Anda di halaman 1dari 9

GLASS IONOMER CEMENT (GIC)

Disusun Oleh:

Suci Nourmaliza

G4B017044

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2018
Glass Ionomer Cement (GIC)

A. Gambaran Umum
GIC (Glass Ionomer Cement) merupakan salah satu bahan restorasi estetik
yang digunakan pada gigi anterior dan posterior , bersifat adhesif terhadap
jaringan gigi dengan perlekatan struktur gigi dan aplikasinya mudah serta
mengandung flour untuk mencegah karies sekunder (Irawan, 2004).
Sifat-sifat GIC :
1. GIC memiliki biokompatibilitas yang baik.
2. bersifat flour release sehingga dapat menghambat karies ( mencegah
pertumbuhan bakteri S.mutans)
3. Kemudahan manipulasi.
4. High tissue tolerance.
5. Water balance.
Water in (kehilangan cairan) dan Water out (kontaminasi cairan) lebih
rentan terjadi, paling tidak selama 24 jam setelah pengaplikasian
sehingga memerlukan lapisan pelindung berupa cocoa butter/ varnish.
Peletakan varnish sesaat setelah aplikasi GIC akan mempertahankan
kestabilan water balance.
6. sifat mekanis yang buruk seperti rapuh, mudah aus, kekerasan rendah,
dan kurang bisa ditempatkan pada area yang memiliki tekanan yang
besar (Xie et al., 2000).

B. Klasifikasi
Menurut Wilson dan Mclean (1988) GIC di klasifikasikan sebagai berikut.
1. Tipe I : Luting cement
2. Tipe II : Restoratif
Tipe II.1 : Aesthetic filling materials
Tipe II.2 : Restoratif reinforced / Bis-reinforced filling materials
3. Tipe III : Lining atau base
Menurut Smith/Wright (1994) GIC di klasifikasikan sebagai berikut.
1. Tipe I : Luting cement
2. Tipe II-a : Aesthetic filling material
Tipe II-b : Reinforced resin filling material
3. Tipe III : Fast setting lining cement
4. Tipe IV : Fissure sealing cement
5. Tipe V : Orthodontic cement
6. Tipe VI : Core build up material

GIC tipe I : Luting


a. Penggunaan : luting semen pada crown, bridge, inlay, veneer
b. Kelarutan : rendah
c. Rasio P/L :1,5:1
d. Setting rate : fast setting
e. Ketebalan film : 10 – 20 μm
f. Pelepasan fluoride
g. Translusens
h. Kekuatan tekan tinggi
(Khoroushi dan Keshani, 2013)

GIC tipe II.1 Restorative aesthetic


a. Penggunaan : restorasi gigi amterior (kelas III, V)
b. Rasio P/L : 2,9: 1 sampai 3,6: 1
c. Setting rate : autocure - awal mengaplikasikan sampai 4 menit
dari
pengadukan ; resin modified – 20-40 detik
d. Translusens
e. Fluouride reservoir
f. Radioopak
(Khoroushi dan Keshani, 2013)

GIC tipe II.2 Restorative reinforced


a. Penggunaan : restorasi gigi posterior (kelas I), inti pasak
b. Rasio P/L : 3:1 sampai 4: 1
c. Adesi lebih kuat
d. Tahan terhadap kehilangan air
e. Radioopak
f. Ketahanan abrasi : cocok dengan amalgam dan resin komposit
(Khoroushi dan Keshani, 2013)

GIC tipe III Liner dan Basis


a. Penggunaan : liner untuk melindungi pulpa, sedangkan basis
untuk
meningkatkan adesi terhadap resin komposit
(sandwich technique)
b. Rasio basis P/L : 3:1
c. Rasio liner P/L :1,5 :1
d. Radioopak
(Khoroushi dan Keshani, 2013)

C. Indikasi dan Kontraindikasi


1. Indikasi
GIC memiliki beberapa indikasi klinis, diantaranya ialah:
a. Caries control pada restoratif provisional
b. Restorasi kelas V
c. Material basis
d. Restorasi sementara pada access opening PSA
e. Restorasi sementara gigi anterior dan posterior
f. Sementasi band orthodontik
g. Adhesif braket orthodontik
h. Memperbaiki lesi resorbsi akar eksternal
i. Restorasi pada gigi yang menerima tekanan tidak terlalu besar
j. Restorasi margin mahkota yang terdapat karies pada bagian
subgingival
k. Memperbaiki perforasi akar pada perawatan endodontik
l. Restorasi posterior pada gigi desidui
m. Menutup (blockout) undercut pada praparasi mahkota dan onlay
(Almuhaiza, 2016).
2. Kontraindikasi
Beberapa kontraindikasi penggunaan GIC diantaranya:
a. Restorasi gigi posterior sebagai pengganti restorasi amalgam
b. Restorasi gigi yang memiliki beban kunyah yang besar
c. Restorasi kelas IV dan kelas VI (Almuhaiza, 2016).

D. Komposisi
Komposisi GIC terdiri dari bubuk dan cairan. Bubuk GIC adalah calcium
fluoroaluminosilicate glass yang larut dalam cairan asam. (Anusavice et al.,
2013). Bubuk dapat terurai oleh asam karena adanya ion Al3+ yang dapat
mudah masuk ke jaringan silika (Mahesh et al., 2011).
1. Bubuk (Powder)
a. Kalsium Fluorida
Berfungsi untuk meningkatkan opasitas dan mengatur pelepasan fluor.
b. Alumina
Berfungsi untuk meningkatkan opasitas dan kekuatan kompresi.
c. Silika
Berfungsi untuk mempengaruhi transparansi.
d. Fluoride
Berfungsi untuk antikariogenesis, meningkatkan translusens,
kekuatan, menghambat pembentukan plak serta memperpanjang
waktu kerja.
e. Fosfat Aluminium
Berfungsi untuk meningkatkan translusens.
f. Stronsium
Berfungsi untuk mengatur radioopasitas.
((Anusavice, 2013); (Sherwood, 2010); (Mahesh, 2011)).
2. Cairan (Liquid)
a. Asam poliakrilat
b. Asam Tartar (5-15%)
Berfungsi untuk meningkatkan waktu kerja, memperlambat setting
time translusens, dan kekuatan.
c. Polifosfat (40-55%)
Polifosfat terdiri atas acrylic acid , itaconic acid, maleic acid,
phosphonic acid. Polifosfat berfungsi untuk memperpanjang waktu
kerja dan melekat pada struktur gigi tanpa perlakuan khusus.
d. Oksida logam
Berfungsi untuk mempercepar setting tim.
((Anusavice, 2013); (Sherwood, 2010); (Mahesh, 2011)).
E. Manipulasi dan Teknik Aplikasi GIC
Alat dan bahan
- Polymer paper pad
- Glass mixing Slab
- Spatula plastik
- Bubuk dan cairan GIC.

Cara Manipulasi

a. Bubuk dan cairan akan diaduk diatas paper pad. Perbandingan


normalnya adalah satu sendok bubuk terhadap dua tetes cairan.
b. Pengadukan menggunakan spatula yang terbuat dari plastik karena
mengurangi kemungkinan kontaminasi campuran dengan logam.
c. Seluruh bubuk dicampur ke arah cairan dalam 2 atau 3 bagian besar.
Setiap bagian harus dicampur ke dalam cairan sekaligus.
d. Pencampuran diatas glass slab yang dingin dan kering dapat
memperpanjang working time.
e. Pada suhu ruangan pengadukan harus selesai dalam 60 detik.
Teknik Aplikasi

Teknik aplikasi GIC untuk kavitas menurut Sherwood (2010) dan Noort
(2013), antara lain sebagai berikut.
a. Isolasi memerlukan pemasangan isolator yang tepat. Alat ini akan

mengisolasi ruang pulpa dari saliva dan darah serta melindungi gingival

dari instrument.

