Anda di halaman 1dari 9

Atraumatic Restorative Treatment

Definisi

ART adalah prosedur klinik tanpa menggunakan bur gigi, water spray, atau anastesi. ART
merupakan bagian dari perawatan gigi dengan prinsip minimal intervensi yang dapat diartikan
sebagai perawatan terhadap karies dengan hanya mengambil jaringan gigi yang terdemineralisasi
dan mengarah kepada pemeliharaan struktur gigi yang sehat sebanyak mungkin. Terdapat 2 prinsip
utama ART, antara lain :

Menyingkirkan jaringan karies gigi menggunakan instrumen tangan

Merestorasi kavitas dengan bahan adhesif yang melepaskan flourida

Indikasi
1. ART diterapkan pada kavitas yang mencapai dentin dan tanpa kelainan jaringan pulpa.
2. Pelaksanaan SIK-ART dilakukan pada daerah yang dalam keadaan tanpa adanya
listrik, pada negara yang sedang berkembang, dan pada masyarakat yang tidak dapat menjangkau
mahalnya perawatan gigi
Kontraindikasi
1. Dijumpai adanya pembengkakan (abses) atau fistula (terbukanya abses terhadap
lingkungan rongga mulut) berdekatan dengan gigi yang karies
2. Pulpa gigi terbuka.
3. Adanya rasa sakit yang lama dan mungkin terjadi inflamasi pulpa.
4. Terdapat kavitas karies yang tersembunyi yang tidak dapat di akses oleh instrumen
tangan.

GIC ART

Semen ionomer kaca (GIC) pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971.
GIC merupakan bahan yang terbuat dari powder kalsium dan strontium aluminiumsilikat glass
sebagai basis dikombinasikan dengan polimer asam pada liquidnya. Ketika komponen tersebut
dicampur bersamaan, akan mengalami setting reaksi meliputi netralisasi kelompok asam oleh
powder basis glass padat. Ada dua sifat utama GIC yang menjadikan bahan ini diterima sebagai
salah satu bahan kedokteran gigi yaitu karena kemampuannya melekat pada enamel dan dentin
dan karena kemampuannya dalam melepaskan fluoride. Salah satu karakteristik dari GIC adalah
kemampuannya untuk berikatan secara kimiawi dengan jaringan mineralisasi melalui mekanisme
pertukaran ion. Mekanisme perlekatan dengan struktur gigi terjadi oleh karena adanya peristiwa
difusi dan absorbs yang dimulai oleh ketika bahan berkontak dengan jaringan gigi.
Bahan ini memiliki sifatsifat tertentu yang membuatnya sangat berguna dalam kedokteran gigi
restoratif. Sifat dari GIC yaitu :

1.Adhesi

Perlekatan adhesif tersebut timbul berkaitan dengan proses pertukaran antara ion-ion
dimana strontium bermigrasi dari semen ke bagian permukaan gigi yang lebih dalam dan
kalsium bermigrasi dari gigi ke permukaan dalam semen. Hasilnya perlekatan ke gigi
sangat tahan lama.

2.Tampilan

GIC konvensional sewarna gigi dan memiliki derajat translusensi yang baik namun GIC
kurang estetis jika dibandingkan dengan resin komposit

3.Pelepasan fluorida

Fluorida terdapat didalam glass dan beberapa fluorida ditransferkan ke dalam matriks
sewaktu setting. Disinilah fluorida dilepas yang pada dasarnya tidak mempengaruhi
sifatsifat fisik dari semen. Pelepasan fluorida jangka panjang dapat berlanjut paling sedikit
selama lima tahun. Semen ionomer kaca juga dapat menyerap fluorida dari kondisi yang
tepat, contohnya pasta gigi, obat kumur dan larutan topikal fluorida. Kondisi tersebut
membuat semen ionomer kaca secara permanen mensuplai fluorida, hal ini
menguntungkan untuk pasien dengan kerentanan yang tinggi terhadap karies

4. Sifat mekanis

GIC memiliki kekuatan tekan (compressive strength) sampai 200 MPa. Kekuatannya
relative lemah mengakibatkan bahan ini menjadi mudah pecah dimana resin komposit
memiliki keuntungan lebih mengenai kekuatan. Daya tahan paling lama yang tercatat untuk
GIC konvensional adalah pada daerah rendah tekanan seperti pada Klas III dan klas V.20

5. Sifat Fisik

Compressive strength GIC lebih rendah daripada silikat, sama juga halnya dengan tensile
strength. Namun demikian, ketika semen ionomer kaca diuji secara in vitro cenderung
resisten terhadap serangan asam. Satu penelitian in vivo membuktikan bahwa lebih sedikit
material dari spesimen semen ionomer kaca yang hilang dibandingkan dengan spesimen
dari jenis semen lainnya. Sama seperti jenis semen lainnya pengurangan rasio powder
liquid menghasilkan penurunan sifat-sifat fisik semen ionomer kaca.

