Anda di halaman 1dari 22

MINERAL MAKRO

(Disusun guna memenuhi tugas Dasar Ilmu Gizi)


Dosen Pengampu:
Sulistiyani, S.KM.,M.Kes.

Disusun oleh Kelomopok 4 Kelas B :


Rikka Ikkawati (162110101174)
Dima Arta Rini (162110101176)
Rizki Audi Pradini (162110101178)
Yolanda Putri Nirmala (162110101196)
Iklil Sulaiman (162110101202)
Basmalatul Mubtadyah (162110101209)
Ana Swastika K (162110101212)
Leily Rusul Islami Denia Putr i (162110101213)
Rahmanurraudhotul Amin (162110101233)
Amalia Nadya Aripuspita (162110101235)
Amanul Ardhi F. (162110101237)
Muhammad Ainun Habiebie (162110101238)
Winda Wulandari (162110101240)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Terimakasih kami ucapkan kepada
Sulistiyani, S.KM.,M.Kes. selaku pembimbing kami beserta teman-teman yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Mineral Makro”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Mineral


Makro ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi untuk pembaca.

Jember, 29 November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1 Mineral Makro...........................................................................................3

2.2 Metabolisme Mineral Makro.....................................................................9

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Mineral Makro............................................14

BAB 3 PEMBAHASAN........................................................................................15

3.1 STUDI KASUS.......................................................................................15

BAB 4 PENUTUP.................................................................................................18

1.1 Kesimpulan..............................................................................................18

1.2 Kritik dan saran.......................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineral adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah
kecil untuk membantu reaksi fungsional tubuh. Mineral memegang peranan
penting dalam pemeliharaan tubuh, baik pada tingkat sel, organ maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan. Mineral berasal dari dalam tanah. Tanaman yang di
tanam di atas tanah akan menyerap mineral yang di butuhkan untuk
pertumbuhan dan kemudian di simpan dalam akar, batang, daun, bunga, dan
buah. Hewan makan tanaman dan akan menyimpan mineral dalam tubuhnya.
Manusia memperoleh mineral melalui konsumsi pangan nabati maupun
hewani.
Mineral di dalam tubuh manusia terdiri dari kalsium, yodium, besi,
magnesium, fosfor, kalium, flor, mangan, nikel, selenium, silicon, dan seng.
Mineral di golongkan menjadi mineral Makro dan mineral mikro. Mineral
makro adalah mineral yang di butuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg
sehari, sedangkan mineral mikro adalah mineral yang di butuhkan kurang dari
100 mg sehari ( Almatsier, 2001 ). Di samping itu mineral berperan dalam
berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktifitas enzim –
enzim. Keseimbangan ion – ion mineral di dalam cairan tubuh di perlukan
untuk pengaturan pekerjaan enzim – enzim, pemelihara keseimbangan asam
basa, membantu transfer ikatan – ikatan penting melalui membran sel dan
pemeliharaan kepeka’an otot dan saraf terhadap rangsangan (Kristani, 2010).
Makro mineral terdiri dari Natrium, kalsium, kalium,klor,
magnesium,fosfor,sulfur. Setiap jenis makro mineral mempunyai fungsi dan
sumber pangan baik dari hewani maupun nabati.
Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium
yang lebih banyak terdapat dalam makanan nabati. Makanan hewani
mengandung lebih sedikit bahan pengikat mineral daripada makanan nabati.
Untuk pemeliharaan fungsi tubuh, manusia memerlukan mineral dalam jumlah
tertentu. Intake (asupan) makanan sehari-hari, membantu manusia

1
mendapatkan zat yang diperlukan tubuh. Suatu missal, akibat kekurangan
yodium adalah munculnya penyakit gondok. Bahkan tidak tanggung-tanggung,
Lembaga Konsumen Indonesia (LKI) Jepara mengutip UNICEF (Suara
Merdeka, 18 April 2007) mengatakan bahwa dampak kekurangan yodium ada
hubungannya dengan penurunan IQ 10ñ15 poin pada anak-anak. Remaja pun,
apabila kekurangan asupan yodium tidak lepas dari kemungkinan itu. Dampak
lain, di antaranya keguguran pada ibu hamil. Pada orang dewasa, bisa
menyebabkan gangguan fungsi mental. Oleh karena itu, penting untuk
mempelajari pentingnya asupan mineral dalam tubuh. Dalam makalah ini, akan
dibahas pengertian mineral makro sampai pada gangguan atau penyakit akibat
kelebihan dan kekurangan mineral makro.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi, sumber dan fungsi mineral makro ?


