Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Terimakasih kami ucapkan kepada
Sulistiyani, S.KM.,M.Kes. selaku pembimbing kami beserta teman-teman yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Mineral Makro”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB 3 PEMBAHASAN........................................................................................15
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................18
1.1 Kesimpulan..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
mendapatkan zat yang diperlukan tubuh. Suatu missal, akibat kekurangan
yodium adalah munculnya penyakit gondok. Bahkan tidak tanggung-tanggung,
Lembaga Konsumen Indonesia (LKI) Jepara mengutip UNICEF (Suara
Merdeka, 18 April 2007) mengatakan bahwa dampak kekurangan yodium ada
hubungannya dengan penurunan IQ 10ñ15 poin pada anak-anak. Remaja pun,
apabila kekurangan asupan yodium tidak lepas dari kemungkinan itu. Dampak
lain, di antaranya keguguran pada ibu hamil. Pada orang dewasa, bisa
menyebabkan gangguan fungsi mental. Oleh karena itu, penting untuk
mempelajari pentingnya asupan mineral dalam tubuh. Dalam makalah ini, akan
dibahas pengertian mineral makro sampai pada gangguan atau penyakit akibat
kelebihan dan kekurangan mineral makro.
1.3 Tujuan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mineral Makro
A. Definisi Mineral Makro
Mineral merupakan senyawa anorganik yang diperlukan dalam
pemeliharaan fungsi tubuh. Mineral dibedakan menjadi dua yakni mineral makro
dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah lebih dari 100mg per hari. Unsur yang termasuk ke dalam makromineral
antara lain kalsium, fosfor, belerang, kalium/potasium, natrium/sodium, klorin,
magnesium.
3
4. Pemeliharaan jaringan dan fungsi tubuh
5. Berperan dalam metabolisme
6. Berperan pada keseimbangan asam-basa cairan tubuh
7. Berperan pada keseimbangan ion-ion tubuh
8. Pemeliharan kepekaan otot dan syaraf
Yang termasuk mineral makro yaitu natrium, klor, kalium, kalsium, fosfor,
magnesium, dan sulfur.
4
Di dalam lambung, klor merupakan bagian dari asam klorida (HCl)
yang diperlukan untuk memelihara suasana asam dilambung untuk
bekerjanya enzim-enzim pencernaan. Bersama unsur pembentuk asam
lainnya, seperti fosfor dan sulfur, sebagai anion, klor dapat membantu
keseimbangan asam dan basa.
c) Membantu mengangkut CO2 ke paru-paru dan keluar dari tubuh
Ion klor dengan mudah dengan mudah dapat keluar dari sel darah
merah dan masuk ke dalam plasma darah untuk membantu
mengangkut CO2 ke paru-paru dan keluar dari tubuh manusia.
d) Mengatur sistem renin-angiotensaldosteron yang mengatur
keseimbangan tubuh
3. Fungsi Kalium (K)
Adapun fungsi dari Kalium yaitu sebagai berikut :
a) Menjaga keseimbangan cairan dan eletrolit serta keseimbangan asam
basa
Bersama natrium, kalium memegang peranan dalam menjaga
keseimbangan cairan dan eletrolit serta keseimbangan asam basa
b) Transmisi saraf dan relaksasi otot
Bersama kalsium, kalium memegang peranan dalam transmisi saraf
dan relaksasi otot
c) Katalisator dalam banyak reaksi biologik
Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi
biologik, terutama dalam metabolism energy dan sintetsis glikogen
dan protein.
d) Pertumbuhan sel
Taraf kalium dalam otot berhubungan dengan massa otot dan
simpanan glikogen, oleh karena itu bila otot berada dalam
pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup. Tekanan darah
normal memerlukan perbandingan antara natrium dan kalium yang
sesuai di dalam tubuh.
4. Fungsi Kalsium (Ca)
Adapun fungsi dari Kalsium yaitu sebagai berikut :
5
a) Pembentukan tulang dan gigi
Kalsium didalam tulang memiliki dua fungsi yaitu sebagai bagian
integral dari struktur tulang dan tempat menyimpan kalsium. Pada
tahap pertumbuhan janin, dibentuk matriks sebagai cikal bakal tulang
tubuh. Matriks yang merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri
atas serabut yang terbuat dari protein kolagen yang diselubungi oleh
gelatin. Setelah lahir, matriks mulai menguat melalui proses
kalsifikasi, yaitu terbentuknya kristal mineral. Kristal ini terdiri dari
kalsium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan kalsium hidroksida
yang dinamakan hidroksiapatit.
