Anda di halaman 1dari 14

RESUME KASUS

SPACE REGAINER

Disusun Oleh:

ERLIN ZUKE RIZKIA

G4B017002

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Periode gigi desidui merupakan periode yang penting terhadap perkembangan

rahang, erupsi gigi permanen, kesehatan individu, perkembangan fisik serta mental anak-

anak (Finn, 2003). Hilangnya gigi desidui sebelum waktunya atau yang sering disebut

dengan premature loss dapat mengaganggu perkembangan gigi yang normal.. Hal ini

disebabkan karena adanya pergeseran gigi desidui dan gigi permanen tetangganya ke arah

ruang yang kosong akibat premature loss sehingga menyebabkan kehilangan panjang

lengkung rahang yang akan mengganggu erupsi gigi permanen dan dapat berpotensi

terjadinya gigi berjejal atau impaksi gigi penggantinya (Herawati, 2012). Premature loss

merupakan suatu keadaan gigi desidui yang tanggal sebelum gigi penggantinya mendekati

erupsi yang disebabkan karena karies, trauma atau kondisi sistemik (Ahmed, 2012).

Premature loss juga dapat menggangu fungsi mastikasi karena hilangnya gigi geligi pada

lengkung. Penyebab terjadinya premature loss yang paling sering yaitu trauma dan karies.

Hilangnya ruang untuk erupsi gigi permanen karena premature loss adapat

diantisipasi dengan penggunaan piranti space maintainer maupun space regainer. Space

maintainer merupakan alat yang dirancang untuk mempertahankan ruang yang ada dalam

lengkung rahang, sedangkan space regainer merupakan alat aktif yang digunakan untuk

memperoleh kembali ruangan yang telah menyempit pada lengkung gigi. Fungsi space

regainer tidak menciptakan ruangan yang baru tapi untuk mendapatkan kembali ruangan

yang pernah ada akibat shifting/drifting gigi yang telah mengalami penyempitan

oleh beberapa sebab, seperti premature loss, menegakkan kembali gigi permanen
yang miring dan maloklusi kelas I tipe 5 (neutroklusi dengan mesial drifting). Pemasangan

cepat dan tepat waktu dari space regainer dapat mempertahankan panjang lengkung gigi

dan mencegah terjadinya maloklusi. Berbagai macam space regainer yang dapat

digunakan tergantung dari berbagai faktor seperti stadium perkembangan gigi, lengkung

rahang yang berhubungan, jumlah gigi dan tipe gigi yang hilang (Nonong, 2011). Laporan

ini bertujuan untuk mengetahui indikasi, kontra indikasi, dan rencana perawatan

menggunakan space regainer, serta memaparkan kasus pada pasien yang mengalami

premature loss dengan pilihan perawatan space regainer.

B. Tujuan

Tujuan dari laporan kasus ini adalah

1. Mengetahui indikasi, kontraindikasi, dan rencana perawatan space regainer

2. Memaparkan kasus pada pasien yang mengalami premature loss dengan pilihan

perawatan space regainer

C. Manfaat

Manfaat dari laporan ini adalah memberikan pengetahuan tentang perawatan space

regainer pada kasus gigi desidui yang mengalami premature loss.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Waktu Erupsi gigi


Erupsi gigi desidui biasanya dimulai pada usia 5-6 bulan. Umumnya, gigi yang pertama

erupsi yaitu dua gigi insisivus central rahang bawah. Waktu erupsi gigi geligi desidui umumnya

bervariasi begitu juga dengan lebar mesiodistal dari gigi desidui (Harshanur, 2012).

Tabel 1.1 Waktu Erupsi dan Lebar Mesiodistal Gigi Geligi Desidui
Waktu erupsi (bulan) Lebar mesiodistal (mm)
1. Gigi rahang atas
Insisivus sentral 8 6,5
Insisivus lateral 9 5,0
Kaninus 18 6,5
Molar pertama 14 7,0
Molar kedua 24 8,5
2. Gigi rahang bawah
Insisivus sentral 6 4,0
Insisivus lateral 7 4,5
Kaninus 16 5,5
Molar pertama 12 8,0
Molar kedua 20 9,5

