawat, pematrian, uang logam,
alat-alat dapur, dan industry. Senyawa tembaga juga digunakan dalam kimia
analitik dan penjernihan air, sebagai unsur dalam insektida, cat, obat-obatan

6
dan pigmen. Kegunaan biologis untuk runutan dalam organism hidup dan
merupakan unsur penting dalam darah binatang berkulit keras. 

e. Selenium (Se)
Melindungi membran sel dari kerusakan oksidaktif.
f. Fluor (F)
Flour merupakan gas halogen univalen beracun berwarna kuning-hijau
yang paling reaktif secara kimia dan elektronegatif dari seluruh unsur.
Dalam bentuk murninya, dia sangat berbahaya, dapat menyebabkan
pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit .
g. Kobalt (Co)
Kobalt (Co) merupakan unsur mineral esensial untuk pertumbuhan
hewan, dan merupakan bagian dari molekul vitamin B12. Konversi Co dari
dalam tanah menjadi vitamin B12 pada makanan hingga dicerna hewan
nonruminansia kadang-kadang disebut sebagai siklus kobalt.
h. Krom (Cr)
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles
menjadi mengkilat.Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan
sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan,
seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti
emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan
emas putih. Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja
tahan karat. Chromium sering disebut sebagai “Glucose Tolerance Factor”
(faktor pengendali kadar gula darah) dibutuhkan pada proses pengolahan
glukosa menjadi energi. Membantu menurunkan berat badan dengan cara
membakar lemak menjadi energi.
i. Mangan (Mn)
Mangan didapatkan diseluruh bagian tubuh dengan konsentrasi tinggi
pada tulang dan jaringan lain yang kaya akan mitokondria.

7
2.3 Klasifikasi
a. Besi (Fe)
Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel
darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil
penyerapan pada saluran pencernaan. Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil
hemolisis merupakan sumber utama. Bentuk-bentuk senyawa yang ada ialah
senyawa heme (hemoglobin, mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin
(tranfirin, ferritin, dan hemosiderin). Sebagian besar Fe disimpan dalam hati,
limpa, dan sumsum tulang
b. Seng (Zn)
Ikatan enzim seng yang merupakan katalis reaksi hidrolitik melibatkan
enzim pada bagian aktif yang bertindak ”super efisien”. Enzim karbonik
anhidrase mengkatalisis CO2 dalam darah, enzim karboksi peptidase
mengkatalisis protein dalam prankreas, enzim alkalin fosfatase meng
hindrolisis fosfat dalam beberapa jaringan, dan enzim amino peptidase
menghidrolisis peptida dalam ginjal. Seng juga berperan dalam menstabilkan
struktur protein, seperti insulin, alkohol dehidrogenase hati, alkalin fosfat,
dan superoksida dismutase .
Mineral Fungsi Sumber Besi (Fe) Membentuk hemoglobin dan Telur,
tanah, makanan hijauan mioglobin, bagian dari susunan dan butiran, injeksi
besi, enzim babi, FeSO4 Tembaga (Cu) Eritropoiesis, susunan Bahan
makanan dan CuSO4 Co enzim, fungsi jantung yang (0,25−0,50%) CuSO4
ditambahkan baik, pigmentasi bulu, reproduksi pada garam Iodin (I)
Membentuk hormon trioksin, Garam beriodin (kalium iodida sebagai
komponen esensial pada garam, minyak ikan) tiroksin dan kelenjar tiroksin
Kobalt (Co) Bagian dari vitamin B12 Pelet kobalt (untuk ruminansia), 0,50
ppm garam kobalt ditambahkan pada ransum (injeksi vitamin B12 untuk
menghilangkan defisiensi kobalt) Seng (Zn) Carbonic anhydrase ZnO atau
ZnCO3 ditambahkan pada ransum pakan hijauan.

8
c. Iodium (I)
Iodium (I) diperlukan tubuh untuk membentuk tiroksin, suatu hormon
dalam kelenjar tiroid. Tiroksin merupakan hormon utama yang dikeluarkan
oleh kelenjar tiroid. Setiap molekul tiroksin mengandung empat atom iodin
(Darmono 1995). Sebagian besar iodin diserap melalui usus halus, dan
sebagian kecil langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding
lambung. Sebagian iodin masuk ke dalam kelenjar tiroid, yang kadarnya 25
kali lebih tinggi dibanding yang ada dalam darah (Mills 1987). Namun bila
jumlah yang sedikit ini tidak terdapat dalam bahan pakan maka ternak akan
kekurangan iodin. Lebih dari setengah iodin dalam tubuh terdapat pada
kelenjar perisai (tiroid). Meskipun sebagian besar iodin tubuh terdapat dalam
kelenjar tiroid, iodin juga ditemukan dalam kelenjar ludah, lambung, usus
halus, kulit, rambut, kelenjar susu, plasenta, dan ovarium.
d. Tembaga (Cu)
Tembaga ditemukan dalam protein plasma, seperti seruloplasmin yang
berperan dalam pembebasan besi dari sel ke plasma. Tembaga juga
merupakan komponen dari protein darah, antara lain eritrokuprin,yang
ditemukan dalam eritrosit (sel darah merah) yang berperan dalam
metabolisme oksigen (Darmono 1995; 2001). Selain ikut berperan dalam
sintesis hemoglobin, tembaga merupakan bagian dari enzim-enzim dalam sel
jaringan. Tembaga berperan dalam aktivitas enzim pernapasan, sebagai
kofaktor bagi enzim tirosinase dan sitokrom oksidase. Tirosinase
mengkristalisasi reaksi oksidasi tirosin menjadi pigmen melanin (pigmen
gelap pada kulit dan rambut). Sitokrom oksidase, suatu enzim dari gugus
heme dan atom-atom tembaga, dapat mereduksi oksigen.
e. Selenium (Se)
Selenium berada dlm makanan dlm bentuk selenometionin dan
selenosistein,absorpsi terjadi pada bagian atas usus halus scra aktif,selenium
diangkut oleh albumin & alfa-2 globulin.