2. Bagaimana metabolisme mineral makro di dalam tubuh?
3. Apakah akibat dari kelebihan dan kekurangan mineral makro bagi tubuh?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi, sumber dan fungsi mineral makro


2. Mengetahui metabolisme mineral makro di dalam tubuh
3. Mengetahui akibat dari kelebihan dan kekurangan mineral makro bagi
tubuh.
4.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mineral Makro
A. Definisi Mineral Makro
Mineral merupakan senyawa anorganik yang diperlukan dalam
pemeliharaan fungsi tubuh. Mineral dibedakan menjadi dua yakni mineral makro
dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah lebih dari 100mg per hari. Unsur yang termasuk ke dalam makromineral
antara lain kalsium, fosfor, belerang, kalium/potasium, natrium/sodium, klorin,
magnesium.

B. Sumber – Sumber Mineral Makro


Unsur-unsur mineral makro adalah kalsium, fosfor, kalium, sulfur, natrium, klor,
dan magnesium.
1. Sumber Kalsium : Susu, keju, kuning telur, kangkung/ sayuran berwarna
hijau, kacang-kacangan dan hasil olahannya, udang.
2. Sumber Fosfor : Makanan kaya protein seperti, daging, ikan, telur, Susu,
keju, unggas, kacang-kacangan.
3. Sumber Kalium : Daging, ikan, unggas, tepung, buah-buahan dan sayuran
(makanan mentah/segar).
4. Sumber Sulfur : Susu, telur, daging, keju dan kacang-kacangan. Sumer
utama sulfur adalah protein yang mengandung asam amino metionin dan
sistein, baik hewani maupun protein nabati.
5. Sumber Natrium : Garam dapur (NaCl), MSG, kecap, makanan yang
diawetkan, daging, ikan, unggas, susu dan telur
6. Sumber Klor : Garam dapur, makanan hasil laut, daging, susu, telur.
7. Sumber Magnesium : Sayuran hijau, Tepung gandum, kakao, kacang-
kacangan, daging, makanan dari laut dan susu

C. Fungsi Mineral Makro


Fungsi dari mineral makro yaitu:

1. Sebagai katalisator berbagai reaksi biokimiawi dalam tubuh


2. Transmisi sinyal atau pesan pada sel saraf
3. Produksi hormone

3
4. Pemeliharaan jaringan dan fungsi tubuh
5. Berperan dalam metabolisme
6. Berperan pada keseimbangan asam-basa cairan tubuh
7. Berperan pada keseimbangan ion-ion tubuh
8. Pemeliharan kepekaan otot dan syaraf

Yang termasuk mineral makro yaitu natrium, klor, kalium, kalsium, fosfor,
magnesium, dan sulfur.

1. Fungsi Natrium (Na)


Adapun fungsi dari Natrium yaitu sebagai berikut:
a. Menjaga tekanan osmosis darah
Sebagai kation utama dalam cairan ekstraseluler, natrium
berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan kompartemen
tersebut. Natriumlah yang berperan dalam mengatur tekanan osmosis
yang menjaga cairan tidak keluar dari dari darah dan masuk ke dalam
sel-sel. Di dalam sel, tekanan osmosis diatur oleh kalium untuk
menjaga cairan agar tidak keluar dari sel.
b. Menjaga keseimbangan asam basa
c. Dengan mengimbangi zat-zat yang berbentuk asam
d. Transmisi saraf dan kontraksi otot
e. Absorpsi glukosa
f. Alat angkut zat-zat gizi, melalui membrane, terutama melalui dinding
usus sebagai pompa natrium.
2. Fungsi Klor (Cl)
Adapun fungsi dari Klor yaitu sebagai berikut :
a) Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit
Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselular, klor berperan dalam
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Klor akan bergerak
secara bebas melintasi membran sel dan berasosiasi dengan natrium
atau kalium.
b) Memelihara suasana asam di dalam lambung

