Disusun Oleh :
BANJARMASIN
2023
1. Glass-Ionomer Cement
Glass-ionomer cement atau GIC adalah nama yang diberikan untuk
bahan yang berasal dari reaksi antara serbuk kaca dan asam poliakrilat
(Anusavice, Shen, dan Rawls, 2013). GIC merupakan bahan restorasi yang
berbahan dasar air dan dapat merekat dengan sendirinya pada permukaan gigi
(Sakaguchi, Ferracane, dan Powers, 2019).
GIC pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun
1972, dimana awalnya bahan ini dikembangkan sebagai pengganti dentin
sehingga seringkali disebut sebagai dentin substitute, man-made dentin, dan
artificial dentin. GIC yang pertama kali tersedia di pasaran dikenal sebagai
aluminosilicate polyacrylate atau disingkat sebagai ASPA, dimana GIC ini
tersusun dari ion alumino-silikat dan asam polialkenoid seperti asam
poliakrilat (Garg dan Garg, 2017). Bahan ini kemudian dikembangkan
dengan menggunakan partikel kaca yang lebih reaktif dan kaya akan
kandungan fluoride serta ditemukannya efek asam tartarat dalam
meningkatkan reaksi setting dan menghasilkan GIC yang dikenal sekarang
(Shahid dan Duminis, 2019).
Hingga saat ini, GIC memiliki banyak kegunaan dalam dunia
kedokteran gigi. Awalnya bahan GIC diindikasikan sebagai pilihan bahan
restorasi estetika, akan tetapi seiring berjalannya waktu, GIC juga digunakan
untuk hal lainnya, seperti sebagai liner dan basis untuk proteksi pulpa, luting
agent untuk merekatkan prostesis cekat dan alat ortodontik cekat, sebagai
bahan restorasi sementara, core build up, pit and fissure sealant, dan bahan
pulp capping (Noort dan Barbour, 2013; Torabinejad, Fouad, dan Shabahang,
2015)
1. Silika : 41,9%
2. Alumina : 28,6%
3. Aluminium fluorida : 1,6%
4. Kalsium fluorida : 15,7%
5. Sodium fluorida : 9,3%
6. Aluminium fosfat : 3,8%
Setiap bahan memiliki kontribusi dalam menghasilkan sifat dan
karakteristik dari bahan GIC. Silika dan aluminium fosfat ditambahkan
untuk meningkatkan translusensi dari GIC, alumina ditambahkan sebagai
pembentuk struktur yang memperkuat GIC, dan kalsium fluorida
ditambahkan untuk meningkatkan opasitas (Anusavice, Shen, dan Rawls,
2013; Garg dan Garg, 2017).
b. Komposisi Liquid
Awalnya GIC menggunakan senyawa asam poliakrilat sebesar 40
sampai 50%, akan tetapi hal ini menghasilkan liquid dengan viskositas
yang tinggi dan waktu penyimpanan yang singkat akibat proses gelasi,
maka dari itu komponen liquid dari GIC sekarang juga mengandung
senyawa berupa copolymer yang tersusun dari asam itatonik, asam
maleat, atau asam sitrat (Anusavice, Shen, dan Rawls, 2013). Selain
bahan tersebut, asam tartarat juga ditambahkan untuk meningkatkan
reaktivitas partikel kaca, mengurangi viskositas, meningkatkan waktu
penyimpanan, memperpanjang waktu kerja, dan mempersingkat setting
time. Persentasi dari bahan mentah yang terkandung pada bubuk GIC
terdiri dari (Garg dan Garg, 2017) :
.
Gambar 2. Contoh dari twin syringe apparatus pada paste-paste system.
Gambar 6. Struktur dari GIC. Partikel berwarna biru menggambarkan partikel kaca
yang tidak bereaksi, dikelilingi oleh gel yang terbentuk akibat reaksi dengan asam
poliakrilat. Kelompok karboksil bereaksi dengan kalsium dari enamel dan dentin.
8. Periksa ada atau tidaknya GIC atau berlebih serta adaptasi bahan
dengan permukaan gigi.
9. Finishing dan polishing dapat dilakukan 24 jam setelah GIC
diaplikasikan.
6.3 Glass-Ionomer Cement sebagai Luting Agent
Selain digunakan sebagai bahan restorasi, GIC juga digunakan
sebagai luting agent atau bahan sementasi untuk pemasangan crown,
gigi tiruan jembatan, inlay, ortodontik cekat, dan lain-lain. GIC juga
merupakan salah satu bahan paling populer untuk sementasi permanen
(Sakaguchi, Ferracane, dan Powers, 2019).
GIC yang digunakan sebagai luting agent memiliki sifat yang
sama dengan GIC lainnya, namun terdapat perbedaan dalam waktu
kerja dan waktu setting yang disesuaikan dengan utilisasinya sebagai
luting agent. GIC memiliki sifat mekanis yang baik, mampu melekat
dengan permukaan gigi dan logam, serta dapat melepaskan fluoride
yang meningkatkan ketahanan enamel dan dentin terhadap erosi serta
berfungsi sebagai agen bakteriostatik. GIC menjadi pilihan utama
dalam sementasi alat ortodontik cekat, crown berbahan logam atau
campuran antara logam dan keramik, dan prostetik lainnya (Mount dkk,
2016).
Dibandingkan dengan luting agent lainnya,GIC memiliki sifat
mekanik yang paling baik. GIC memiliki compressive strength antara
100 hingga 150 MPa, dimana jauh melebihi standar ISO 9917 yakni 70
MPa, serta dapat mencapai ketebalan di bawah 20 mikron sehingga
tidak mengganggu pemasangan prostetik (Sakaguchi, Ferracane, dan
Powers, 2019).
Anusavice, K.J., Shen, C., dan Rawis, H.R., 2013, Phillips’ Science of Dental
Materials, 12th ed., Elsevier Saunders, St. Louis, hal 320-327.
Garg, N., dan Garg, A., 2017, Textbook of Preclinical Conservative Dentistry, 2nd
ed., Jaypee Brothers Medical Publisher, New Delhi, hal. 154-158.
Mount, G.J., Hume, W.R., Ngo, H.C., dan Wolff, M.S., 2016, Preservation and
Restoration of Tooth Structure, 3rd ed., John Wiley & Sons, Ltd., Oxford, hal.
139.
Noort, R.V., dan Barbour, M.E., 2013, Introduction to Dental Materials, 4th ed.,
Elsevier Ltd., China, hal 95-104.
Sakaguchi, R., Ferracane, J., dan Powers, J., 2019, Craig’s Restorative Dental
Materials, 14th ed., Elsevier, Inc., St. Louis, hal 126-127, 156, 285-287
Shahid, S., and Duminis, T., 2019, Glass-ionomer cement: chemistry and its
applications in dentistry, in Z. Khurshid, S. Najeeb, M.S. Zafar, and F. Sefat,
Advanced Dental Biomaterials, Woodhead Publishing, Duxford, hal 175-191.
Torabinejad, M., Fouad, A.F., dan Shabahang, S., 2015, Endodontics: Principles
and Practice, 5th ed., Elsevier Inc., China, hal, 27.