9
f. Fluor (F)
Flour adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
ambang F dan nomor 9. Namanya berasal dari bahasa Latin Fluere, berarti
“mengalir”.
g. Kobalt (Co)
Kobalt merupakan atom yang termasuk kecil kuantitasnya, tetapi
ternyata pengaruhnya besar terhadasp tubuh manusia. Terutama terhadap
sistem saraf. Tanpa kobalt organik, tubuh manusia tidak dapat memproduksi
vitamin B12. Ketika tubuh manusia tidak mendapatkan cukup vitamin B12,
maka ia tidak dapat mengasimilasi zat besi baik atau membuat sel-sel darah
merah yang kuat, kita menjadi anemia. Orang anemia menjadi lemah,
tertekan dan rentan terhadap penyakit.
Kobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Co dan nomor atom 27. Warna sedikit berkilauan, metalik, keabu-
abuan. Unsur kimia cobalt juga merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh
agak keras dan mengandung metal serta kaya dengan sifat magnetis.
h. Krom (Cr)
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodic yang
memiliki lambang Cr dan nomor atom 24 golongan VII A. Kromium
trivalen (Cr(III), atau Cr3+) diperlukan dalam jumlah kecil dalam
metabolisme gula pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat
menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan kromium
(chromium deficiency).
i. Mangan (Mn)
Invitro unsur Mn. Adalah aktifator dari beberapa enzym. Meskipun
invivo belum bisa dibuktikan, tetapi diduga berfungsi dalam fosforilasi
oksidasi (berakumulasi dalam mitochondia, dalam metabolisme kalsium
konsentrasi enzym ini menurun pada kekurangan unsur Mn dan aktifitas
enzym arginase. Kemungkinan juga Mangan memainkan peranan dalam

10
gluconeogenesis karena dia didapati dalam 26 metaloenzym
piruvatcarboxilase.
2.4 Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia yang
selanjutnya disingkat AKG adalah suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata
zat gizi tertentu yang harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan
karakteristik tertentu yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan
kondisi fisiologis, untuk hidup sehat. AKG digunakan pada tingkat konsumsi yang
meliputi kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, air, vitamin, dan
mineral.[ CITATION Per191 \l 1033 ]
a. Besi (Fe)

Golongan Umur AKR (mg) Golongan Umur AKR (mg)


0-6 bl 0,5 Wanita
7-11 bl 7 10-12 th 20
1-3 th 8 13-15 th 26
4-6 th 9 16-18 th 26
7-9 th 10 19-29 th 26
30-49 th 26
Pria 50-64 th 12
10-12 th 13 ≥65 th 12
13-15 th 19
16-18 th 15 Hamil + 0,3
19-29 th 13 Trimester I + 0,3
30-49 th 13 Trimester II + 13
50-64 th 13 Menyusui
≥ 65 th 13 0-6 bl +6
7-12 bl +6

b. Seng (Zn)
Tabel angka kecukupan gizi (Seng/Zn) yang dianjurkan :

Golongan Umur AKS (mg) Golongan Umur AKS (mg)

11
0-6 bl 1,3 Wanita :

7-11 bl 7,9 10-12 th 12,9

1-3 th 8,3 13-15 th 15,8

4-6 th 10,3 16-18 th 14,0

7-9 th 11,3 19-29 th 9,3

30-49 th 9,8

50-64 th 9,8

Pria : ≥ 65 th 9,8

10-12 th 14,0

13-15 th 18,2 Hamil :

16-18 th 16,9 Trimester I + 1,2

19-29 th 13,0 Trimester II + 4,2

30-49 th 13,4 Trimester III + 10,2

50-64 th 13,4

≥ 65 th 13,4 Menyusui :

12
0-6 bl + 4,5

7-12 bl + 4,5

c. Iodium (I)
Angka Kecukupan Iodium (I) Yang Dianjurkan

Golongan Umur AKI (mg) Golongan Umur AKI (mg)


0-6 bl 90 Wanita
7-11 bl 120 10—12 th 120
1-3 th 120 13-15 th 150
4-6 th 120 16-18 th 150
7-9 th 120 19-29 th 150
30-49th 150
Pria 50-64 th 150
10-12 th 120 ≥65 th 150
13-15 th 150
16-18 th 150 Hamil +50
19-29 th 150
30-49 th 150 Menyusui
50-64 th 150 0-6 bl +50
≥65 th 150 7-12 bl +50

d. Tembaga (Cu)
Kekurangan tembaga karena makanan jarang terjadi. Oleh karena itu
AKG untuk tembaga di Indonesia belum ditentukan. Amerika Serikat

13
menetapkan jumlah tembaga yang aman untuk dikonsumsi adalah
sebanhyak 1,5-3,0 mg sehari.

e. Selenium (Se)

Angka Kecukupan Selenium (Se) Yang Dianjurkan :

Golongan Umur AKS*(mcg) Golongan Umur AKS*(mcg)