4
Di dalam lambung, klor merupakan bagian dari asam klorida (HCl)
yang diperlukan untuk memelihara suasana asam dilambung untuk
bekerjanya enzim-enzim pencernaan. Bersama unsur pembentuk asam
lainnya, seperti fosfor dan sulfur, sebagai anion, klor dapat membantu
keseimbangan asam dan basa.
c) Membantu mengangkut CO2 ke paru-paru dan keluar dari tubuh
Ion klor dengan mudah dengan mudah dapat keluar dari sel darah
merah dan masuk ke dalam plasma darah untuk membantu
mengangkut CO2 ke paru-paru dan keluar dari tubuh manusia.
d) Mengatur sistem renin-angiotensaldosteron yang mengatur
keseimbangan tubuh
3. Fungsi Kalium (K)
Adapun fungsi dari Kalium yaitu sebagai berikut :
a) Menjaga keseimbangan cairan dan eletrolit serta keseimbangan asam
basa
Bersama natrium, kalium memegang peranan dalam menjaga
keseimbangan cairan dan eletrolit serta keseimbangan asam basa
b) Transmisi saraf dan relaksasi otot
Bersama kalsium, kalium memegang peranan dalam transmisi saraf
dan relaksasi otot
c) Katalisator dalam banyak reaksi biologik
Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi
biologik, terutama dalam metabolism energy dan sintetsis glikogen
dan protein.
d) Pertumbuhan sel
Taraf kalium dalam otot berhubungan dengan massa otot dan
simpanan glikogen, oleh karena itu bila otot berada dalam
pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup. Tekanan darah
normal memerlukan perbandingan antara natrium dan kalium yang
sesuai di dalam tubuh.
4. Fungsi Kalsium (Ca)
Adapun fungsi dari Kalsium yaitu sebagai berikut :

5
a) Pembentukan tulang dan gigi
Kalsium didalam tulang memiliki dua fungsi yaitu sebagai bagian
integral dari struktur tulang dan tempat menyimpan kalsium. Pada
tahap pertumbuhan janin, dibentuk matriks sebagai cikal bakal tulang
tubuh. Matriks yang merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri
atas serabut yang terbuat dari protein kolagen yang diselubungi oleh
gelatin. Setelah lahir, matriks mulai menguat melalui proses
kalsifikasi, yaitu terbentuknya kristal mineral. Kristal ini terdiri dari
kalsium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan kalsium hidroksida
yang dinamakan hidroksiapatit.
Selama pertumbuhan, proses kalsifikasi berlangsung terus
dengan cepat sehingga pada saat anak sipa untuk berjalan, tulang-
tulang dapat menyangga berat tubuh. Pada ujung tulang panjang,
terdapat bagian yang berpori yang dinamakan trabekula, yang
menyediakan suplai kalsium siap pakai guna mempertahankan
konsentrasi kalsium normal dalam darah. Selama kehidupan, tulang
senantiasa mengalami perubahan, baik dalam bentuk maupun
kepadatan, sesuai dengan usia dan perubahan berat badan.
Dalam pembentukan gigi, mineral yang membentuk dentin dan
email yang merupakan bagian tengah dan luar gigi adalah mineral
yang sama dengan pembentukan tulang. Akan tetapi Kristal dalam
gigi lebih padat dan kadar airnya lebih rendah. Protein dalam email
gigi disebut keratin, sedangkan dalam dentin disebut kolagen. Berbeda
dengan tulang, gigi mengalami pertumbuhan yang sangat sedikit
setelah muncul dalam rongga mulut. Pertukaran antara kalsium gigi
dan kalsium tubuh berlangsung lambat dan terbatas pada kalsium yang
terdapat di dala lapisan dentin. Sedikit pertukaran kalsium mungkin
juga terjadi di antara lapisan email dan ludah.kalsifikasi gigi susu
terjadi pada minggu ke 20 tahap janin dan selesai sebelum gigi keluar.
Gigi permanen mulai mengalami kalsifikasi ketika anak berumur
antara 3 bulan dan 3 tahun. Gigi terakhir keluar mengalami kalsifikasi
saat anak berumur 8-10 tahun. Gigi lengkap pada usia dewasa

