Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN SKILLS LAB BIOMATERIAL DAN TEKNOLOGI II

MANIPULASI GIC TIPE I DAN TIPE II

Disusun Oleh

NAMA : CERIA MUSTIKA PARAMITHA


NIM : 10618020
KELOMPOK : 2.2

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
A. Tanggal Praktikum

Praktikum skill lab GIC Tipe I dan Tipe 2 dilaksanakan pada:

Hari : Selasa & Rabu

Tanggal : 16 & 17 Maret 2020

Pukul : 12.40 – 15.30

B. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Nearbeken

2) Diagnostic set

3) Glass lab

4) Cetakan akrilik diameter 5 mm kedalaman 2 mm

5) Stopwatch

6) Agate spatula

b. Bahan

1) Handscoon

2) masker

3) powder dan liquid GIC tipe I dan GIC Tipe II

4) vaselin (hanya digunakan saat praktikum) /cocoa butter (digunakan pada pasien)

5) paper pad
C. Prosedur Kerja

a) GIC Tipe 1

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menggunakan masker dan handscoon

3. Mengambil powder dan liquid yang diletakkan di atas paper pad pada glass plate.

Ratio powder-liquid menyesuaikan petunjuk pabrik atau gambar takaran yang

tertera pada tutup botolnya.

Gambar 9. Semen ionomer kaca tipe I

4. Menyiapkan stopwatch, saat pencampuran dimulai stopwatch dinyalakan

5. Membagi powder menjadi dua bagian, bagian pertama powder ditambahkan ke

liquid dengan gerakan cepat menggunakan agate spatula dan kemudian

dilanjutkan powder bagian kedua dengan gerakan cepat, melipat dan memutar

meluas (mixing time 5-15 detik) sampai campuran homogen dan mengkilap.

6. Campuran GIC tipe I yang bisa ditarik 12 sampai 19 mm tanpa putus

menandakan campuran sudah siap untuk luting.

b) GIC Tipe 2

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menggunakan masker dan handscoon

3. Cetakan diolesi vaselin dan diletakkan di atas glass lab


4. Mengambil powder dan liquid yang diletakkan di atas paper pad pada glass plate.

Ratio powder-liquid menyesuaikan petunjuk pabrik atau gambar takaran yang

tertera pada tutup botolnya

Gambar 10. Semen ionomer kaca tipe II

5. Menyiapkan stopwatch, saat pencampuran dimulai stopwatch dinyalakan

6. Membagi bubuk menjadi dua bagian, bagian pertama bubuk ditambahkan ke

cairan dengan gerakan cepat menggunakan agate spatula dan kemudian

dilanjutkan bubuk bagian kedua dengan gerakan cepat dan melipat (mixing time

5-15 detik) sampai campuran homogen dan mengkilap. Saat pencampuran dimulai

stopwatch dinyalakan.

7. Semen dimasukkan ke dalam cetakan menggunakan plastic instrument, kemudian

ratakan permukaannya

8. Aplikasikan vaselin/cocoa butter pada permukaan GIC

9. Setelah mengeras, lepas sample dari cetakan

10. mencatat waktu settingnya (dimulai saat awal pencampuran s/d setting)

11. Hasil pekerjaan dilepas dari cetakan, dimasukkan ke plastik klip dan diberi nama,

kemudian dikumpulkan ke instruktur.


D. Hasil Praktikum

Pada skill lab kali ini tidak dilakukan praktikum sehingga tidak ada hasil pengukuran,

dokumentasi dan pembahasan dari hasil yang didapatkan.

E. Pembahasan

Pada skill lab Biomaterial II kali ini, kami tidak mempraktikkan cara manipulasi GIC

Tipe I dan GIC Tipe II sesungguhnya, melainkan hanya memverbalkan atau memperagakan

cara memanipulasi melalui video. Laporan ini ditulis untuk menggantikan laporan hasil

praktikum dan akan membahas tentang definisi, komposisi, klasifikasi, sifat, indikasi,

kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari GIC Tipe I dan GIC Tipe II.

1. Definisi

Glass ionomer cement (GIC) adalah salah satu bahan restorasi di kedokteran gigi

yang pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Glass ionomer

cement merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat dengan tujuan

untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan fluor dari semen silika, dan kemampuan

melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen polikarboksilat (Noort, 2013).

