TESIS
YEREMIA THEODOR
0906601254
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
i Universitas Indonesia
TESIS
YEREMIA THEODOR
0906601254
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
Universitas Indonesia
ii
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan dokter
gigi spesialis bidang prostodonsia di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, saya tidak
akan dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Untuk itu, pada
kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. drg. Farisza Gita., Sp. Pros (K) sebagai pembimbing pertama dan koordinator
pendidikan dokter gigi spesialis prostodonsia yang dengan kesabaran dan
ketulusannya memberikan ide, wawasan pengetahuan, metodologi, dan selalu
memberikan dorongan motivasi serta meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan perhatian.
2. drg. Henni Koesmaningati., Sp. Pros (K) sebagai pembimbing kedua yang
selalu memberikan wawasan pengetahuan, motivasi, nasehat dan meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan.
3. Prof. Dr. Lindawati Kusdhany, drg., Sp. Pros (K) sebagai Ketua Departemen
Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dan anggota
dewan penguji yang dengan kesabaran dan ketulusannya berkenan
meluangkan waktu untuk membimbing khususnya pada metode penelitian
yang digunakan, serta memberikan arahan, tanggapan, dan saran untuk
menyempurnakan hasil tesis ini.
4. drg. Roselani W.Odang.,MDSc, Sp.Pros(K), sebagai ketua dewan penguji
yang telah memberikan arahan, tanggapan, dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan tesis ini.
5. drg. Siti Triaminingsih MT, sebagai anggota dewan penguji yang telah
membimbing dalam melakukan penelitian di Departemen Ilmu Material
vi
Universitas Indonesia
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
Kedokteran Gigi FKG Universitas Indonesia dan memberikan arahan,
tanggapan, serta saran yang membangun untuk menilai dan menyempurnakan
hasil tesis ini.
6. Seluruh staf pengajar Departemen Prostodonsia FKG UI yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu yang telah membantu saya baik dalam membuka
wawasan maupun pengenalan teori dan teknik selama masa pendidikan dokter
gigi spesialis prostodonsia.
7. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Prof. drg. Bambang
Irawan., PhD, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia.
8. Koordinator Program Paska sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia Dr. Ratna Meidyawati,drg.,SPKG yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi
Spesialis Prostodonsia.
9. Rekan-rekan PPDGS Prostodonsia angkatan 2009, Elin, Niko, Metty,
William, Ahmad Sofyan, Irfan, Wendy, dan Hendrik
10. Kepala Perpustakaan FKG UI beserta seluruh karyawan yang telah membantu
saya mendapatkan kepustakaan yang dibutuhkan dalam penulisan tesis serta
mengizinkan saya menggunakan fasilitas perpustakaan.
11. Seluruh staf administrasi dan klinik Prostodonsia, yaitu Pak Suroto, Ibu
Manis, Pak Rapin, Mas Jarot, Mbak Titin serta Mas Fadil yang telah
membantu saya selama menjalankan pendidikan.
12. Keluargaku yang selalu memberikan dukungan doa, cinta, dan moril sehingga
saya dapat menyelesaikan tesis dan pendidikan saya.
13. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata saya menyadari, bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saran dan koreksi diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini.