6
mengandung 1% jumlah kalsium tubuh. Kekurangan kalsium selama
masa pembentukan gigi dapat menyebakan kerentanan terhadap
kerusakan gigi.
b) Mengatur pembekuan darah
Bila terjadi luka, ion kalsium di dalam darah merangsang
pelepasan fosfolipida tromboplastin dari platelet darahh yang terluka.
Tromboplastin ini yang mengkatalis perubahan protombin, bagian
darah normal, menjadi thrombin. Thrombin kemudian membantu
perubahan fibrinogen, bagian lain dari darah, menjadi fibrin yang
merupakan gumpalan darah.
c) Sebagai katalisator reaksi-reaksi biologik
Kalsium berperan sebagai katalisator berbagai reaksi biologik,
seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase
pankreas, eksresi insulin oleh pankreas, pembentukan dan pemecahan
asetilkolin, yaitu bahan yang diperlukan dalam memindahkan
(transmisi) suatu rangsangan dari suatu serabut saraf ke serabut saraf
yang lain. Kalsium yang diperlukan untuk mengkatalis reaksi-reaksi
ini diambil dari persediaan kalsium dalam tubuh.
d) Kontraksi otot
Kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu
aktin dan miosin. Bila darah kalsium kurang dari normal, otot tidak
dapat mengendur setelah kontraksi. Tubuh akan kaku dan dapat
menimbulkan kejang.
e) Meningkatkan fungsi transpor membrane sel, stabilisator membrane,
dan transmisi ion melalui membran organel sel.
5. Fungsi Fosfor (P)
Adapun fungsi dari fosfor yaitu sebagai berikut :
a) Kalsifikasi tulang dan gigi
Kalsifikasi tulang dan gigi diawali dengan pengendapan fosfor
pada matriks tulang. Kekurangan fosfor menyebabkan peningkatan
enzim fosfatase yang diperlukan untuk melepas fosfor dari jaringan

7
tubuh ke dalam darah agar diperoleh perbandingan kalsium terhadap
fosfor yang sesuai untuk pertumbuhan tulang.

b) Mengatur pengalihan energi


Melalui proses fosforilasi, fosfor mengaktifkan berbagai enzim
dan vitamin B dalam pengalihan energi pada metabolism karbohidrat,
lemak dan protein. Bila satu gugus fosfat ditambahkan ADP maka
akan terbentuk ATP yang menyimpan energy dalam ikatannya. Bila
energy diperlukan, ATP akan diubah kembali menjadi ADP. Energi
yang mengikat fosfat pada ADP dilepas untuk keperluan berbagai
reaksi di dalam tubuh.
c) Absorpsi dan transportasi zat gizi
Dalam bentuk fosfat, fosfor berperan sebagai alat angkut untuk
membawa zat-zat gizi menyebrangi membrane sel atau di dalam aliran
darah. Proses ini dinamakan fosforilasi dan terjadi pada absorpsi di
dalam saluran cerna,pelepasan zat gizi dari aliran darah ke dalam
cairan interseluler dan pengalihannya ke dalam sel. Lemak yang tidak
larut air, akan diangkut di dalam darah dalam bentuk fosfolipida.
Fosfolipida adalah ikatan fosfat dengan molekul lemak, sehingga
lemak menjadi lebih larut. Glikogen yang dilepas dari simpanan hati
atau otot berada di dalam darah terikat dengan fosfor.
d) Bagian dari ikatan tubuh esensial
Vitamin dan enzim tertentu hanya dapat berfungsi bila terlebih
dahulu mengalami fosforilasi, contohnya enzim yang mengandung
vitamin B1 tiamin pirofosfat (TPP). Fosfat merupakan bagian esensial
dari DNA dan RNA, bahan pembawa kode gen atau keturunan yang
terdapat di dalam inti sel dan sitoplasma semua sel hidup. DNA dan
RNA dibutuhkan untuk reproduksi sel.
e) Pengaturan keseimbangan asam basa

8
Fosfat memegang peranan penting sebagai buffer untuk
mencegah perubahan tingkat keasaman cairan tubuh. Ini terjadi karena
kemampuan fosfor untuk mengikat tambahan ion hidrogen.
6. Fungsi Magnesium (Mg)
Adapun fungsi dari magnesium yaitu sebagai berikut :
a) Katalisator dalam reaksi-reaksi biologik
Magnesium bertindak di dalam semua sel jaringan lunak sebagai
katalisator dalam reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi yang
berkaitan denganmetabolisme energy, karbohidrat, lipida, protein, dan
asam nukleat serta sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen DNA.
Sebagian besar reaksi ini terjadi di mitokondria.
b) Transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah
c) Mengendorkan otot
d) Mencegah penggumpalan darah
e) Melemaskan saraf
f) Mencegah kerusakan gigi
7. Fungsi Sulfur (S)
Adapun fungsi dari sulfur yaitu sebagai berikut :
a) Melarutkan sisa metabolisme
Dalam bentuk teroksidasi, sulfur dihubungkan dengan
mukopolisakarida yang berperan dalam melarutkan sisa metabolisme
sehingga dapat dikeluarkan melalui urin.
b) Pembentukan hormone insulin
c) Detoksifikasi
d) Berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi

