Anda di halaman 1dari 18

Revisi

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II


Topik

: Glass Ionomer Cement (GIC)

Kelompok

: C12

Tgl. Praktikum : Rabu, 2 September 2015


Pembimbing

: Priyawan Rachmadi, drg., Ph.D

PENYUSUN:
NO.

NAMA

NIM

1.

FARID MARZUQI

021411133046

2.

FADILA KEMALA DWI

021411133047

3.

BINTANG M.D.E MANAFE

021411133048

4.

KHAIRAL FATAYA

021411133049

5.

MUHAMMAD MIKAIL FAROBI

021311133170

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

1. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu memanipulasi GIC untuk material restorasi menggunakan
alat dengan benar
b.

Mahasiswa mampu membedakan setting time GIC berdasarkan variasi rasio


bubuk atau cairan dengan benar

2. ALAT & BAHAN


Bahan praktikum yang dibutuhkan
a. Bubuk dan cairan GIC (merk Gold Label)
Alat praktikum yang dibutuhkan
a. Pengaduk plastik
b. Glass lab
c. Cetakan teflon ukuran diameter 5 mm, tebal 2 mm
d. Plastic filling instrument
e. Sonde
f. Pisau malam
g. Stopwatch
h. Paper pad
i. Sendok takar

Gambar 1: a)Pengaduk plastik b)Sonde c)Plastic filling instrument d)Glass Lab


e)Cetakan

teflon f)Paper pad g)Bubuk dan cairan GIC

3. CARA KERJA
a. Material dan alat disiapkan untuk digunakan saat praktikum.
b. Cetakan teflon diletakkan di atas glass lab.
c. Botol bubuk GIC dikocok terlebih dahulu untuk menghindari adanya bubuk
yang menggumpal, kemudian 1 sendok takar bubuk GIC diambil dengan
posisi botol GIC di miringkan dan diratakan hingga rata dengan tepi sendok
takar, lalu diletakkan di atas paper pad dan dibagi menjadi dua bagian.
d. Cairan GIC di teteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad dekat bubuk, dengan
posisi botol dipegang secara vertikal 1 cm di atas paper pad, botol ditekan
sedikit sampai cairan menetes.
e. Waktu awal pencampuran dicatat posisi stopwatch pada posisi 00:00. Bubuk
GIC yang telah dibagi dua, pada bubuk bagian pertama dicampur ke cairan
dan diaduk selama 10 detik, kemudian ditambahkan bubuk bagian kedua
diaduk selama 25 detik. Pengadukan dilakukan dengan gerakan memutar
kemudian gerakan melipat, diusahakan agar semua bubuk tercampur, baik
pada paper pad maupun pada pengaduk plastik. Adonan GIC diaduk sampai
homogen.
f.

Adonan GIC yang sudah homogen dikumpulkan pada pengaduk plastik,


kemudian sedikit demi sedikit adonan diambil dengan menggunakan plastic
filling instrument untuk dimasukkan ke dalam cetakan teflon. Permukaan
adonan pada cetakan diratakan (stopwatch masing tetap menyala).

g. Pengukuran setting time dilakukan dengan cara permukaan adonan GIC pada
cetakan teflon ditusuk menggunakan sonde dengan interval waktu 5 detik
untuk setiap kali tusukan. Setting time dinyatakan selesai apabila pada
permukaan sampel tidak ada bekas tusukan sonde.
h.

Setelah dipastikan tidak ada bekas pada tusukan sonde. Catalah setting
timenya, sejak awalnya pencampuran hingga mengeras.

4. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1. Perbandingan Setting Time Berdasarkan Perbedaan Variasi Rasio Bubuk dan Cairan
GIC

Rasio bubuk : cairan

Setting Time

1:1

6 menit 45 detik

:1

7 menit 10 detik

1:1

5 menit 30 detik

Pada praktikum ini dilakukan cara memanipulasi material semen kedokteran gigi
yaitu glass ionomer cement (GIC) dengan benar dan untuk membedakan setting time
GIC berdasarkan kadar variasi bubuk yang berbeda untuk 3 kali percobaan
menggunakan rasio bubuk yang berbeda bagi setiap percobaan. Rasio bubuk yang
digunakan adalah 1:1, , dan 1: . Proses manipulasi untuk menghitung setting time
dilakukan mulai proses pencampuran bubuk dan cairan selama 25 detik, dilanjutkan
dengan working time dan setting time. Hasil praktikum didapatkan bahwa rasio bubuk
P/L :1 mendapatkan setting time yang paling tinggi yaitu selama 7 menit 10 detik
dan yang paling rendah setting time adalah rasio bubuk sebanyak 1: dengan
catatan masa 5 menit 30 detik.
5. PEMBAHASAN
5.1 Kajian Teori
Glass ionomer cement (GIC) pertama kali dikenal dalam profesi kedokteran
gigi sekitar 30 tahun yang lalu. Glass ionomer cement adalah material kedokteran gigi
yang salah satunya bisa digunakan untuk bahan restoratif. Semen ionomer kaca terdiri

dari bubuk kalsium-alumino-silika-gelas dan cairan homo- atau kopolimer asam


akrilik. Semen ionomer kaca memiliki karateristik unik yang membuat semen ini
selain berguna sebagai material restoratif juga sebagai material adesif, termasuk adesi
terhadap struktur gigi dan metal base. Bahan ini bersifat antikariogenik oleh karena
mampu melepaskan flourida, sehingga berfungsi sebagai reservoir fluor, bersifat
rechargeable, biocompatible dengan jaringan gigi, berikatan dengan dentin dan email
secara kimiawi melalui mekanisme pertukaran ion. GIC digunakan terutama untuk
restorasi lesi abrasi/erosi serta sebagai bahan luting untuk restorasi mahkota dan
jembatan gigi. Aplikasi klinis GIC digunakan secara luas termasuk untuk restorasi
lesi proksimal, restorasi oklusal pada gigi sulung, serta sebagai basis dan liners dari
suatu kavitas.
Glass ionomer cement merupakan nama generik dari kelompok bahan yang
didasarkan pada reaksi serbuk kaca silikat dan asam poliakrilat. bahan ini merupakan
formulasi dari serbuk kaca dan ionomer yang mengandung asam karboksilat. Pada
awalnya, penggunaan material ini hanya dimaksudkan untuk pemulihan estetika gigi
anterior. karena GIC memiliki ikatan adhesif (perekat) untuk struktur gigi dan potensi
pencegahan karies, penggunaan GIC telah diperluas sehingga mencangkup
penggunaan sebagai agen luting, perekat braket ortodontik, pit dan fissure sealant,
liners dan restorasi. jenis aplikasi tergantung pada konsisten semen, yang berkisar
dari viskositas rendah untuk viskositas sangat tinggi dengan menyesuaikan distribusi
ukuran partikel (anusavice 2003, p. 471).
5.1.1 Komposisi bubuk
Komposisi bubuk dalam glass ionomer cement bervariasi tergantung kepada
merek, tetapi dalam bubuk itu harus mengandung silika, kalsia, alumina dan florida.
Rasio alumina:silikat adalah kunci reaktivitas semen dengan asam poliakrilat.
Barium, strontium, atau logam oksida yang mempunyai nomor atom yang lebih tinggi
lainnya akan ditambahkan ke gelas bagi meningkatkan radiopacity. Gelas silika
mencair pada suhu antara 1100o dan 1500o tergantung pada bahan baku dan

komposisi secara keseluruhan. Kaca yang digiling menjadi bubuk dengan partikel
mulai dari kurang dari 15m sampai 50m (Anusavice 2012, p. 320).

