Anda di halaman 1dari 18

Laporan Skills Lab Biomaterial dan Teknologi II

Manipulasi Glass Ionomer Cement (GIC) I dan II

Disusun oleh:

NAMA : DEVINTHA SUTRA NARENDRASWARI


NIM : 10618024
KELOMPOK : 2 Sesi 2

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020/2021
Tanggal Praktikum Skills Lab : 17-18 Maret 2020

A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Glass Ionomer Cement
Glass Ionomer Cement (GIC) atau Semen Ionomer Kaca (SIK)
adalah salah satu bahan restorasi di kedokteran gigi yang pertama kali
diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Glass Ionomer
Cement merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat
dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan fluor dari
semen silika, dan kemampuan melekat secara kimia pada struktur gigi dari
semen polikarboksilat (Noort, 2007).

Gambar 1. Glass Ionomer Cement Tipe I dan II

Glass Ionomer Cement melepaskan ion fluor dalam jangka waktu


yang cukup lama sehingga dapat menghilangkan sensitivitas dan
mencegah terjadinya karies sekunder. Kemampuan dalam melepaskan ion
fluor terhadap compressive strength dari bahan restorasi Glass Ionomer
Cement, mengakibatkan korelasi negatif antara pelepasan ion fluoride
dengan compressive strength. Bahan material yang memiliki tingkat
pelepasan ion fluoride yang lebih tinggi, secara umum mempunyai
kekuatan yang lebih rendah dari material yang memiliki tingkat pelepasan
ion fluoride yang rendah (Robert, 2002).
Glass Ionomer Cement sering disebut dengan ASPA (Alumine
Silicate and polyacrylic acid ). Reaksi yang terbentuk dari Glass Ionomer
Cement adalah reaksi antara alumina silikat kaca dalam
bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai liquid. Selain sebagai
bahan restorasi, Glass Ionomer Cement dapat digunakan sebagai bahan
perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan posterior, pelapis
kavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit, serta
sebagai semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel gelas
Glass Ionomer Cement bervariasi, yaitu sekitar 50 µm sebagai bahan
restorasi dan sekitar 20 µm sebagai bahan luting (Robert, 2002).
Material set ini lebih kuat dari polikarboksilat yang memiliki nilai
compressive strength (kekuatan tekan) sebesar 130 MPa, walaupun
mungkin ada variasi yang berbeda-beda dari satu produk ke produk yang
lain. Bahan ini dapat menahan kondensasi amalgam dan kadang-kadang
digunakan sebagai cavity lining untuk restorasi amalgam. Meskipun
material ini jarang digunakan sebagai lapisan dalam rongga yang sangat
dalam. Glass Ionomer Cement saat ini sudah banyak dianjurkan sebagai
pelapis (liner) material pada bagian posterior filling komposit. Material ini
memberi lebih banyak kekuatan keras dibandingkan dengan semen
kalsium hidroksida (Mccabe,2013).

2. Komposisi Glass Ionomer Cement


a. Komposisi Powder
Komposisi powder Glass Ionomer Cement mengandung
calsium aluminosilicate glass dengan sekitar 20% CaF dan sedikit
bahan tambahan lainnya yaitu silika 41.9%, alumina 28.6%,
aluminium fluorida 1.6%, calsium fluorida 15.7%, natrium
fluorida 9.3%, aluminium phosphate 3.8%. Powder utamanya
adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki karakteristik yang
sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat lebih
tinggi pada semen silikat (Anusavice, 2003).
b. Komposisi Liquid
Liquid yang digunakan Glass Ionomer Cement adalah
larutan dari asam poliakrilat dalam konsentrasi kira-kira 50%.
Liquid ini cukup kental cenderung membentuk gel setelah
beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, Liquid asam
poliakrilat adalah dalam bentuk kopolimer dengan asamitikonik,
maleic atau asam trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah
resktifitas dari liquid, mengurangi kekentalan dan mengurangi
kecenderungan membentuk gel. Terdapat tartaric acid dalam
beberapa produk untuk mengontrol karakteristik setting (Mc Cabe,
2008).

