Anda di halaman 1dari 14

BIDANG ILMU KONSERVASI GIGI

LAPORAN KASUS
MAHKOTA PASAK

Disusun oleh:
Dwiki Ramadhan
G4B016005

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2018
MAHKOTA PASAK

A. DEFINISI
Mahkota jaket dengan inti pasak merupakan suatu modifikasi mahkota jaket yang
dilakukan pada gigi yang telah mengalami perawatan saluran akar, yaitu dengan cara
membuat bangunan yang disebut inti (core) dari logam atau bahan lain dan menjadi satu
bagian dengan suatu pasak (post/dowel) yang masuk kedalam saluran akar gigi yang telah
dipreparasi (intra-radikuler). Pasak sendiri didefinisikan sebagai bangunan yang terbuat
dari bahan logam atau non logam dan merupakan bahan restoratif kaku yang dimasukkan
ke dalam saluran akar gigi. Pemberian pasak memiliki fungsi untuk menambah retensi
pada restorasi dan meneruskan tekanan yang diterima oleh gigi merata di sepanjang akar,
sedangkan core atau inti merupakan perpanjangan pasak yang berada di daerah mahkota
(Pasril dan Hadriyanto, 2008).

Gambar 1. Komponen mahkota pasak

B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


Indikasi pembuatan pasak, antara lain.
1. Gigi yang telah dirawat endodontik, dengan struktur mahkota gigi yang tersisa
kurang dari setengah.
2. Gigi yang telah dirawat endodontik, dimana gigi tersebut menerima beban
yang besar.
3. Gigi dengan struktur akar saja yang tersisa
4. Sebagai single restoration untuk memperbaiki posisi gigi yang terlalu ekstrim
Kontraindikasi pembuatan pasak, antara lain.
1. Resopsi internal dan eksternal
2. Penderita dengan bad habit
3. Gigi berakar pendek dan tipis
4. Gigi posterior yang telah dirawat endodontik, dengan ruang pulpa yang besar
dan jaringan keras yang tersisa masih banyak sehingga masih dapat memberi
resistensi yang cukup untuk bahan restorasi.
5. Kesehatan umum penderita tidak baik
(Walton dan Torabinejad, 2001).

C. KLASIFIKASI PASAK
Berdasarkan cara pembuatannya pasak dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Noort, 2007).
1. Costum-cast post
Costum-cast post merupakan pasak yang dibuat di klinik dan laboratorium dari
hasil reproduksi negatif saluran akar yang telah dipreparasi.
2. Pasak Prefabricated
Pasak prefabricated merupakan pasak siap pakai yang dibuat oleh pabrik
Berdasarkan jenis bahannya pasak dibedakan menjadi 3 macam, yaitu.
1. Pasak Metal
Pasak yang telah banyak digunakan adalah pasak metal tuang dan pasak metal
pabrik yang direkatkan ke dalam gigi dengan menyemenkan luting agent. Bahan
pasak metal terbuat dari stainless steel, nickel-chromium, atau titanium. Meskipun
telah banyak digunakan pasak metal memiliki kekurangan dapat merubah warna
restorasi gigi, menghalangi transmisi cahaya, memperlihatkan bayangan hitam
pada mahkota sehingga nilai estetiknya kurang baik, dan dapat menimbulkan garis
kehitaman pada gusi akibat korosi. Pasak yang terbuat dari logam seperti metal
juga memiliki modulus elastisitas yang lebih besar dari modulus elastisitas dentin
dan daya adhesif dengan gigi yang kurang baik sehingga menyebabkan mudah
terjadi fraktur pada akar (Terry, 2003 ; Noort, 2007).
2. Pasak Keramik
Pasak keramik merupakan salah satu jenis pasak yang yang juga sering
digunakan karena memiliki warna yang memenuhi nilai estetik karena warnanya
putih menyerupai gigi, memiliki sifat kekerasan, biokompatibilitas, resistensi
kompresi, dan resistensi kimia yang baik. Pasak keramik yang saat ini banyak
digunakan terbuat dari zirkonia. Zirkonia memiliki sifat-sifat yang lebih baik
daripada titanium dan pasak tuang seperti fracture strength, modulus elastisitas
dan nilai estetik, namun zirkonia memiliki kelemahan yaitu brittle karena
kekuatan tensile nya terbatas (Heydecke dkk., 2002).
3. Pasak Fiber Reinforced Resin
Pasak fiber merupakan pasak buatan pabrik yang mengandung resin dan fiber.
Pasak yang terbuat dari fiber tersedia dalam bentuk yang sudah jadi. Nilai
estetiknya jauh lebih baik daripada pasak metal. Fungsi fiber reinforced ini adalah
memberikan kekuatan dan kekerasan di sekeliling matriks resin (Noort, 2007).
Fiber yang ditambahkan ke dalam polimer dengan komposisi yang sesuai dapat
meningkatkan sifat dari polimer. Kekuatannya tergantung dari kepadatan fiber,
ikatannya dengan resin dan peresapan antara serat penguat dengan resin. Pasak
fiber dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu pasak fiber carbon reinforced resin, pasak
fiber quartz reinforced resin, dan pasak fiber glass reinforced resin (Schwartz,
2004 ; Manhart, 2009).
Berdasarkan brntuknya, pasak dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
1. Tapered smooth-sided, disemen ke dalam saluran akar yang telah dipreparasi
dengan ukuran yang disesuaikan dengan reamer endodontik.
2. Parallel-sided disemen ke dalam saluran akar yang berbentuk silinder.
3. Tappered self-threading screw, dengan ulir yang melibatkan dinding dentin
untuk memperoleh retensi.
4. Parallel-sided threaded diinsersikan kedalam saluran akar yang dibuat berulir
(pretapped)
5. Parallel-sided tapered apical ends, disemen ke dalam saluran akar yang
sesuai.
(Cheung, 2005)