2.2 Metabolisme Mineral Makro

1. Natrium (Na)
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3 hingga7 gram sehari)
diabsorpsi, terutama didalam usus halus. Natrium diabsorpsi secara aktif
(membutuhkan energi). Natrium yang diabsorpsi dibawa oleh aliran darah
ke ginjal. Di sini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam
jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah.

9
Kelebihan natrium yang jumlahnya mencapai 90-99% dari yang
dikonsumsi, dikeluarkan, melalui urine. Pengeluaran natrium ini diatur oleh
hormon aldosteron, yang dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar natrium
darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengabsorpsi kembali
natrium. Dalam keadaan normal, natrium yang dikeluarkan melalui urine
sejajar dengan jumlah natrium yang dikonsumsi. Jumlah natrium dalam
urine tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.
2. Klor (Cl)
Klor hampir seluruhnya diabsorpsi di dalam usus halus dan diekskresi
melalui urine dan keringat. Kehilangan klor mengikuti kehilangan natrium.
Kebanyakan keringat dihalangi oleh aldosteron yang secara langsung
berpengaruh terhadap kelenjar keringat.
3. Kalium (K)
Kalium diabsorpsi dengan mudah di usus halus. Sebanyak 80-90%
kalium yangdimakan diekskresi melalui urine, selebihnya dikeluarkan
mealui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung. Taraf kalium
normal darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya menyaring,
mengabsorpsi kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh
aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion
natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam tubula ginjal.
4. Kalsium (Ca)
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam
tubuh. Dalam keadaan normal sebanyak 30-50 % kalsium yang dikonsumsi
diabsorbsi tubuh. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa
pertumbuhan, dan menurun pada proses menua. Kemampuan absorpsi pada
laki-laki lebih tinggi daripada perempuan pada semua golongan usia.
Absorpsi kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus yaitu duodenum.
Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut.
Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan menggunakan alat
angkut protein-pengikat kalsium. Absorpsi pasif terjadi pada permukaan
saluran cerna.

10
Banyak faktor mempengaruhi absorpsi kalsium. Kalsium hanya bisa
diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak mengendap karena
unsur makanan lain, seperti oksalat.
Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah
kalsium yang diekskresi melalui urine mencerminkan jumlah kalsium yang
diabsorpsi. Kehilangan kalsium melalui urine meningkat pada asidosis dan
pada konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga terjadi melalui
sekresi cairan yang masuk ke dalam saluran cerna, dan melalui keringat.
5. Fosfor (P)
Fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam
usus setelah dihidrolisis dan dilepas dari makanan. Bayi dapat menyerap 85-
90% fosfor berasal dari Air Susu Ibu/ASI. Sebanyak 65-70% fosfor berasal
dari susu sapi dan 50-70% fosfor berasal dari susunan makanan normal
dapat diabsorpsi oleh anak-anak dan orang dewasa. Bila konsumsi fosfor
rendah, taraf absorpsi dapat mencapai 90% dari konsumsi fosfor.
Fosfor dibebaskan dari makanan oleh enzim alkalin fosfatase di dalam
mukosa usus halus dan diabsorpsi secara aktif dan difusi pasif. Absorpsi
aktif dibantu oleh bentuk aktif vitamin D. Sebagian besar fosfor di dalam
darah terutama terdapat sebagai fosfat anorganik atau sebagai fosfolipida.
Kadar fosfor di dalam darah diatur oleh hormon paratiroid (PTH) yang
dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan oleh hormon kalsitonin. Kedua
hormon tersebut berinteraksi dengan vitamin D untuk mengontrol jumlah
fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan oleh ginjal, serta jumlah yang
dibebaskan dan disimpan di dalam tulang. PTH menurunkan reabsorpsi
fosfor oleh ginjal. Kalsitonin meningkatkan ekskresi fosfat oleh ginjal.
Konsumsi fosfor yang relatif tinggi terhadap kalsium sehingga diperoleh
perbandingan P:Ca yang tinggi dalam serum akan merangsang pembentukan
PTH yang mendorong pengeluaran fosfor dari tubuh.
Fosfor sebagai bagian dari asam fosfat yang terutama terdapat di
dalam serealia tidak dapat dihidrolisis, oleh karena itu tidak dapat
diabsorpsi. Faktor-faktor makanan lain yang menghalangi absorpsi fosfor