Pengadukan Glass Ionomer Cement menggunakan Liquid dan


powder dilakukan diatas paper pad. Glass slab tidak digunakan sebagai
wadah untuk mixing dikarenakan semen glass ionomer dapat melekat erat
pada permukaan kaca sehingga akan sulit untuk diambil dan dibersihkan
apabila telah setting (Anusavice, 2003).
Ketika powder dan cairan Glass Ionomer Cement dicampurkan,
Liquid asam akan memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi
dengan membentuk lapisan semen tipis yang akan mengikuti inti. Selain
cairan asam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride pada
powder, Glass Ionomer Cement akan memasuki partikel kaca yang akan
membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium (Al3+) dan
garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnya karies sekunder.
Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan
(Anusavice, 2003).

3. Klasifikasi Glass Ionomer Cement


Klasifikasi Glass Ionomer Cemen Berdasarkan Bahan Pengisi
a. Konvensional
Glass Ionomer Cement konvensional secara luas digunakan
untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari prosedur ini cukup baik,
meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa Glass Ionomer
Cement modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih
tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan memberikan hasil yang
jauh lebih baik (Gladwin, 2009).
b. Semen Ionomer Hybrid
Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable
fluoroaluminosilicatedan inisiator untuk light curing atau chemical
curing. Komponen cairan biasanya terdiri dari air dan asam
polyacrylic atau asam polyacrilyc yang dimodifikasi dengan
monomer methacrylate hydroxyethyl methacrylate (Gladwin,
2009).
c. Semen Ionomer Tri-Cure
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan
monomer yang dimodifikasi polyacid tanpa air.bahan ini sangat
sensitif terhadap cairan, sehingga biasanya disimpan didalam
kantong anti air (Gladwin, 2009).
d. Semen Ionomer Yang Diperkuat Dengan Metal
Semen glass ionomer ini kurang kuat, dikarenakan tidak
dapat menahan gaya mastikasi yang besar. Semen ini juga tidak
tahan terhadap keausan penggunaan dibandingkan bahan restorasi
estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. (Gladwin, 2009).

Klasifikasi Glass Ionomer Cement Berdasarkan Kegunaannya


a. Type I – Luting cements
Glass Ionomer Cement tipe luting semen sangat baik untuk
sementasi permanen mahkota, jembatan,veneer dan lainnya. Dapat
digunakan sebagai liner komposit. Secara kimiawi berikatan
dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki
translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan
tinggi. (Craig, 2004).

b. Type II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup
memuaskan, Glass Ionomer Cement juga digunakan
untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi
servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti
kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras (Craig, 2004).
c. Type III – Liners and Bases
Pada teknik sandwich, merupakan suatu teknik penumpatan
berlapis dengan Glass Ionomer Cement dilibatkan sebagai
pengganti dentine, dan komposit sebagai pengganti enamel.
(Anusavice, 2003).
d. Type IV – Fissure Sealants
Tipe IV Glass Ionomer Cement dapat digunakan juga
sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan dengan konsistensi
cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi
posterior yang sempit (Powers, 2008).
e. Type V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan
bahan resin komposit. Namun Glass Ionomer Cement juga
memiliki kelebihan tertentu. Glass Ionomer Cement memiliki
ikatan langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate dan
Kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari etsa
asam. Selain itu, Glass Ionomer Cement memiliki efek
antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor. (Powers,
2008).
f. Type VI – Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan Glass Ionomer Cement
sebagai inti (core), mengingat kemudahan Glass Ionomer Cement
dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik
dalam koefisienekspansi termal. irekomendasikan bahwa gigi harus
memiliki minimal dua dinding utuh jika menggunakan Glass
Ionomer Cement, ada dua macam cor build up pasak dan cob build
up pin (Powers, 2008).
g. Type VII - Fluoride releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida
yang dihasilkan Glass Ionomer Cement dibandingkan dengan
bahan lainnya. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak
lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa Glass Ionomer
Cement konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih
banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin
komposit dalam waktu 12 bulan (Craig, 2004).
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)
Sebagai bahan restorasi adhesif yang mampu melepaskan
ion fluour. ART adalah metode manajemen karies atau merupakan
bagian minimal intervensi meliputi komponen restorasi dan
pencegahan karies. (Craig, 2004).
i. Type IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen
karena kekuatan kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977,
disarankan bahwa Glass Ionomer Cement dapat memberikan
keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena kemampuan
Glass Ionomer Cement untuk melepaskan fluor dan untuk
menggantikan jaringan keras gigi, serta memerlukan waktu yang
cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan keuntungan
dalam merawat gigi pada anak-anak (Craig, 2004).