0-6 bl 5 Wanita :
7-11 bl 10 10-12 th 20
1-3 th 17 13-15 th 30
4-6 th 20 16-18 th 30
7-9 th 20 19-29 th 30
30-49 th 30
Pria 50-64 th 30
10-12 th 20 ≥ 65 th 30
13-15 th 30
16-18 th 30 Hamil +5
19-29 th 30
30-49 th 30 Menyusui
50-64 th 30 0-6 bl +10
≥ 65 th 30 7-12 bl +10

14
f. Fluor (F)
Angka kecukupan Fluor yang dianjurkan :

Golongan Umur AKF* (mg) Golongan Umur AKF* (mg)

0-6 bl 0,01 Wanita :

7-11 bl 0,4 10-12 th 1,9

1-3 th 0,6 13-15 th 2,4

4-6 th 0,9 16-18 th 2,5

7-9 th 1,2 19-29 th 2,5

30-49 th 2,7

50-64 th 2,7

≥65 th 2,7

Pria :

10-12 th 1,7

13-15 th 2,4

16-18 th 2,7 Hamil : +0

19-29 th 3,0

15
30-49 th 3,1 Menyusui :

50-64 th 3,1 0-6 bl +0

≥65 th 3,1 7-12 bl +0

g. Kobalt (Co)

Angka kebutuhan Gizi yang sebagian besar cobalt dalam tubuh


terikat dalam vitamin B12 plasma darah mengandung kurang lebih 1µg
kobal/100. Pencernaan dan penyerapan terjadi melalui absorbsi pada
bagian atas usus halus mengikuti mekanisme absorbsi meningkat bila
konsumsi basi rendah. Sebanyak 90% ekskresi kobal dilakukan melalui
urin, selebihnya feses dan keringat.
h. Krom (Cr)
Kekurangan krom karena makanan jarang terjadi, oleh karena itu AKG
untuk krom belum ditentukan. Amerika serikat menetapkan jumlah yang
aman untuk dikonsumsi oleh orang dewasa adalah sebanyak 50-200 µg
sehari.
i. Mangan (Mn)
Angka Kecukupan Mangan (Mn) Yang Dianjurkan:

Golongan Umur AKM*(mg) Golongan Umur AKM*(mg)


0-6 bl 0,003 Wanita :
7-11 bl 0,6 10-12 th 1,6
1-3 th 1,2 13-15 th 1,6
4-6 th 1,5 16-18 th 1,6
7-9 th 1,7 19-29 th 1,8

16
30-49 th 1,8
Pria : 50-64 th 1,8
10-12 th 1,9 ≥ 65 th
13-15 th 2,2
16-18 th 2,3 Hamil + 0,2
19-29 th 2,3
30-49 th 2,3 Menyusui
50-64 th 2,3 0-6 bl +0,8
≥ 65 th 2,3 7-12 bl +0,8

2.5 Sumber Bahan Makanan


a. Besi (Fe)
Sumber baik besi adalah makanan hewani seperti daging, ayam dan
ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Disamping jumlah besi, perlu
diperhatikan kualitas besi dalam makanan dinamakan juga ketersediaan
biogik. Pada umumnya besi didalam daging, ayam , dan ikan mempunyai
ketersediaan biogik sedang, besi didalam bagian besar sayuran, terutama
mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan
biogik rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari – hari,
yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh –
tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat membantu absorpsi. Menu
makanan di Indonesia sebaiknya terdiri atas nasi , daging/ayam/ikan,
kacang-kacangan, serta sayuran dan buah - buahan yang kaya kan vitamin
C.
b. Seng (Zn)

17
Sumber seng paling baik adalah sumber protein hewani, terutama
daging, hati kerang dan telur. Serelia tumbuk dan kacang-kacangan juga
merupakan sumber yang baik, namun mempunyai ketersediaan biologik
yang rendah.
c. Iodium (I)

Laut merupakan sumber utama iodium. Oleh karena itu, makanan laut
berupa ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber
iodium yang baik. Didaerah pantai, air dan tanah mengandung banyak
iodium sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai mengandung cukup
banyak iodium. Semakin banyak iodium.Semakin jauh tanah itu dari pantai
semakinsedikit pula kandungan iodiumnya, sehingga tanaman yang tumbuh
didaerah tersebut termasuk rumput yang dimakan hewan sedikit sekali atau
tidak mengandung iodium. Salah satu cara fortifikasi garam dengan iodium
sudah diwajibkan di Indonesia.

d. Tembaga (Cu)

Tembaga terdapat luas di dalam makanan. Sumber utama tembaga


adalah tiram, kerang, hati, ginjal, kacang-kacangan, unggas, biji-bijian,
serelia dan coklat.Air juga mengandung tembaga dan jumlahnya pada jenis
pipa yang digunakan dan sumber air.

e. Selenium (Se)
Sumber utama selenium adalah makanan laut, hati, dan ginjal. Daging
dan unggas juga merupakan sumber selenium yang baik. Kandungan
selenium dalam serelia, biji-bijian, dan kacang-kacangan bergantung pada
kondisi tanah tempat tumbuhnya bahan makanan tersebut. Kandungan
selenium pada sayur dan buah tergolong rendah.
f. Fluor (F)