Selama pertumbuhan, proses kalsifikasi berlangsung terus
dengan cepat sehingga pada saat anak sipa untuk berjalan, tulang-
tulang dapat menyangga berat tubuh. Pada ujung tulang panjang,
terdapat bagian yang berpori yang dinamakan trabekula, yang
menyediakan suplai kalsium siap pakai guna mempertahankan
konsentrasi kalsium normal dalam darah. Selama kehidupan, tulang
senantiasa mengalami perubahan, baik dalam bentuk maupun
kepadatan, sesuai dengan usia dan perubahan berat badan.
Dalam pembentukan gigi, mineral yang membentuk dentin dan
email yang merupakan bagian tengah dan luar gigi adalah mineral
yang sama dengan pembentukan tulang. Akan tetapi Kristal dalam
gigi lebih padat dan kadar airnya lebih rendah. Protein dalam email
gigi disebut keratin, sedangkan dalam dentin disebut kolagen. Berbeda
dengan tulang, gigi mengalami pertumbuhan yang sangat sedikit
setelah muncul dalam rongga mulut. Pertukaran antara kalsium gigi
dan kalsium tubuh berlangsung lambat dan terbatas pada kalsium yang
terdapat di dala lapisan dentin. Sedikit pertukaran kalsium mungkin
juga terjadi di antara lapisan email dan ludah.kalsifikasi gigi susu
terjadi pada minggu ke 20 tahap janin dan selesai sebelum gigi keluar.
Gigi permanen mulai mengalami kalsifikasi ketika anak berumur
antara 3 bulan dan 3 tahun. Gigi terakhir keluar mengalami kalsifikasi
saat anak berumur 8-10 tahun. Gigi lengkap pada usia dewasa
6
mengandung 1% jumlah kalsium tubuh. Kekurangan kalsium selama
masa pembentukan gigi dapat menyebakan kerentanan terhadap
kerusakan gigi.
b) Mengatur pembekuan darah
Bila terjadi luka, ion kalsium di dalam darah merangsang
pelepasan fosfolipida tromboplastin dari platelet darahh yang terluka.
Tromboplastin ini yang mengkatalis perubahan protombin, bagian
darah normal, menjadi thrombin. Thrombin kemudian membantu
perubahan fibrinogen, bagian lain dari darah, menjadi fibrin yang
merupakan gumpalan darah.
c) Sebagai katalisator reaksi-reaksi biologik
Kalsium berperan sebagai katalisator berbagai reaksi biologik,
seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase
pankreas, eksresi insulin oleh pankreas, pembentukan dan pemecahan
asetilkolin, yaitu bahan yang diperlukan dalam memindahkan
(transmisi) suatu rangsangan dari suatu serabut saraf ke serabut saraf
yang lain. Kalsium yang diperlukan untuk mengkatalis reaksi-reaksi
ini diambil dari persediaan kalsium dalam tubuh.
d) Kontraksi otot
Kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu
aktin dan miosin. Bila darah kalsium kurang dari normal, otot tidak
dapat mengendur setelah kontraksi. Tubuh akan kaku dan dapat
menimbulkan kejang.
e) Meningkatkan fungsi transpor membrane sel, stabilisator membrane,
dan transmisi ion melalui membran organel sel.
5. Fungsi Fosfor (P)
Adapun fungsi dari fosfor yaitu sebagai berikut :
a) Kalsifikasi tulang dan gigi
Kalsifikasi tulang dan gigi diawali dengan pengendapan fosfor
pada matriks tulang. Kekurangan fosfor menyebabkan peningkatan
enzim fosfatase yang diperlukan untuk melepas fosfor dari jaringan
7
tubuh ke dalam darah agar diperoleh perbandingan kalsium terhadap
fosfor yang sesuai untuk pertumbuhan tulang.
8
Fosfat memegang peranan penting sebagai buffer untuk
mencegah perubahan tingkat keasaman cairan tubuh. Ini terjadi karena
kemampuan fosfor untuk mengikat tambahan ion hidrogen.