vii
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
Yeremia Theodor
ABSTRAK
Universitas Indonesia
Aplikasi sistem self adhesive pada sementasi pasak fiber sangat mudah dan
penggunaanya meningkat pesat, tetapi penelitian mengenai kemampuan adhesinya
masih terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan adhesi
sistem adhesif self etch dan self adhesive pada sementasi pasak fiber apakah sama
besar atau tidak dengan total etch. Penelitian eksperimental laboratorik dilakukan
menggunakan 27 gigi premolar satu mandibula yang telah disetujui oleh komisi etik,
dibagi secara acak menjadi 3 kelompok. Pasak fiber disementasi dengan 3 sistem
adhesif berbeda. Pada setiap gigi dilakukan pemotongan setebal 5 mm dari bagian
servikal ke arah medial akar gigi, seluruh spesimen disimpan selama 24 jam dalam
larutan salin pada suhu kamar, lalu dilakukan push out test menggunakan Universal
Testing Machine (Shimidzu AG-5000E) dengan kecepatan 0,5 mm/menit. Hasil
analisis univariat dan bivariat Anova satu arah menunjukkan kemampuan adhesi
sistem total etch dan self etch sama besar (p<0.05), sedangkan sistem self adhesive
memiliki kemampuan adhesi yang paling rendah (p>0.05). Aplikasi yang lebih
mudah pada sistem self etch mampu memberikan kemampuan adhesi yang sama
dengan sistem total etch. Kata Kunci: kemampuan adhesi, pasak fiber, push out test,
total etch, self etch, self adhesive
viii
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
ABSTRACT
Universitas Indonesia
Application of self adhesive system on fiber post cementation is very simple and their
use increase rapidly, however study in the adhesion capability is limited and
insufficient. The aim of this study was to analyze whether self etch and self adhesive
system are comparable to total etch system. The experimental laboratory study was
performed using 27 mandibular premolar teeth approved by ethics committee,
randomly divided into 3 groups, fibre post were cemented in 3 different adhesive
system. Specimen were prepared 5 mm in thickness from cervical to medial of the
root, stored for 24 hours in saline solution at room temperature, push out test was
performed using Universal Testing Machine (Shimidzu AG-5000E) with crosshead
speed at 0.5 mm/min. The results of univariat and one way Anova bivariat test
showed that total etch and self etch system have a comparable adhesion capability
(p<0.05), and self adhesive system has the lowest adhesion capability (p>0.05). With
easier application, self etch system has a comparable adhesion capability to total etch
system. Key Word: adhesion capability, fiber post, push out test, total etch, self etch,
self adhesive
ix
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
1.2.1 Rumusan Masalah Umum ..................................................................... 2
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus ..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Khusus ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Gigi Pasca Endodonti............................................................................... 4
2.2 Macam-Macam Sistem Pasak ............................................................................... 4
2.3 Perkembangan Pasak Fiber ................................................................................... 6
2.4 Sementasi Pasak Fiber .......................................................................................... 8
x
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
2.4.1 Sistem Adhesif Total Etch ..................................................................... 8
2.4.2 Sistem Adhesif Self Etch ........................................................................ 9
2.4.3 Sistem Adhesif Self Adhesive ............................................................... 11
Universitas Indonesia
2.5 Push Out Test ...................................................................................................... 13
2.6 Kerangka Teori ................................................................................................... 16
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep................................................................................................ 17
3.2 Hipotesis Penelitian............................................................................................. 18
3.2.1 Hipotesis Mayor ................................................................................... 18
3.2.2 Hipotesis Minor .................................................................................... 18
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ................................................................................................... 19
4.2 Tempat Penelitian ............................................................................................... 19
4.3 Waktu Penelitian ................................................................................................. 19
4.4 Spesimen penelitian ............................................................................................ 19
4.5 Definisi Operasional ........................................................................................... 20
4.6 Bahan dan Alat penelitian ................................................................................... 21
4.7 Cara Kerja ........................................................................................................... 24
4.8 Alur Penelitian .................................................................................................... 30
4.9 Rancangan Analisis Data..................................................................................... 31
4.10 Etik Penelitian .................................................................................................... 31
BAB 5 HASIL PENELITIAN ................................................................................. 32
BAB 6 PEMBAHASAN ........................................................................................... 34
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 41
