Kelompok
: C12
PENYUSUN:
NO.
NAMA
NIM
1.
FARID MARZUQI
021411133046
2.
021411133047
3.
021411133048
4.
KHAIRAL FATAYA
021411133049
5.
021311133170
1. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu memanipulasi GIC untuk material restorasi menggunakan
alat dengan benar
b.
3. CARA KERJA
a. Material dan alat disiapkan untuk digunakan saat praktikum.
b. Cetakan teflon diletakkan di atas glass lab.
c. Botol bubuk GIC dikocok terlebih dahulu untuk menghindari adanya bubuk
yang menggumpal, kemudian 1 sendok takar bubuk GIC diambil dengan
posisi botol GIC di miringkan dan diratakan hingga rata dengan tepi sendok
takar, lalu diletakkan di atas paper pad dan dibagi menjadi dua bagian.
d. Cairan GIC di teteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad dekat bubuk, dengan
posisi botol dipegang secara vertikal 1 cm di atas paper pad, botol ditekan
sedikit sampai cairan menetes.
e. Waktu awal pencampuran dicatat posisi stopwatch pada posisi 00:00. Bubuk
GIC yang telah dibagi dua, pada bubuk bagian pertama dicampur ke cairan
dan diaduk selama 10 detik, kemudian ditambahkan bubuk bagian kedua
diaduk selama 25 detik. Pengadukan dilakukan dengan gerakan memutar
kemudian gerakan melipat, diusahakan agar semua bubuk tercampur, baik
pada paper pad maupun pada pengaduk plastik. Adonan GIC diaduk sampai
homogen.
f.
g. Pengukuran setting time dilakukan dengan cara permukaan adonan GIC pada
cetakan teflon ditusuk menggunakan sonde dengan interval waktu 5 detik
untuk setiap kali tusukan. Setting time dinyatakan selesai apabila pada
permukaan sampel tidak ada bekas tusukan sonde.
h.
Setelah dipastikan tidak ada bekas pada tusukan sonde. Catalah setting
timenya, sejak awalnya pencampuran hingga mengeras.
4. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1. Perbandingan Setting Time Berdasarkan Perbedaan Variasi Rasio Bubuk dan Cairan
GIC
Setting Time
1:1
6 menit 45 detik
:1
7 menit 10 detik
1:1
5 menit 30 detik
Pada praktikum ini dilakukan cara memanipulasi material semen kedokteran gigi
yaitu glass ionomer cement (GIC) dengan benar dan untuk membedakan setting time
GIC berdasarkan kadar variasi bubuk yang berbeda untuk 3 kali percobaan
menggunakan rasio bubuk yang berbeda bagi setiap percobaan. Rasio bubuk yang
digunakan adalah 1:1, , dan 1: . Proses manipulasi untuk menghitung setting time
dilakukan mulai proses pencampuran bubuk dan cairan selama 25 detik, dilanjutkan
dengan working time dan setting time. Hasil praktikum didapatkan bahwa rasio bubuk
P/L :1 mendapatkan setting time yang paling tinggi yaitu selama 7 menit 10 detik
dan yang paling rendah setting time adalah rasio bubuk sebanyak 1: dengan
catatan masa 5 menit 30 detik.
5. PEMBAHASAN
5.1 Kajian Teori
Glass ionomer cement (GIC) pertama kali dikenal dalam profesi kedokteran
gigi sekitar 30 tahun yang lalu. Glass ionomer cement adalah material kedokteran gigi
yang salah satunya bisa digunakan untuk bahan restoratif. Semen ionomer kaca terdiri
komposisi secara keseluruhan. Kaca yang digiling menjadi bubuk dengan partikel
mulai dari kurang dari 15m sampai 50m (Anusavice 2012, p. 320).
Alumina (Al2O3)
- Meningkatkan opacity
Silika (SiO2)
- Meningkatkan Translucency
Fluoride (F)
- Anticariogenecity
- Meningkatkan daya tembus
- Meningkatkan waktu kerja
- Meningkatkan kekuatan
- Meningkatkan opacity
- Bertindak sebagai fluks
fosfat Aluminium
Cryolite (Na3AlF6)
- Increase translucency
- Bertindak sebagai fluks
Tabel 2. Komponen bubuk glass ionomer 3 merek yang berbeda (Anusavice, 2012, p.