Gigi geligi permanen akan mulai erupsi pada usia 6 tahun, gigi yang pertama kali erupsi

biasanya gigi molar pertama atau insisivus atas. Pada saat gigi permanen mulai erupsi, di dalam

lengkung rahang akan terdapat gigi geligi desidui dan gigi geligi permanen dalam waktu

bersamaan, ini yang disebut dengan periode gigi bercampur atau mix dentition.
Tabel 1.1 Waktu Erupsi dan Lebar Mesiodistal Gigi Geligi Permanen
Waktu erupsi (tahun) Lebar mesiodistal (mm)
1. Gigi rahang atas
Insisivus sentral 7-8 7,4 - 9,75
Insisivus lateral 8-9 6,0 - 8,1
Kaninus 11-12 7,0 - 9,32
Premolar pertama 10-11 6,75 - 9,0
Premolar kedua 11-12 6,0 - 8,1
Molar pertama 6-7 9,9 - 12,1
Molar kedua 12-13 8,75 - 10,87
Molar ketiga 17-21
2. Gigi rahang bawah
Insisivus sentral 6-7 4,9 - 6,6
Insisivus lateral 7-8 5,4 - 6,85
Kaninus 9-10 6,1 - 8,15
Premolar pertama 10-11 6,3 - 8,75
Premolar kedua 11-12 6,8 - 9,5
Molar pertama 6-7 10,6 - 13,0
Molar kedua 11-13 8,9 - 11,3
Molar ketiga 17-21

B. Premature Loss
Premature loss merupakan keadaan gigi desidui yang hilang atau tanggal sebelum gigi

penggantinya mendekati erupsi yang disebabkan oleh karies, trauma, atau kondisi sistemik

(Ahmed, 2012). Premature loss menyebabkan terjadinya pergerakan gigi desidui atau permanen

yang tidak diinginkan dan berkurangnya panjang lengkung rahang. Panjang lengkung rahang yang

berkurang berdampak pada meningkatnya potensi terjadinya gigi berjejal, rotasi, erupsi ektopik,

crossbite, overjet dan overbite yang berlebihan serta hubungan molar yang kurang baik
(Kuswandari dkk., 2007). Penyebab terjadinya premature loss pada gigi desidui menurut Fitriyah

dan Runkat (2011) antara lain yaitu

1. Garis luar fungsional tertentu dari gigi gagal dalam perkembangannya

2. Resorpsi dini dari akar gigi desidui

3. Oklusi yang tidak baik yang menyebabkan gigi goyang saat berkontak

4. Karies gigi yang besar, infeksi, maupn hal lainnya yang menyebabkan bentuk fisiologis

berubah

5. Terdapat kelainan herediter misalnya pada jaringan periodontal yang menyebabkan gigi

desidui tidak dapat bertahan pada soketnya

6. Gigi dengan kondisi abnormal karena keadaan kurang bersihnya dan adanya sulkus gingiba

pada jaringan periodonsium

7. Trauma yang terjadi karena benturan maupun terjatuuh

8. Adanya penyakit atau kondisi pada rongga mulut yang menjadi penyabab prematur ekstraksi

harus dilakukan

Premature loss yang terjadi pada gigi desidui memiliku beberapa efek tergantung gigi yang

mengalami premature loss. Gigi insisivus desidui yang tanggal dini dapat berpengaruh terhadap

perkembangan oklusi dan penutupan ruang sehingga menimbulkan diastema yang memperngaruhi

estetik, sedangkan gigi kaninus desidui yang hilang dini dapat menyebabkan terjadinya distal drift

pada gigi depan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran garis median, kehilangan gigi molar

satu desidui maksila dapat menyebabkan berjejalnya gigi posterior dan kehilangan ruang pada

mandibular, sedangkan kehiangan gigi molar kedua desidui dapat mengakibatkan pergerakan gigi

ke depan dari gigi molar pertama permanen yang menutupi ruang untuk erupsi gigi premolar

permanen (Mathewson, 1995).


C. Space Regainer
Pemulihan tempat untuk mengembalikan tempat yang hilang karena bergesernya gigi

setelah hilangnya gigi desidui secara prematur diperlukan alat space regainer yang dapat membuka

tempat untuk mengembalikan posisi gigi permanen yang tipping ke posisi semula dalam lengkung

gigi. Space regainer dapat mengembalikan kehilangan ruang sekitar 3 mm. Menurut Moyers

(1991) indikasi dari space regainer adalah bila terjadi premature loss pada gigi sulung molar

pertama dan kedua pada maksila/ mandibular, kemudian adanya erupsi ektopik dari molar pertama

gigi permanen, adanya satu atau lebih dari gigi desidui yang hilang sebelum waktunya, kehilangan

tempat pada lengkung gigi akibat bergesernya ke mesial dari gigi molar pertama permanen ini

untuk maloklusi kelas I tipe 5. Adapun kontra indikasi untuk space regainer adalah bila jarak untuk

erupsi gigi permanen sudah cukup, tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda penutupan tempat

gigi permanen, panjangnya lengkung gigi tidak memadai, jika pemasangan space regainer akan

memperparah maloklusi yang sudah ada, pada kasus over bite, kelas I tipe III dan maloklusi kelas

III. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan pembuatan space regainer

adalah cukupnya jarak yang dibutuhkan untuk erupsi gigi permanen secara normal, pergerakkan

gigi yang dibutuhkan (rotasi, miring, tipping, bodyli) kemudian apakah adanya gangguan oklusi

dari gigi-gigi yang berlawanan, bentuk gigi dan akar gigi yang akan digeser (Nonong, 2011).