6. Fungsi Magnesium (Mg)
Adapun fungsi dari magnesium yaitu sebagai berikut :
a) Katalisator dalam reaksi-reaksi biologik
Magnesium bertindak di dalam semua sel jaringan lunak sebagai
katalisator dalam reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi yang
berkaitan denganmetabolisme energy, karbohidrat, lipida, protein, dan
asam nukleat serta sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen DNA.
Sebagian besar reaksi ini terjadi di mitokondria.
b) Transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah
c) Mengendorkan otot
d) Mencegah penggumpalan darah
e) Melemaskan saraf
f) Mencegah kerusakan gigi
7. Fungsi Sulfur (S)
Adapun fungsi dari sulfur yaitu sebagai berikut :
a) Melarutkan sisa metabolisme
Dalam bentuk teroksidasi, sulfur dihubungkan dengan
mukopolisakarida yang berperan dalam melarutkan sisa metabolisme
sehingga dapat dikeluarkan melalui urin.
b) Pembentukan hormone insulin
c) Detoksifikasi
d) Berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi
1. Natrium (Na)
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3 hingga7 gram sehari)
diabsorpsi, terutama didalam usus halus. Natrium diabsorpsi secara aktif
(membutuhkan energi). Natrium yang diabsorpsi dibawa oleh aliran darah
ke ginjal. Di sini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam
jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah.
9
Kelebihan natrium yang jumlahnya mencapai 90-99% dari yang
dikonsumsi, dikeluarkan, melalui urine. Pengeluaran natrium ini diatur oleh
hormon aldosteron, yang dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar natrium
darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengabsorpsi kembali
natrium. Dalam keadaan normal, natrium yang dikeluarkan melalui urine
sejajar dengan jumlah natrium yang dikonsumsi. Jumlah natrium dalam
urine tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.
2. Klor (Cl)
Klor hampir seluruhnya diabsorpsi di dalam usus halus dan diekskresi
melalui urine dan keringat. Kehilangan klor mengikuti kehilangan natrium.
Kebanyakan keringat dihalangi oleh aldosteron yang secara langsung
berpengaruh terhadap kelenjar keringat.
3. Kalium (K)
Kalium diabsorpsi dengan mudah di usus halus. Sebanyak 80-90%
kalium yangdimakan diekskresi melalui urine, selebihnya dikeluarkan
mealui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung. Taraf kalium
normal darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya menyaring,
mengabsorpsi kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh
aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion
natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam tubula ginjal.
4. Kalsium (Ca)
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam
tubuh. Dalam keadaan normal sebanyak 30-50 % kalsium yang dikonsumsi
diabsorbsi tubuh. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa
pertumbuhan, dan menurun pada proses menua. Kemampuan absorpsi pada
laki-laki lebih tinggi daripada perempuan pada semua golongan usia.
Absorpsi kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus yaitu duodenum.
Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut.
Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan menggunakan alat
angkut protein-pengikat kalsium. Absorpsi pasif terjadi pada permukaan
saluran cerna.
10
Banyak faktor mempengaruhi absorpsi kalsium. Kalsium hanya bisa
diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak mengendap karena
unsur makanan lain, seperti oksalat.
Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah
kalsium yang diekskresi melalui urine mencerminkan jumlah kalsium yang
diabsorpsi. Kehilangan kalsium melalui urine meningkat pada asidosis dan
pada konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga terjadi melalui
sekresi cairan yang masuk ke dalam saluran cerna, dan melalui keringat.
5. Fosfor (P)
Fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam
usus setelah dihidrolisis dan dilepas dari makanan. Bayi dapat menyerap 85-
90% fosfor berasal dari Air Susu Ibu/ASI. Sebanyak 65-70% fosfor berasal
dari susu sapi dan 50-70% fosfor berasal dari susunan makanan normal
dapat diabsorpsi oleh anak-anak dan orang dewasa. Bila konsumsi fosfor
rendah, taraf absorpsi dapat mencapai 90% dari konsumsi fosfor.
Fosfor dibebaskan dari makanan oleh enzim alkalin fosfatase di dalam
mukosa usus halus dan diabsorpsi secara aktif dan difusi pasif. Absorpsi
aktif dibantu oleh bentuk aktif vitamin D. Sebagian besar fosfor di dalam
darah terutama terdapat sebagai fosfat anorganik atau sebagai fosfolipida.