321)
Komponen
Merek A
Merek B
Merek C
Si02
41.9
35.2
20-30
Al2O3
28.6
20.1
10-20
ALF3
1.6
2.4
CaF3
15.7
20.1
NaF
9.3
3.6
AlPO4
3.8
12.0
10-15
Na2O
1-5
BaO
10-20
CaO
10-20
P2O5
1-5
- Menurunkan viskositas
-Mengurangi kecenderungan untuk gelasi, karenanya, meningkatkan penyimpanan.
- Meningkatkan reaktivitas cairan
bahan Aditif:
1. asam tartarat: meningkatkan waktu kerja, meningkatkan tembus, meningkatkan
manipubality, meningkatkan kekuatan 5-15 dari isomer optik aktif TA
ditambahkan.
2. Polifosfat: meningkatkan Waktu Kerja.
3. Logam oksida: mempercepat Mengatur Waktu.
Ion Ca2+ dan A13+ dari bubuk akan bereaksi dengan gugus karboksilat untuk
cross-link dengan asam polimer pada kelompok karboksilat yang sama dan
berinteraksi kuat dengan permukaan ion Ca2+ dalam enamel atau dentin untuk
menghasilkan adhesi kimia untuk struktur gigi karena kemampuan melepas flour. Hal
ini sangat berguna untuk pasien yang beresiko tinggi terhadap karies gigi. Glass
ionomer cement memiliki sifat translucent dan biasa digunakan sebagai bahan pengisi
estetika. Meskipun glass ionomer cement memiliki kemuatan ikatan geser yang
diukur dalam laboratorium hanya sekitar 3 MPa, retensi klinis glass ionomer cement
sangat baik (Annusavice 2003 p. 295). Namun, lepasnya flouride dari bahan material
ini memungkinkan adanya sifat sitotoksik in vitro. beberapa peneliti melaporkan
bahwa sistem tertentu lebih sitotoksik daripada yang lain, hal ini dapat berkaitan
dengan komposisi glass yang digunakan dalam bahan yang kemungkinan dapat
mengandung aluminium, kalsium, mangan, seng, strontium dan unsur-unsur logam
lainnya (Sakaguchi&Powers 2012, p. 122).
Keuntungan GIC yaitu perlekatan ionik permanen terhadap struktur gigi dan
kapasitas untuk melepaskan fluorida. Semen ionomer kaca memiliki biokompabilitas
yang baik terhadap jaringan gigi, solubilitas rendah, antikariogenik, perubahan
dimensi kecil dan tahan terhadap fraktur.Sedangkan kerugian GIC antara lain estetik,
kehalusan permukaan, kekuatan kompresif, kekuatan flexural kurang dibandingkan
kompomer dan juga lebih tidak tahan terhadap erosi (Roeroe, Wicaksono, dan Juliatri,
2015).
ketebalan residu dentin antara pangkal rongga dan pulpa gigi, dan jenis bahan pengisi
yang akan digunakan untuk mengembalikan bentuk asal gigi. Tujuan liner adalah
untuk bertindak sebagai penghalang antara bahan pengisi dan dentin (McCabe and
Walls, 2008, p. 267).
Berbeda dengan liner, basis adalah semen diletakkan di lapisan yang lebih
tebal, (lebih besar dari 0,75 mm) di bawah bahan restoratif untuk melindungi pulpa
terhadap thermal injury, shock galvanis dan iritasi kimia. Kebiasaannya, semen seng
fosfat dan ZOE akan digunakan, serta beberapa polikarboksilat dan GIC. Semen GIC
dapat menghambat secara efektif terhadap penetrasi bahan konstituen bahan restoratif
yang irritatif. Sebelum menggunakan GIC sebagai basis, liner kalsium hidrosida
harus digunakan terlebih dahulu untuk melindungi daerah pulpa yang bisa terdedah
(Anusavice, 2013, p. 315).
5.1.5 Reaksi Setting GIC
Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk membentuk adonan, etsa asam pada
permukaan partikel glass dan kalsium, aluminium, sodium dan ion flour yang tercuci
ke dalam media berair. Rantai asam poliakrilat cross-linked dengan ion kalsium yang
digantikan oleh ion aluminium dalam 24 jam berikutnya. natrium dan ion flour tidak
ikut berpartisipasi dalam silang dari semen. Beberapa ion natrium dapat mengganti
ion hidrogen dari kelompok karboksilat, sedangkan ion yang tersisa akan tersebar
merata dalam semen bersama dengan fase silang ion flour menjadi terhidrasi dari
waktu ke waktu dengan air yang sama yang digunakan untuk mencampur. proses ini
merupakan proses pematangan. Bagian yang tidak bereaksi dari partikel glass akan
terselubung oleh silika gel yang berkembang selama penghapusan kation dari
permukaan partikel bubuk yang tidak bereaksi dikelilingi oleh silika gel dalam
matriks amorf kalsium dan aluminium poli gram terhidrasi (Anusavice 2003, p. 2734).
