Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN HASIL SKILLS LAB


“MANIPULASI GLASS IONOMER CEMENT”

DOSEN PEMBIMBING: drg. Rifki Moechtar, MDSc


Disusun oleh : Bella Saputri
NIM : 201007010092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
18/04/21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Semen ionomer kaca atau GIC adalah bahan restorasi yang digunakan di bidang
kedokteran gigi yang melekat pada enamel dan dentin melalui reaksi kimia. GIC
terdiri dari campuran bubuk atau powder dan cairan atau liquid. GIC powder
memiliki komposisi utama yaitu kaca aluminosilikat sedangkan untuk GIC liquid
memiliki komposisi utama asam poliakrilik. GIC memiliki beberapa sifat diantaranya
biokompabilitas melepas flour sehingga dapat mencegah karies lebih lanjut , estetis,
daya larut rendah, translusen dan bersifat antibakteri (Roeroe et al.,2015)

Bahan GIC yang pertama kali diperkenalkan di bidang kedokteran gigi oleh
Wilson dan Kent pada tahun 1972. Mereka menggabungkan keunggulan dari sifat
translusen dan pelepasan ion fluor dari semen silikat serta biokompatibilitas serta sifat
adhesive dari semen polikarboksilat. Pada awalnya, GIC hanya digunakan untuk
restorasi karies servikal atau lesi abrasi yang disebabkan tekanan mekanis yang
rendah. GIC terus mengalami perbaikan dalam beberapa sifat fisik dan mekanik
dalam upaya untuk memperluas aplikasi GIC di bidang kedokteran gigi (septishelya
et al.,2016)

GIC bersifat adhesive terhadap enamel dan dentin, melepaskan ion fluor dalam
jangka waktu yang lama, biokompatibel, memiliki koefisien ekspansi termal yang
kurang lebih sama dengan struktur gigi dan toksisitas yang rendah. Namun, GIC
memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan amalgam dan bahan resin
komposit seperti eaktu jarak yang pendek, mudah patah (kekuatan rendah), daya
tahan yang rendah terhadap pemakaian, rentan terhadap kontaminasi kelembaban atau
dehidrasi selama tahap awal pengerasan (Astrid,2017).

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mampu untuk melakukan manipulasi GIC untuk restorasi.
2. Mampu untuk melakukan manipulasi GIC untuk lutting.

1.3 Manfaat Praktikum


Dapat mengetahui perbandingan powder dan liquid GIC untuk restorasi dan lutting dan
waktu yang dibutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Glass Ionomer Cement (GIC)
Glass Ionomer Cement atau yang disebut GIC merupakan material restorasi yang
terdiri dari bubuk (powder) kaca dan cairan (liquid) asam polialkenoat. GIC digunakan
sebagai restorasi intermediate, bahan pelapis adhesif pada kavitas (sandwich
technique), sementasi mahkota, mahkota jembatan, fissure sealent, serta sebagai
pelapis komposit. Sifat GIC yang adhesif ke permukaan enamel dan dentin,
melepaskan fluor ke jaringan gigi, biokompatibel pada jaringan pulpa, dan koefisien
termal ekspansi sama dengan gigi membuat GIC banyak digunakan oleh dokter gigi
dan terus dikembangkan (Suprastiwi E, 2009).