4. Reaksi Glass Ionomer Cement


Ada perbedaan laju pada setiap ion yang dilepaskan dari kaca dan
laju pada setiap matriks garam yang terbentuk. Ion Ca lebih cepat
dilepaskan daripada ion Al. Hal ini karena ion Ca tidak terikat kuat pada
struktur kaca, sedangkan ion Al bagian dari jaringan kaca yang lebih sulit
untuk memecah dan akhirnya kedua ion tersebut akan membentuk matriks
garam (Noort, 2007).
Seting reaksi Glass Ionomer Cement merupakan reaksi asam basa
antara acidic polyelectrolyte dan aluminosilicate glass, seperti pada
gambar berikut:

Gambar 2. setting reaksi Glass Ionomer Cement


Menurut Noort (2002), proses setting dari Glass Ionomer Cement
terjadi melalui tiga proses, yaitu dissolution, gelation, dan hardening.
a. Dissolution
Ketika cairan dicampur dengan bubuk, asam masuk ke
dalam larutan dan bereaksi dengan lapisan luar calcium
fluoroaluminosilicate glass sehingga terjadi pelepasan ion
aluminium, kalsium, natrium, dan fluor. Ion hidrogen yang
dilepaskan dari tartaric acid menggantikan ion-ion yang terlepas.
Biasanya, setting time membutuhkan 3 sampai 6 menit tergantung
digunakan untuk filling atau semen luting.
b. Gelation
Tahap ini merupakan tahap initial setting, yaitu aksi yang
cepat dari ion kalsium yang memiliki valensi 2 dan berjumlah lebih
banyak lebih mudah bereaksi dengan gugus karboksil dari asam
dari pada ion aluminium yang bervalensi 3.
c. Hardening
Setelah fase gelation terdapat fase hardening yang dapat
bertahan selama tujuh hari. Membutuhkan waktu 30 menit untuk
menyerap ion aluminium menjadi signifikan, namun ion
aluminium yang menyediakan kekuatan akhir untuk semen karena
ion aluminium melakukan crosslink.

Hal ini terjadi karena perbedaan laju pada setiap ion yang
dilepaskan dari kaca dan laju pada setiap matriks garam yang terbentuk.
Ion kalsium lebih cepat dilepas daripada ion aluminium. Hal ini karena ion
kalsium hanya terikat longgar dalam struktur kaca, sedangkan ion
aluminium merupakan bagian dari jaringan kaca, yang lebih sulit untuk
memecah. Kalsium dan ion aluminium pada akhirnya akan membentuk
matriks garam. Ion natrium dan fluorin tidak mengambil bagian dalam
proses setting tetapi bergabung untuk dilepaskan sebagai natrium fluorida
(Noort, 2007).

Gambar 3. Diagram ilustrasi setting Glass Ionomer Cement

Pada semen dengan konsistensi yang encer dan normal,


pengadukan lebih mudah daripada pengadukan semen pada konsistensi
yang kental. Pada konsistensi encer, setting time terhitung lebih panjang
dibandingkan konsistensi normal dan kental (Mc cabe,2013).
Hal ini disebabkan karena cairan yang tersedia lebih banyak,
sehingga bubuk semen memerlukan waktu yang lebih lama agar semua
partikel glass dapat berikatan dengan ion H+. Pada konsistensi normal dan
kental, setting time yang terhitung agak mirip tetapi pada konsistensi
kental tetap lebih cepat daripada konsistensi normal. Hal ini mungkin
disebabkan karena rasio yang digunakan tidak pas karena tidak dilakukan
pengukuran menggunakan timbangan. Selain itu dapat disebabkan karena
ketidaktelitian pada saat pengamatan waktu dan alat yang digunakan
kurang standar. Juga dapat disebabkan karena tidak homogen pada saat
pencampuran dengan konsistensi kental sehingga setting timenya lebih
lama (Mc cabe,2013).
Reaksi kimia terjadi ketika bubuk dan cairan dicampur untuk
membentuk pasta, asam etches permukaan pada partikel kaca dan kalsium,
aluminium, sodium, dan ion fluor meluruh ke dalam media berair. Rantai
asam poliakrilat mengalami cross-linked oleh kalsium ion yang digantikan
oleh ion aluminium dalam 24 jam berikutnya. Sodium dan ion fluor tidak
ikut dalam lintas linlzing semen. Beberapa ion natrium dapat mengganti
ion hidrogen dari kelompok karboksilat, sedangkan ion tersisa tersebar
merata dalam set semen bersama dengan fluor ion. Fase cross-linked
menjadi terhidrasi over time dengan air yang sama yang digunakan untuk
mencampur. Proses ini disebut pematangan. Bagian yang tidak bereaksi
dari partikel kaca diselubungi oleh silika gel yang berkembang selama
pemindahan aksi dari permukaan partikel. demikian set semen terdiri dari
aglomerasi partikel bubuk yang tidak bereaksi yang dikelilingi oleh silika
gel di dalam matriks amorf kalsium terhidrasi dan aluminumpolysalts (Mc
cabe,2013).

5. Sifat Glass Ionomer Cement


a. Sifat Fisis
1. Anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat
gigi lebih tahan terhadap karies.
2. Termal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel
3. Tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada
penggunaan dalam restorasi dari groove (Power, 2008).
b. Sifat Mekanis
1. Compressive strength: 150 Mpa, lebih rendah dari silikat
2. Tensile strength : 6,6 Mpa, lebih tinggi dari silikat
3. Hardness : 4,9 KHN, lebih lunak dari silikat
4. Frakture toughness : beban yang kuat dapat terjadi fraktur
(Power, 2008).
c. Sifat Kimia
Glass Ionomer Cement melekat dengan baik ke enamel dan
dentin perlekatan ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari
jaringan gigi dan ion COOH dari Glass Ionomer Cement .Ikatan
dengan enamel duakali lebih besar daripada ikatannya dengan
dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat
dikurangi Glass Ionomer Cement tahan terhadap suasana asam,
oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai- Glass Ionomer
Cement. Ikatan ini terjadi karena adanya polyanion dengan berat
molekul yang tinggi ( Anusavice, 2003).
d. Sifat Biologis
Restorasi Glass Ionomer Cement memiliki bikompatibilitas
terhadap jaringan gigi yang baik karena dapat melekat dengan
enamel dan dentin dengan baik.

6. Indikasi dan kontraindikasi Glass Ionomer Cement


Indikasi :
a. Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas
b. Penumpatan pit dan fisura oklusal
c. Restorasi gigi sulung
d. Restorasi lesi karies kl. V
e. Restorasi lesi karies kl. III lebih diutamakan yang
pembukaannyaarah lingual
f. Reparasi kerusakan tepi restorasi mahkota (Craig, 2004).
Kontraindikasi :
a. Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang
b. Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan
tinggi
c. Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal
d. Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang
mengutamakan faktor estetika (Craig, 2004).