LAMPIRAN ............................................................................................................. 44
xi
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Universitas Indonesia
xii
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Pasak Aktif Dentatus Screw dan Kurer anchor post. .......................... 5
Gambar 2.2 Pasak Pasif Metal Cast dan Parapost .................................................. 5
Gambar 2.3 Carbon fiber post, quartz fiber post (DT Light-Post dan Luscent
Anchor Post),dan opaque fiber post. ................................................... 6
Gambar 2.4 Teknik total etch. ................................................................................ 9
Gambar 2.5 Teknik self etch. ................................................................................. 10
Gambar 2.6 Pasak fiber tapered ........................................................................... 13
Gambar 2.7 Pasak fiber disementasi ke dalam saluran akar ...................................14
Gambar 2.8 Push out test ........................................................................................14
Gambar 4.1 Gigi premolar satu mandibula .......................................................... 21
Gambar 4.2 Bahan pengisi saluran akar ................................................................ 21
Gambar 4.3 Chemical cured polymethyl metacryate.............................................. 22
Gambar 4.4 Sistem adhesif semen resin ................................................................ 22
Gambar 4.5 Jarum Endodonti ............................................................................... 23
Gambar 4.6 Cutting Machine (Struers Accutom 2) ............................................... 23
Gambar 4.7 Light cured unit (Bluephase Style/Ivoclar Vivadent) ........................ 23
Gambar 4.8 Universal Testing Machine (Shimidzu AG-5000E) .......................... 23
Gambar 4.9 Persiapan spesimen ........................................................................... 24
Gambar 4.10 Pengisian saluran akar ....................................................................... 24
Gambar 4,11 Sementasi menggunakan sistem adhesif total etch ............................ 26
Gambar 4.12 Sementasi menggunakan sistem adhesif self etch ............................. 26
Gambar 4.13 Sementasi menggunakan sistem adhesif self adhesive ...................... 27
Gambar 4.14 Pasak fiber tapered ............................................................................ 28
Gambar 4.15 Skema push out test ........................................................................... 29
Gambar 4.15 Spesimen penelitian ........................................................................... 29
Gambar 4.16 Push out test ....................................................................................... 29
xiii
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
xiv
Kemampuan adhesi..., Yeremia Theodor, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia semakin meningkat pesat. Dibalik penggunaanya yang semakin
meningkat, penelitian mengenai kemampuan adhesi sistem self adhesive masih
terbatas dan belum cukup. Penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang
kontradiktif, beberapa penelitian menyatakan bahwa sistem adhesif self adhesive
memiliki kemampuan adhesi yang lebih rendah dibandingkan total etch,
sebaliknya beberapa penelitan lain menunjukkan hasil yang sama. 3,4
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menganilisis kemampuan
adhesi sistem adhesif pada sementasi pasak fiber adalah dengan melakukan push
out test. Penelitian ini menggunakan spesimen yang lebih tebal dibandingkan
spesimen yang digunakan oleh peneliti terdahulu. Ketebalan spesimen 5 mm yang
digunakan dalam penelitian ini dapat mensimulasikan kondisi klinis yang lebih
baik dibandingkan penggunaan spesimen yang tipis, disamping itu dapat diperoleh
pula spesimen pasak dengan dua bentuk berbeda yaitu parallel dan tapered yang
sesuai dengan bentuk saluran akar gigi premolar satu mandibula. Untuk
menyeragamkan surface treatment, pada penelitian ini digunakan pasak fiber
presilanated. 3,4
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
Kelompok kedua adalah pasak pasif, pada jenis ini pasak diletakkan secara pasif
dalam saluran akar yang berkontak rapat di dinding saluran akar dan
mengandalkan retensi utama dari lutting cement. Contoh pasak aktif yang tersedia
di pasaran adalah Dentatus Screw dan Kurer anchor post (Gambar 2.1),
sedangkan pasak pasif yang umum ditemukan adalah Parapost dan pasak metal
cast (Gambar 2.2). Setiap jenis pasak dapat dibagi lagi berdasarkan bentuknya
yaitu parallel atau tapered. 5
Gambar 2.1. Pasak Aktif Dentatus Screw dan Kurer anchor post 5
Indikasi penggunaan pasak parallel adalah pada saluran akar palatal gigi
molar maksila, saluran akar distal gigi molar mandibula, gigi caninus (maksila
dan mandibula), dan gigi insisif sentral maksila. Sedangkan indikasi penggunaan
pasak tapered adalah pada saluran akar mesio bukal/mesio lingual gigi molar
Universitas Indonesia
mandibula, saluran akar mesio bukal/disto bukal gigi molar maksila, gigi insisif
lateral maksila, dan gigi premolar mandibula.5
Penggunaan logam paduan untuk pembuatan pasak dan inti umum
dilakukan di masa yang lalu, karena bahan ini memiliki struktur fisik yang baik
dan dapat dicor dengan akurat. Tetapi sistem ini memiliki berbagai kelemahan,
antara lain biokompatibilitas dari bahan logam tertentu yang kurang baik dan
sulitnya melepas pasak logam dari saluran akar. Selain itu penggunaan pasak ini
dapat mengganggu estetik dari restorasi yang akan dipasang. Kegagalan yang
umum ditemukan pada penggunaan pasak ini adalah hilangnya retensi, fraktur
akar, dan fraktur pasak.6
Universitas Indonesia
Sistem pasak fiber reinforced terdiri dari fiber yang disatukan dengan
matriks polimer, umumya epoxy polymer. Pasak fiber pertama dibuat dari material
carbon fibers yang merupakan generasi pertama dari pasak bebas logam. Pasak
carbon fiber Composipost diproduksi secara komersial pada tahun 1990 di Eropa.