2.2 Klasifikasi Glass Ionomer Cement (GIC)


Pengertian glass ionomer cement harus diterapkan hanya untuk bahan yang
menggunakan cara reaksi asam dasar sebagai bagian dari pengaturan reaksi dan
menunjukkan flourida yang terlepas. Dalam penggunananya , ada beberapa aplikasi
untuk glass ionomer cement dan dapat diklasifikasi sebagai berikut: (Suprastiwi E.,
2009) (Sulastri S., 2017)
a. Type I Luting cements Sebagai perekatan mahkota, jembatan, veneer dan lainnya.
Berikatan dengan dentin, enamel, logam mulia, dan porselen, translusensi dengan
tekanan yang tinggi.
b. Type II Restorasi Digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi
servikal, berdasarkan cara pengaplikasiannya terdapat dua jenis, yaitu semen restorative
estetik dan semen restorative reinforced.
c. Type III lining dan base Pada teknik sandwich, GIC digunakan sebagai pengganti dentin,
dan komposit sebagai pengganti enamel.
d. Type IV Fissure sealant Pencampuran bahan dengan konsistensi cair, memungkinkan
bahan mengalir kedaerah yang sempit seperti celah gigi posterior.
e. e. Type V Orthodontic cement GIC memiliki ikatan langsung kejaringan gigi oleh interaksi
ion polyacrylate dan Kristal hidroksiapatit untuk menghindari etsa asam.
f. f. Type VI Core Build-Up Beberapa dokter gigi menggunakan GIC sebagai inti (core)
karena kemudahannya jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik dalam
koefisien ekspansi termal.
g. Type VII Fluoride Releasing h. Type VIII ART (atraumatic restorative technique) i. Type IX
Deciduous Teeth. (Suprastiwi E., 2009) (Sulastri S., 2017)

2.3 Sifat Glass Ionomer Cement (GIC)

2.3.1 Sifat Fisika.

 GIC lebih elastis dan lebih rentan terhadap deformasi elastis karena modulus elastisitasnya ½
dari seng fosfat.
 GIC bersifat adhesive (pelekatan) ke permukaan dentin dan email (juga pada base metal alloy
tuang)
 Sifat translusensi kurang baik, bahan-bahan yang terbaru memberikan estetik yang baik
 Karena perbedaan kekuatan dan tegangan tariknya, GIC tidak digunakan untuk membuat crown
seperti semen seng fosfat lakukan (Sheridan, 2010). 2.4.2

2.3.2 Sifat Biologis

 GIC memiliki biokompabilias yang baik sehingga banyak digunakan


 Lutting cement menyebabkan sensitivitas pada gigi.
 GIC melepaskan ion fulorida (jangka waktu yang lama) ke jaringan gigi
 dapat hilangkan kesensitifan gigi dan mencegah terjadinya karies pada gigi (anti karsiogenik)
 Sebab inflamasi
 Memiliki efek terhadap jaringan gingiva (Sheridan, 2010).

2.3.3 Sifat Mekanik


 GIC memiliki sifat kekerasan yang baik
 Memiliki sifat anti karies karena kemampuannya melepaskan fluor
 Memiliki sifat ketahanan bahkan setelah 10 tahun
 Kekuatan/ strength yang lemah sehingga rentang terhadap fraktur (Annusavice, 2012)
2.3.4 Mekanisme Perlekatan Glass Ionomer Cement (GIC)

Retensi semen ionomer kaca terhadap jaringan gigi berupa ikatan fisiko kimia tanpa
menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimia berupa ikatan ion kalsium yang berasal dari
jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil). Gugus Karboksil multiple membentuk ikatan
hydrogen yang kuat. Dan memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi dan melekat
pada permukaan email. Air memegang peran penting selama proses pengerasan dan apabila
terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik GIC. Kontaminasi dengan saliva akan
menyebabkan GIC mengalami pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun dan
juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan (Sulastri; 2017).