18
Makanan sehari-hari fluor, namun sumber utama adalah air minum.
Konsumsi fluor yang dianggap cukup dan aman adalah 1,5-4,0 mg/sehari.
Hendaknya air minum mengalami fluorodisasi sehingga mengandung 1
bagian fluor/1 juta bagian air (1 ppm), yang berarti 1 mg/L air. Air yang
diperoleh melalui Perusahaan Air Minum (PAM) sudah difluorodisasi.
g. Kobalt (Co)
Mikroorganisme dapat membentuk viamin B12. Hewan memamah biak
memperoleh kobalamin melalui hubungan simbiosis dengan mikroorganisme
dalam saluran cerna. Manusia tidak dapat melakukan simbiosis ini, sehingga
harus memperoleh kobalamin dari makanan hewani seperti hati, ginjal dan
daging. Makanan nabati mengandung sedikit kobal bergantung pada
kandungan tanah tempat tumbuhnya. Pengikut vegetarian (hanya makan
makanan nabati) perlu berhati-hati terhadap kemungkinan kekurangan
vitamin B12.
h. Krom (Cr)
Sumber krom terbaik adalah makanan nabati. Kandungan krom dalam
tanaman bergantung pada jenis tanaman, kandungan krom tanah dan musim.
Sayuran mengandung 30 hingga 50 ppm,biji-bijian dan serealia utuh 30
hingga 70 ppm dan buah 20 ppm. Hasil laut dan daging juga merupakan
sumber krom yang baik..
i. Mangan (Mn)
Mangan banyak terkandung di kacang almond, oatmeal, beras coklat,
sayur bayam, buah nanas, roti gandum utuh serta coklat hitam.
2.6 Metabolisme
a. Besi (Fe)
Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum di absorbsi di
dalam lambung, besi dibebaskan dari ikatan organik, seperti protein.
Sebagian besar dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini

19
terjadi dalam suasana adam di dalam lambung dengan adanya HCL dan
vitamin C yang terdapat di dalam makanan.

Absorbsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum) dengan


bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut protein di
dalam sel mukosa usus halus yang membantu penyerapan besi, yaitu
transferin dan feritin. Transferin, protein yang disintesis di dalam hati,
terdapat dalam dua bentuk. Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran
cerna ke dalam sel mukosa dan memindahkannya ke transferin reseptor yang
ada di dalam sel mukosa. Transferin mukosa kemudian kembali ke rongga
saluran cerna untuk mengikat besi mukosa. Transferin mukosa kemudian
kembali ke rongga saluran cerna untuk mengikat besi lain, sedangkan
transferin reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan tubuh.

20
Dua ion feri diikatkan pada transferin untuk dibawa ke jaringan-jaringan
tubuh
Banyaknya reseptor transferin yang terdapat pada membran sel
bergantun pada kebutuhan tiap sel. Besi dalam makanan terdapat dalam
bentuk besi-hem seperti terdapat dalam hemoglobin dan mioglobin makanan
hewani dan besi nonhem dalam makanan nabati. Besi-hem di absorbsi ke
dalam sel mukosa sebagai kompleks porfirin utuh. Cincin porfirin di dalam
sel mukosa kemudian dipecah oleh enzim khusus (hemoksigenase) dan besi
di bebaskan dalam bentuk yang sama dengan menggunakan alat angkut yang
sama. Absrobsi besi-hem tidak banyak dipengaruhi oleh kompoisi makanan
dan sekresi saluran cerna serta oleh status besi sesorang. Besi-hem hanya
merupakan bagian kecil dari besi yang diperoleh oleh makanan, terutama di
Indonesia, namun yang dapat di absorbsi dapat mencapai 25 % sedangkan
nonhem hanya 5%.
Agar dapat di absorbsi, besi-nonhem di dalam usus halus berada dalam
bentuk terlarut. Besi-nonhem diionisasi oleh asam lambumg, di reduksi
menjadi bentuk fero dan dilarutkan dalam cairan pelarut seperti asam
askorbat, gula dan asam amino yang mengandung sulfur. Pada suasana pH
hingga 7 di dalam duodenum, sebagian besar besi dalam bentuk feri akan
mengendap, kecuali dalam keadaan terlarut seperti disebutkan di atas. Besi
fero lebih mudah larut pada Ph 7, oleh karena itu dapat diabsorbsi.
Taraf absorbsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang ditentukan
oleh kebutuhan tubuh. Transferin mukosa yang dikeluarkan ke dalam
empedu berperan sebagai alat angkut protein yang bulak-balik membawa
besi ke permukaan sel usus halus untuk diikat oleh transferin reseptor dan
kembali kerongga saluran cerna untuk mengangkut besi lain. Di dalam sel
mukosa besi dapat mengikat apoferitin dan membentuk feritin sebagai
simpanan besi sementara dalam sel. Di dalam sel mukosa apoferitin dan
feritin membentuk pool besi.

21
Penyebaran besi dari sel mukosa ke sel-sel tubuh berlangsung lebih
lambat daripada penerimaanya dari saluran cerna, bergantung pada simpanan
besi dalam tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Laju penyebaran ini
diatur oleh jumlah dan tingkat kejenuhan transferin. Tingkat kejenuhan
transferin biasanya sepertiga dari mampu-ikat besi totalnya (Total-Iron
Binding Capacity/TIBC). Bila besi tidak dibutuhkan, reseptor transferin
berada dalam keadaan jenuh dan hanya sedikit besi diserap dari sel mukosa.
Transferin yang ada di dalam sel kemudian bersama sel mukosa yang
umurnya hanya dua hingga tiga hari. Bila besi dibutuhkan, transferin pada
sel mukosa ini tidak jenuh dan dapat lebih banyak mengikat besi untuk
disalurkan ke dalam tubuh.
Sebagian besar transferin darah membawa besi ke sumsum tulang dan
bagian tubuh lain. Di dalam sumsum tulang besi digunakan untuk membuat
hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah. Sisanya dibawa ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi yang dapat mencapai 200
hingga 1500 mg, disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam
hati (30 %), sumsum tulang belakang (30%) dan selebihnya di dalam limpa
dan otot. Dari simpanan besi tersebut hingga 50 mg sehari dapat dimobilisasi
untuk keperluan tubuh seperti pembentukan hemoglobin. Feritin yang
bersirkulasi di dalam darah mencerminkan simpanan besi di dalam tubuh.
Pengukuran feritin di dalam serum merupakan indikator penting untuk
menilai status besi.