Akan tetapi composipost ini memiliki warna yang gelap, sehingga tidak ideal
apabila digunakan dengan restorasi all ceramic. Untuk mengatasi hal ini maka
produsen mengganti carbon fibers dengan glass fibers. Pasak glass fibers
umumnya terbuat dari tipe glass seperti E-glass (SiO2, CaO, B2O3, Al2O3, dan
oksida alkali metal) dan S-glass atau high-strength glass. Setelah penggantian
material carbon fibers dengan glass fibers selanjutnya material pasak fiber lainnya
seperti silica/quartz fiber post juga dikembangkan. 6,7
Generasi pertama silica-fiber post adalah pasak Aesthetipost. Inti dari
pasak ini berupa carbon fiber bundles dan bagian tepinya merupakan quartz fibers
yang disusun secara longitudinal. Pada pengembangan selanjutnya, pada tahun
1998 dipasarkan pasak Aesthetiplus yang secara keseluruhan tersusun atas quartz
fiber dalam matriks resin. Pengembangan pasak quartz fibers selanjutnya adalah
Lightpost pada tahun 1999. Pasak ini tersusun atas translucent quartz fibers yang
memungkinkan transmisi cahaya untuk membantu polimerisasi adhesive lute yang
diletakkan dalam saluran akar sepanjang pasak (Gambar 2.3). 6
Pasak fiber translusen saat ini penggunaannya semakin meningkat karena
beberapa kelebihan yang dimilikinya, yaitu memiliki kekuatan yang cukup baik,
modulus elastisitas yang mendekati dentin, bebas korosi, mudah diperbaiki, dan
memberikan hasil yang baik pada restorasi dengan kebutuhan estetik tinggi seperti
all ceramic. Pasak fiber translusen ini tidak terlihat menembus restorasi estetik
seperti all ceramic apabila dibandingkan dengan pasak logam dan carbon fibers.
Pasak keramik juga memberikan hasil estetik yang baik, serta lebih kuat dan kaku
dibandingkan pasak fiber, tetapi pasak ini lebih sulit untuk melekat dengan
dinding saluran akar, bersifat rapuh, dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi.
1,6,8,9,10
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
14,16,17,18
Klasifikasi perkembangan sistem adhesif berdasarkan komponen
dan aplikasinya dijelaskan pada tabel 2.1 dan tabel 2.2.
Universitas Indonesia
P = F/(A1+A2)
Universitas Indonesia
A1= 2 π rh
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
pasak fiber
Variabel Independen
Macam-macam sistem adhesif:
- total etch
- self etch
- self adhesive
Variabel Dependen
Kemampuan adhesi sistem adhesif pada sementasi pasak fiber terhadap
push out test
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
menggunakan rumus P =
F/(A1+A2). P adalah
kemampuan adhesi dalam
satuan megapascal, F
adalah beban yang
diterima dalam satuan
kilogram force, dan A1
adalah luas permukaan
ikatan pada pasak fiber
berbentuk parallel dalam
satuan mm2, dan A2
adalah luas permukaan
ikatan pada pasak fiber
berbentuk tapered dalam
satuan mm2. 19
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Alat:
- Plastic filling instrument
- Sonde
- Pinset
- Ekskavator
- Mikromotor (Volvere/NSK)
- Low speed (NSK)
- Diamond Disc
- K-File (DiaDent)
- Endodontic gauge (GC) (Gambar 4.5)
- Endodontic Spreader (DiaDent)
- Endodontic Plugger (DiaDent)
- Jarum lentulo (DiaDent)
- Gates glidden drill no 2-4 (Mani, Batch no:G1436711900)
- Peso reamer no 2-4 (Mani, Batch no:P120937700)
- Precision drill (Pentron Batch no:3692567)
- Sarung tangan
- Syringe 10 ml
- Light cured unit light emiting diode (Bluephase Style Ivoclar
Vivadent 1100 mW/cm2) (Gambar 4.7)
- Cutting Machine (Struers Accutom 2) (Gambar 4.6)
- Universal Testing Machine (Shimidzu AG-5000E) (Gambar 4.8)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(a) (b)
(c) (d)
Universitas Indonesia
(e)
(a) (b)
(c) (d)
Universitas Indonesia
(a) aplikasi primer dan bonding agent ke dalam saluran akar, (b)
semen resin dimasukkan ke dalam saluran akar, (c) semen resin
diletakkan ke pasak fiber, (d) polimerisasi dengan sinar.
(a) (b)
(c)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
27 gigi premolar satu mandibula dilakukan preparasi saluran akar dan pengisian
dengan guttap percha dan sealer
Bagian akar gigi yang telah disementasi pasak fiber ditanam ke dalam chemical
cured polymethyl metacrylate
Spesimen disimpan dalam larutan salin selama 24 jam pada suhu kamar
Analisis Hasil
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data pada Tabel 5.1, rerata kemampuan adhesi sistem self
etch masih dalam rentang simpang baku rerata kemampuan adhesif sistem total
etch. Sebaliknya rerata kemampuan adhesi sistem self adhesive lebih rendah
dibanding sistem total etch dan self etch, serta berada di luar rentang simpang
baku keduanya. Selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan uji Saphiro Wilk
untuk melihat normalitas data (Tabel 5.2)
Universitas Indonesia
Hasil uji normalitas dengan Saphiro Wilk menunjukkan nilai p>0,05 maka
distribusi data kemampuan adhesi sistem adhesif normal. Selanjutnya dilakukan
analisis bivariat menggunakan uji Anova satu arah untuk melihat ada tidaknya
perbedaan diantara kelompok.
Uji varians yang dilakukan menunjukkan nilai p>0,05 (0,062), maka dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan varians antara kelompok data yang
dibandingkan. Hasil uji Anova satu arah menunjukkan nilai p<0,05 (0,014),
menandakan bahwa paling tidak terdapat perbedaan kemampuan adhesi yang
bermakna pada dua kelompok.Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki
perbedaan bermakna maka dilakukan uji Post Hoc Fisher’s Least Significant
Difference (LSD).
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sistem adhesif total etch memerlukan aplikasi teknik larutan etsa dengan
pembilasan dan pengeringan, aplikasi bonding, dan dilanjutkan dengan sementasi
menggunakan semen resin. Berbeda dengan sistem self etch, sistem adhesif ini
menyatukan teknik larutan etsa dan priming ke dalam bahan acidic primer
sehingga tidak diperlukan pembilasan dan dilanjutkan dengan aplikasi bahan
bonding agent dan sementasi menggunakan semen resin. Sementara itu pada
sistem self adhesive, larutan etsa, priming, bonding, serta semen resin dikemas ke
dalam satu komponen saja sehingga aplikasi dilakukan hanya dalam satu tahap.
Dengan demikian pada sistem total etch kemungkinan resiko tertinggalnya larutan
etsa dan air lebih besar. 18,23
Berbeda dangan hipotesis dalam penelitian ini, uji statistik yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa kemampuan adhesi sistem adhesif total etch lebih
baik dan berbeda secara bermakna dengan kemampuan adhesi sistem adhesif self
adhesive. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan area permukaan ikatan
pada dinding saluran akar setelah dilakukan etsa.24 Aplikasi larutan etsa yang
dilakukan pada sistem adhesif total etch dapat mendemineralisasi jaringan dentin
lebih dalam sehingga dapat terbentuk hybrid layer dan resin tag yang lebih dalam
apabila dibandingkan dengan sistem adhesif self adhesive. Sedangkan pada sistem
adhesif self adhesive, smear layer yang terdapat pada permukaan dentin tidak
dapat hilang sepenuhnya, sehingga hybrid layer dan resin tag yang terbentuk
dangkal. Hal ini menjelaskan mengapa kemampuan adhesi sistem adhesif total
etch dalam penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan kemampuan adhesi
sistem adhesif self adhesive.15,24
Uji statistik antara rerata kemampuan adhesi sistem adhesif total etch dan
self etch menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna. Hal ini sesuai
dengan hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan kemampuan adhesi dari
kedua sistem adhesif tersebut. Salah satu kemungkinan penyebab tidak adanya
perbedaan ini adalah aplikasi sistem adhesif total etch yang lebih sensitif
dibandingkan sistem adhesif self etch sehingga menyebabkan tingginya resiko
kegagalan ikatan antara semen dengan dentin.