7. Kelebihan dan Kekurangan Glass Ionomer Cement


Kelebihan
a. Potensi antikariogenik
b. Translusen
c. Biokompatibel
d. Melekat secara kimia dengan struktur gigi
e. Sifat fisik yang stabil
f. Mudah dimanipulasi (Craig, 2004).
Kekurangan
a. Compressive strenght kurang baik
b. Resistensi terhadap abrasi menurun
c. Estetik kurang baik
d. Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara
jelas antara tambalan dengan gigi asli (Craig, 2004).

8. Cara manipulasi Glass Ionomer Cement


a. Manipulasi secara kimia
Terdiri dari bubuk dan cairan yang mengandung inisiator
peroksida dan aktivator amina. Kedua komponen digabungkan
dengan mengaduknya diatas kertas aduk khusus selama 20-30
detik. Jika terdapat kelebihan semen segera dilakukan pengambilan
pada tahap seperti karet (Anusavice, 2003).
b. Semen dengan pengerasan cahaya
Sistem komponen tunggal. Semen ini banyak digunakan
untuk menyemen porselen dan restorasi kaca keramik, serta untuk
ikatan langsung dari bracket ortodonti keramik. Waktu penyinaran
tergantung pada sinar yang dipancarkan melalui restorasi keramik /
bracket dan lapisan semen polimerik penyinaran tidak boleh lebih
dari 40 detik (Anusavice, 2003).
c. Semen dengan pengerasan ganda
Sistem dua komponen (bubuk dan cairan) dan memerlukan
pengadukan yang sama dengan sistem semen yang diaktifkan
secara kimia. Aktivasi kimianya berjalan lambat dan memberikan
waktu kerja yang panjang sampai adukan semen dikenai sinar,
pada saat mana semen akan memadat dengan cepat (Anusavice,
2003).

B. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Nearbeken 1. Handscoon
2. Diagnostic set 2. Masker
3. Glass lab 3. Powder dan liquid GIC tipe II
4. Cetakan akrilik diameter 5 mm 4. Vaselin (hanya digunakan saat
kedalaman 2mm praktikum) /cocoa butter
5. Stopwatch (digunakan pada pasien)
6. Agate spatula 5. Paper pad

C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menggunakan masker dan handscoon
3. Cetakan diolesi vaselin dan diletakkan di atas glass lab
4. Mengambil powder dan liquid yang diletakkan di atas paper pad pada glass
plate. Ratio powder-liquid menyesuaikan petunjuk pabrik atau gambar
takaran yang tertera pada tutup botolnya
5. Menyiapkan stopwatch, saat pencampuran dimulai stopwatch dinyalakan
6. Membagi bubuk menjadi dua bagian, bagian pertama bubuk ditambahkan ke
cairan dengan gerakan cepat menggunakan agate spatula dan kemudian
dilanjutkan bubuk bagian kedua dengan gerakan cepat dan melipat (mixing
time 5-15 detik) sampai campuran homogen dan mengkilap. Saat
pencampuran dimulai stopwatch dinyalakan.
7. Semen dimasukkan ke dalam cetakan menggunakan plastic instrument,
kemudian ratakan permukaannya
8. Aplikasikan vaselin/cocoa butter pada permukaan GIC
9. Setelah mengeras, lepas sample dari cetakan
10. Mencatat waktu settingnya (dimulai saat awal pencampuran s/d setting)
11. Hasil pekerjaan dilepas dari cetakan, dimasukkan ke plastik klip dan diberi
nama, kemudian dikumpulkan ke instruktur

D. Hasil Praktikum
Working
Rasio Pasta Mixing
Manipulating Time/Initia Final Setting Time
Base : Time
Time (B) l Setting Setting (Initial+Final)
Katalis (A)
(A+B)
1:1 - - - - -