Alumina (Al2O3)

- Meningkatkan opacity

Silika (SiO2)

- Meningkatkan Translucency

Fluoride (F)

- Anticariogenecity
- Meningkatkan daya tembus
- Meningkatkan waktu kerja
- Meningkatkan kekuatan

Kalsium fluorida (Ca F2)

- Meningkatkan opacity
- Bertindak sebagai fluks

fosfat Aluminium

- meningkatkan daya tembus


- Increase translucency

Cryolite (Na3AlF6)

- Increase translucency
- Bertindak sebagai fluks
Tabel 2. Komponen bubuk glass ionomer 3 merek yang berbeda (Anusavice, 2012, p.
321)

Komponen

Merek A

Merek B

Merek C

Si02

41.9

35.2

20-30

Al2O3

28.6

20.1

10-20

ALF3

1.6

2.4

CaF3

15.7

20.1

NaF

9.3

3.6

AlPO4

3.8

12.0

10-15

Na2O

1-5

BaO

10-20

CaO

10-20

P2O5

1-5

5.1.2 Komposisi cairan


Cairan untuk GIC adalah larutan Polyacrylic acid (PAA) dengan konsentrasi
sekitar 50%. Ini cukup kental dan cenderung gel dari waktu ke waktu. Dengan
demikian, PAA itu dikopolimerisasikan dengan asam lainnya seperti asam itaconic,
maleat dan trikarboksilat. Bahan cair polyelectrolytic dari GIC juga disebut sebagai
asam polyalkenoic (Mahesh Singh et al 2011, p. 26-7). Komponen cairan juga bisa
terdiri dari larutan asam akrilik atau asam maleat, Kopolimer asam akrilik. Asam
tartarat, yang digunakan adalah untuk mengontrol pengaturan karakteristik, juga
termasuk dalam komponen cairan yang telah disuplai oleh produsen (McCabe and
Walls, 2008, p. 245). Asam tartarat membantu untuk merusak lapisan permukaan
partikel gelas, ini mempercepat pembebasan ion aluminium dengan yang mengalami
pembentukan kompleks. Oleh karena itu ion aluminium tidak langsung tersedia untuk
bereaksi dengan poli hingga working time semen kekal sama (McCabe and Walls,
2008, p. 248).
Asam fosfat juga telah diperkenalkan ke sistem ini.
Ciri khas dari cair GIC adalah mengandung 40-55% dari 2: 1 poliakrilat : itakonat
asam co- polimer dan air.
Fungsi dasar co-polimer ini meliputi:
- Asam polimer co mengurangi ikatan H- antara molekul asam dan mengurangi
tingkat pembentuk gel

- Menurunkan viskositas
-Mengurangi kecenderungan untuk gelasi, karenanya, meningkatkan penyimpanan.
- Meningkatkan reaktivitas cairan
bahan Aditif:
1. asam tartarat: meningkatkan waktu kerja, meningkatkan tembus, meningkatkan
manipubality, meningkatkan kekuatan 5-15 dari isomer optik aktif TA
ditambahkan.
2. Polifosfat: meningkatkan Waktu Kerja.
3. Logam oksida: mempercepat Mengatur Waktu.
Ion Ca2+ dan A13+ dari bubuk akan bereaksi dengan gugus karboksilat untuk
cross-link dengan asam polimer pada kelompok karboksilat yang sama dan
berinteraksi kuat dengan permukaan ion Ca2+ dalam enamel atau dentin untuk
menghasilkan adhesi kimia untuk struktur gigi karena kemampuan melepas flour. Hal
ini sangat berguna untuk pasien yang beresiko tinggi terhadap karies gigi. Glass
ionomer cement memiliki sifat translucent dan biasa digunakan sebagai bahan pengisi
estetika. Meskipun glass ionomer cement memiliki kemuatan ikatan geser yang
diukur dalam laboratorium hanya sekitar 3 MPa, retensi klinis glass ionomer cement
sangat baik (Annusavice 2003 p. 295). Namun, lepasnya flouride dari bahan material
ini memungkinkan adanya sifat sitotoksik in vitro. beberapa peneliti melaporkan
bahwa sistem tertentu lebih sitotoksik daripada yang lain, hal ini dapat berkaitan
dengan komposisi glass yang digunakan dalam bahan yang kemungkinan dapat
mengandung aluminium, kalsium, mangan, seng, strontium dan unsur-unsur logam
lainnya (Sakaguchi&Powers 2012, p. 122).
Keuntungan GIC yaitu perlekatan ionik permanen terhadap struktur gigi dan
kapasitas untuk melepaskan fluorida. Semen ionomer kaca memiliki biokompabilitas
yang baik terhadap jaringan gigi, solubilitas rendah, antikariogenik, perubahan
dimensi kecil dan tahan terhadap fraktur.Sedangkan kerugian GIC antara lain estetik,
kehalusan permukaan, kekuatan kompresif, kekuatan flexural kurang dibandingkan
kompomer dan juga lebih tidak tahan terhadap erosi (Roeroe, Wicaksono, dan Juliatri,
2015).