Pada pencampuran bubuk dan cairan atau bubuk dan air asam perlahan mendegradasi
bagian luar lapisan partikel kaca yang melepaskan ion Ca2 + dan Al3 +. Selama tahap awal
setting, Ca2+ dirilis lebih cepat dan terutama bertanggung jawab untuk bereaksi dengan
polyacid untuk membentuk reaksi produk. Al3 + dilepaskan lebih lambat dan terlibat pada tahap
selanjutnya, sering disebut sebagai sekunder tahap reaksi. Bahan yang diatur terdiri dari inti
kaca yang tidak bereaksi dan tertanam dalam matriks polyacid cross-linked. Tahap kedua dari
reaksi setting melibatkan penggabungan jumlah yang signifikan aluminium dalam struktur
matriks dan menghasilkan kematangan yang ditandai dari sifat fisik dari materi. Sebelum tahap
ini, materi tetap sangat lemah dan larut. Untuk memastikan bahwa reaksi berlangsung menuju
kematangan penuh penting bahwa semen pengaturan dilindungi dari kontaminasi kelembaban
yang berlebihan sejak kehadirannya jumlah air yang tidak proporsional di tahap ini dapat
mengganggu pembentukan garam. Kehadiran asam tartarat memainkan signifikan bagian dalam
mengendalikan karakteristik setting dari bahan. Ini membantu memecah lapisan permukaan
partikel kaca, aluminium yang dengan cepat dibebaskan ion yang mengalami pembentukan
kompleks. Oleh karena itu ion aluminium tidak segera tersedia untuk reaksi dengan polyacid
sehingga waktu kerja semen dipertahankan. Setting awal selanjutnya dihambat oleh asam
tartarat yang menghambat pelepasan dan ionisasi dari rantai polyacid. Saat konsentrasi
aluminium terlarut mencapai tingkat tertentu tahap kedua dari hasil reaksi pengaturan dengan
cepat. Asam tartarat membantu pembentukan kompleks antara polyacid dan trivalen ion
aluminium dengan mengatasi rintangan masalah yang mungkin terjadi ketika sebuah aluminium
ion mencoba pembentukan garam dengan tiga karboksilat kelompok asam. Makanya banyak
garam aluminium link terdiri dari ion aluminium yang terikat ke dua kelompok karboksilat dan
satu grup tartrat. Ini mekanisme didukung oleh fakta yang ada sangat sedikit asam tartarat yang
tidak terikat tersisa di set semen. Pelepasan ion fluoride dari kaca hasil partikel dalam fase
matriks dari himpunan material menjadi reservoir untuk fluoride. Setelah pengaturan matriks
mampu melepaskan fluoride ini ke lingkungan sekitarnya atau untuk menyerap fluoride dari
lingkungan ketika ambient konsentrasi fluoride tinggi (misalnya dari fluoride mengandung pasta
gigi). Selain potensi efek pengobatan dari fluoride terkonsentrasi dalam fase matriks,
kehadirannya juga dianggap untuk berkontribusi terhadap mengoptimalkan karakteristik
pengaturan dengan mempertahankan kemampuan kerja lebih lama periode diikuti oleh
peningkatan yang relatif tajam viskositas (Walls et al; 2008).

Pada bagian akhir pengunaan semen ionomer kaca berbasis air dan karenanya sangat
rentan terhadap kekeringan atau kontaminasi kelembaban yang berlebihan selama awal fase
reaksi setting GIC. GIC klinis tercapai dengan berikatannya semua bagian melalui proses kimia
formasi semen. Pematangan berlanjut untuk pada setidaknya satu jam dengan beberapa bahan,
hingga 24 jam. Permukaan semen harus dilindungi selama periode waktu itu. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimum, maka selama proses pengerasan GIC perlu dilakukan
perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara dengan isolasi dan bahan
yang kedap air (Walls et al; 2008)

2.4 METODELOGI PERCOBAAN


2.4.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1) Glass Slab

2) Cetakan plastic diameter 10 mm dan tinggi 3 mm sebanyak 6 buah


cetakan.
3) Plastic filling instrument

4) Eksplorer

5) Paper pad
6) Agate spatel/pengaduk plastic

Bahan yang digunakan :


1) Kain lap putih untuk alas kerja ukuran 30 cm x 30 cm

2) Tissue
3) Glass Ionomer Cement :
 GIC Fuji IX ART

 GC FUJI I
2.4.2 Prosedur Kerja
1) Persiapan : a). Meja kerja dialas dengan lap kerja
b). Menyusun dan mempersiapkan alat dan bahan

2. Manipulasi Glass Ionomer Cement untuk Restorasi

a) Cetakkan plastic diletakkan diatas glass lab (masing masing percobaan


dengan 2 cetakan)

b) Bukuk GIC diambil dengan takaran :

 Percobaan 1:1 sendok takar (W/P 1:1)


 Percobaan 2:1 ¼ sendok takar (W/P 1:1 ¼ )
 Percobaan 3: ¾ sendok takar (W/P 1: ¾ )

 Bubuk dikocok dengan kondisi masih tertutup rapat.