22
b. Seng (Zn)
Penyaluran Seng di Dalam Tubuh

Absorpsi membutuhkan alat angkut dan terjadi dibagian atas usus halus
(duodenum). Seng diangkut oleh albumin dan ditransferin masuk kedalam
darah dan dibawa kehati. Kelebihan seng disimpan didalam hati dalam
bentuk metalotionin. Lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain.
Didalam pankreas seng digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang
pada waktu makan di keluarkan ke dalam saluran cerna. Dengan demikian
saluran cerna menerima seng dari luar sumber, yaitu dari makanan dan dari
cairan pencernaan yang berasal dari pankreas. Sirkulasi seng didalam tubuh
dari pankreas ke saluran cerna dan kembali ke pankreas dinamakan sirkulasi
enteropankreatik.

23
Absorpsi seng diatur oleh metalotioenein yang disintesis didalam sel
dinding saluran cerna. Bila konsumsi sen tinggi, didalam sel dinding saluran
cerna sebagaian diubah menjadi metalotioenein sebagai simpanan ini akan
dibuag bersama sel – sel dinding usus halus yang dengan besi, bentuk
simpanan ini akan dibuang bersama sel – sel dinding usus halus yang
umumnya adalah 2-5 hari. Metalotioenein didalam hati mengikat seng
hingga dibutuhkan oleh tubuh. Metalotioenein diduga mempunyai peranan
dalam mengatur kandungan seng didalam cairan intraseluler. Distribusi seng
antara cairan eksrtaseluler, jaringan dan organ dipengaruhi oleh
keseimbangan hormon dan situasi stres. Hati memegang peranan penting
dalam redistribusi ini .
c. Iodium (I)
Iodium dengan mudah diabsorpsi dalam bentuk iodida.Konsumsi
normal sehari adalah sebanyak 100 – 150 ug sehari.Ekskresi dilakukan
melalui ginjal, jumlahnya berkaitan dengan konsumsi.Dalam bentuk ikatan
organik di dalam makanan hewani hanya separuh dari iodium yang
dikonsumsi dapat diabsorpsi.Di dalam darah, iodium terdapat dalam bentuk
bebas dan terikat protein.Manusia dewasa sehat mengandung 15 – 20 mg
iodium, 70 – 80 % diantaranya berada dalam kelanjer tiroid.Di dalam
kelenjer ini iodium digunakan untuk mensintesis hormon – hormon
triiodotiroinin (T3) dan tiroksin atau tetraiodotironin (T4), bila
diperlukan.Kelenjer tiroid harus menangkap 60 µg iodium sehari untuk
memelihara persediaan tiroksin yang cukup.
Penangkapan iodide oleh kelenjer tiroid dilakukan melalui transpor aktif
yang dinamakan pompa iodium.Mekanisme ini diatur oleh hormon yang
merangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormon/tsh) dan Hormon
Tirotrofin/TRH yang dikeluarkan oleh hipotalamus yang dikeluarkan oleh
kelenjer pituitary untuk mengatur sekresi tiroid.Hormon tiroksin kemudian

24
dibawa darah ke sel – sel sasaran dan hati, di dalam sel – sel sasaran dan hati
tiroksin dipecah dan bila diperlukan yodium kembali digunakan.
Konsentrasi hormon tiroid di dalam darah diatur oleh hipotalamus
melalui pengontrolan pengeluaran hormone TSH yang dikeluarkan kelenjer
pituitary.Sekresi TSH juga dikontrol oleh hormone yang mengeluarkan
tirotrofin (Tyrotrophin Releasting Hormone/TRH) yang juga dikeluarkan
oleh hipotalamus.Kelebihan iodium terutama dikeluarkan melalui urin, dan
sedikit melalui feses yang berasal dari cairan empedu.
d. Tembaga (Cu)
Makanan sehari-hari mengandung kurang lebih 1mg tembaga. Sebanyak
35-70% diabsorpsi. Absorpsi sedikit terjadi didalam lambung dan sebagian
besar di bagian atas usus halus secara aktif dan pasif. Absorpsi terjadi
dengan alat angkut protein pengikat tembaga metalotionein yang juga
berfungsi dalam absorpsi deng dan kadmium. Jumlah tembaga yang
diabsorpsi diduga dipenngaruhi oleh banyaknya metalotionein didalam sel
mukosa usus halus.
Transpor tembaga ke hati terutama menggunakan alat angkut albumin
dan transkuprein. Penyimpanan sementara tembaga adalah dalam bentuk
kompleks albumin-tembaga. Simpanan dalam hati berupa metalotionein atau
seruloplasmin. Tembaga diangkut ke seluruh tubuh oleh seluroplasmin
dantranskuprein. Tembaga juga dikeluarkan dari hati sebagai bagian dari
empedu. Didalam saluran cerna, tembaga dapat diabsorpsi kembali atau
dikeluarkan dari tubuh tergantung kebutuhan tubuh. Pengeluaran melalui
empedu meningkat bila terdapat kelebihan tembaga dalam tubuh.
Sedikit tembaga dikeluarkan melalui urin, keringat dan darah haid,
tembaga dapat diabsorpsi kembali oleh ginjal bila tubuh membutuhkan.
Tembaga yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Tembaga
berintekrasi dengan banyak zat gizi seperti seng, besi dan vitamin C. Hal ini
perlu diperhatikan dalam menggunakan suplementasi vitamin dan mineral

