Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA

” PENENTUAN KALSIUM GIGI”

ASISTEN DOSEN

Afiif Eko WIbowo (1710911310002)

Ellen Ayuningtyas Pratidina (1810911320008)

DISUSUN OLEH

Eriel Paldaouny Gandrung

1911111110015

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2020
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga laporan akhir praktikum biokimia berjudul “penentuan kalsium gigi” ini

dapat selesai. Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

membantu dalam menyelesaikan laporan akhir praktikum ini baik dalam bentuk

semangat maupun doa. Saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada kakak

asisten dosen yang sudah menemani dan membimbing dalam praktikum biokimia,

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum ini dengan tepat

waktu. Laporan akhir praktikum ini ditulis dan disusun dengan sebaik-baiknya.

Jika ada kekurangan, penyusun mohon maaf dan mengharapkan saran serta kritik

yang membangun demi kesempurnaan dari laporan akhir praktikum ini.

Banjarmasin, 29 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……….…………………………………………….…….i

KATA PENGANTAR………….……………………………………………..…ii

DAFTAR ISI…………………….……………………………………………....iii

BAB I PENDAHULUAN………..………………………………………………1

1.1 Latar belakang…..…………..……………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN……….………………………………………….…….2

BAB III PENUTUP……………………………………………………...….…..10

3.1 Kesimpulan…………………………..………………………...……......10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalsium merupakan salah satu makromineral yang memiliki peran

penting diantaranya untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi, faktor

pembantu dan pengatur reaksi bioimia dalam tubuh serta mencegah terjadinya

osteoporosis. Selain kalsium, magnesium sangat diperlukan dalam tubuh karena

terlibat dalam lebih 300 reaksi metabolik esensial, diantaranya untuk metabolisme

energi, penggunaan glukosa, sintesis protein, sintesis dan pemecahan asam lemak,

kontraksi otot, seluruh fungsi ATPase, hampir seluruh reaksi hormonal dan

menjaga keseimbangan ionik seluler.1,5

Magnesium juga diperlukan untuk fungsi pompa Na/K-ATPase.

Defisiensi magnesium menyebabkan peningkatan sodium intraseluler dan

potasium banyak ke ekstraseluler yang dapat mengakibatkan hipokalemia pada

sel. Pemenuhan kebutuhan terhadap kalsium dan magnesium dapat diperoleh dari

sumber pangan hewani maupun nabati. Salah satu sumber pangan tersebut adalah

susu sapi segar. Menurut data dari USDA yang dikutip oleh Alfian, sekitar 1 cup

atau 244 gram (setara 1 gelas belimbing atau gelas kecil) susu segar mengandung

sekitar 300 mg kalsium dan 27 mg magnesium.2,8

1
BAB II
PEMBAHASAN

Mineral adalah suatu zat (fasa) padat yang terdiri dari unsur atau

pesenyawaan kimia yang di bentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik,

mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan

atom-atom secara beeraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur Kristal.

Selain itu, kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini bergantung darimana

kita meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian mineral di

bidang geologi. Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang

terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi

kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral

terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai unsure kimia,

dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang teratur.3

Definisi mineral menurut beberapa ahli:

1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk

secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan

mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.4

2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai

komposisi kimia tertentu, dan dibentuk oleh proses alam yang anorganik.4

2
3

3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977

Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi

kimia tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk

dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.4

Sebagian mineral-mineral ini terdapat dalam keadaan padat, akan tetapi

dapat juga berada dalam keadaan setengah padat, gas, ataupun cair. Mineral-

mineral padat itu biasanya terdapat dalam bentuk-bentuk Kristal, yang agak

setangkup, dan yang pada banyak sisinya dibatasi oleh bidang-bidang datar.

Bidang-bidang geometri ini memberi bangunan yang tersendiri sifatnya pada

mineral yang bersangkutan. Minyak bumi misalnya adalah mineral dalam bentuk

cair, sedangkan gas bumi adalah mineral dalam bentuk gas. Sebagian dari mineral

dapat juga dilihat dalam bentuk amorf, artinya tidak mempunyai susunan dan

bangunan kristal tersendiri. Pengenalan atau determinasi mineral-mineral dapat

didasarkan atas berbagai sifat dari mineral-mineral tersebut.6,7,9

Sistematika dan klasifikasi mineral yang umum digunakan adalah

klasifikasi Dana (dalam Kraus, Hunt,dan Ramsdell, 1951) yang mendasarkan pada

kemiripan komposisi kimia dan struktur Kristal karena analisis struktur Kristal

dengan sinar X berdasarkan hukum fyodorov telah membuktikan adanya

hubungan anatara komposisi kimia dengan struktur Kristal. 10

Terdapat sekitar 21 macam mineral yang diperlukan oleh tubuh, termasuk

cromium (Cr) dan silicon (Si) yang dahulu dianggap sebagai kontaminan. Kira-

kira 6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral. Mineral merupakan bagian 