b. Kavitas dibersihkan dari karies, kavitas yang akan ditumpat


dipersiapkan sehalus mungkin.
c. Aplikasikan dentin conditioner yang mengandung asam poliakrilat
10% diletakkan selama 10 detik Selain asam poliakrilat dapat juga
menggunakan bahan seperti EDTA, ferric chloride, atau asam sitrat.
Dentin conditioner akan meningkatkan adhesi GIC. Tujuannya adalah
menghilangkan smear layer.
d. Bersihkan dengan semprotan air dan keringkan dengan semprotan
udara sampai keadaan lembab. Bila dentin kering maka air dari tubuli
dentin menguap sehingga tidak terjadi pertukaran ion. Tujuannya untuk
membersihkan, membasahi serta meningkatkan pertukaran uon fosfat
dan kalsium dengan GIC.
e. Manipulasi bahan dengan handmixing apabila berupa bubuk dan cairan.
f. Aduk menggunakan spatula plastik yang dibawahnya dilembari kertas
dan glass slab.
g. Letakan celluloid strip untuk mendapatkan adaptasi yang baik antara
tumpatan dengan email dan dentin.
h. Aplikasikan GIC ke tempat kavitas berada, tunggu sampai mengeras.
i. Lepaskan celluloid strip dan aplikasikan varnish untuk mencegah
kebocoran tepi atau mempertahankan keseimbangan air. Varnish adalah
suatu bahan dari resin yang dilarutkan dalam suatu pelarut dan
membuat lapisan tipis/film pada daerah yang diulasi. Fungsi varnish
yaitu untuk melindungi tumpatan GIC terhadap kontaminasi saliva.
Manipulasi varnish diulaskan pada tumpatan dengan menggunakan
kapas kecil atau microbrush. Setelah brush dicelupkan pada varnish
segera dioleskan ke tumpatan dan dikeringkan dengan menggunakan
angin. Setelah menguap maka akan tertinggal lapisan tipis.
j. Minimal 24 jam setelah restorasi selesai dilakukan pemolesan.
k. Pemolesan ini dilakukan dengan memakai fine graded diamond
polishing bur atau fine traded alumunium oxide bur yang selalu disertai
semburan air.
l. Evaluasi tumpatan setelah satu minggu, haluskan kembali apabila
diperlukan.
F. Kelebihan dan Kekurangan
GIC memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Biokompatibel
2. Fluoride release (anti kariogenik)
3. Melekat secara kimia dengan struktur gigi
4. Sifat fisik yang stabil
5. Tingkat sensitivitasnya lebih rendah dibandingkan resin komposit
(Sherwood, 2010)
Selain memiliki beberapa keunggulan, menurut (Noort, 2013) kekurangan
dari GIC antara lain:
1. Working time pendek dan setting time panjang
2. Kekuatan tekan dan kekerasannya rendah
3. Resistensi terhadap abrasi rendah
4. Water in dan water out
5. Kurang estetis dibandingkan resin komposit
6. Mudah retak
DAFTAR PUSTAKA

Almuhaiza, M., 2016, Glass-ionomer Cements in Restorative Dentistry: A Critical


Apprasial, The Journal of Cotemporary Dental Practice, 17(4) : 331-336.
Anusavice, K.J., 1996, Challenges to The Development of Esthetic Alternatives to
Dental Amalgam in An Dental Research Center. Trans. Acad. Dent. Mater.,
9: 25–50.
Anusavice, K.J., Shen, C., Rawls, H.R., 2013, Phillips' Science of Dental Materials,
Elsevier: St. Louis.
Irawan, B., 2004, Material Restorasi Direk Kedokteran Gigi saat ini, Journal
Dentistry Indonesia, 11(1): 24.
Khoroushi, M., Keshani, F., 2013, A Review of Glass-Ionomers: From
Conventional Glass-Ionomer to Bioactive Glass-Ionomer, Dent Res J, 10 (4)
: 411-420
Mahesh, S.S., 2011, GIC In Dentistry: A Review, Dental Journal, 1(1):26-27.
Noort, R.V., 2013, Introduction to Dental Materials - E-Book, Elsevier: UK
Sherwood, I.A., 2010, Essentials of Operative Dentistry, Jaypee: New Delhi .

Anda mungkin juga menyukai