Gambar 2. Desain pasak a. tapered smooth-sided b. paralel- sided c. tappered


self-threading screw d. parallel-side threded e. parallel-sided
tapered apical ends.

D. PRINSIP PASAK
Pasak buatan pabrik (prefabricated) atau pasak yang dibuat sendiri (pasak individu)
harus harus sedapat mungkin memenuhi prinsip-prinsip desain sebagai berikut :
1. Panjang pasak harus dibuat seideal mungkin
Panjang pasak sebaiknya sama panjang dengan mahkota klinis gigi yang
direstorasi. Panjang pasak maksimal yang ideal sering sukar dicapai. Disarankan
bahwa panjang pasak sebaiknya paling sedikit sama dengan panjang mahkota yang
sedang direstorasi, tapi bila hal ini tidak memungkinkan, maka panjang pasak harus
diperpanjang sampai dengan 5 mm dari ujung apeks. Panjang pasak harus dibuat
sedemikian rupa sehingga meninggalkan minimal 3 mm dari bahan pengisi saluran
akar pada apeks untuk mempertahankan integritas penutupan saluran akar. Pasak
harus cukup panjang untuk mencegah terjadinya stres internal yang berlebihan pada
akar dan panjangnya harus paling sedikit setengah panjang akar yang didukung oleh
tulang alveolar. Panjang pasak bukanlah satu-satunya faktor utama yang
dipertimbangkan dalam mendesain restorasi (Cheung, 2005).
2. Dinding-dinding pasak harus se-sejajar mungkin
3. Bentuk pasak mengikuti bentuk saluran akar
4. Pasak harus terletak sesuai dengan sumbu panjang akar meskipun bagian inti
pasak dapat menyimpang ke arah lain untuk kepentingan estetik
5. Pemakaian prinsip ferulle
Ferrule dapat didefinisikan sebagai suatu cincin logam atau topi yang diletakkan
di ujung, untuk menambah kekuatan. Efek ini digunakan pada preparasi pasak dalam
bentuk kontrabevel melingkari gigi (circumferential contrabevel). Kontrabevel ini
menguatkan aspek koronal dari preparasi pasak, menghasilkan suatu dudukan oklusal,
dan bertindak sebagai bentuk antirotasi. Efek ini juga digunakan bila tidak ada atau
sedikit saja sisa mahkota klinis dengan jalan membuat kontrabevel yang luas pada
permukaan akar, dengan batas akhir preparasi mahkota lebih apikal daripada unit
pasak dan inti (Cheung, 2005).
6. Penggunaan bentuk-bentuk antirotasi seperti grooves, pins atau bentuk kunci
(keyways)
7. Hindarkan garis sudut tajam yang akan memulai garis fraktur di dalam akar pada
waktu gigi mendapatkan daya
8. Sebaiknya dipisahkan pasak inti dan mahkota
9. Buat dudukan oklusal atau kontrabevel pada bagian inti untuk mencegah wedging
action dan kemungkinan fraktur akar pada waktu gigi terkena daya oklusal
10. Buat saluran vent pada pasak untuk menyalurkan tekanan hidrostatik yang terjadi
saat penyemenan
E. LANGKAH KERJA
Restorasi pasak dapat dilakukan setelah perawatan saluran akar dan tidak terdapat
kelainan pada saluran akar yang dapat mempengaruhi retensi dan resistensi dari restorasi
pasak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pembuatan restorasi pasak yaitu.
1. Bekerja dalam kondisi asepsis
2. Pembuatan mahkota sementara
3. Penentuan kedalaman pasak
Pasak dibuat dengan kedalaman yang sesuai dengan panjang pasak yang ideal
yaitu mendekati panjang mahkota supra alveolar atau dengan kata lain pasak harus
tertanam kedalam saluran akar sepanjang 2/3 panjang akar dengan tujuan untuk
mendapatkan retensi yang maksimum serta tahanan terhadap pengaruh dari tekanan
daya gigit.
Metode foto rontgen
Panjang akar = panjang gigi – panjang mahkota anatomis yang tersisa
Panjang pasak = 2/3 x panjang akar
Jika ditakutkan foto rontgen bias atau mengalami distorsi, dapat menggunakan metode
perbandingan
Panjang mahkota klinis = Panjang akar sebenarnya
Panjang mahkota foto’ Panjang akar foto’
4. Pengangkatan gutta percha
Pengangkatan gutta percha dilakukan sebanyak 2/3 bagian koronal saluran akar,
sedangkan gutta percha 1/3 bagian ujung apeks atau sebanyak 3-5 mm tetap
dipertahankan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga hermetis seal apeks.
Pengangkatan gutta percha dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
a. Menggunakan pluger panas
Gutta percha diangkat dengan menggunakan pluger yang dipanasi. Gutta
percha diangkat sebanyak kira-kira 7 mm dan sisanya 3 mm di apeks.
Pengambilan dilakukan sedikit demi sedikit dengan memasukan pluger yang
panas tadi ke dalam saluran akar dan kemudian dibersihkan gutta percha yang