dari tubuh dan memegang peran penting dalam pemeliharaan fungsi


4

tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara

keseluruhan.11

Tubuh mempunyai beberapa cara mengontrol kadar mineral di dalamnya,

yaitu dengan cara mengatur jumlah yang diserap dari saluran pencernaan, dan

mengatur jumlah mineral yang ditahan oleh tubuh. Pengeluaran kelebihan mineral

dapat dilakukan melalui ginjal (urine), hati (asam empedu) serta kulit (keringat).12

Mineral yang dibutuhkan oleh manusia diperoleh dari tanah. Sebagai

konsumen tingkat akhir, manusia memperoleh mineral dari pangan nabati dan

hewani. Mineral merupakan bahan anorganik dan bersifat esensial. Mineral yang

dibutuhkan manusia diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu mineral makro

dan mineral mikro. Mineral makro merupakan mineral yang jumlahnya relatif

tinggi (>0,05% dari berat badan) di dalam jaringan tubuh atau dibutuhkan tubuh

dalam jumlah >100 mg sehari. Mineral mikro disebut sebagai unsur renik (trace

element) terdapat <0,05% dari berat badan atau dibutuhkan tubuh dalam jumlah

<100 mg sehari.13,20

Unsur-unsur mineral makro adalah kalsium, fosfor, kalium, sulfur,

natrium, klor, dan magnesium. Sedangkan unsur-unsur mineral mikro adalah besi,

seng, selenium, mangan, tembaga, iodium, molibdenum, kobalt, khromium,

silikon, vanadium, nikel, arsen dan fluor. Elemen mineral yang belum pasti

diperlukan atau tidaknya oleh tubuh tetapi terdapat bukti partisipasinya dalam

beberapa macam reaksi biologis adalah : barium (Ba), timah putih (Sn), Fluor (F),

bromium (Br), sintronitium (Sr) dan kadmium (Cd). Sedangkan met boliknya

adalah: emas (Au), perak (Ag), almunium (Al), air raksa (Hg), bismuth (Bi),
5

gallium (Ga), timah hitam (Pb), bron (B), litium (Li), antimon (Sb) dan 20 elemen

lainnya.14

Untuk pemeliharaan fungsi tubuh, manusia memerlukan mineral dalam

jumlah tertentu. Mineral yang dibutuhkan tubuh hingga saat ini dikenal dengan

nama mineral makro dan mineral mikro.15

Intake (asupan) makanan sehari-hari, membantu manusia mendapatkan zat

yang diperlukan tubuh.Yodium, yang ditengarai banyak tidak dijumpai pada

garam yang beredar di daerah Jepara, termasuk salah satu zat gizi mikro yang

sangat diperlukan tubuh. Dinamakan mineral mikro, karena tubuh hanya

memerlukan dalam jumlah kurang dari 100 mg saja. Jumlah yang sangat kecil

memang, tapi sudah mencukupi bagi tubuh.16,17

Secara umum fungsi mineral dalam tubuh sebagai berikut Berperan dalam

tahap metabolisme tubuh. Mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan

karbohidrat, lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan protein

tubuh.Sebagai hormon (Iodium terlibat dalam hormon tiroksin; Co dalam vitamin

B12; Ca dan P untuk membentuk tulang dan gigi) dan enzim tubuh/ sebagai

kofaktor (Fe terlibat dalam aktivitas enzim katalase dan sitokrom). Membantu

memelihara keseimbangan air tubuh (klor, kalium, natrium). Menolong dalam

pengiriman isyarat ke seluruh tubuh (kalsium, kalium, natrium). Sebagai bagian

cairan usus (kalsium, magnesium, kalium dan natrium). Berperan dalam

pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi dan jaringan tubuh lainnya (kalsium,

fosfor, fluorin dan magnesium).18,19


6

PENENTUAN KALSIUM GIGI :

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik,

statif, buret, lumping porselin, sudip, botol semprot, Erlenmeyer 250 mL, corong,

beaker 250 mL, labu ukur 100 mL, krus porselin, oven, dan pipet tetes Bahan-

bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan KMno4 0.1 N, aquadest,

sampel gigi, indikator metilmerah, garam, NH4-oksalat, larutan ammonia, dan

larutan H2SO4 (asam sulfat).