Glass Ionomer Cement (GIC) merupakan bahan yang sering digunakan untuk

merestorasi baik gigi sulung maupun gigi tetap dalam praktek kedokteran gigi yang

memiliki sifat adhesif, sewarna dengan gigi dan memiliki kemampuan pelepasan ion

fluor yang dipengaruhi derajat keasaman (pH). Bahan restorasi berfungsi untuk

memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang rusak (Septishelya, P., Nahzi, M., Dewi,

N., 2016).
Glass ionomer cement atau Semen Ionomer Kaca (GIC atau SIK) merupakan

bahan restorasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi dan terus dikembangkan. GIC

memiliki kemampuan berikatan secara fisikokimia baik pada email maupun dentin. Suatu

bubuk kaca dan asam ionomer yang mengandung gugus karboksil, juga disebut sebagai

semen polialkenoat (Anusavice, 2013).

2. Komposisi

Bahan GIC terdiri dari bubuk dan cairan. Bubuk pada GIC adalah calcium

fluoroaluminosilicate glass terdiri dari :

 Silica (SiO2)

 Alumina (Al2O3)

 Aluminium Fluoride (AlF3)

 Calcium Fluoride (CaF2)

 Natrium Fluoride (NaF)

 Aluminium Fosfat (AlPO4) yang larut dalam cairan asam

 Lanthanum

 Stronsium

 Barium

 Oksida Seng (ditambahkan untuk mendapatkan sifat raioopak)

Sedangkan cairan dari GIC adalah cairan dari asam poliakrilat dengan konsentrasi

40-50 % (Septishelya, P., Nahzi, M., Dewi, N., 2016).


3. Klasifikasi

a. GIC Berdasarkan Bahan Pengisinya

1) Konvensional                             

Semen ionomer kaca konvensional secara luas digunakan untuk kavitas Klas

V, hasil klinis dari prosedur ini cukup baik, meskipun penelitian in vitro

berpendapat bahwa semen ionomer kaca modifikasi resin dengan ketahanan

fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan memberikan hasil

yang jauh lebih baik.

2) Semen Ionomer Hybrid

Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable fluoro alumino

silicate dan inisiator untuk light curing atau chemical curing. Komponen cairan

biasanya terdiri dari air dan asam polyacrylic atau asam polyacrilyc yang

dimodifikasi dengan monomer methacrylate hydroxyethyl methacrylate.

3) Semen Ionomer Tri-Cure

Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang

dimodifikasi polyacid tanpa air.bahan ini sangat sensitif terhadap cairan,

sehingga biasanya disimpan didalam kantong anti air.

4) Semen Ionomer Yang Diperkuat Dengan Metal

Semen glass ionomer ini kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan

gaya mastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan

penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan

keramik.
(McCabe, 2014)

b. GIC Berdasarkan Kegunaannya

1) Tipe I: Luting

Semen ini memiliki beberapa manfaat

diantaranya adalah melekatkan restorasi indirect

(crown, inlay), paling baik untuk merekatkan restorasi

berbahan dasar logam pada permukaan dalam, beradaptasi terhadap pulpa dan

jaringan gigi, sehingga mengurangi risiko sensitivitas setelah pengerjaan,

perlekatan sempurna dan memberi penutupan tepi yang sempurna, waktu

pengerjaan panjang, hasil pencampuran yang memudahkan dalam aplikasi

sehingga dapat melekatkan sekaligus banyak crown, ukuran partikel kecil, mudah

ditempatkan pada restorasi, Cepat mengeras/setting cepat, radiopasitas sempurna,

melepaskan fluoride dalam jangka lama, sehingga gigi tidak linu dan tahan

terhadap karies.

2) Tipe II: Restorasi

Fungsinya yaitu untuk restorasi gigi sulung,

membangun core, restorasi kelas III, kelas V dan kelas I

kavitas kecil. Indikasinya untuk membangun inti serta untuk restorasi kelas III

kavitas kecil.