5.1.3 Tipe Glass Ionomer Cement


GIC mempunyai 3 tipe yaitu tipe 1 untuk luting, tipe 2 untuk restorasi,dan tipe 3
untuk liner dan basis. Kebanyakan dari tipe GIC mempunyai sifat radiopak sehingga
dapat dibedakan dalam radiografi.
Semen luting (Tipe I):
Banyak material restorasi gigi dibuat di luar mulut pasien dan kemudian
diaplikasikan ke daerah gigi yang telah dipreparasi menggunakan semen. Contohnya
termasuk penetapan porselen dan logam mahkota, jembatan dan inlay. Karakteristik
pengaturannya harus mempunyai waktu yang cukup untuk pencampuran bahan,
mengaplikasikan ke gigi. Harusnya material itu, idealnya, perlu didapatkan viskositas
awal yang rendah, untuk memungkinkan aliran semen sehingga material restorasi bisa
seating dengan benar (McCabe and Walls, 2008, p. 270).
Proses luting dibutuhkan untuk mengisi kekosongan mikroskopis antara
prostesis dan gigi yang telah dipreparasi. Setiap permukaan mikroskopis kasar,
memiliki puncak dan lembah, dan hanya mempunyai kontak titik hasil daripada
puncak. Daerah yang tidak berhubungan harus diisi dengan semen untuk mencegah
aliran cairan mulut dan invasi bakteri. Untuk menutup ruang, bisa meletakkan perekat
lembut antara dua permukaan, yang dapat menyesuaikan diri di bawah tekanan untuk
fitur permukaan yang kasar (Anusavice, 2013, p. 311).
Sifat ideal semen luting menurut Mc Lean Wilson adalah:
viskositas rendah dan ketebalan film
Panjang waktu kerja dan set cepat pada suhu mulut
resistensi yang baik untuk serangan asam berair
kompresi dan kekuatan tarik tinggi
Resistensi terhadap plastik
Adhesi ke struktur gigi
sifat Cariostatic

kompatibilitas biologi dengan pulp


Translucency
radiopac
Semen restoratif (Tipe II):
Indikasi:
o Erosi / abrasi lesi
o Kelas V lesi
o Restorasi gigi primer
o Kelas III les)
o persiapan microcavity = kotak, slot, terowongan
o Atraumatic Restorative Treatment (ART)
o Pasien rentan terhadap karies merajalela
o kelas berukuran kecil menengah saya lesi
o Perbaikan margin terbuka di sekitar mahkota dan inlays
Semen Liner dan basis (Tipe III):
Semen liner pada dasarnya digunakan untuk melindungi pulpa dari perubahan
temperatur. Semen liner memliki ketebalan 0,5 mm dan memiliki sifat fisik yang
rendah. Semen liner juga digunakan untuk mengisi kekosongan pada cavita
menggunakan perbandingan powder:liquid yaitu 1,5:1. Sedangkan semen untuk basis
digunakan sebagai subtitusi pada dentin. Seluruh rongga akan dilapisi dengan GIC
lalu dipotong kembali untuk memberikan ruang untuk amalgam atau komposit
( Mahesh Singh et al 2011, p. 29). Kalsium hidroksida adalah bahan utama pada liner
dan basis semen karena kalsium hidroksida adalah anti mikroba, memiliki pH tinggi,
dan bisa merangsang pembentukan dentin sekunder. Liner tidak memiliki kekuatan
mekanik yang signifikan atau kemampuan isolasi termal tetapi dapat meneutralisasi
asam yang bermigrasi ke arah pulpa dan, dalam proses, dapat menginduksi
pembentukan dentin sekunder. Terdapat beberapa formula yang tersedia yang hanya
perlu menambah kalsium hidroksida untuk semen seperti semen viskositas rendah
ZOE, GI, atau resin (Anusavice. 2013, p. 314). Persyaratan bahan lapisan rongga
dipilih untuk aplikasi tertentu tergantung pada kedalaman rongga, yang menentukan