Sifat teknik sensitif yang dimiliki oleh sistem adhesif total etch adalah
tingginya resiko untuk terjadinya overwetting dan overdrying pada saat
Universitas Indonesia
pembilasan dan pengeringan setelah aplikasi larutan etsa. Aplikasi larutan etsa
pada sistem adhesif ini akan menghilangkan smear layer dan mendemineralisasi
matriks inorganik hidroksiapatit, sehingga mengekspos serat kolagen dan tubuli
dentin. Ikatan yang baik terjadi apabila monomer yang terdapat dalam bonding
agent dapat berpenetrasi ke dalam tubuli dentin serta seluruh serat kolagen yang
terbentuk, sehingga didapatkan hybrid layer dan resin tag yang sempurna.
Apabila proses pengeringan yang dilakukan setelah aplikasi larutan etsa dan
pembilasan tidak sempurna, maka jaringan dentin menjadi terlalu lembab atau
overwetting. Pada jaringan dentin yang lembab, monomer yang berpenetrasi ke
dalam tubuli dentin dan serat kolagen akan mudah larut karena sifat dari bonding
agent pada sistem adhesif ini cenderung hydrophilic. Larutnya monomer ini akan
menimbulkan kegagalan terbentuknya hybrid layer dan resin tag yang baik
sehingga menyebabkan terjadinya kegagalan ikatan. Sebaliknya apabila proses
pengeringan yang dilakukan setelah aplikasi larutan etsa dan pembilasan
berlebihan (overdrying), maka serat kolagen yang telah terekspos akan menjadi
rapuh, hancur, dan permeabilitasnya menurun. Akibatnya monomer yang
terkandung di dalam bonding agent tidak dapat berpenetrasi ke seluruh serat
kolagen dan tubuli dentin sehingga hybrid layer dan resin tag yang terbentuk
tidak sempurna dan menimbulkan kegagalan ikatan. Besarnya resiko kegagalan
ikatan akibat sifat teknik sensitif ini juga ditunjukkan dengan besarnya simpang
baku dari data yang diperoleh pada sistem adhesif total etch.3,4,15,25
Kemampuan adhesi semen resin self etch dalam penelitian ini
menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan kemampuan adhesi semen resin
self adhesive. Hal ini disebabkan pada sistem adhesif self adhesive hanya hybrid
layer yang terbentuk sedangkan resin tag tidak terbentuk, berbeda dengan sistem
adhesif self etch dimana hybrid layer dan resin tag keduanya terbentuk dengan
baik. Hal ini bertentangan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa kedua semen
ini memiliki kemampuan adhesi yang sama.26
Disamping itu sistem adhesif self adhesive memiliki tiga kelemahan yang
menyebabkan kegagalan ikatan. Kelemahan yang pertama adalah penyatuan
beberapa komponen kimia ke dalam satu komponen saja seperti pada sistem
adhesif self adhesive, serta mampu berada pada kondisi stabil dalam jangka waktu
Universitas Indonesia
yang lama sulit untuk didapatkan. Sistem adhesif ini dalam formulasinya memiliki
kandungan air yang banyak sehingga cenderung untuk mengalami hidrolisis dan
kegagalan reaksi kimia. Hidrolisis dan kegagalan reaksi kimia ini umumnya akan
terjadi apabila terpapar oleh suhu tinggi yang umumnya dapat terjadi pada saat
distribusi. Kelemahan kedua yang dimiliki sistem adhesif self adhesive adalah
sifatnya yang hydrophilic akan mengakibatkan larutnya adhesive dalam jangka
waktu tertentu setelah diaplikasikan dan berpolimerisasi pada jaringan dentin.
Kelemahan yang ketiga adalah kandungan asam yang terdapat dalam komponen
sistem adhesif self adhesive tidak sesuai digunakan pada sistem polimerisasi self
cured dan dual cured karena asam dapat mendegradasi tertiary aromatic amines
yang diperlukan dalam polimerisasi secara kimiawi. Beberapa hal tersebut
menjelaskan mengapa dalam penelitian ini kemampuan adhesi sistem self
adhesive paling rendah dibanding sistem adhesif lainnya. 25,26
Kegagalan yang dapat terjadi dalam push out test dapat merupakan
kegagalan adhesi antara semen resin dengan dentin, antara semen resin dengan
pasak fiber, kohesi pada semen resin, kohesi pada pasak fiber dan kombinasi.