3) Tipe III: Lining/Basis

Fungsinya untuk proteksi fissure, proteksi

permukaan akar, mencegah dan mengontrol

hipersensitivitas, stabilisasi karies, sealer endodontik tingkat menengah, restorasi


tingkat menengah. Indikasinya yaitu untuk perlindungan permukaan akar,

pencegahan dan kontrol hipersensitivitas, restorasi tingkat menengah. Sedangkan

kontraindikasinya yaitu untuk pembatasan pulpa dan dalam kasus yang jarang

terjadi, ionomer kaca dapat menyebabkan sensitivitas pada beberapa orang.

4) Tipe IV: Fissure Sealent

Diaplikasikan pada permukaan oklusal gigi untuk menutup pit dan fissure,

sebagai bahan sealant yang bertindak sebagai agen kimia dan mekanis yang

melepaskan fluor sehingga dapat berfungsi sebagai perawatan profilaksis dan

mencegah karies gigi.

5) Tipe V : Orthodontic cement

Sebagai bahan dasar perekat pada ortodontik atau

yang sering disebut sebagai band orthodontic.

6) Tipe VI : Core build up

Core buildup adalah restorasi gigi yang digunakan

untuk memperbaiki gigi yang mengalami kerusakan

berlebihan, trauma atau rusak.

7) Tipe VII : Flouride release

Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang

dihasilkan SIK dibandingkan dengan bahan lainnya. Hasil dari satu percobaan,

dengan salah satu tindak lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa SIK

konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih banyak daripada kompomer

dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam waktu 12 bulan.
8) Tipe VII : ART (Atraumatic Restorative

Treatment)

Fuji IX merupakan bahan tambal glass

ionomer yang dikembangkan secara khusus untuk

mengembangkan teknik ART dengan kekuatan tekan yang lebih besar dan

ketahanan pemakaian lebih baik yang memungkinkan dipakai pada gigi belakang.

Paket terpadu meliputi cairan multifungsi yang digunakan sebagai kondisioner

dan powder untuk membentuk semen.

9) Tipe IX : Decidui restoration

Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan

kunyah dan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer

kaca dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena

kemampuan SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras

gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat

dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak

(Craig, 2012).

4. Sifat

a. Sifat Fisis

1) Anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan

terhadap karies.

2) Termal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel

3) Tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi

dari groove
(Craig, 2012).

b. Sifat Mekanik

1) Compressive strength: 150 Mpa, lebih rendah dari silikat

2)  Tensile strength : 6,6 Mpa, lebih tinggi dari silikat

3) Hardness : 4,9 KHN, lebih lunak dari silikat

4) Fracture toughness : beban yang kuat dapat terjadi fraktur

(Craig, 2012).

c. Sifat Kimia

Semen ionomer kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini

berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari semen

ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan

dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. Semen

ionomer kaca tahan terhadap suasana asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara

rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena adanya polyanion dengan

berat molekul yang tinggi ( Anusavice, 2013).

d. Sifat Biologi

Semen Ionomer Kaca memiliki sifat biokompabilitas yang cukup baik artinya

tidak mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan sisa dentin kearah pulpa tidak

kurang dari 0,5 mm (Anusavice, 2013).

Semen Ionomer Kaca dapat mentoleransi kelembaban sehingga pemolesan

dapat dilakukan dengan menggunakan water spray, 20 menit sesudah pengadukan,

radioopak memudahkan diagnose post operative. Mudah handling-nya sehingga


pengadukan lebih mudah. Translusen sehingga warna mendekati warna gigi asli.

Dalam Pabrikan biasanya ada bentuk kapsul dan adukan manual. Kelarutan rendah

menjadikan restorasi lebih kuat dan tahan lebih lama, Sudah dilakukan uji klinis

jangka panjang yang menjamin kesuksesan sebuah restorasi (Anusavice, 2013).

5. Indikasi

a. Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa prevarasi kavitas.

b. Penutupan / penumpatan pit dan fisura oklusal, klas I dan klas II

c. Restorasi gigi decidiu.

d. Restorasi lesi karies klas V.

e. Restorasi lesi karies klas III, diutamakan yang pembukaannya dari lingual atau

palatinal belum melibatkan bagian labial

f. GIC tipe II secara umum mempunyai sifat lebih keras dan kuat dibandingkan tipe I,

karena mempunyai rasio bubuk terhadap cairan lebih tinggi. Material ini amat

berguna dalam merawat pasien gigi anak yang mempunyai risiko karies tinggi karena

melepas fluor dan estetik dapat diterima.