menempel pada alat tersebut sampai isi saluran akar hanya tersisa di apeks
sepanjang 3 mm. Hal ini dilakukan untuk menjaga tereliminasinya kuman dari
seluruh akar serta menjaga kehermetisan obturasi saluran akar.
b. GGD (gates glidden drill)
Gates glidden dril digunakan untuk mengeluarkan gutta percha dengan cara
menembus gutta percha yang lebih lunak dan tidak menimbulkan perforasi di
dinding saluran akar.
5. Melebarkan dan membentuk dinding saluran akar
Pasak pada saluran akar memerlukan ruangan yang cukup sehingga perlu
dilakukan peleburan dan pembentukan saluran akar dengan menggunakan instrumen
intra kanal atau peaso reamer dengan kecepatan rendah. Diameter pasak pengaruhnya
lebih sedikit dalam menciptakan retensi di bandingkan kedalaman pasak yang
tertanam, oleh sebab itu pelebaran saluran akar tidak boleh terlalu besar sampai ke
jaringan dentin sekitarnya, terutama pada bagian apikal. Sebagai patokan diameter
pasak adalah tidak melebihi 1/3 dari akar mesio distal.
6. Menghilangkan daerah gerong (undercut)
Sebelum melakukan pencetakan, pada saluran akar perlu dilakukan tindakan
menghilangkan daerah gerong atau undercut agar bahan cetak dapat masuk dengan
baik dan juga mudah dikeluarkan. Undercut pada dinding preparasi sering tidak
terlihat, sehingga pemeriksaan dengan menggunakan sonde periodontal amatlah
membantu dalam menilai kontur internal. Ujung saluran akar harus kecil dan reamer
harus dioperasikan dengan lambat dan di kontrol kuat.
7. Preparasi mahkota
Bentuk preparasi pada model sebelumnya memberikan gambaran pada bentuk
preparasi gigi pasien. Preparasi jaringan mahkota gigi tersebut mengikuti jaringan gigi
yang masih tersisa karena karies. Tahapan preparasi tonggak mahkota sebagai berikut.
a. Pengurangan bidang proksimal
Preparasi bidang proksimal dilakukan terlebih dahulu agar tercipta kesejajaran
dengan sumbu gigi. Pertama, membuat garis pedoman pada permukaan labial
proksimal berjarak 1-1,5 mm dari titik kontak menggunakan pensil warna/spidol
sejajar sumbu gigi. Preparasi dilakukan dengan bur diamond tipe pointed tapered
cylindrical dengan posisi bur tegak lurus dengan sumbu gigi dan dimulai dari titik
kontak ke arah garis pedoman gigi. Setelah selesai memeriksa dengan sonde
halfmoon untuk melihat ada tidaknya undercut dan kontak pada proksimal.
b. Pengurangan bagian insisal
Pengurangan diawali dengan pembuatan pedoman menggunakan pensil atau
groove sebesar 1-1,5 mm dari tepi insisal dengan menggunakan bur diamond tipe
straight cylindrical. Pengasahan dilakukan dengan kemiringan 45⁰ ke arah
palatal dari pedoman groove yang telah dibuat ke arah mesial atau distal.
c. Pengurangan permukaan labial
Preparasi diawali dengan pembuatan pedoman groove menggunakan bur
diamond tipe straight cylindrical yang sesuai sebanyak 3 buah pada bagian 2/3
insisal sedalam 1-1,5 mm dan 2 buah groove pada 1/3 servikal sedalam 0,5 mm.
Pengasahan permukaan labial dilakukan 2 tahap. Pertama-tama pada bagian 2/3
insisal dengan menggunakan bur diamond tipe round end tapered cylindrical dari
pedoman groove ke arah mesial dan distal sesuai bentuk anatomi dan mahkota
gigi. Pengasahan pada 1/3 bagian servikal dilakukan sejajar sampai dasar groove,
dengan gerakan dari groove ke arah mesial dan distal. Hasil preparasi 1/3 servikal
harus sejajar sumbu gigi.
d. Pengasahan bidang palatal
Pengasahan bidang palatal menggunakan bur diamond tipe flame karena ada
singulum dibagian palatal. Arah gerakan bur dari tengah ke mesial atau distal
mengikuti bentuk anatomi bidang palatal.
e. Pengasahan bidang servikal
Pengasahan bidang servikal menggunakan bur diamond tipe round end
tapered cylindrical. Sejajar sumbu gigi berbentuk chamfer.
8. Pembuatan ferrule effect
Ferrule effect merupakan semacam pita logam yag melingkari permukaan luar
gigi. Ferrule effect dibentuk oleh contra bevel sebesar 1-2 mm pada dinding dan
margin gigi.
9. Pembuatan antirotational notch
Antirotational notch berfungsi ntuk mencegah bergerak atau berputarnya pasak
pada sumbunya. Pembuatan antirotational notch dilakukan pada bagian palatal atau
pada bagian struktur gigi yang paling tebal menggunakan fissure bur.
10. Pencetakan Saluran Akar
Pada pasak buatan sendiri dilakukan pencetakan saluran akar yang dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung

a. Metode Langsung
Pencetakan saluran akar dapat dilakukan dengan menggunakan pola lilin
dengan menggunakan batang malam inlai lunak yang berbentuk kawat.
1) Memilih sprue runcing dan harus longgar bila dimasukkan pada saluran
akar yang telah dipreparasi. Permukaan sprue dikasari dengan bur agar
lilin malam mudah melekat
2) Saluran akar dibasahi kemudian ujung batang dari malam inlay dilunakkan
dan dibentuk menjadi kerucut dan memasukkan ke dalam saluran akar.
Sempai seluruh saluran akar terisi penuh
3) Tekan ujung malam dengan jari pada batas tepi insisal
4) Panaskan ujung sprue runcing pada bunsen, tahan dengan ujung jari. Hal
ini menjaga agar tidak terlalu panas, sehingga tidak melukai mulut pasien
5) Masukkan sprue yang telah dipanaskan kedalam malam dan dengan hati-
hati dengan dorongan ke dalam saluran sampai di ujung preparasi
6) Apabila telah mendingin, potong kelebihan malam dari inti yang
diinginkan. Keluarkan sprue dan malam yang telah melekat
7) Memeriksa kerapatan permukaannya, tambahkan sedikit malam apabila
ada kekurangan dan memasukkan kembali supaya terbentuk sesuai dengan
dinding-dinding preparasi.
b. Metode Tidak Langsung
Pada metode tidak langsung pembuatan pola pasak inti dilakukan dengan
memodelir bahan pola diluar mulut melalui model kerja, yang sebelumnya pada
pasien dilakukan pencetakan dengan menggunakan bahan elestomer. Pencetakan
gigi yang telah dipreparasi dapat dilakukan dengan memasukkan bahan cetak
elestomer kedalam saluran akar dengan menggunakan semprotan atau lentulo.
Sebatang kawat yang dilumuri bahan perekat (tray adhesif) atau kawat yang di
buat bergerigi sepanjang 2 kali panjang preparasi dan juga bahan cetak
dimasukkan kedalam saluran akar dengan gerakan memompa (pumping action)
agar semua bahan cetak yang telah masuk kedalam saluran akar dapat mengalir
dengan baik kedalam saluran akar. Batang kawat ini berfungsi sebagai pemegang
bahan cetak yang ada pada saluran akar dan juga memudahkan pengeluaran bahan
cetak dari saluran akar agar bahan cetak tersebut tidak patah pada saat
dikeluarkan. Cetakan sudah bagus kemudian kawat di potong secukupnya
menyisakanhanya untuk pegangan saja, kemudian cetak rahang yang
bersangkutan menggunakan heavy body dengan sendok cetak sebagian. Kerok
daerah gigi yang ingin dibuat pasak, setelah itu masukan cetakan saluran akar
kemudian isi bahan light body kedalam cetakan heavy body untuk dicetakan
kembali kedalam rongga mulut pasien. Akhirnya didapatkan suatu cetakan rahang
pasien untuk membuat die saluran akar sebagai replika yang selanjutnya dicor
dengan gips tipe IV untuk mendapatkan model kerja.
11. Pembuatan model pasak tuang
Masukan vaseline ke saluran akar model kerja. Ambil paper clip yang berujung
runcing dan kasari permukaan dengan menggunakan fissure diamond bur yang
bertujuan menambah retensi. Cobakan paper clip dengan memasukkannya ke dalam
saluran akar model kerja, paper clip harus terasa longgar bila dimasukkan pada
saluran akar yang telah dipreparasi. Paper clip berfungsi sebagai penahan malam biru
dalam saluran akar. Lunakkan malam biru dan bentuklah menyerupai kerucut,
dilekatkan pada paper clip, lalu tekan ke dalam ruang preparasi hingga padat. Tekan
ujung malam dengan jari pada batas tepi insisal membentuk atap. Keluarkan paper
clip dan malam yang telah melekat. Periksa kerapatan permukaannya, tambahkan
sedikit malam apabila ada kekurangan dan masukkan kembali supaya terbentuk sesuai
dengan dinding-dinding preparasi. Ditambahkan reservoir 1 mm jaraknya diatas core
12. Membuat crucible former, dengan jarak diantara pola inti dengan crucible former
adalah 5mm
13. Ditanam dibumbung tuang dan dicor dengan gips investment (cair) untuk
mengurangi pemuaian.
14. Casting
15. Pemotongan kelebihan coran dan penyesuaian dengan gigi lawan
16. Try in pada mulut pasien
17. Insersi pasak dengan menggunakan semen yang agak cair bisa berupa GIC tipe 1,
zink fosfat, semen polycarboxylat.
18. Dipasang mahkota pasak sementara
19. Pembuatan mahkota pasak (sama seperti pembuatan mahkota crown vital)

LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Nama: Nn. AY
Umur: 20 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Alamat: Bandung
Pekerjaan: Mahasiswi
Bangsa: Indonesia
No. Kartu: 02-35-01
Tanggal Pemeriksaan: 27 Desember 2017
1. Pemeriksaan Subyektif
CC: Pasien ingin melakukan restorasi pada giginya yang telah dirawat saluran
akarnya
PI: Gigi tersebut telah dirawat saluran akar 3 bulan lalu
PMH: Tidak ada kelainan
PDH: Pernah melakukan pembersihan karang gigi dan penambalan gigi
FH: Bapak dan Ibu tidak dicurigai kelainan sistemik
SH: Mahasiswi
2. Pemeriksaan Obyektif
EO: Tidak ada kelainan
IO: 45 non-vital yang telah dirawat perawatan, perkusi (-), palpasi (-), dan mukosa
serta gingiva baik (normal)
3. Diagnosa: Gigi 45 non-vital yang telah dirawat saluran akar. Follow up mahkota
pasak post endodontic

4. Gambaran Rö pasien
B. Rencana Perawatan
1. Pencetakan model kerja untuk membuat mahkota sementara
2. Preparasi model kerja untuk membuat mahkota sementara
3. Pembuatan mahkota sementara
4. Penentuan kedalaman pasak
a. Metode foto rontgen
Panjang akar = panjang gigi – panjang mahkota anatomis yang tersisa
Panjang pasak = 2/3 x panjang akar
b. Metode perbandingan
Panjang mahkota klinis = Panjang akar sebenarnya
Panjang mahkota foto’ Panjang akar foto’
5. Pengangkatan gutta percha
Gates glidden drill digunakan untuk mengeluarkan gutta percha dengan cara
menembus gutta percha yang lebih lunak dan tidak menimbulkan perforasi di dinding
saluran akar.
6. Melebarkan dan membentuk dinding saluran akar
Pasak pada saluran akar memerlukan ruangan yang cukup sehingga perlu
dilakukan peleburan dan pembentukan saluran akar dengan menggunakan instrumen
intra kanal atau peaso reamer dengan kecepatan rendah. Diameter pasak
menggunakan teori the proporsionist yaitu diameter pasak tidak melebihi 1/3 lebar
mesial-distal akar untuk mencegah fraktur.
7. Menghilangkan daerah gerong (undercut)
Sebelum melakukan pencetakan, pada saluran akar perlu dilakukan tindakan
menghilangkan daerah gerong atau undercut agar bahan cetak dapat masuk dengan
baik dan juga mudah dikeluarkan. Undercut pada dinding preparasi sering tidak
terlihat, sehingga pemeriksaan dengan menggunakan sonde periodontal amatlah
membantu dalam menilai kontur internal. Ujung saluran akar harus kecil dan reamer
harus dioperasikan dengan lambat dan di kontrol kuat.
8. Preparasi mahkota
Bentuk preparasi pada model sebelumnya memberikan gambaran pada bentuk
preparasi gigi pasien. Preparasi jaringan mahkota gigi tersebut mengikuti jaringan gigi
yang masih tersisa karena karies. Pembuatan ferrule effect yang merupakan semacam
pita logam yag melingkari permukaan luar gigi. Ferrule effect dibentuk oleh contra
bevel sebesar 1-2 mm pada dinding dan margin gigi.
9. Pembuatan antirotational notch
Antirotational notch (keyway) berfungsi ntuk mencegah bergerak atau berputarnya