Kadar fosfor di dalam darah diatur oleh hormon paratiroid (PTH) yang
dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan oleh hormon kalsitonin. Kedua
hormon tersebut berinteraksi dengan vitamin D untuk mengontrol jumlah
fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan oleh ginjal, serta jumlah yang
dibebaskan dan disimpan di dalam tulang. PTH menurunkan reabsorpsi
fosfor oleh ginjal. Kalsitonin meningkatkan ekskresi fosfat oleh ginjal.
Konsumsi fosfor yang relatif tinggi terhadap kalsium sehingga diperoleh
perbandingan P:Ca yang tinggi dalam serum akan merangsang pembentukan
PTH yang mendorong pengeluaran fosfor dari tubuh.
Fosfor sebagai bagian dari asam fosfat yang terutama terdapat di
dalam serealia tidak dapat dihidrolisis, oleh karena itu tidak dapat
diabsorpsi. Faktor-faktor makanan lain yang menghalangi absorpsi fosfor
11
adalah Fe++, Mg++, asam lemak tidak jenuh dan antasid yang mengandung
alumunium, karena membentuk garam yang tidak larut.
6. Magnesium (Mg)
Magnesium terutama diabsorpsi di dalam usus halus, kemungkinan
dengan bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif. Pada konsumsi
magnesium yang tinggi hanya sebanyak 30% magnesium diabsorpsi,
sedangkan pada konsumsi rendah sebanyak 60%. Absorpsi magnesium
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama mempengaruhi absorpsi kalsium
kecuali vitamin D tidak berpengaruh. Bia kalsium dalam makanan turun,
absorpsi magnesium meningkat.
Di dalam darah sebagian besar magnesium terdapat dalam bentuk ion
bebas, atau dalam bentuk molekul kompleks hingga molekul kecil.
Keseimbangan magnesium di dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian
ekskresi magnesium melalui urine. Seperti halnya fosfor, ekskresi
magnesium meningkat oleh hormon tiroid, asidosis, aldosteron serta
kekurangan fosfor dan kalsium. Ekskresi magnesium menurun karena
pengaruh kalsitonin, glukagon dan PTH terhadap resorpsi tubula ginjal.
Demikian pula halnya pola hiperkalsemia dan hipermagnesemia. Karena
cairan lambung banyak mengandung magnesium, muntah berlebihan
menyebabkan kekurangan magnesium dalam jumlah besar.
7. Sulfur (S)
Sulfur diabsorpsi sebagai bagian dari asam amino atau sebagai sulfat
organik. Selain sebagai bagian dari asam amino metionin dan sistein, sulfur
juga merupakan bagian dari enzim glutation serta berbagai koenzim dan
vitamin, termasuk koenzim A. Dalam bentuk teroksidasi sulfur dihubungkan
dengan mukopolisakarida yang berperan dalam melarutkan sisa
metabolisme sehingga bisa dikeluarkan melalui urine (terutama sisa
metabolisme hormon steroid dan obat-obat tertentu).
8. Besi (Fe)
Setelah dilakukan penyerapan dari makanan, Duodenum, jejenum,
ileum, kolon akan mentransportasikan Besi Plasma F+++ (30-40 mg
“turnover)” sebagian ditransfer dan disimpan di dalam susmsum tulang,
12
hati, limfa dan sebagian lagi yang tidak terpakai akan dikeluarkan melalui
urine atau keringat.
Eksresi Mineral Makro
1. Natrium (Na)
Kelebihan natrium akan dikeluarkan melalui urin yang diatur oleh
hormone aldosteron yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal jika kadar
natrium darah menurun.
2. Kalsium (Ca)
Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah
kalsium yang diekskresi melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang
diabsorpsi. Kehilangan kalsium melalui urin meningkat pada asidosis dan
pada konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga terjadi melalui
seksresi cairan yang masuk ke dalam saluran cerna, dan melalui keringat.
3. Kalium (K)
Sebanyak 80-90% kalium yang dimakan diekskresikan melalui urin,
selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan
lambung. Taraf kalium normal darah dipelihara oleh ginjal melalui
kemampuannya menyaring, mengeabsorpsi kembali mengeluarkan kalium
di bawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion
dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam
tubula ginjal.