11
adalah Fe++, Mg++, asam lemak tidak jenuh dan antasid yang mengandung
alumunium, karena membentuk garam yang tidak larut.
6. Magnesium (Mg)
Magnesium terutama diabsorpsi di dalam usus halus, kemungkinan
dengan bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif. Pada konsumsi
magnesium yang tinggi hanya sebanyak 30% magnesium diabsorpsi,
sedangkan pada konsumsi rendah sebanyak 60%. Absorpsi magnesium
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama mempengaruhi absorpsi kalsium
kecuali vitamin D tidak berpengaruh. Bia kalsium dalam makanan turun,
absorpsi magnesium meningkat.
Di dalam darah sebagian besar magnesium terdapat dalam bentuk ion
bebas, atau dalam bentuk molekul kompleks hingga molekul kecil.
Keseimbangan magnesium di dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian
ekskresi magnesium melalui urine. Seperti halnya fosfor, ekskresi
magnesium meningkat oleh hormon tiroid, asidosis, aldosteron serta
kekurangan fosfor dan kalsium. Ekskresi magnesium menurun karena
pengaruh kalsitonin, glukagon dan PTH terhadap resorpsi tubula ginjal.
Demikian pula halnya pola hiperkalsemia dan hipermagnesemia. Karena
cairan lambung banyak mengandung magnesium, muntah berlebihan
menyebabkan kekurangan magnesium dalam jumlah besar.
7. Sulfur (S)
Sulfur diabsorpsi sebagai bagian dari asam amino atau sebagai sulfat
organik. Selain sebagai bagian dari asam amino metionin dan sistein, sulfur
juga merupakan bagian dari enzim glutation serta berbagai koenzim dan
vitamin, termasuk koenzim A. Dalam bentuk teroksidasi sulfur dihubungkan
dengan mukopolisakarida yang berperan dalam melarutkan sisa
metabolisme sehingga bisa dikeluarkan melalui urine (terutama sisa
metabolisme hormon steroid dan obat-obat tertentu).
8. Besi (Fe)
Setelah dilakukan penyerapan dari makanan, Duodenum, jejenum,
ileum, kolon akan mentransportasikan Besi Plasma F+++ (30-40 mg
“turnover)” sebagian ditransfer dan disimpan di dalam susmsum tulang,

12
hati, limfa dan sebagian lagi yang tidak terpakai akan dikeluarkan melalui
urine atau keringat.
Eksresi Mineral Makro
1. Natrium (Na)
Kelebihan natrium akan dikeluarkan melalui urin yang diatur oleh
hormone aldosteron yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal jika kadar
natrium darah menurun.
2. Kalsium (Ca)
Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah
kalsium yang diekskresi melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang
diabsorpsi. Kehilangan kalsium melalui urin meningkat pada asidosis dan
pada konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga terjadi melalui
seksresi cairan yang masuk ke dalam saluran cerna, dan melalui keringat.
3. Kalium (K)
Sebanyak 80-90% kalium yang dimakan diekskresikan melalui urin,
selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan
lambung. Taraf kalium normal darah dipelihara oleh ginjal melalui
kemampuannya menyaring, mengeabsorpsi kembali mengeluarkan kalium
di bawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion
dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam
tubula ginjal.
4. Fosfor (P)
Kadar fosfor di dalam darah diatur oleh hormon paratiroid (PTH) yang
dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan oleh hormon kalsitonin. Kedua
hormon tersebut berinteraksi dengan Vitamin D untuk mengontrol jumlah
fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan oleh ginjal, serta jumlah yang
dibebaskan dan disimpan di dalam tulang. PTH menurunkan reabsorpsi
fosfor oleh ginjal. Kalsitonin meningkatkan ekskresi fosfat oleh ginjal.
Konsumsi fosfor yang relatif tinggi terhadap kalsium sehingga diperoleh
perbandingan P : Ca yang tinggi dalam serum akan merangsang
pembentukan PTH yang mendorong penegeluaran fosfor dari tubuh.
5. Magnesium (MG)