Ada dua tipe space regainer : fixed space regainer dan removable space regainer. Fixed

space regainer adalah suatu alat yang tidak bisa dibuka oleh pasien dan dapat memindahkan gigi

permanen yang bergeser kedalam posisinya dalam lengkung gigi, sedangkan removable space

regainer adalah alat yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasiennya sendiri. Removable space

regainer selalu bilaterals komponen – komponennya seperti partial denture yaitu acrylic major

connector, C-clasps/ adam claps lingual arch, oklusal rest atau direct bonded buttons.
Ada beberapa tipe dari removable space regainer yaitu: (1) split saddle space regainer

yang digunakan bila jarak yang harus dipulihkan memerlukan jarak yang lebih banyak. Bagian

yang aktif dari koil dipasang dari akrilik dan dibentuk kedalam loop yang menghubungkan kedua

saddle, untuk mengaktivasinya, loop harus dibuka sedikit demi sedikit dengan menggunakan

pemotong kawat; (2) expansion screw regainer dimana jack screw digunakan untuk

mengembalikan ruangan. Jarak 3 mm dapat dicapai dengan menggunakan screw expansi yang
diaktivasi dengan menggunakan kunci yang diputar arah jarum jam ¼ putaran seminggu 2x; (3)

Recurved helical coil finger spring space regainer dimana per (helical spring) ada dalam dua

konfigurasi, bisa satu atau dua seperti peniti. Piranti ini dapat menggerakkan gigi sampai 3-4 mm,

untuk mendapatkannya, diameter dari coil harus dilebarkan.

Space regainer terdiri dari :

1) Labial bows : berfungsi sebagai retensi untuk mempertahankan alat dalam mulut. Labial bow

harus diletakkan jauh dari gingiva tetapi jangan sampai menekan pada papilla interdental.

Biasanya, ini didesain dalam oklusal embrasure antara insisiv lateral dan kaninus, atau distal

dari gigi kaninus.

2) Acrylic : secara sederhana, dasar dari removable space regainer dibuat dari akrilik. Biasanya

akrilik yang lembut digunakan supaya tidak menghalangi gigi permanen yang sedang erupsi.

3) Clasps (cangkolan) : clasps sederhana sebagai clasps interproximal atau wrap

around clasps dapat digunakan. Selain itu, adam’s clasps, ball clasps atau Cclasps dapat juga

digunakan sebagai retensi.

4) Komponen aktif : komponen-komponen aktif seperti per : coil springs, helical coil springs, knee

springs.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

1. Nama : Aufa Itsna Karunia

2. Usia : 8 tahun

3. Alamat : Grendeng

B. Pemeriksaan subyektif

1. CC : Pasien datang ke RSGMP UNSOED bersama ibunya mengeluhkan gigi

geraham rahang bawah yang telah dicabut belum tumbuh gigi baru

2. PI : Pasien tidak ada keluhan

3. PDH : Pernah melakukan penambalan dan pencabutan gigi dengan CE

4. PMD : Tidak ada kelainan

5. FH : Tidak memiliki riwayat penyakit sistemik

6. SH : Pasien seorang pelajar sekolah dasar

C. Pemeriksaan obyektif

Penilaian ekstraoral

Pasien mempunyai bentuk muka yang simetris dengan profil cembung, bibir menutup

kompeten, tidak terdapat kelainan TMJ

Penilaian intraoral

Pasien dalam masa mix dentition kehilangan gigi 74 dan 84 karena pencabutan setelah

karies, gigi 21 parsial erupsi.

D. Diagnosa

Premature loss gigi 74 dan 84


E. Dokumentasi

Studi Model

Radiografi Panoramik

F. Analisa diskrepansi

1. Metode Nance

Nance menganalisa dengan membandingkan berapa jarak yang tersedia dengan

jarak yang dibutuhkan dengan menghitung dan mengukur dari lengkung mesial

gigi molar pertama pada satu sisi dengan mesial gigi molar pertama permanen
pada sisi yang berlawanan ini dilakukan dengan memisahkan gigi – gigi kedalam

lengkung gigi yang dapat diukur sebagai suatu garis lurus dengan kawat ligatur. Metode

ini bertujuan untuk mengetahui lee way space pada periode gigi bercampur. Metode

yang dilakukan dengan membandingkan lebar mesiodistal C, M1, dan M2 pada model

atau secara langsung dengan jumlah mesiodistal C, P1, dan P2 yang belum tumbuh dari

gambaran radiografi.