4. Fosfor (P)
Kadar fosfor di dalam darah diatur oleh hormon paratiroid (PTH) yang
dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan oleh hormon kalsitonin. Kedua
hormon tersebut berinteraksi dengan Vitamin D untuk mengontrol jumlah
fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan oleh ginjal, serta jumlah yang
dibebaskan dan disimpan di dalam tulang. PTH menurunkan reabsorpsi
fosfor oleh ginjal. Kalsitonin meningkatkan ekskresi fosfat oleh ginjal.
Konsumsi fosfor yang relatif tinggi terhadap kalsium sehingga diperoleh
perbandingan P : Ca yang tinggi dalam serum akan merangsang
pembentukan PTH yang mendorong penegeluaran fosfor dari tubuh.
5. Magnesium (MG)
13
Keseimbangan magnesium di dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian
ekskresi magnesium melalui urin. Seperti halnya fosfr, ekskresi magnesium
meningkat oleh hormon tiroid, asidosis, aldosteron, serta kekurangan fosfor
dan kalsium. Ekskresi magnesium menurun karena pengaruh kalsitonin,
glukagon, dan hipermagnesemia. Karena cairan lambung banyak
mengandung magnesium, muntah berlebihan menyebabkan kekurangan
magnesium dalam jumlah besar.
6. Klorida (CL)
Klor diekskresikan melalui urin dan keringat. Kehilangan klor
mengikuti kehilangan natrium. Kebanyakan keringat dihalangi oleh
aldosteron yang secara langsung berpengaruh terhadap kelenjer keringat.
7. Sulfur (S)
Sulfur sebagian besar diekskresikan melalui urin sebagai ion bebas
SO4, Sulfut juga merupakan salah satu elektrolit intraseluler yang terdapat
pada plasma dalam konsentrasi rendah.
14
Di samping itu, dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar).
Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium
berupa tablet atau bentuk lain.
4. Fosfor (P)
Kelebihan fosfor karena makanan jarang terjadi. Bila kadar fosfor
darah terlalu tinggi, ion fosfat akan mengikat kalsium sehingga dapat
menimbulkan kejang.
5. Magnesium (Mg)
Akibat kelebihan magnesium belum diketahui dengan pasti.
Kelebihan magnesium biasanya terjadi pada penyakit gagal ginjal..
B. Kekurangan Mineral Makro
15
BAB 3
PEMBAHASAN
Kadar Glukosa Darah, Laktosa Dan Produksi Susu Sapi Perah Pada Berbagai
Tingkat Suplementasi Mineral Makro
Apa : Kadar Glukosa Darah, Laktosa Dan Produksi Susu Sapi Perah Pada
Berbagai Tingkat Suplementasi Mineral Makro
16
Kapan : saat sapi perah laktasi I, II, III, IV,dan V yang memiliki berat badan,
produksi susu dan kadar lemak yang relatif sama.
Bagaimana :
Dalam penelitian ini digunakan 25 ekor sapi perah laktasi I, II, III, IV,dan
V yang memiliki berat badan, produksi susu dan kadar lemak yang relatif sama,
dengan lima perlakuan tingkat suplementasi mineral makro yaitu 0, 25, 50, 75,
dan 100% di atas rekomendasi NRC (2001), yaitu Ca, P, Mg, Na, S, dan K
masing-masing 0,50; 0,30; 0,20; 0,18; 0,20; dan 0,90%. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan Analisis Varians Rancangan Acak Kelompok,
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Duncan, dan
hubungan antar perlakuan dianalisis dengan metode polinomial orthogonal.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Suplementasi mineral makro
sampai dengan 50% lebih tinggi yang direkomendasikan NRC (2001)
meningkatkan kadar glukosa, laktosa susu dalam kisaran normal, serta
meningkatkan produksi susu yaitu masing-masing 28,82 mg/100 ml; 5,28
mg/100 ml; dan 11,513 kg 4% FCM per ekor/hari.
17
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Hermanto, B. 2017. Metode Bimbel Biologi Ala Tentor SMA/MA kelas 1,2 & 3.
Jakarta Selatan : PT. Bintang Wahyu.
19