13
Keseimbangan magnesium di dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian
ekskresi magnesium melalui urin. Seperti halnya fosfr, ekskresi magnesium
meningkat oleh hormon tiroid, asidosis, aldosteron, serta kekurangan fosfor
dan kalsium. Ekskresi magnesium menurun karena pengaruh kalsitonin,
glukagon, dan hipermagnesemia. Karena cairan lambung banyak
mengandung magnesium, muntah berlebihan menyebabkan kekurangan
magnesium dalam jumlah besar.
6. Klorida (CL)
Klor diekskresikan melalui urin dan keringat. Kehilangan klor
mengikuti kehilangan natrium. Kebanyakan keringat dihalangi oleh
aldosteron yang secara langsung berpengaruh terhadap kelenjer keringat.
7. Sulfur (S)
Sulfur sebagian besar diekskresikan melalui urin sebagai ion bebas
SO4, Sulfut juga merupakan salah satu elektrolit intraseluler yang terdapat
pada plasma dalam konsentrasi rendah.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Mineral Makro

A. Kelebihan Mineral Makro


1. Natrium (Na)
Kelebihan natrium dapat menimbulkan keracunan yang dalam
keadaan akut menyebabkan edema dan hipertensi. Hal ini dapat diatasi
dengan banyak minum. Kelebihan konsumsi natrium secara terus-menerus
terutama dalam bentuk garam dapur dapat menimbulkan hipertensi.
2. Kalium (K)
Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila konsumsi melalui saluran
cerna (eternal) atau tidak melalui saluran cerna (parenteral) melebihi 12,0
g/m2 permukaan tubuh sehari (18 g untuk orang dewasa) tanpa diimbangi
oleh kenaikan ekskresi. Hiperkalemia akut dapat menyebabkan gagal
jantung yang berakibat kematian. Kelebihan kalium juga dapat terjadi bila
ada gangguan fungsi ginjal.
3. Kalsium (Ca)
Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari.
Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal.

14
Di samping itu, dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar).
Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium
berupa tablet atau bentuk lain.
4. Fosfor (P)
Kelebihan fosfor karena makanan jarang terjadi. Bila kadar fosfor
darah terlalu tinggi, ion fosfat akan mengikat kalsium sehingga dapat
menimbulkan kejang.
5. Magnesium (Mg)
Akibat kelebihan magnesium belum diketahui dengan pasti.
Kelebihan magnesium biasanya terjadi pada penyakit gagal ginjal..
B. Kekurangan Mineral Makro

1. Kekurangan Natrium (Na), Gangguan pada jantung dan ginjal, kelelahan


dan kejang otot, serta turunnya nilai osmotik cairan sehingga
meningkatkan suhu tubuh.
2. Kekurangan Klor (Cl), Gangguan pencernaan dan kontraksi otot abnormal.
3. Kekurangan Kalium (K), Kelelahan otot, pertumbuhan terhambat, denyut
jantung tidak teratur dan gangguan pernapasan, serta karies (kerusakan
gigi).
4. Kekurangan Kalsium (Ca), Osteoporosis (kerapuhan tulang), Rakhitis
(pembengkokan tulang kaki), kejang otot, dan Hipokalsemia (rendahnya
kadar kalsium dalam darah).
5. Kekurangan Fosfor (P), Kerapuhan tulang dan gigi rakhitis, Rakhitis.
6. Kekurangan Magnesium (Mg), Gangguan ginjal dan kardiovaskuler,
kontrol emosi dan mental umum.
7. Kekurangan Sulfur (Belerang), Mengganggu Pertumbuhan

15
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 STUDI KASUS

Kadar Glukosa Darah, Laktosa Dan Produksi Susu Sapi Perah Pada Berbagai
Tingkat Suplementasi Mineral Makro

Lovita Adriani, and Andi Mushawwir,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat suplementasi


mineral makro pada ransum sapi perah terhadap kandungan glukosa, laktosa,
dan produksi susu. Dalam penelitian ini digunakan 25 ekor sapi perah laktasi I,
II, III, IV,dan V yang memiliki berat badan, produksi susu dan kadar lemak yang
relatif sama, dengan lima perlakuan tingkat suplementasi mineral makro yaitu 0,
25, 50, 75, dan 100% di atas rekomendasi NRC (2001), yaitu Ca, P, Mg, Na, S,
dan K masing-masing 0,50; 0,30; 0,20; 0,18; 0,20; dan 0,90%. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Varians Rancangan Acak
Kelompok, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Duncan,
dan hubungan antar perlakuan dianalisis dengan metode polinomial orthogonal.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Suplementasi mineral makro
sampai dengan 50% lebih tinggi yang direkomendasikan NRC (2001)
meningkatkan kadar glukosa, laktosa susu dalam kisaran normal, serta
meningkatkan produksi susu yaitu masing-masing 28,82 mg/100 ml; 5,28
mg/100 ml; dan 11,513 kg 4% FCM per ekor/hari.