Gigi dipanaskan dalam oven dengan suhu 100C dalam waktu 5 jam,

kemudian ditumbuk dengan menggunakan lumping porselin hingga menjadi

serbuk.

Penentuan Kalsium (Ca2+) dalam gigi

1. Ditimbang 0,1 gram serbuk gigi dengan menggunakan neraca analitik.

Dimasukkan dalam beakerglass 250 ml.

2. Ditambahkan aquadest 100 ml dan 3 tetes indikator metil merah ke

dalam larutan. Dipanaskan larutan tersebut sampai mendidih.

3. Ditambahkan larutan 0,75 gram NH4-oksalat dalam 12,5 ml aquadest

secara perlahan-lahan. Dipanaskan pada temperatur 70-80C selama 15

menit.

4. Ditambahkan 3 tetes larutan ammonia (1:1) sambil diaduk secara

perlahan. Dibiarkan larutan dalam keadaan panas selama 1 jam. Disaring

endapan dengan menggunakan kertas saring. Dicuci endapan dengan

aquades hingga bebas dari oksalat. Dilubangi kertas saring dengan


7

menggunakan pengaduk.

5. Dibilas endapan dengan larutan asam sulfat (1:8) ke dalam Erlenmeyer

yang lain. Dicuci kertas saring dengan aquades panas sampai volume 50

ml. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,2 N sampai warnanya berubah

bening.

Perhitungan Berat Ca = 0,7056 x volume KMnO4 x 2,8 mg CaO

Penentuan kalsium dalam gigi dapat menggunakan percobaan atau uji

menggunakan gigi yang di oven dengan suhu 100˚C selama 5 jam, kemudian

melewati proses penumbukan dengan menggunakan lumping porselin hingga

menjadi serbuk gigi. Gigi yang telah menjadi serbuk sebanyak 0,1 gram

ditambahkan aquadest 100 ml dan 3 tetes indikator metil merah kemudian

dipanaskan hingga mendidih. Selanjutnya ditambahkan larutan NH4-oksalat

sebanyak 0,75 gram dalam 12,5 ml aquadest secara perlahan dan dipanaskan

kembali pada suhu 70-80˚C selama 15 menit. Gambar dibawah ini merupakan

proses penentuan kalsium dalam gigi menggunakan serbuk gigi yang telah

melewati tahapan pada penjelasan diatas :


7
8

Proses selanjutnya ialah dilakukan penambahan 3 tetes larutan ammonia

dengan perbandingan 1:1 sambil diaduk, kemudian didiamkan dalam keadaan

panas selama 1 jam. Selanjutnya endapan disaring dan dicuci menggunakan

aquadest hingga bebas dari oksalat. Kemudian endapan akan dibilas dengan

larutan asam sulfat dengan perbandingan 1:8 ke dalam Erlenmeyer yang lain.

Proses selanjutnya ialah pencucian dengan aquadest panas sampai volume 50 ml

dan dititrasi dengan larutan KMnO4 sebanyak 0,1 N hingga warnanya berubah

menjadi berwarna bening, seperti pada gambar di bawah ini :

Warna larutan pada foto di atas menunjukkan kandungan kalsium yang

terdapat pada masing-masing gigi, ketika melewati proses titasi dengan larutan
9

KMnO4 0,1 N akan perlahan-lahan berubah warna menjadi bening. Pada

percobaan ini saat larutan dititrasi, volume KMnO4 yang digunakan tidak dihitung

namun pada larutan dalam Erlenmeyer ketika dititrasi berubah warna menjadi

bening dan masing-masing larutan memiliki waktu yang berbeda-beda saat

perubahan warna terjadi, sehingga kandungan kalsium pada setiap Erlenmeyer

tidak dapat dihitung menggunakan rumus perhitungan berat Ca. Penghitungan

kadar kalsium pada gigi menggunakan rumus 0,7056 x volume KMnO4 0,1 N x

2,8 mg CaO.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mineral merupakan suatu zat yang penting dalam keberlangsungan hidup

yang dibutuhkan oleh manusia baik untuk memelihara kesehatan, pertumbuhan

maupun reproduksi. Berdasarkan kegunaannya dalam aktifitas hidup, mineral

dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan yang essensial dan golongan

yang tidak essensial.1.2 Berdasarkan jumlahnya, mineral dapat pula dibagi atas

mineral makro, dan mineral mikro. Penentuan kalsium dalam gigi dapat

menggunakan percobaan atau uji menggunakan serbuk gigi yang ditambahkan

indikator metil merah, NH4-oksalat, larutan amonia hingga menjadi endapan dan

dibilas dengan asam sulfat serta dititrasi dengan larutan KMnO 4 sampai warna

berubah menjadi bening. Perhitungan dapat dilakukan dengan menghitung

hasilnya menggunakan rumus penentuan kalsium.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Watanabe K, et al. 2016. Acid Elution of Aluminum and Calcium from

Human Deciduous Enamel in Relation to Dental Caries. Scientific

Research Publishing; 6(2): 55.