25
diatas AKG. Seng dan besi dalam jumlah berlebihan menghambat absorpsi
tembaga dan dapat menyebabkan defisiensi tembaga. Asam askorbat dalam
jumlah berlebihan menurunkan kemampuan oksidasi tembaga, dengan
demikian kemampuan fungsionalnya seruloplasmin. Serat dan fitat ternyata
tidak berpengaruh terhadap absorpsi tembaga.
e. Selenium (Se)
Selenium berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin dan
selenosistein. Absorpsi selenium terjadi pada bagian atas usus halus secara
aktif. Selenium diangkat oleh albumin dan alfa-2 globulin. Absorpsi lebih
efisien, bila tubuh dalam keadaan kekurangan selenium. Konsumsi tinggi
menyebabkan peningkatan eksresi melalui urin.
f. Fluor (F)

Sebagian besar fluoride di dalam tubuh manusia diabsorbsi melalui


traktus gastrointestinal secara difusi pasif, setelah fluorida masuk ke dalam
tubuh fluorida akan dengan cepat diserap oleh mukosa dan hanya dalam
beberapa menit terjadi peningkatan konsentrasi fluorida di dalam plasma.
Fluorida setalah masuk ke dalam plasma secara cepat didistribusikan ke
dalam cairan extracelluler maupun intracelluler di seluruh tubuh, baik ke
jaringan lunak seperti jantung, paru-paru, ginjal, jariingan adiposa, hepar dan
lain-lain, namun fluorida tersimpan paling banyak pada organ yang
mengalami kalsifikasi seperti tulang dan gigi.

Ekskresi fluorida dari dalam tubuh terjadi melalui beberapa jalur:

1. Ekskresi melalui traktus urinarius Banyak sedikitnya fluorida yang


direabsorbsi kembali oleh tubulus ginjal tergantung dari pH cairan di
tubulus, aliran yang masuk, dan fungsi ginjal itu sendiri. Ekskresi
fluorida menurun pada orang yang mengalami gagal ginjal.

26
2. Ekskresi melalu ASI Sebagian kecil fluorida dari dalam plasma
berdifusi ke dalam kelenjar mamae, sehingga ASI yang dihasilkan juga
mengandung fluorida.
3. Ekskresi melalu feses, keringat, dan saliva Fluorida yang tidak diserap
oleh intestinum dikeluarkan oleh tubuh bersama feses. Kandungan
fluorida di dalam feses biasanya mencapi 10% dari jumlah fluorida yang
dikonsumsi setiap harinya. Selain itu fluorida juga dikeluarkan bersama
cairan tubuh lainnya seperti keringat dan air liur. Jumlah yang
dikeluarkan bergantung dari jumlah cairan tubuh yang keluar.
g. Kobalt (Co)
Absorpsi kobal terjadi pada bagian atas usus halus mengikuti mekanisme
absorpsi besi. Absorpsi meningkat bila konsumsi besi rendah. Sebanyak 85%
ekskresi kobal dilakukan melalui urin, selebihnya melalui feses dan keringat.
h. Krom (Cr)
Krom dalam bentuk Cr+++ di absorpsi sebanyak 10% hingga 25%.
Bentuk lain krom hanya di absorpsi sebanyak 1%. Mekanisme absorpsi
belum diketahui dengan pasti. Absorpsi dibantu oleh asam-asam amino yang
mencegah krom mengendap dalam media alkali usus halus. Jumlah yang di
absorpsi tetap hingga konsumsi sebanyak 49 µg, setelah itu ekskresi melaui
urin meningkat. Ekskresi melalui urin meningkat oleh konsumsi gula
sederhana yang tinggi, aktivitas fisk berat atau trauma fisik.Seperti halnya
besi, krom diangkut oleh transferin. Bila tingkat kejenuhan transferin tinggi,
krom dapat diangkut oleh albumin.
i. Mangan (Mn)
Mekanisme absorpsi mangan hingga sekarang belum diketahuii dengan
pasti. Seperti halnya dengan mineral mikro lainnya, faktor makanan
mempengaruhi absorpsi mangan. Besi dan kalsium menghambat absorpsi
mangan. Mangan diangkut oleh protein transmanganin dalam plasma.
Setelah di absorpsi, mangan dalam waktu singkat terlihat dalam empedu dan

27
dikeluarkan dengan feses. Taraf mangan dalam jaringan diatur oleh sekresi
selektif melalui empedu. Pada penyakit hati, mangan menumpuk dalam hati.

2.7 Kelebihan
a. Besi (Fe)
Kelebihan besi jarang terjadi karen makanan tetapi dapat disebabkan
oleh suplemen besi.Gejalanya adalah rasa mual, muntah, diare, denyut
jantung meningkat, sakit kepala, mengiggau, dan pingsan.
b. Seng (Zn)
Kelebihan seng hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan absorbsi
tembaga. Pada hewan hal ini menyebabkan degenerasi otot jantung.
Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesteol,
mengubah nilai lipoprotein dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya
aterosklerosis. Dosis sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebakan muntah,
diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia dan gangguan reproduksi.
Suplemen seng bisa menyebabkan keracunan .
c. Iodium (I)
Suplemen iodium dalam dosis terlalu tinggi dapat enyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnya kekurangan iodium. Dalam
keadaan berat hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga
menimbulkan sesak napas.
d. Tembaga (Cu)
Kelebihan tembaga menyebabkan penumpukan tembaga didalam hati
yang dapat menyebabkan nekrosis hati atau serosi hati. Kelebihan tembaga
dapat terjadi karena memakan suplemen tembaga, atau menggunakan alat
masak terbuatdari tembaga, terutama bila digunakan untuk memasak cairan
yang bersifat asam. Konsumsi sebanyak 10-15 mg tembaga sehari dapat
menimbulkan muntah-muntah dan diare. Berbagai tahap perdarahan