Pada proses setting GIC, asam yang terkandung dalam cairan GIC bereaksi
dengan lapisan luar dari partikel gelas yang terkandung dalam bubuk GIC.
Permukaan luar partikel gelas tersebut akan melepaskan ion alumunium serta ion
kalsium yang nantinya akan membentuk polysalts dalam matriks asam poliakrilik,
serta silica gel yang nantinya akan berfungsi sebagai pelindung partikel gelas yang
tidak bereaksi. Silica gel juga biasa disebut dengan silica hydrogel karena selama
proses setting, air akan berikatan dengan silica gel karena sifat silica gel yang
hidrofilik. Pada GIC yang tidak homogen, selama proses setting silica hydrogel yang
terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan GIC yang homogen. Banyaknya silica
hydrogel yang terbentuk menyebabkan setting shrinkage yang besar pada tumpatan
GIC. Apabila diaplikasikan pada pasien, Setting shrinkage yang besar ini
menyebabkan sela marginals yang besar antara permukaan gigi dan tumpatan.
Besarnya sela marginal yang terbentuk dikhawatirkan menyebabkan mudahnya
penetrasi bakteri, asam, enzim, cairan, serta ion-ion melalui celah yang terbentuk
antara restorasi dan gigi (Aviandani, Munadziroh, dan Yogiartono, 2012).
Cairan GIC berperan sebagai media reaksi awal dan kemudian perlahan-lahan
hidrat silang matriks, sehingga menghasilkan struktur gel yang stabil yang kuat dan
kurang rentan terhadap kelembapan jika semen baru dicampur terkena ambien semua
tanpa pelindung, permukaan akan retak akibat pengeringan setiap kontaminasi oleh
cairan yang terjadi pada tahap ini dapat menyebabkan pembubaran matriks
membentuk kation dan anion ke daerah sekitarnya baik pengeringan dan kontaminasi
dari bahan. Oleh karena itu GIC harus dilindungi terhadap pengeringan dan
perubahan struktur cairan selama penempatan dan selama beberapa minggu setelah
penempatan jika memungkinkan (Anusavice 2003, p. 273-4).
Ketebalan
Restorasi
Luting
Lining/Base
Semen
Semen
Semen
25 (max)
2-6
2.5-8
2-6
Film(m)
Setting
time(menit)
Compressive
130 (min)
70 (min)
70 (min)
0.05 (max)
0.05 (max)
Strength (MPa)
Acid
(mm/h)
5.1.6.1 Pelepasan dan Penyerapan Ion Florida
Salah satu kepentingan utama atau kelebihan menggunakan semen seperti glass
ionomer adalah kemampuan semen tersebut sebagai reservoir bagi ion florida. Kajian
telah membuktikan bahwa ion florida yang terlepas hasil dari reaksi kimia akan
diserap oleh enamel maupun dentin dan membisakan bahagian gigi tersebut kurang
terdedah di saat berlakunya kelebihan asam dalam rongga mulut. Malah pembebasan
ion florida ini bisa menggangu aktifitas bakteri kariogenik. Kelebihan utama ion
florida
ini
bertindak
untuk
menghalang
dari
terjadinya
karies
gigi
menjadi larut akibat dari kehadiran asam. Semakin larutnya apatit, semen mulai
setting dan pH mulai meningkat. Mekanisme ini bisa terjadi pada permukaan enamel
atau dentin (McCabe and Walls, 2008, p. 249).
2012).
Pada
rasio
normal
yaitu
dengan
ratio
P/L
7. DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice, K. J., Shen, C. and Rawls, R. H., 2012. Phillips science of
dental materials. 12th ed. United States: Elsevier Health Sciences. Pp.
273-4, 295, 311,314-5, 320-3, 471.
2. Aviandi, M.J., Munadziroh, E., & Yogiartono, M., 2012. Perbedaan
materials. 13th ed. Philadelphia,: Elsevier Mosby. Pp. 122, 183, 188.
6. Singh, T.M., Suresh, P., Sandhyrani, J & Srayanthi, J., 2011. Glass