2. Sharma V, et al. 2019. Characterization of protein extracts from different

types of human teeth and insight in biomineralization. Scientific Reports;

2019(9): 3.

3. Caruso S, et al. 2018. Clinical and radiographic evaluation of biodentine

versus calcium hydroxide in primary teeth pulpotomies: a retrospective

study. BMC Oral Health; 18(54): 3.

4. Donyavi Z, et al. 2019. Comparative Evaluation of Retreatability of

Endodontically Treated Teeth using AH 26, Fluoride Varnish and

Mineral Trioxide Aggregate-based Endodontic Sealers. The Open

Dentistry Journal; 13(1): 184.

5. Lin ZC, et al. 2016. Comparison of mineral trioxide aggregateand

calcium hydroxide for apexification ofimmature permanent teeth A

systematicreview and meta-analysis. ELSEVIER; 115(7): 2.

6. Sasano Y, et al. 2019. Degradation of extracellular matrices propagates

calcification during development and healing in bones and teeth.

ELSEVIER; 61(3): 151.

7. Aljabo A, et al. 2016. Demineralization–remineralization dynamics in

teeth and bone. International Journal of Nanomedicine; 2016(11): 4744.


8. Tocail T, et al. Assessing human weaning practices with calcium isotopes

in tooth enamel. PNAS Early Edition. 2017; 3(1): 11-12.

9. Mohsenipour R, et al. Prevalence of dental abnormalities in different

calcium metabolism disorders in a group of Iranian children. Journal

Biomedical. 2017; 28(15): 6757-6758.

10. Sangwan A, et al. Stunted root development: A rare dental complication of

Stevens-Johnson syndrome. J Clin Exp Dent. 2016; 8(4): 462.

11. Alajaji NK, Bardwell D, Finkelman M, Ali A. Micro-CT evalua-

tion of ceramic inlays: comparison of the marginal and

internal fit of five and three axis CAM systems with a heat

press technique. J Esthet Restor Dent. 2016;29:49–58.

12. Sbokoubinejad N, et al. Evaluation and Comparison of Occurrence of

Tooth Discoloration after the Application of Various Calcium Silicate–

based Cements: An Ex Vivo Study. JOE. 2016; 2(1): 9-10.

13. Liang K, et al. Poly (amido amine) and nano-calcium phosphate bonding

agent to remineralize tooth dentin in cyclic artificial saliva/lactic acid.

Materials Science and Engineering. 2017; 72: 7-9.

14. Mellgren T, et al. Calcium Phosphate Microspheres as a Delivery Vehicle

for Tooth-Bleaching Agents. Biomaterials & Bioengineering. 2017; 7: 11.

15. Louwakul P, et al. Efficacy of calcium oxide and calcium hydroxide

nanoparticles on the elimination of Enterococcus faecalis in human root

dentin. Clin Oral Invest. 2016; 9: 27-29.


16. Huang XQ, et al. Mechanism of bioactive molecular extraction from

mineralized dentin by calcium hydroxide and tricalcium silicate cement.

Dental Materials. 2017; 34(2): 317-318.

17. Baras BH, et al. Novel root canal sealer with dimethylaminohexadecyl

methacrylate, nano-silver and nano-calcium phosphate to kill bacteria

inside root dentin and increase dentin hardness. Dental Materials. 2019;

35: 1479.

18. Sakai SH, et al. Evaluation of permanent and primary enamel and dentin

mineral density using micro-computed tomography. Oral Radiology.

2019; 35: 29-30.

19. Noy AF, et al. Drinking Desalinated Water that Lack Calcium and

Magnesium Has No Effect on Mineral Content of Enamel and Dentin in

Primary Teeth. The Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 2020; 44(1):

47-48.

20. Korner P, et al. Prevention of Enamel Softening by Rinsing with a

Calcium Solution before Dental Erosion. Journal of caries. 2020; 10(1): 5.

Anda mungkin juga menyukai