ketebalan residu dentin antara pangkal rongga dan pulpa gigi, dan jenis bahan pengisi
yang akan digunakan untuk mengembalikan bentuk asal gigi. Tujuan liner adalah
untuk bertindak sebagai penghalang antara bahan pengisi dan dentin (McCabe and
Walls, 2008, p. 267).
Berbeda dengan liner, basis adalah semen diletakkan di lapisan yang lebih
tebal, (lebih besar dari 0,75 mm) di bawah bahan restoratif untuk melindungi pulpa
terhadap thermal injury, shock galvanis dan iritasi kimia. Kebiasaannya, semen seng
fosfat dan ZOE akan digunakan, serta beberapa polikarboksilat dan GIC. Semen GIC
dapat menghambat secara efektif terhadap penetrasi bahan konstituen bahan restoratif
yang irritatif. Sebelum menggunakan GIC sebagai basis, liner kalsium hidrosida
harus digunakan terlebih dahulu untuk melindungi daerah pulpa yang bisa terdedah
(Anusavice, 2013, p. 315).
5.1.5 Reaksi Setting GIC
Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk membentuk adonan, etsa asam pada
permukaan partikel glass dan kalsium, aluminium, sodium dan ion flour yang tercuci
ke dalam media berair. Rantai asam poliakrilat cross-linked dengan ion kalsium yang
digantikan oleh ion aluminium dalam 24 jam berikutnya. natrium dan ion flour tidak
ikut berpartisipasi dalam silang dari semen. Beberapa ion natrium dapat mengganti
ion hidrogen dari kelompok karboksilat, sedangkan ion yang tersisa akan tersebar
merata dalam semen bersama dengan fase silang ion flour menjadi terhidrasi dari
waktu ke waktu dengan air yang sama yang digunakan untuk mencampur. proses ini
merupakan proses pematangan. Bagian yang tidak bereaksi dari partikel glass akan
terselubung oleh silika gel yang berkembang selama penghapusan kation dari
permukaan partikel bubuk yang tidak bereaksi dikelilingi oleh silika gel dalam
matriks amorf kalsium dan aluminium poli gram terhidrasi (Anusavice 2003, p. 2734).
Pada proses setting GIC, asam yang terkandung dalam cairan GIC bereaksi
dengan lapisan luar dari partikel gelas yang terkandung dalam bubuk GIC.
Permukaan luar partikel gelas tersebut akan melepaskan ion alumunium serta ion

kalsium yang nantinya akan membentuk polysalts dalam matriks asam poliakrilik,
serta silica gel yang nantinya akan berfungsi sebagai pelindung partikel gelas yang
tidak bereaksi. Silica gel juga biasa disebut dengan silica hydrogel karena selama
proses setting, air akan berikatan dengan silica gel karena sifat silica gel yang
hidrofilik. Pada GIC yang tidak homogen, selama proses setting silica hydrogel yang
terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan GIC yang homogen. Banyaknya silica
hydrogel yang terbentuk menyebabkan setting shrinkage yang besar pada tumpatan
GIC. Apabila diaplikasikan pada pasien, Setting shrinkage yang besar ini
menyebabkan sela marginals yang besar antara permukaan gigi dan tumpatan.
Besarnya sela marginal yang terbentuk dikhawatirkan menyebabkan mudahnya
penetrasi bakteri, asam, enzim, cairan, serta ion-ion melalui celah yang terbentuk
antara restorasi dan gigi (Aviandani, Munadziroh, dan Yogiartono, 2012).
Cairan GIC berperan sebagai media reaksi awal dan kemudian perlahan-lahan
hidrat silang matriks, sehingga menghasilkan struktur gel yang stabil yang kuat dan
kurang rentan terhadap kelembapan jika semen baru dicampur terkena ambien semua
tanpa pelindung, permukaan akan retak akibat pengeringan setiap kontaminasi oleh
cairan yang terjadi pada tahap ini dapat menyebabkan pembubaran matriks
membentuk kation dan anion ke daerah sekitarnya baik pengeringan dan kontaminasi
dari bahan. Oleh karena itu GIC harus dilindungi terhadap pengeringan dan
perubahan struktur cairan selama penempatan dan selama beberapa minggu setelah
penempatan jika memungkinkan (Anusavice 2003, p. 273-4).