Rahang Bawah
Regio 3 Regio 4
M-D c, m1, m2 (model) 22 mm 23,7 mm
M-D C (foto) 7,4 mm 7,8 mm
M-D P1(foto) 8,2 mm 7,6 mm
M-D P2( foto) 8,2 mm 7,8 mm
Available space 22 mm 23,7 mm
Required space 23.8 mm 23,2 mm
Lee way space -1,8 mm + 0,5 mm

2. Metode Moyers

Metode Moyers membandingkan lebar mesio distal empat gigi anterior permanen
rahang bawah dengan tabel Moyers untuk memprediksi kebutuhan ruang untuk erupsi
gigi 3 4 5
Lebar MD 42 41 31 32 : 25 mm
Regio 3 Regio 4
Available space 22 mm 23,7 mm
Tabel Moyers 23,4 mm 23.4 mm
Diskrepansi -1,4 mm + 0,3 mm

3. Metode Huckaba

Perhitungan metode Huckaba menggunakan perbandingan rumus antara gigi asli

dengan gigi pada foto rontgen untuk mengetahui akurasi lebar mesiodistal gigi 3, 4,

dan 5 mengggunakan rumus berikut

A x B′
B= A′
Keterangan:
A = MD gigi kontrol yang sudah erupsi (Gigi 85)
A’ = MD gigi kontrol yang sudah erupsi dalam foto rontgen
B = MD gigi yang belum erupsi sebenarnya
B’ = MD gigi yang belum erupsi pada foto rontgen

Rahang kiri (Regio 3)


MD gigi kontrol MD gigi kontrol MD gigi yang blm MD gigi yang blm
sebenarnya (A) pada foto (A’) erupsi pada foto erupsi sebenarnya
(B’) (B)
Gigi 85 = 11 mm Gigi 85 foto = 14 mm Gigi 33 = 9,5 mm Gigi 33 = 7,46 mm
Gigi 34 = 10,5 mm Gigi 34 = 8,25 mm
Gigi 35 = 10,5 mm Gigi 35 = 8,25 mm
Available space 22 mm
Required space 23,96 mm
Diskrepansi -1,96 mm

Rahang kanan (Regio 4)


MD gigi kontrol MD gigi kontrol MD gigi yang blm MD gigi yang blm
sebenarnya (A) pada foto (A’) erupsi pada foto erupsi sebenarnya
(B’) (B)
Gigi 85 = 11 mm Gigi 85 foto = 14 mm Gigi 43 = 10 mm Gigi 43 = 7,85 mm
Gigi 44 = 9,7 mm Gigi 44 = 7,63 mm
Gigi 45 = 10 mm Gigi 45 = 7,85 mm
Available space 23,7 mm
Required space 23,33 mm
Diskrepansi + 0, 33 mm

Berdasarkan hasil ketiga analisis perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa

jumlah ruang yang tersedia pada regio kiri lebih kecil dibandingkan dengan ruang yang

dibutuhkan, sedangkan jumlah ruang yang tersedia pada regio kanan lebih besar

dibandingkan jumlah ruang yang dibutuhkan, sehingga rencana perawatan yang dilakukan

pada pasien adalah menggunakan space regainer.

F. Rencana Perawatan

Rencana perawatan pada kasus ini adalah pembuatan space regainer dengan

menggunakan piranti sebagai berikut


1. Labial bow pada gigi anterior (73 sampai 83)

2. C clasps pada gigi 36 dan 46 untuk retensi

3. Screw ekspansi pada sisi kiri

3. Basis plat

G. Langkah Kerja

1. Pencetakan model kerja pasien

2. Pembuatan klamer

a. Labial bow menggunakan klamer Ø 0,7 mm

b. C clasp pada gigi 36 dan 46 menggunakan klamer Ø 0,7 mm

c. Screw ekspansi sebagai komponen aktif dengan aktivasi ¼ putaran 2 kali dalam

seminggu sampai diperoleh ruangan yang diinginkan

d. Pembuatan basis dengan menggunakan akrilik

3. Insersi dan edukasi

4. Kontrol

H. Desain Piranti

Anda mungkin juga menyukai