Apa : Kadar Glukosa Darah, Laktosa Dan Produksi Susu Sapi Perah Pada
Berbagai Tingkat Suplementasi Mineral Makro

Siapa : sapi perah


Dimana : di Indonesia

16
Kapan : saat sapi perah laktasi I, II, III, IV,dan V yang memiliki berat badan,
produksi susu dan kadar lemak yang relatif sama.

Mengapa : Untuk mengetahui pengaruh tingkat suplementasi mineral makro


pada ransum sapi perah terhadap kandungan glukosa, laktosa, dan produksi susu

Bagaimana :

Dalam penelitian ini digunakan 25 ekor sapi perah laktasi I, II, III, IV,dan
V yang memiliki berat badan, produksi susu dan kadar lemak yang relatif sama,
dengan lima perlakuan tingkat suplementasi mineral makro yaitu 0, 25, 50, 75,
dan 100% di atas rekomendasi NRC (2001), yaitu Ca, P, Mg, Na, S, dan K
masing-masing 0,50; 0,30; 0,20; 0,18; 0,20; dan 0,90%. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan Analisis Varians Rancangan Acak Kelompok,
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Duncan, dan
hubungan antar perlakuan dianalisis dengan metode polinomial orthogonal.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Suplementasi mineral makro
sampai dengan 50% lebih tinggi yang direkomendasikan NRC (2001)
meningkatkan kadar glukosa, laktosa susu dalam kisaran normal, serta
meningkatkan produksi susu yaitu masing-masing 28,82 mg/100 ml; 5,28
mg/100 ml; dan 11,513 kg 4% FCM per ekor/hari.

17
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah


lebih dari 100mg per hari. Unsur yang termasuk ke dalam makromineral
antara lain kalsium, fosfor, belerang, kalium/potasium, natrium/sodium,
klorin, magnesium. Unsur-unsur mineral makro adalah kalsium, fosfor,
kalium, sulfur, natrium, klor, dan magnesium. Fungsi mineral makro sebagai
katalisator berbagai reaksi biokimiawi dalam tubuh, transmisi sinyal atau
pesan pada sel saraf, produksi hormon, pemeliharaan jaringan dan fungsi
tubuh, berperan dalam metabolisme, berperan pada keseimbangan asam-basa
cairan tubuh, berperan pada keseimbangan ion-ion tubuh, pemeliharan
kepekaan otot dan syaraf.
Mineral makro terutama natrium, klor dan kalium berperan dalam
menjaga keseimbangan cairan tubuh. Natrium, kalium, kalsium dan
magnesium diperlukan untuk transmisi saraf dan kontraksi otot. Fosfor dan
magnesium terlibat dalam metabolisme energi. Kalsium, fosfor dan
magnesium berperan dalam memberi bentuk tulang. Selain itu, mineral makro
memegang peranan khusus dalam tubuh.
Mineral dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan.
Sedangkan jika kekurangan maka akan menyebabkan gangguan dan kelainan
pada fungsi setiap mineral makro masing-masing.

4.2 Kritik dan saran

Diharapkan untuk penulis selanjutnya agar mencari solusi yang efektif


mengenai kekurangan dan kelebihan dari vitamin K untuk meningkatkan
derajat kesehatan manusia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, L. (2016, Oktober 05). repository.unpad.ac.id. Retrieved November 26 ,


2016, from http://repository.unpad.ac.id/4177/

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka


Utama.

Hermanto, B. 2017. Metode Bimbel Biologi Ala Tentor SMA/MA kelas 1,2 & 3.
Jakarta Selatan : PT. Bintang Wahyu.

Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme. Jakarta: UI Press


Sujadi, Bagod. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Jakarta: Yhudistira.

19

Anda mungkin juga menyukai