Walaupun pada push out test terdahulu kegagalan ikatan yang paling umum
ditemukan adalah kegagalan adhesi antara semen resin dengan dentin, untuk
memperkecil kemungkinan kegagalan adhesi antara semen resin dengan pasak
fiber, maka pada penelitian ini digunakan pasak fiber presilanated. Penggunaan
pasak fiber presilanated dalam penelitian ini memberikan keseragaman surface
treatment pada spesimen penelitian yang lebih baik apabila dibandingkan dengan
14,18
surface treatment yang dilakukan secara manual.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dalam aplikasi klinis sehari-hari,
prosedur klinis yang dilakukan pada sementasi pasak fiber menggunakan sistem
adhesif total etch harus diperhatikan dengan baik. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kegagalan ikatan, karena sistem adhesif ini memiliki sifat
teknik sensitif. Ketrampilan operator dalam penggunaan sistem adhesif total etch
sangat diperlukan untuk mengatasi teknik yang sensitif ini.25 Sebaliknya dengan
aplikasi yang lebih mudah sistem adhesif self etch dapat memberikan kemampuan
adhesi yang sama dengan rerata kemampuan adhesi sistem adhesif total etch.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka sistem adhesif self etch merupakan pilihan
Universitas Indonesia
sistem adhesif yang terbaik yang dapat digunakan pada sementasi pasak fiber saat
ini. Aplikasinya yang sederhana tidak memerlukan ketrampilan operator sama
seperti pada aplikasi sistem adhesif total etch. Sementara itu sistem self adhesive
merupakan sistem adhesif generasi terakhir yang aplikasinya sangat mudah dan
sederhana dibandingkan sistem adhesif sebelumnya. Tetapi berdasarkan hasil
penelitian ini, kemampuan adhesinya paling rendah dibandingkan sistem adhesif
total etch dan self etch sehingga belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Masih diperlukan pengembangan lebih lanjut dari sistem adhesif ini untuk
mengatasi kekurangan ini. Operator harus memahami dan mempertimbangkan
kelemahan sistem adhesif ini sebelum memutuskan untuk menggunakannya dalam
sementasi pasak fiber. Selain itu penggunaan sistem self adhesive harus
memperhatikan proses distribusi dan penyimpanannya, karena semen resin ini
mudah rusak apabila terpapar suhu yang tinggi.
Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sistem adhesif self etch dengan aplikasi yang lebih sederhana dan mudah
dapat memberikan kemampuan adhesi yang setara dengan sistem adhesif
total etch yang memiliki teknik yang lebih sensitif.
Sistem adhesif self adhesive dengan aplikasinya yang paling sederhana
memberikan kemampuan adhesi yang paling rendah dibandingkan sistem
adhesif total etch dan self etch.
Saran
Operator harus memahami kelemahan dan kelebihan dari sistem adhesif
yang akan digunakan pada sementasi pasak fiber, saat ini sistem adhesif
self etch dapat dijadikan pilihan karena memberikan kemampuan adhesi
yang baik dengan aplikasi yang sederhana.
Pada penelitian berikutnya perlu diperiksa lebih lanjut menggunakan
stereomikroskop untuk mengetahui letak kegagalan ikatan yang terjadi.
Penelitian berikutnya juga perlu dilakukan analisis menggunakan scanning
elektron microscope (SEM) untuk melihat perbedaan pembentukan
mekanisme ikatan antara semen resin dengan dentin dari tiga sistem
adhesif yang berbeda
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Median 4.6300
Variance 1.544
Minimum 2.07
Maximum 6.49
Range 4.42
Variance .086
Minimum 3.77
Maximum 4.67
Range .90
Median 3.3300
Universitas Indonesia
Variance .275
Minimum 2.83
Maximum 4.60
Range 1.77
a
Jenis Semen Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kemampuan Adhesi
3.128 2 24 .062
Kemampuan Adhesi
Universitas Indonesia
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kemampuan Adhesi
LSD
(I) Jenis Semen (J) Jenis Semen Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
Universitas Indonesia