Keuntungan
1. Mudah didapat dan relative mudah karena menggunakan teknik manual
2. Dapat digunakan ditempat terpencil yang tidak tersdia listrik
3. Dapat meminimalisir penggunaan anastesi local
4. Mengurangi infeksi langsung
5. Adhesi kimia glass ionomer mengurangi pemotongan jaringan gigi untuk retensi bahan
restorative
6. Leaching/ pelepasan fluoride dari glass ionomer yang mencegah karies sekunder dan
mungkin meremineralisasi dentin yang karies
7. Mengkombinasikan perawatan dan penyembuhan dalam 1 prosedur
8. Mudah direparasi jika terdapat kecacatan
9. Biayanya murah
10. Memudahkan masyarakat yang tidak terjangkau layanan kesehatan .
Karena keunggulan-keunggulan tersebut di atas maka bahan tumpatan semen ionomer kaca banyak
digunakan sebagai bahan tumpatan tetap oleh dokter gigi.
Penggunaan semen ionomer kaca dengan sinar juga mulai banyak digunakan. Hal ini akan
mempersingkat tindakan perawatan. Karena itu, bahan ini juga direkomendasikan sebagai bahan
yang dapat meningkatkan perlekatan amalgam dengan jaringan gigi.
Kekurangan
Di samping beberapa keunggulan yang dimiliki, GIC-ART mempunyai kelemahan, antara lain:
1. Belum terdapat restorasi ART yang tahan lama. Sebuah penelitian menunjukkan ART
terlama : 3 tahun
2. Teknik yang ditetapkan belum diasuransikan untuk kesehatan gigi dan mulut
3. Penggunaan hand instrument dapat menimbulkan kelelahan
4. Pencampuran manual memungkinkannya tidak sesuai standar

5. Memiliki sifat-sifat fisik dan mekanis yang rendah; ketahanan terhadap fraktur, tekstur
permukaan dan opasitas yang kasar, rentan terhadap kelembaban dan, dehidrasi pada
setting awal

Reaksi Pengerasan

Reaksi pengerasannya menyerupai amalgam yakni asam hanya sekedar bereaksi dengan
permukaan partikel kaca dan membentuk lapisan semen tipis yang bersama sama mengikat inti
tumpatan yang terdiri atas partikel kaca yang tidak bereaksi. Mula mula terbentuk garam kalsium,
tetapi ion kalsium ini kemudian akan diganti oleh ion aluminium dan membentuk semen yang
keras. Garam fluor keluar terus menerus dari partikel kaca dan hal ini dianggap sebagai pencegah
timbulnya karies sekunder

Ada tiga tahap dari reaksi pengerasan yakni :

1. Tahap pelarutan ( dissolution )

Lapisan permukaan dari partikel kaca diikat oleh polyacid untuk menghasilkan adhesi
antara partikel kaca dengan matriks secara difusi. Sekitar 20-30% glass terdiri dari dekomposisi
dan ion-ion, termasuk kalsium/stronsium, aluminium dan fluorida yang dilepaskan untuk
membentuk semen.
Gambar: Tahap pelarutan semen ionomer kaca.

2. Tahap pembentukan garam, gelatin dan pengerasan

Selama fase ini ion-ion kalsium/stronsium, aluminium dan fluorida berikatan dengan
polyanion pada kelompok polikarboksilat. Tahap awal secara klinis diperoleh dari reaksi silang
dari beberapa ion kalsium yang tersedia. Reaksi ini berlangsung relatif cepat biasanya membentuk
sebuah permukaan yang keras secara klinis dalam waktu 4 - 10 menit dari awal pencampuran pada
fase ini semen mudah pecah dan larut dalam air. Maturasi terjadi dalam waktu 24 jam berikutnya
yang akhirnya sedikit ion-ion aluminium yang bebas berikatan dengan matriks. Ion fluorida dan
phosphat membentuk garam yang tidak dapat larut. Ion kalsium membentuk asam ortosilikat pada
permukaan partikel dan meningkatkan pH, perubahan ini membentuk silica gel yang membantu
dalam pengikatan bubuk terhadap matriks.

