Disusun Oleh
a. Alat
1) Nearbeken
2) Diagnostic set
3) Glass lab
5) Stopwatch
6) Agate spatula
b. Bahan
1) Handscoon
2) masker
4) vaselin (hanya digunakan saat praktikum) /cocoa butter (digunakan pada pasien)
5) paper pad
C. Prosedur Kerja
a) GIC Tipe 1
3. Mengambil powder dan liquid yang diletakkan di atas paper pad pada glass plate.
dilanjutkan powder bagian kedua dengan gerakan cepat, melipat dan memutar
meluas (mixing time 5-15 detik) sampai campuran homogen dan mengkilap.
b) GIC Tipe 2
dilanjutkan bubuk bagian kedua dengan gerakan cepat dan melipat (mixing time
5-15 detik) sampai campuran homogen dan mengkilap. Saat pencampuran dimulai
stopwatch dinyalakan.
ratakan permukaannya
10. mencatat waktu settingnya (dimulai saat awal pencampuran s/d setting)
11. Hasil pekerjaan dilepas dari cetakan, dimasukkan ke plastik klip dan diberi nama,
Pada skill lab kali ini tidak dilakukan praktikum sehingga tidak ada hasil pengukuran,
E. Pembahasan
Pada skill lab Biomaterial II kali ini, kami tidak mempraktikkan cara manipulasi GIC
Tipe I dan GIC Tipe II sesungguhnya, melainkan hanya memverbalkan atau memperagakan
cara memanipulasi melalui video. Laporan ini ditulis untuk menggantikan laporan hasil
praktikum dan akan membahas tentang definisi, komposisi, klasifikasi, sifat, indikasi,
kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari GIC Tipe I dan GIC Tipe II.
1. Definisi
Glass ionomer cement (GIC) adalah salah satu bahan restorasi di kedokteran gigi
yang pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Glass ionomer
cement merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat dengan tujuan
untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan fluor dari semen silika, dan kemampuan
melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen polikarboksilat (Noort, 2013).
Glass Ionomer Cement (GIC) merupakan bahan yang sering digunakan untuk
merestorasi baik gigi sulung maupun gigi tetap dalam praktek kedokteran gigi yang
memiliki sifat adhesif, sewarna dengan gigi dan memiliki kemampuan pelepasan ion
fluor yang dipengaruhi derajat keasaman (pH). Bahan restorasi berfungsi untuk
memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang rusak (Septishelya, P., Nahzi, M., Dewi,
N., 2016).
Glass ionomer cement atau Semen Ionomer Kaca (GIC atau SIK) merupakan
bahan restorasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi dan terus dikembangkan. GIC
memiliki kemampuan berikatan secara fisikokimia baik pada email maupun dentin. Suatu
bubuk kaca dan asam ionomer yang mengandung gugus karboksil, juga disebut sebagai
2. Komposisi
Bahan GIC terdiri dari bubuk dan cairan. Bubuk pada GIC adalah calcium
Silica (SiO2)
Alumina (Al2O3)
Lanthanum
Stronsium
Barium
Sedangkan cairan dari GIC adalah cairan dari asam poliakrilat dengan konsentrasi
1) Konvensional
Semen ionomer kaca konvensional secara luas digunakan untuk kavitas Klas
V, hasil klinis dari prosedur ini cukup baik, meskipun penelitian in vitro
fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan memberikan hasil
silicate dan inisiator untuk light curing atau chemical curing. Komponen cairan
biasanya terdiri dari air dan asam polyacrylic atau asam polyacrilyc yang
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang
Semen glass ionomer ini kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan
gaya mastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan
keramik.
(McCabe, 2014)
1) Tipe I: Luting
berbahan dasar logam pada permukaan dalam, beradaptasi terhadap pulpa dan
sehingga dapat melekatkan sekaligus banyak crown, ukuran partikel kecil, mudah
melepaskan fluoride dalam jangka lama, sehingga gigi tidak linu dan tahan
terhadap karies.
kavitas kecil. Indikasinya untuk membangun inti serta untuk restorasi kelas III
kavitas kecil.
kontraindikasinya yaitu untuk pembatasan pulpa dan dalam kasus yang jarang
Diaplikasikan pada permukaan oklusal gigi untuk menutup pit dan fissure,
sebagai bahan sealant yang bertindak sebagai agen kimia dan mekanis yang
dihasilkan SIK dibandingkan dengan bahan lainnya. Hasil dari satu percobaan,
dengan salah satu tindak lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa SIK
dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam waktu 12 bulan.
8) Tipe VII : ART (Atraumatic Restorative
Treatment)
mengembangkan teknik ART dengan kekuatan tekan yang lebih besar dan
ketahanan pemakaian lebih baik yang memungkinkan dipakai pada gigi belakang.
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan
kunyah dan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer
kaca dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena
kemampuan SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras
gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat
(Craig, 2012).
4. Sifat
a. Sifat Fisis
1) Anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan
terhadap karies.
3) Tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi
dari groove
(Craig, 2012).
b. Sifat Mekanik
(Craig, 2012).
c. Sifat Kimia
Semen ionomer kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini
berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari semen
ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan
dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. Semen
ionomer kaca tahan terhadap suasana asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara
rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena adanya polyanion dengan
d. Sifat Biologi
Semen Ionomer Kaca memiliki sifat biokompabilitas yang cukup baik artinya
tidak mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan sisa dentin kearah pulpa tidak
Dalam Pabrikan biasanya ada bentuk kapsul dan adukan manual. Kelarutan rendah
menjadikan restorasi lebih kuat dan tahan lebih lama, Sudah dilakukan uji klinis
5. Indikasi
e. Restorasi lesi karies klas III, diutamakan yang pembukaannya dari lingual atau
f. GIC tipe II secara umum mempunyai sifat lebih keras dan kuat dibandingkan tipe I,
karena mempunyai rasio bubuk terhadap cairan lebih tinggi. Material ini amat
berguna dalam merawat pasien gigi anak yang mempunyai risiko karies tinggi karena
(Craig, 2012)
6. Kontraindikasi
d. Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor estetika
(Craig, 2012).
7. Kelebihan
a. Keuntungan GIC yaitu pelepasan fluoride dari semen silikat, sedangkan semen
c. GIC tipe II sebagai bahan tumpatan gigi memiliki sifat antara lain, sifat fisik keras,
kekuatan tekan relatif tinggi, daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah.
Namun, kekuatan GIC lebih rendah dan rentan terhadap keausan dibandingkan
dengan komposit, karena itu GIC tidak dianjurkan untuk merestorasi gigi dengan
beban besar.
e. Hasil tambalan halus dan licin, tidak mengiritasi pulpa dan jaringan mulut lainnya.
f. Manipulasi sederhana dan singkat sehingga sangat baik digunakan untuk anak-anak.
g. Panas pada waktu pengerasan sangat rendah koefisien ekspansi termalnya sama
8. Kekurangan
h. Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan
j. Kekuatan tensile rendah, oleh karena itu harus cukup di dukung oleh dentin yang
sehat.
F. Kesimpulan
Glass ionomer cement merupakan gabungan dari semen silikat dan semen
polikarboksilat dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan fluor dari
semen silika, dan kemampuan melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen
polikarboksilat. GIC Tipe I digunakan sebagai bahan luting untuk untuk perawatan indirect,
sedangkan GIC Tipe II digunakan sebagai bahan restorasi atau bahan tumpatan permanen
pada gigi. GIC tipe II secara umum mempunyai sifat lebih keras dan kuat dibandingkan tipe
I, karena mempunyai rasio bubuk terhadap cairan lebih tinggi. Material ini amat berguna
dalam merawat pasien gigi anak yang mempunyai risiko karies tinggi karena melepas fluor
dan estetik dapat diterima tetapi GIC tipe II tidak dianjurkan untuk merestorasi gigi dengan
Anusavice, K.J., Chiayi, S., Rawls, H.R. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials.ed ke-
12: Elsevier.
Craig RG, Powers JM. 2012. Restorative dental materials. 11th ed. United States of America:
Mosby
McCabe JF, Walls AWG. 2014. Applied dental materials. 9th ed. UK: Blackwell Publishing
Roeroe V.M, D.A. Wicaksono, Juliatri. 2015. Gambaran kekuatan tekan Bahan Tumpatan
Semen Ionomer Kaca yang Direndam dalam Minuman Beralkohol. Jurnal e-Gigi. Vol
3, No. 1
Septishelya, P., Nahzi, M., Dewi, N., 2016. Kadar kelarutan fluor Glass Ionomer Cement
setelah perendaman air sungai dan akuades. Maj Ked Gi Ind. Agustus 2016; 2(2): 95
– 100.