pasak pada sumbunya. Pembuatan antirotational notch dilakukan pada bagian palatal
atau pada bagian struktur gigi yang paling tebal menggunakan fissure bur.
10. Pencetakan Saluran Akar
Pencetakan gigi yang telah dipreparasi dapat dilakukan dengan memasukkan
bahan cetak elestomer kedalam saluran akar dengan menggunakan semprotan atau
lentulo. Sebatang kawat yang dilumuri bahan perekat (tray adhesif) atau kawat yang
di buat bergerigi sepanjang 2 kali panjang preparasi dan juga bahan cetak dimasukkan
kedalam saluran akar dengan gerakan memompa (pumping action) agar semua bahan
cetak yang telah masuk kedalam saluran akar dapat mengalir dengan baik kedalam
saluran akar. Batang kawat ini berfungsi sebagai pemegang bahan cetak yang ada
pada saluran akar dan juga memudahkan pengeluaran bahan cetak dari saluran akar
agar bahan cetak tersebut tidak patah pada saat dikeluarkan. Cetakan sudah bagus
kemudian kawat di potong secukupnya menyisakanhanya untuk pegangan saja,
kemudian cetak rahang yang bersangkutan menggunakan heavy body dengan sendok
cetak sebagian. Kerok daerah gigi yang ingin dibuat pasak, setelah itu masukan
cetakan saluran akar kemudian isi bahan light body kedalam cetakan heavy body
untuk dicetakan kembali kedalam rongga mulut pasien. Akhirnya didapatkan suatu
cetakan rahang pasien untuk membuat die saluran akar sebagai replika yang
selanjutnya dicor dengan gips tipe IV untuk mendapatkan model kerja.
11. Pembuatan model pasak tuang
Masukan vaseline ke saluran akar model kerja. Ambil paper clip yang berujung
runcing dan kasari permukaan dengan menggunakan fissure diamond bur yang
bertujuan menambah retensi. Cobakan paper clip dengan memasukkannya ke dalam
saluran akar model kerja, paper clip harus terasa longgar bila dimasukkan pada
saluran akar yang telah dipreparasi. Paper clip berfungsi sebagai penahan malam biru
dalam saluran akar. Lunakkan malam biru dan bentuklah menyerupai kerucut,
dilekatkan pada paper clip, lalu tekan ke dalam ruang preparasi hingga padat. Tekan
ujung malam dengan jari pada batas tepi insisal membentuk atap. Keluarkan paper
clip dan malam yang telah melekat. Periksa kerapatan permukaannya, tambahkan
sedikit malam apabila ada kekurangan dan masukkan kembali supaya terbentuk sesuai
dengan dinding-dinding preparasi. Ditambahkan reservoir 1 mm jaraknya diatas core
12. Membuat crucible former, dengan jarak diantara pola inti dengan crucible former
adalah 5mm
13. Ditanam dibumbung tuang dan dicor dengan gips investment (cair) untuk
mengurangi pemuaian.
14. Casting
15. Pemotongan kelebihan coran dan penyesuaian dengan gigi lawan
16. Try in pada mulut pasien
17. Insersi pasak dengan menggunakan semen yang agak cair bisa berupa GIC tipe 1,
zink fosfat, semen polycarboxylat.
18. Dipasang mahkota sementara
19. Pembuatan mahkota pasak (sama seperti pembuatan mahkota crown vital)
20. Insersi mahkota akhir
21. Kontrol