(Craig, 2012)

6. Kontraindikasi

a. Kavitas –kavitas yang ketebalannya kurang

b. Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi

c. Lesi karies klas IV atau fraktur insisal

d. Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor estetika

(Craig, 2012).
7. Kelebihan

a. Keuntungan GIC yaitu pelepasan fluoride dari semen silikat, sedangkan semen

polikarboksilat mempunyai kemampuan melekat secara kimia pada struktur gigi.

b. Fluoride dalam kandungan GIC memiliki kemampuan antikariogenik.

c. GIC tipe II sebagai bahan tumpatan gigi memiliki sifat antara lain, sifat fisik keras,

kekuatan tekan relatif tinggi, daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah.

Namun, kekuatan GIC lebih rendah dan rentan terhadap keausan dibandingkan

dengan komposit, karena itu GIC tidak dianjurkan untuk merestorasi gigi dengan

beban besar.

d. Warna serupa dengan gigi.

e. Hasil tambalan halus dan licin, tidak mengiritasi pulpa dan jaringan mulut lainnya.

f. Manipulasi sederhana dan singkat sehingga sangat baik digunakan untuk anak-anak.

g. Panas pada waktu pengerasan sangat rendah koefisien ekspansi termalnya sama

dengan jaringan gigi.

h. Pengerutan saat setting minimal.

i. Dapat mencegah micro leakage dan terbentuknya plak.

(Roeroe dkk, 2015).

8. Kekurangan

a. Mudah larut dalam air atau saliva

b. Mudah terjadi dehidrasi

c. Kurang kuat melekat pada porselein dan emas murni

d. Compressive strenght kurang baik


e. Sulit dibersihkan sehingga harus cepat diaplikasikan sebelum GIC setting

f. Resistensi terhadap abrasi menurun

g. Estetik kurang baik dibandingkan dengan resin komposit.

h. Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan

dengan gigi asli.

i. pH kurang dari 3 dalam jangka waktu yang lama.

j. Kekuatan tensile rendah, oleh karena itu harus cukup di dukung oleh dentin yang

sehat.

(Roeroe dkk, 2015).

F. Kesimpulan

Glass ionomer cement merupakan gabungan dari semen silikat dan semen

polikarboksilat dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan fluor dari

semen silika, dan kemampuan melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen

polikarboksilat. GIC Tipe I digunakan sebagai bahan luting untuk untuk perawatan indirect,

sedangkan GIC Tipe II digunakan sebagai bahan restorasi atau bahan tumpatan permanen

pada gigi. GIC tipe II secara umum mempunyai sifat lebih keras dan kuat dibandingkan tipe

I, karena mempunyai rasio bubuk terhadap cairan lebih tinggi. Material ini amat berguna

dalam merawat pasien gigi anak yang mempunyai risiko karies tinggi karena melepas fluor

dan estetik dapat diterima tetapi GIC tipe II tidak dianjurkan untuk merestorasi gigi dengan

kekuatan beban besar.


Daftar Pustaka

Anusavice, K.J., Chiayi, S., Rawls, H.R. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials.ed ke-

12: Elsevier.

Craig RG, Powers JM. 2012. Restorative dental materials. 11th ed. United States of America:

Mosby

McCabe JF, Walls AWG. 2014. Applied dental materials. 9th ed. UK: Blackwell Publishing

Roeroe V.M, D.A. Wicaksono, Juliatri. 2015. Gambaran kekuatan tekan Bahan Tumpatan

Semen Ionomer Kaca yang Direndam dalam Minuman Beralkohol. Jurnal e-Gigi. Vol

3, No. 1

Septishelya, P., Nahzi, M., Dewi, N., 2016. Kadar kelarutan fluor Glass Ionomer Cement

setelah perendaman air sungai dan akuades. Maj Ked Gi Ind. Agustus 2016; 2(2): 95

– 100.

Anda mungkin juga menyukai