28
intravascular dapat terjadi, begitupun nekrosis sel-sel hati dan gagal ginjal.
Konsumsi dosis yang tinggi dapat menyebabkan kematian
e. Selenium (Se)
Dosis tinggi selenium (>1 mg sehari) menyebabkan muntah-muntah,
diare, rambut dan kuku rontok, serta luka pada kulit dan sistem saraf.
Kecenderungan menggunakan suplemen selenium untuk mencegah kanker
harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampai terjadi dosis berlebihan.
f. Fluor (F)
Kelebihan fluor dapat menyebabkan keracunan. Hal ini baru terjadi pada
dosis sangat tinggi atau setelah bertahun-tahun menggunakan suplemen fluor
sebanyak 20-80 mg sehari. Gejalanya adalah fluorosis (perubahan warna gigi
menjadi kekuningan), mulas, diare, sakit didaerah dada, gatal dan muntah.
g. Kobalt (Co)
Belum diketahui karena belum ada penelitian yang menunujukan
tentang seseorang.
h. Krom (Cr)
Kelebihan krom karena makanan belum pernah ditemukan. Pekerja yang
terkena limbah industri dan cat yang mengandung krom tinggi dikaitkan
dengan kejadian penyakit hati dan kanker paru-paru. Kromat adalah bentuk
krom dengan velensi 6. Tubuh tidak dapat mengkosidasi krom makanan
dengan valensi 3 yang tidak toksik menjadi bentuk valensi 6 yang toksik.
Jadi, krom di dalam makanan tidak ada kaitannya dengan kanker paru-paru.
i. Mangan (Mn)
Keracunan karena kelebihan mangan dapat terjadi bila lingkungan
terkontaminasi oleh mangan. Pekerja tambang yang mengisap mangan yang
ada pada debu tambang untuk jangka waktu lama, menunjukkan gejala-
gejala kelainan otak disertai penampilan dan tingkah laku abnormal, yang
menyerupai penyakit Parkinson.

29
2.8 Kekurangan
a. Besi (Fe)
Defisiensi besi merupakan defisienzi gizi yang paling umum terdapat
baik dinegara maju maupun negara yang sedang berkembang. Defisiensi besi
terutama menyerang golongan rentan seperti anak – anak, remaja, ibu hamil
dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Secara klasik defisiensi
besi dikaitkan dengan anemia gizi besi. Namun sejak 25 tahun terakhir
banyak bukti menunjukkan bahwa defiensi besi berpengaruh luas terhadap
kualitas sumber daya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar dan
produktivitas kerja.
Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang
seimbang atau gangguan absorpsi besi. Disamping itu kekurangan besi dapat
terjadi karen pendarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat penyait –
penyakit yang meggagnggu absorpsi seperti penyakit gastro intestinal.
Kekurangan besi terjadi dalam tiga tahap. Tahpa pertama bila simpanan
besi berkurang yang terlihat dari penurunan feritin dalam plasma hingga
12ug/L. Hal ini dikompensasi dengan peningkatan absorpsi besi yang terlihat
dari peningkatan kemampuan mengikat besi total (Total Iron Binding
Capacity/TIBC). Pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional pada
tubuh. Tahap kedua ini terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya
jenuh transferin hingga kurang dari 16% pada orang dewasa dan
meningkatnya protoporfin yaitu bentuk pendahulu (precursor). Pada tahap
ini nilai hemoglobin di dalam darah masih berada pada 95% nilai normal.
Hal ini dapat mengganggu metabolisme energi, sehingga menyebabkan
menurunnya kemampuan bekerja. Pada tahap ketiga terjadi anemia gizi besi,
dimana kadar hemoglobin total turun dibawah nilai normal. Anemia gizi besi
berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai
hemoglobin rendah (hipokromia). Oleh sebab itu, anemia gizi besi
dinamakan anemia hipokromik mikrositik.

30
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena
gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein,
piridoksidi (B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem
didalam molekul hemoglobin, Vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan
pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang
mempengaruhi stabilitas membran sel merah. Anemia gizi merupakan salah
satu masalah gizi Indonesia. Seabgian besar anemia gizi adalah anemia zat
besi. Penyebab anemia gizi besi terutama karena makanan yang dimakan
kurang mengandung zat besi, terutama dalam bentuk besi-hem. Disamping
itu pada wanita karena kehilangan darah karena haid dan persalinan.
b. Seng (Zn)
Kekurangan seng dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak
ibu hamil dan menyusui serta orang tua. Tanda-tanda kekurangan seng
adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual. Fungsi pencernaan
terganggu, karena gangguan fungsi pankreas, gangguan pembentukan
kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna. Disamping itu dapat
terjadi diare dan gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan seng kronis
menganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak.
c. Iodium (I)
Pada kekurangan iodium, konsentrasi hormone tiroid menurun dan
hormone perangsang tiroid/TSH meningakatagar kelenjar tiroid mampu
menyerap lebih banyak iodium. Bila kekuranagn berlanjut, sel kelenjar tiroid
membesar dalam usaha meningkatkan pengambilan iodium oleh kelenjar
tersebut. Bila pembesaran ini menampak dinamakan gondok sederhana. Bila
terdapat secara meluas di suatu daerah dinamakan gondok endemic. Gondok
dapat menampakkan diri dalam bentuk gejala yang sangat luas, yaitu dalam
bentuk kretinisme (cebol) di satu sisi dan pembesarankelenjar tiroid pada sisi
lain.

31
Gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid
membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan
cacar mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikenal
sebagai kretinisme. Seorang anak yang menderita kretinisme mempunyai
bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan iodium pada anak-
anak menyebabkan kemampuan belajar yang rendah.
Kekurangan iodium banyak terdapat di daerah pegunungan yang jauh
dari laut, karena tananhnya sangat kurang mengandung iodium. Kekurangan
iodium berupa gondok endemic merupakan salah satu masalah gizi utama di
Indonesia yang terdapat secara merata di daerah pegunungan di seluruh
propinsi, kecuali DKI Jakarta. Menurut data dari Departemen kesehatan
tahun 1990 prevalensi rata-rata gondok total di daerah endemic adalah
27,7% sedangkan gondok nyata 6,8%.
d. Tembaga (Cu)
Kekurangan tembaga jarang sekali terjadi. Kekurangan ini pernah dilihat
pada anak-anak kekurangan protein dan menderita anemia kurang besi serta
pada anak-anak yang mengalami diare. Nutrisi parenteral yang kurang dalam
tembaga juga dapat menyebabkan kekurangan tembaga. Kekurangan
tembaga juga dapat dilihat pada bayi lahir premature atau bayi yang
mendapat susu sapi yang komposisi gizinya tidak disesuaikan. Kekurangan
tembaga dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolism, disamping itu
terjadi demineralisasi tulang.
Gejala klinik kekurangan tembaga:
1. Bayi gagal tumbuh kembang
2. Edema dengan serum albumin rendah
3. Anemia dengan perubahan pada metabolism besi dan perubahan pada
jaringan tulang,
4. Gangguan fungsi kekebalan

32
5. Perubahan pada kerangka tubuh yang dapat menyebabkan patah tulang
dan osteoporosis
6. Hernia dan pelebaran pembuluh darah karena kegagalan pengikatan
silang kolagen dan elastin
7. Depigmentase rambut dan kulit
e. Selenium (Se)
Kekurangan selenium pada manusia karena makanan yang dikonsumsi
belum banyak diketahui. Pada tahun 1979 para ahli dari cina melaporkan
hubungan antara status selenium tubuh dengan penyakit Keshan,  dimana
terjadi kardiomiopati atau degenerasi otot jantung yang terutama terlihat
pada anak-anak dan perempuan dewasa (Keshan  adalah sebuah provinsi di
China).
Penyakit Keshan-Beck pada anak remaja menyebabkan rasa kaku,
pembengkakan dan rasa sakit pada sendi jari-jari yang diikuti oleh
osteartritis secara umum, yang terutama dirasakan pada siku, lutut dan
pergelangan kaki. Pasien yang mendapatkan makanan parenteral total yang
pada umumnya tidak mengandung selenium menunjukkan aktivitas glutation
peroksidase rendah dan kadar selenium pada plasma dan sel darah merah
yang rendah. Beberapa pasien menjadi lemah, sakit pada otot-otot terjadi
kardiomiopati. Pasien kanker mempunyai taraf selenium plasma yang
rendah. Kekurangan selenium dan vitamin E juga dihubungkan dengan
penyakit jantung.
f. Fluor (F)
Kekurangan fluor terjadi didaerah dimana air minum kurang
mengandung fluor. Akibatnya adalah kerusakan gigi dan keropos tulang
pada orang tua.
g. Kobalt (Co)
Terjadi bila kekurangan vit B12 (pengikut vegetarian ).

33
h. Krom (Cr)

kekurangan terjadi pada kekurangan gizi berat kebutuhan krom : 50-


200  perhari

i. Mangan (Mn)
Kekurangan mangan belum pernah terlihat pada manusia. Kebutuhan
mangan kecil, sedangkan mangan banyak terdapat dalam makanan nabati.
Kekurangan mangan menyebabkan steril pada hewan jantan dan betina.
Keturunan dari induk yang menderita kekurangan mangan, menunjukkan
kelainan kerangka dan gangguan kerangka otot. Penggunaan suplementasi
besi dan kalsium perlu diperhatikan karena kedua zat gizi ini menghambat
absorpsi mangan. Kekurangan mangan sering terjadi bersamaan dengan
kekurangan besi. Makanan tinggi protein dapat melindungi tubuh dari
kekurangan mangan.

34
BAB III

PENUTUP

.1 Kesimpulan
Mineral makro adalah kelompok mineral yang diperlukan oleh tubuh dalam
jumlah yang relatif kecil dibandingkan kelompok mineral yang lainnya, akan tetapi
kekurangan maupun kelebihan unsur mineral ini dapat menyebabkan terganggunya
proses fisiologi yang terjadi di dalam tubuh.
.2 Saran

Makalah ini masih belum lengkap dan ringkas, oleh sebab itu penyusun
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk memaksimalkan
keberhasilan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan referensi
bagi mahasiswa FKM terutama mengenai “Mineral Makro” serta tambahan
pengetahuan bagi pembaca umum lainnya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

35
DAFTAR PUSTAKA

Almaitser, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Permenkes No.28. (2019). hukor.komkes. Retrieved april rabu, 2020, from


http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Ang
ka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Ang
ka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf

36
1

Anda mungkin juga menyukai