Semen ionomer kaca atau GIC adalah bahan restorasi yang digunakan di bidang
kedokteran gigi yang melekat pada enamel dan dentin melalui reaksi kimia. GIC
terdiri dari campuran bubuk atau powder dan cairan atau liquid. GIC powder
memiliki komposisi utama yaitu kaca aluminosilikat sedangkan untuk GIC liquid
memiliki komposisi utama asam poliakrilik. GIC memiliki beberapa sifat diantaranya
biokompabilitas melepas flour sehingga dapat mencegah karies lebih lanjut , estetis,
daya larut rendah, translusen dan bersifat antibakteri (Roeroe et al.,2015)
Bahan GIC yang pertama kali diperkenalkan di bidang kedokteran gigi oleh
Wilson dan Kent pada tahun 1972. Mereka menggabungkan keunggulan dari sifat
translusen dan pelepasan ion fluor dari semen silikat serta biokompatibilitas serta sifat
adhesive dari semen polikarboksilat. Pada awalnya, GIC hanya digunakan untuk
restorasi karies servikal atau lesi abrasi yang disebabkan tekanan mekanis yang
rendah. GIC terus mengalami perbaikan dalam beberapa sifat fisik dan mekanik
dalam upaya untuk memperluas aplikasi GIC di bidang kedokteran gigi (septishelya
et al.,2016)
GIC bersifat adhesive terhadap enamel dan dentin, melepaskan ion fluor dalam
jangka waktu yang lama, biokompatibel, memiliki koefisien ekspansi termal yang
kurang lebih sama dengan struktur gigi dan toksisitas yang rendah. Namun, GIC
memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan amalgam dan bahan resin
komposit seperti eaktu jarak yang pendek, mudah patah (kekuatan rendah), daya
tahan yang rendah terhadap pemakaian, rentan terhadap kontaminasi kelembaban atau
dehidrasi selama tahap awal pengerasan (Astrid,2017).
GIC lebih elastis dan lebih rentan terhadap deformasi elastis karena modulus elastisitasnya ½
dari seng fosfat.
GIC bersifat adhesive (pelekatan) ke permukaan dentin dan email (juga pada base metal alloy
tuang)
Sifat translusensi kurang baik, bahan-bahan yang terbaru memberikan estetik yang baik
Karena perbedaan kekuatan dan tegangan tariknya, GIC tidak digunakan untuk membuat crown
seperti semen seng fosfat lakukan (Sheridan, 2010). 2.4.2
Retensi semen ionomer kaca terhadap jaringan gigi berupa ikatan fisiko kimia tanpa
menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimia berupa ikatan ion kalsium yang berasal dari
jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil). Gugus Karboksil multiple membentuk ikatan
hydrogen yang kuat. Dan memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi dan melekat
pada permukaan email. Air memegang peran penting selama proses pengerasan dan apabila
terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik GIC. Kontaminasi dengan saliva akan
menyebabkan GIC mengalami pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun dan
juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan (Sulastri; 2017).
Pada pencampuran bubuk dan cairan atau bubuk dan air asam perlahan mendegradasi
bagian luar lapisan partikel kaca yang melepaskan ion Ca2 + dan Al3 +. Selama tahap awal
setting, Ca2+ dirilis lebih cepat dan terutama bertanggung jawab untuk bereaksi dengan
polyacid untuk membentuk reaksi produk. Al3 + dilepaskan lebih lambat dan terlibat pada tahap
selanjutnya, sering disebut sebagai sekunder tahap reaksi. Bahan yang diatur terdiri dari inti
kaca yang tidak bereaksi dan tertanam dalam matriks polyacid cross-linked. Tahap kedua dari
reaksi setting melibatkan penggabungan jumlah yang signifikan aluminium dalam struktur
matriks dan menghasilkan kematangan yang ditandai dari sifat fisik dari materi. Sebelum tahap
ini, materi tetap sangat lemah dan larut. Untuk memastikan bahwa reaksi berlangsung menuju
kematangan penuh penting bahwa semen pengaturan dilindungi dari kontaminasi kelembaban
yang berlebihan sejak kehadirannya jumlah air yang tidak proporsional di tahap ini dapat
mengganggu pembentukan garam. Kehadiran asam tartarat memainkan signifikan bagian dalam
mengendalikan karakteristik setting dari bahan. Ini membantu memecah lapisan permukaan
partikel kaca, aluminium yang dengan cepat dibebaskan ion yang mengalami pembentukan
kompleks. Oleh karena itu ion aluminium tidak segera tersedia untuk reaksi dengan polyacid
sehingga waktu kerja semen dipertahankan. Setting awal selanjutnya dihambat oleh asam
tartarat yang menghambat pelepasan dan ionisasi dari rantai polyacid. Saat konsentrasi
aluminium terlarut mencapai tingkat tertentu tahap kedua dari hasil reaksi pengaturan dengan
cepat. Asam tartarat membantu pembentukan kompleks antara polyacid dan trivalen ion
aluminium dengan mengatasi rintangan masalah yang mungkin terjadi ketika sebuah aluminium
ion mencoba pembentukan garam dengan tiga karboksilat kelompok asam. Makanya banyak
garam aluminium link terdiri dari ion aluminium yang terikat ke dua kelompok karboksilat dan
satu grup tartrat. Ini mekanisme didukung oleh fakta yang ada sangat sedikit asam tartarat yang
tidak terikat tersisa di set semen. Pelepasan ion fluoride dari kaca hasil partikel dalam fase
matriks dari himpunan material menjadi reservoir untuk fluoride. Setelah pengaturan matriks
mampu melepaskan fluoride ini ke lingkungan sekitarnya atau untuk menyerap fluoride dari
lingkungan ketika ambient konsentrasi fluoride tinggi (misalnya dari fluoride mengandung pasta
gigi). Selain potensi efek pengobatan dari fluoride terkonsentrasi dalam fase matriks,
kehadirannya juga dianggap untuk berkontribusi terhadap mengoptimalkan karakteristik
pengaturan dengan mempertahankan kemampuan kerja lebih lama periode diikuti oleh
peningkatan yang relatif tajam viskositas (Walls et al; 2008).
Pada bagian akhir pengunaan semen ionomer kaca berbasis air dan karenanya sangat
rentan terhadap kekeringan atau kontaminasi kelembaban yang berlebihan selama awal fase
reaksi setting GIC. GIC klinis tercapai dengan berikatannya semua bagian melalui proses kimia
formasi semen. Pematangan berlanjut untuk pada setidaknya satu jam dengan beberapa bahan,
hingga 24 jam. Permukaan semen harus dilindungi selama periode waktu itu. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimum, maka selama proses pengerasan GIC perlu dilakukan
perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara dengan isolasi dan bahan
yang kedap air (Walls et al; 2008)
4) Eksplorer
5) Paper pad
6) Agate spatel/pengaduk plastic
2) Tissue
3) Glass Ionomer Cement :
GIC Fuji IX ART
GC FUJI I
2.4.2 Prosedur Kerja
1) Persiapan : a). Meja kerja dialas dengan lap kerja
b). Menyusun dan mempersiapkan alat dan bahan
2.6 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya peroleh dari kegiatan skills lab ini yaitu bahwa
manipulasi pada GIC untuk restorasi dan luting dipengaruhi oleh beberapa faktor ;
perbandingan powder dan liquid
lama waktu mengaduk liquid dan powder
cara mengaduk dan mencampur liquid dan powder
meratanya bahan powder dan liquid