Gambar 2. Reaksi Setting GIC (Sakaguchi and Powers, 2011, p. 183)

5.1.6 Karateristik Glass Ionomer Cement


Tabel 3. Syarat Glass Ionomer Cement Berdasarkan ISO 9917
Karakteristik

Ketebalan

Restorasi

Luting

Lining/Base

Semen

Semen

Semen

25 (max)

2-6

2.5-8

2-6

Film(m)
Setting

time(menit)
Compressive

130 (min)

70 (min)

70 (min)

0.05 (max)

0.05 (max)

Strength (MPa)
Acid

Erosion 0.05 (max)

(mm/h)
5.1.6.1 Pelepasan dan Penyerapan Ion Florida
Salah satu kepentingan utama atau kelebihan menggunakan semen seperti glass
ionomer adalah kemampuan semen tersebut sebagai reservoir bagi ion florida. Kajian
telah membuktikan bahwa ion florida yang terlepas hasil dari reaksi kimia akan
diserap oleh enamel maupun dentin dan membisakan bahagian gigi tersebut kurang
terdedah di saat berlakunya kelebihan asam dalam rongga mulut. Malah pembebasan
ion florida ini bisa menggangu aktifitas bakteri kariogenik. Kelebihan utama ion
florida

ini

bertindak

untuk

menghalang

dari

terjadinya

karies

gigi

(Sakaguchi&Powers 2012, p. 188). Setelah setting, GIC akan membebaskan ion


florida dalam jumlah yang sebanding dengan yang telah dibebaskan pada awalnya
dari semen silikat. Penelitian in vitro telah menunjukkan bahwa kemampuan semen
ini sebagai material restorasi bisa menghambat dari terjadinya demineralisasi enamel
dan dentin dari gel asam yang diproduksi atau solusi demineralisasi penyangga
(Anusavice 2012, p. 323).
5.1.6.2 Adhesi
Semen glass ionomer berikatan dengan struktur gigi melalui proses chelation
gugus karboksil dari asam poliakrilat dengan kalsium dalam apatit dari enamel dan
dentin, seperti cara yang sama dengan semen polikarboksilat (Anusavice 2012, p.
321). Kemampuan lain semen ini adalaha bisa melengket atau melekat dengan baik
pada enamel dan dentin, meskipun mekanisme yang tepat tentang ikatan masih belum
jelas sepenuhnya. Terdapat satu teori bahwa molekul asam poli akan chelate dengan
kalsium pada permukaan gigi. Teori lain pula bahgian luar apatit pada permukaan gigi

menjadi larut akibat dari kehadiran asam. Semakin larutnya apatit, semen mulai
setting dan pH mulai meningkat. Mekanisme ini bisa terjadi pada permukaan enamel
atau dentin (McCabe and Walls, 2008, p. 249).

5.2 Analisa Hasil Praktikum


Praktikum manipulasi glass ionomer cement ini dilakukan dengan 3 variasi rasio
bubuk : cairan yang berbeda. Pada percobaan pertama manipulasi dilakukan dengan
ratio normal atau sesuai aturan pabrik yaitu 1 sendok bubuk : 1 tetes cairan.
Percobaan kedua dengan ratio sendok bubuk : 1 tetes cairan dan percobaan ketiga
dengan 1 sendok bubuk : 1 tetes cairan. Lama pengadukan yang dilakukan adalah
10 detik pada pengadukan pertama dan 25 detik pada pengadukan kedua.
Setting time yang dianjurkan untuk semen ionomer kaca adalah 7 menit
(Sakaguchi&Powers,

2012).