DAFTAR PUSTAKA

Cheung, W., 2005, A Review of the Management of Endodontically Treated Teeth: Post,
Core, and the Final Restoration, Journal of American Dental Association, 136: 11-19.

Heydecke, G., Butz, F., Hussein, A., Strub, J., R., 2002, Fracture Strength after Dynamic
Loading of Endodontically Treated Teeth Restored with Different Post and Core
System, Journal Prosthetic Dentistry, 87: 438-444.

Noort, R., V., 2007, Introduction to Dental Material, Mosby Elsevier, Philladelphia
Pasril, Y., Hadriyanto, W. 2008. Penggunaan Pasak Fiber Peerless sebagai Faktor Retensi
dan Resistensi pada Gigi pasca Perawatan Saluran Akar, Universitas Gadjah Mada,
Yogjakarta

Schwartz, R., S., Robbin, J., W., 2004, Post Placement and Restoration of Endodontically
Treated Teeth, Journal of Endodontic, 30 (5): 289-99.

Terry, A., D., 2003, Design Principles for the Direct Fiber Reinforced Composite Resin Post
and Core System, Institute of Esthetic and Restorative Dentistry Hounstoun, Texas

Walton, R., E., Torabinejad, 2008, Principles and Technique of Endodontics, WB. Saunder,
Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai