Disusun oleh:
(Kelompok 7)
1. Windahsari R.Panjaitan (20170711014157)
2. Maria okoseray
3. Thomi F. Hisage (20170711014213)
Penyusun
Daftar isi
Kata pengantar.............................................................................................................................. 2
Bab I pendahuluan........................................................................................................................ 4
Daftar pustaka............................................................................................................................. 15
Bab I pendahuluan
1.1 Latar belakang
Tembaga atau copper adalah salah satu nutrisi dasar yang membentuk jaringan hidup
bagi manusia, hewan, tumbuhan hingga mikroorganisme dan berpengaruh besar bagi kesehatan.
Bagi manusia khususnya, dalam jumlah tepat dibutuhkan untuk menjaga kelancaran produksi sel
darah, jaringan saraf, sistem imun tubuh dan kekuatan tulang. Tembaga tidak dihasilkan sendiri
oleh tubuh, karena itu harus selalu mendapatkan asupan rutin dalam diet sehari-hari.
Unsur logam dengan nomor atom 29 dengan lambang Cu ini aktif dalam tubuh dalam
berbagai fungsi organ-organ vital dan proses metabolisme. Melalui
mekanisme hemeostatik tubuh manusia secara otomatis akan mengatur penyerapan dan
pembuangan sehingga tubuh terhindar dari kekurangan ataupun kelebihan kadar. Hanya saja,
meski sedikit, kelebihan atau kekurangan bisa berbahaya bagi kesehatan manusia dan beberapa
kondisi bisa memicu terjadinya hal tersebut. Tembaga bersama-sama dengan nutrisi lain,
seperti kalsium dan zinc misalnya, berperan aktif dalam berbagai
jenis protein dan metalloenzim yang menghasilkan fungsi-fungsi metabolisme yang mendasar
bagi tubuh. Tembaga sendiri diserap oleh tubuh pada kisaran 15-90% dari kandungan dalam
asupan makanan sehari-hari, tergantung pada jumlah kandungan, jenis senyawa dan komposisi
makanan.
1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat agar membantu mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang
peranan peranan salah satu mikro mineral yang diperlukan oleh tubuh yaitu tembaga.
Bab II isi
2.1 Definisi Tembaga
Tembaga (copper, Cu) adalah jenis mineral yang dibutuhkan tubuh dan tersimpan dalam
tulang dan otot. Tembaga membantu produksi sel darah merah dan sel darah putih, serta memicu
pelepasan zat besi untuk membentuk hemoglobin yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Dengan adanya tembaga, tubuh dapat memanfaatkan zat besi, menjalankan fungsi saraf,
menumbuhkan tulang, serta menggunakan gula. Kekurangan tembaga dalam tubuh dapat
memicu penyakit anemia dan osteoporosis . Pada anak-anak, tembaga berperan penting dalam
membantu perkembangan otak, sistem kekebalan tubuh, dan tulang. Dalam keadaan normal,
kebutuhan tembaga dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan yang bervariasi dan
berimbang. Namun, saat seseorang tidak dapat mencukupi kebutuhan tembaga dari makanan atau
mengalami defisiensi tembaga, maka diperlukan suplemen tembaga. Kondisi medis lain yang
membuat seseorang perlu mendapat asupan tembaga tambahan adalah ketika mengalami diare,
gangguan pencernaan, ginjal, pankreas, luka bakar, operasi bedah perut, serta stres
berkepanjangan.
Tembaga (Cu) / Copper tergolong mineral mikro merupakan nutrisi penting, meskipun
diperlukan hanya dalam jumlah kecil di tubuh, namun merupakan logam ketiga yang penting
bagi tubuh (disamping besi dan zink). Tembaga merupakan bagian dari enzim dan berperan
untuk mencegah anemia dengan cara membantu absorbsi besi, merangsang sintesis hemoglobin,
melepas simpanan besi dari feritin dalam hati dan sebagai bagian dari enzim ceruloplasmin.
Ceruloplasmin berfungsi selain mengangkut tembaga (protein transport) juga merupakan salah
satu protein fase akut dan melalui aktivitas feroksidase protein, mengatalisis oksidasi besi fero
menjadi feri selama proses pengikatan besi dengan transferin sehingga dapat dibawa ke jaringan-
jaringan yang membutuhkan. Karena tembaga diperlukan untuk pemanfaatan zat besi, maka
anemia defisiensi besi mungkin adalah suatu gejala dari defisiensi tembaga. Selain berperan
sebagai suatu protein transport, ceruloplasmin juga bertindak sebagai suatu enzim, yang
mengkatalisasi mineral-mineral oksidasi, terutama zat besi. Ceruloplasmin berfungsi
mengoksidasi ion fero menjadi ion feri selama proses pengikatan besi dengan transferin sehingga
dapat dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Karena tembaga diperlukan untuk
pemanfaatan zat besi, maka anemia defisiensi besi mungkin adalah suatu gejala dari defisiensi
tembaga. Tembaga juga merupakan komponen dari protein darah, antara lain eritrokuprin, yang
ditemukan dalam eritrosit (sel darah merah) yang berperan dalam metabolisme oksigen.
Tembaga berasal dari makanan direduksi menjadi Cu dan di absorbsi sedikit di lambung
dan sebagian besar di duodenum secara pasif dan aktif sebesar 1.5-4 mg/hari. Cu masuk kedalam
membran apikal enterosit usus dengan carrier seperti Ctr1 (transporter tembaga) dan DMT1.
Transpor tembaga ke hati terutama menggunakan alat angkut albumin dan trankuprein. Tembaga
disatukan kedalam protein sel (termasuk enzim), tetapi sebagian besar tembaga akan dilepas dari
membran basolateral sel usus kedalam darah portal. Simpanan tembaga dalam hati berupa
metalotionein atau ceruloplasmin. Selanjutnya tembaga diangkut keseluruh tubuh oleh
ceruloplasmin dan transkuprein. Total tembaga tubuh adalah sekitar 75-150 mg, dan ditemukan
di beberapa jaringan tubuh, dengan ekspresi tertinggi di hati, jantung, otak, pankreas serta
ekspresi intermediate di usus.
Tembaga juga dikeluarkan dari hati sebagai bagian dari empedu. Didalam saluran cerna,
tembaga dapat diabsorpsi kembali atau dikeluarkan dari tubuh bergantung pada kebutuhan tubuh.
Pengeluaran melalui empedu meningkat bila terdapat kelebihan tembaga dalam tubuh. Sedikit
tembaga dikeluarkan melalui urin, keringat dan darah haid. Tembaga dapat diabsorpsi kembali
oleh ginjal bila tubuh membutuhkan. Tembaga yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses.
Kehilangan tembaga adalah sekitar 2-3 mg/hari.
Tembaga merupakan kofaktor penting bagi sejumlah enzim yang terlibat dalam
reaksi metabolisme, angiogenesis, transportasi oksigen, dan perlindungan antioksidan, termasuk
katalase, superoksida dismutase (SOD) dan sitokrom oksidase. Tembaga bersama dengan
mikronutrien lain seperti kalsium dan zink berperan aktif dalam berbagai jenis protein dan
metalloenzim yang menghasilkan fungsi-fungsi metabolisme mendasar bagi tubuh. Walaupun
dibutuhkan dalam jumlah sedikit di dalam tubuh, namun bila kelebihan akan dapat mengganggu
kesehatan, sehingga mengakibatkan keracunan, tetapi bila kekurangan tembaga dalam darah
dapat menyebabkan anemia yang merupakan gejala umum, akan terjadi pertumbuhan yang
terganggu, kerusakan tulang, depigmentasi rambut dan gangguan gastrointestinal.
Tembaga (Cu) adalah zat neuroaktif, yang terdapat di banyak daerah di Sistem
Saraf Pusat (SSP). Terlokalisasi ke terminal sinaptik, logam dapat dilepaskan oleh depolarisasi
membran, dan dapat mencapai ekstraseluler. Bukti substansial mendukung perannya sebagai
modulator dari kedua rangsang dan penghambatan transmisi sinaptik. Namun, Cu juga terlibat
dalam penyakit dengan komponen neuropathological, termasuk penyakit Menke’s, penyakit
Wilson dan kejang. Selain itu, Cu adalah komponen dari banyak metalloenzymes dan kofaktor
untuk enzim antioksidan superoksida dismutase yang diketahui mempengaruhi kadar
norepinefrin dan dopamin di otak, serta dianggap sebagai indeks fungsi plasenta.
Tembaga disatukan kedalam protein sel (termasuk enzim), tetapi sebagian besar
tembaga akan dilepas dari membran basolateral sel intestinal kedalam darah portal. Tembaga
diangkut kedalam hati oleh albumin dan transkuprein. Di dalam hati, tembaga disatukan kedalam
ceruloplasmin dan selanjutnya beredar ke jaringan lain. Di dalam darah, sebanyak 80-90%
tembaga bergabung dengan ceruloplasmin, suatu glikoprotein yang disintesis oleh hati yang
mengangkut tembaga ke jaringan di mana tembaga dibutuhkan sebagai kofaktor esensial sintesis
beberapa enzym yang mengandung tembaga (kuproenzim) dengan fungsi pada metabolisme besi,
produksi energi seluler, detoksifikasi radikal bebas, pembentukan jaringan penghubung,
katekolamin dan melanin.
2.2 Fungsi tembaga
1. Membantu Pertumbuhan Jaringan
Mineral tembaga diperlukan untuk membangun jaringan tubuh. Kekurangan mineral
tembaga dapat mengganggu pertumbuhan. Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan asupan
mineral tembaga sangat penting khususnya bagi anak usia pertumbuhan.
Status tembaga dapat dinilai menggunakan beberapa indikator, dapat menggunakan serum,
plasma atau sel darah merah. Serum tembaga adalah biomarker yang paling berguna untuk
menunjukkan status tembaga, dengan batas bawah nilai normal sebesar 10
micromol/L. Tembaga plasma diukur menggunakan absorpsi atom spectrometry. Aktivitas sel
darah merah CuZnSOD diukur setelah presipitasi hemoglobin dengan monitoring autooksidasi
pyrogallol. Aktivitas enzym cytochrome oxidase pada neutrophil dan jaringan lain berpengaruh
potensial sebagai penanda status tembaga.
Kekurangan tembaga dapat terjadi pada anak-anak yang kekurangan gizi, terutama pada bayi
prematur yang tidak mendapatkan suplemen gizi. Anak-anak dengan kondisi ini cenderung
memiliki kelainan dan berisiko patah tulang. Kekurangan tembaga juga bisa terjadi akibat
kelainan genetik langka yang disebut penyakit Menkes. Sindrom ini mengganggu penyerapan
tembaga.
Sensasi kesemutan
Tremor
Mati rasa
Kelelahan
Anemia
Hilangnya penglihatan
Tubuh pada dasarnya membutuhkan sejumlah tembaga untuk berfungsi dengan baik. Tetapi
terlalu banyak dosis atau paparan tembaga dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Jika
terlalu banyak tembaga bisa beracun. Selain itu, juga bisa mengalami kondisi yang dinamakan
dengan penyakit Wilson. Kondisi ini terjadi ketika hati tidak mampu mengeluarkan kelebihan zat
tembaga. Akibatnya, tembaga akan menumpuk di berbagai organ seperti otak, hati, dan juga
mata. Jika tidak ditangani, penyakit Wilson dapat mengancam jiwa dan menyebabkan kematian.
Anda bisa mendapatkan terlalu banyak tembaga dari suplemen makanan atau minum air yang
terkontaminasi. Anda juga bisa mendapatkan terlalu banyak tembaga dari fungisida yang
mengandung tembaga sulfat. Kelebihan tembaga juga disebabkan oleh kondisi yang
menghentikan tubuh untuk melepaskan tembaga.
Muntah
Mual
Diare
Pusing
Kerusakan hati
Kerusakan Ginjal
Kematian
Bab III penutup
3.1 Kesimpulan
Tembaga menstimulasi otak, menyebabkan sel-sel otak memproduksi lebih banyak
neurotransmitter. Inilah sebabnya mengapa orang yang keracunan tembaga akan terlihat seperti
maniak, misalnya paranoid, schizophrenia dan bi polar disorder (kepribadian ganda). Orang-
orang yang keracunan tembaga akan menjadi lebih emosional, sensitive, tapi bisa juga berakibat
jadi sangat kreatif. Tapi orang-orang yang kreatif ini seringkali terkapar karena pikirannya yang
over aktif tidak didukung tubuh yang sehat (kecapekan). Contoh dari kekurangan tembaga adalah
penyakit Wilson. Penyakit Wilson (hepatolenticular degenerasi) merupakan gangguan genetik
langka yang diakibatkan oleh menumpuknya zat tembaga di berbagai organ vital, terutama di
hati, otak, dan kornea mata.
3.2 Saran
Disarankan untuk mengonsumsi sayuran hijau, hati, daging, kacang-kacangan, coklat.
ikan, bangsa kerang. Agar kita tidak mengalami defisiensi tembaga/kekurangan tembaga.
Daftar pustaka
1. https://www.scribd.com/upload-document
2. Depkes Tabel AKG 2013.
http://gizi.depkes.go.id/download/Kebijakan%20Gizi/Tabel%20AKG.pdf diakses pada
19 November 2018.
3. https://www.medicalnewstoday.com/articles/288165.php diakses pada 16 April 2019.
4. https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=167&contenti
d=total_copper_blood diakses pada 16 April 2019.