 Pengambilan bubuk menggunakan sendok takar sesuai
aturan pabrik dengan cara ringan tanpa menyentuh
dinding botol.
 Kemudian bubuk diratakan denganmenempelkan pada
bagian tutup botol dengan arah vertical sampai bubuk
rata dan tidak ada kelebihan bubuk pada tangkai sendok
(contoh untk 1 sendok takar). Setelah itu diletakkan di
atas paper pad.

c) cairan diteteskan sebanyak 1 tetes diatas paper pad di dekat bubuk


penetesan dengan cara botol dipegang secara vertical , kemudian
ditekan perlahan hingga menetes. Usahakan jangan sampai ada
gelembung udara.
d) Bagi bubuk menjadi 2 bagian dengan spatula daan salah satu bagian
dicampur dengan cairan.

e) Manipulasi dngan gerakan memutar searah dan melipat


f) Sisa bubuk ditambahkan dengan gerakan memutar dan melipat atas
bawah spatula plastic secara bergantian sampai homogeny selama 30-
40 detik.
g) Adonan dimasukkan kedalam cetakkan dengan menggunakan plastic
filling instrument dan ratakn permukaannya.

h) Untuk memeriksa setting time, permukaan semen glass ionomer


ditusuk sonde. Tanda bahwa semen sudah setting adalah dengan tidak
adanya bekas tusukkan sonde pada permukaan GIC. Pada saat setting
dicatat didalam table.
i) Sampel dilepas dari cetakan.

3. Manipulasi Glass Ionomer Cement untuk lutting


a) Cetakan plastic diletakkan diatas glass slab

b) Ambil bubuk dan cairan :

Percobaan 1 : W/P ratio 6:1


Percobaan 2 : W/P ratio 5:1
Percobaan 3 : W/P ratio 7:1
c) Ambil bubuk dengan sendok takar dan letakkan di atas paper pad.
d) Keluarkan cairan dari botol yang dipegang tegak lurus lantai dan
tetskan dekat bubuk pada glass slab.

e) Bagi bubuk menjadi 2 bagian.


f) Aduk bubuk bagian pertama dengan gerakan memutar, kemudian
dilanjutkan dengan gerakan melipat sekitar 5-10 detik. Material tidak
menyebar pada area yang besar.
g) Tarik bubuk selanjutnya , diaduk dengan gerakkan melingkar dan
melipat sampai didapat konsistensi untuk lutting. Waktu pengadukkan
tikdak lebih dari 30-40 detik.
h) Konsistensi campuran yang benar permukaan megkilat sehingga akan
berikatan permukaan bahan sudah kusam maka akan mengurangi
ikatan.
i) Kemudian bahan dikumpulkan
j) Aplikasikan pada cetakkan dengan plastic filling instrument
k) Dental semen dilepas dari cetakan.
NB :
Konsistensi dental semen untuk lutting berbeda dengan untuk restorasi.
a) Untuk luting, material harus mempunyai daya alir yang cukup
namun tidak terlalu cair agar tidak mengurangi kekuatan.
b) Untuk restorasi, konsistensinya lebih tebal pada saat manipulasi
dan penempatan dalam kavitas. Pada teknik ART konsistensinya
seperti heavy atau putty untuk meningkatkan kepadatan.
2.5 Hasil Skills lab
Percobaan perbandingan liquid dan powder GIC untuk restorasi
No Takaran (liquid : powder) Waktu yang dibutuhkan
. untuk mengeras
1 1:1 3 menit 13 detik
2 1:1¼ 3 menit
3 1:¾ 4 menit 38 detik

Percobaan perbandingan liquid dan powder GIC untuk luting


No Takaran (liquid : powder) Waktu yang dibutuhkan
. untuk mengeras
1 6:1 14 menit
2 5:1 12 menit 42 detik
3 7:1 15 menit 20 detik

2.6 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya peroleh dari kegiatan skills lab ini yaitu bahwa
manipulasi pada GIC untuk restorasi dan luting dipengaruhi oleh beberapa faktor ;
 perbandingan powder dan liquid
 lama waktu mengaduk liquid dan powder
 cara mengaduk dan mencampur liquid dan powder
 meratanya bahan powder dan liquid

Anda mungkin juga menyukai