Gambar: Fase Maturasi Semen Ionomer Kaca.

3. Tahap Hidrasi garam ( hydration of salts )


Fase ketiga ini berkaitan dengan fase maturasi yang berhubungan dengan hidrasi garam
matriks yang menghasilkan peningkatan yang sangat signifikan dalam hal sifat-sifat fisik semen
ionomer kaca.

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pengerasan

Beberapa faktor kimia dan fisik mempengaruhi karakteristik pengerasan bahan semen ionomer
kaca. Meskipun telah disepakati bahwa setting semen ionomer kaca dengan reaksi asam-basa
namun sebenarnya begitu kompleks. Hal ini berpengaruh kepada pelepasan dan pengendapan ion-
ion kalsium dan aluminium dikarenakan ion-ion fluorida dan tartar. Sedangkan beberapa faktor
lainnya seperti temperatur, ukuran partikel dari powder, hanya mempercepat atau memperlambat
reaksi, tentu saja bahan kimia sangat memberikan pengaruh dan memiliki peranan penting dalam
memodifikasi reaksinya sendiri. Bahan kimia yang sangat berpengaruh penting adalah fluorida dan
asam tartar

Aplikasi klinis GIC konvensional

Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari prosedur ini
baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen ionomer kaca modifikasi resin dengan
ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan memberikan hasil yang
jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa versi capsulated lebih menguntungkan
karena pencampuran oleh mesin sehingga memberikan sifat merekatkan yang lebih baik.20
Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik dan
bahan restoratif untuk restorasi konservatif Klas I dan Klas II karena sifatnya yang berikatan secara
kimia pada struktur gigi dan melepaskan fluorida. Selain itu respon pasien juga baik karena teknik
penempatan bahan yang konservatif dimana hanya memerlukan sedikit pengeboran sehingga
pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan anastesi lokal. Meskipun demikian SIK tidak
dianjurkan untuk restorasi Klas II dan klas IV karena sampai saat ini formulanya masih kurang
kuat dan lebih peka terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan dengan komposit.
Teknik Atraumatic Restorative Treatment

1. Preparasi
Isolasi daerah kerja

Bersihkan permukaan gigi dengan cotton pellete yang diberi antiseptik

Preparasi jaringan karies menggunakan eskavator sampai tak ada lagi dentin lunak

Bersihkan cavitas yang telah dibentuk menggunakan cotton pellete basah, dan keringkan

Setelah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak lubang

Pemberian dentin conditioner pada cotton pellete atau microbrush dan diolesi pada cavitas
yang sudah disiapkan selama 10 15 detik lalu dibersihkan dengan cotton pellete
setidaknya dua kali sampai terlihat moist

Gambar: Gerakan memutar satu permukaan Gambar: Gerakan memutar dari ekskavator

Gambar: Mematahkan enamel dengan hatchet


2. Manipulasi
Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian yang sama,
kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.

Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan udara dari
bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu tetes cairan (droplet)
pada papper pad

Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan. Pengadukan dimulai
dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan yang menggunakan spatula.

Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk secara


perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.

Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan tersebut setelah itu
diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu kesatuan massa.

Pengadukan harus selesai 20 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti permen
karet.
3. Restorasi
Masukan bahan restorasi ke dalam cavitas, pit dan fissure menggunakan applicator kecil
dengan tekanan ringan. Tahap ini harus selesai dalam waktu 30-40 detik

Tekan dengan jari yang sudah memakai sarung tangan

Buang bahan yang berlebih dengan carver

Oles dengan Vaseline

Periksa oklusi

Instruksikan pasien agar tidak makan selama paling tidak satu jam

Varnish diberikan setelah penambalan dan pengurangan sisa-sisa restorasi yang berlebih.

Gambar. Penambalan kavitas pada Gambar. Menekan bahan resroratif


Klas II. dengan jari.

Gambar. Menyingkirkan bahan Gambar. Restorasi kavitas Klas II

Anda mungkin juga menyukai