Pada

rasio

normal

yaitu

dengan

ratio

P/L

(pelarut/terlarut) 1:1 didapatkan adonan yang cukup kental sehingga ratio


bubuk:cairan yang tinggi akan mengakibatkan setting time lebih cepat karena bubuk
GIC akan menghasilkan Ca2+ dan Al3+ lebih banyak dibandingkan cairan asam. Crosslink yang terjadi antara kation dengan polyacid membentuk polyalkeonate tidak perlu
menunggu terurainya kation sehingga proses pengerasan berlangsung cepat. Pada
praktikum ini perbandingan ration 1:1 didapatkan hasil setting time sebesar 6 menit
45 detik. Hasil ini sedikit lebih cepat dari teori yang mengatakan bahwa waktu
normal setting time dengan takaran bubuk : cairan yang normal yaitu 7 menit. Hal ini
dapat dikarenakan oleh kesalahan pada penakaran ratio bubuk : cairan GIC,
pencampuran dan pengadukan. waktu pengadukan yang kami lakukan 10 detik pada
pengadukan pertama dan 25 detik pada pengadukan kedua, dimana waktu
pengadukan kedua sedikit lebih cepat dari yang dianjurkan yaitu selama 25-30 detik
(maksimum 60 detik sampai homogen). Pengadukan yang lebih cepat ini beresiko
adonan yang tidak mengkilap akibat belum homogen. Hal ini juga dapat disebabkan
oleh penggunaan spatula yang tidak tepat dan pengadukan yang kurang cepat serta

merata. tidak mengkilapnya adonan saat dimasukkan kedalam cetakan menunjukan


bahwa belum adanya poliasam yang seharusnya membantu pengerasan.
Hasil percobaan ini didapatkan bahwa waktu setting paling lama diperoleh dari
percobaan kedua dengan perbandingan ratio sendok bubuk : 1 tetes cairan dan
percobaan ketiga dengan hasil setting time yang paling cepat yaitu 5 menit 30 detik
yang diperoleh dari perbandingan ratio 1 sendok bubuk : 1 tetes cairan. Dari ketiga
tiga percobaan yang telah dilakukan, kemungkinan terjadinya kesalahan yang
menyebabkan hasil praktikum berbeda dari teori karena mungkin saat penakaran
bubuk terdapat kesalahan atau mungkin di saat menguji semen menggunakan sonde
di mana setiap anak bisa mengaplikasikan tekanan yang berbeda ke permukaan
semen.
6. KESIMPULAN
Setting time dari bahan material kedokteran gigi Glass ionomer cement dapat
dipengaruhi oleh ratio bubuk : cairan. Ratio bubuk : cairan yang kental akan
menghasilkan setting time yang lebih cepat dan begitu pula sebaliknya.

7. DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice, K. J., Shen, C. and Rawls, R. H., 2012. Phillips science of

dental materials. 12th ed. United States: Elsevier Health Sciences. Pp.
273-4, 295, 311,314-5, 320-3, 471.
2. Aviandi, M.J., Munadziroh, E., & Yogiartono, M., 2012. Perbedaan

Kebocoran Tepi Tumpatan Semen Ionomer Kaca dengan Pengadukan


Secara Mekanik Elektrik dan Manual. Jurnal PDGI, Vol.61. Pp. 1-3.
3. McCabe, J. F. and Walls, A. W. G., 2008. Applied dental materials.

Malden, MA: Blackwell Science. Pp. 245, 248-9, 267, 270.


4. Roeroe, V.M., Wicaksono, D.A & Juliatri, 2015. Gambaran Kekuatan

Tekan Bahan Tumpatan Semen Ionomer Kaca yang Direndam Dalam


Minuman Beralkohol. Jurnal E-gigi, Vol. 3. P. 2.
5. Sakaguchi, R.L & Powers, J.M., 2012. Craigs restorative dental

materials. 13th ed. Philadelphia,: Elsevier Mosby. Pp. 122, 183, 188.

6. Singh, T.M., Suresh, P., Sandhyrani, J & Srayanthi, J., 2011. Glass

Ionomer Cement (GIC) In Dentistry: A Review. International Journal


Of Plant, Animal, and Enviromental Science, Vol. 1. Pp. 26-29.

Anda mungkin juga menyukai