E. Pembahasan
Glass ionomer cement atau Semen Ionomer Kaca (GIC atau SIK) merupakan
bahan restorasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi dan terus dikembangkan.
Glass Ionomer Cement memiliki kemampuan berikatan secara fisikokimia baik
pada email maupun dentin. Suatu bubuk kaca dan asam ionomer yang
mengandung gugus karboksil, juga disebut sebagai semen polialkenoat.
(Anusavice, 2003). Bahan restorasi yang paling akhir berkembang dan
mempunyai sifat perlekatan yang baik , semen ini melekat pada enamel dan dentin
melalui ikatan kimia. (Robert, 2002).
Pada praktikum ini, kami melakukan dengan cara simulasi dan memverbalkan
apa yang dilakukan Glass Ionomer Cement dalam bentuk powder dan liquid
dimanipulasi dengan cara mencampurnya diatas paperpad yang diletakkan di atas
glass plate dengan menggunakan agate spatel. Powder Glass Ionomer Cement
dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama powder ditambahkan ke liquid dengan
gerakan cepat menggunakan agate spatula dan kemudian dilanjutkan powder
bagian kedua dengan gerakan cepat, melipat dan memutar meluas (mixing time 5-
15 detik) sampai campuran homogen dan mengkilap.
Glass Ionomer Cement (GIC) tipe I merupakan tipe luting. Semen ini
memiliki viskositas yang rendah dibandingkan Glass Ionomer Cement tipe II,
sehingga memiliki daya alir yang baik. Semen ini dipergunakan untuk perekat
inlay, onlay, mahkota, gigi tiruan jembatan,dan pasak endodontik. Selain itu juga
dipergunakan untuk perekat mahkota dan gigi tiruan jembatan berbahan keramik.
Campuran Glass Ionomer Cement tipe I untuk luting ditandai dengan sifatnya
yang bisa ditarik 12 sampai 19 mm tanpa putus (McCabe, 2008).
Glass Ionomer Cement (GIC) tipe II merupakan bahan restorasi yang mudah
menyerap air. Manipulasi Glass Ionomer Cement tipe II perlu memperhatikan
beberapa hal yaitu rasio powder dan liquid harus tepat, powder dibagi menjadi 2
bagian kemudian dicampurkan ke liquid sebagian demi sebagian, pencampuran
dilakukan diatas paper pad. Vaselin/cocoa butter diberikan setelah manipulasi
untuk mencegah masuknya air, setelah 24 jam, Glass Ionomer Cement dapat
dilakukan pemolesan. Glass Ionomer Cement tipe II dapat digunakan untuk
restorasi kavitas klas II, tumpatan abrasi dan lesi erosi (Manapallil, 2003).
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan,
Glass Ionomer Cement juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang
hilang seperti abrasi servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis
seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras (Craig, 2004). Katalis adalah
suatu zat yang memiliki fungsi untuk mempercepat terjadinya suatu reaksi atau
mempercepat laju reaksi. Dengan menambahkan rasio katalis ke dalam pasta
base dapat mempercepat laju reaksi sehingga waktu setting lebih pendek.

F. Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan melalui simulasi beserta
memverbalkan kegiatan pada hari Selasa dan Rabu, 17-18 Maret 2020, kami dapat
mempelajari salah satu bahan restorasi di kedokteran gigi. Komposisi bahan ini
terdiri dari powder alumina–silikat dan liquid asam poliakrilat.
Glass Ionomer Cement tipe I digunakan sebagai luting, sedangkan Glass
Ionomer Cement tipe II digunakan untuk restorasi. Semen tipe II memiliki
viskositas yang tinggi dibandingkan Glass Ionomer Cement tipe I. Karena sifat
perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, Glass Ionomer
Cement juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti
abrasi servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan
menyikat gigi yang terlalu keras.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, et al. (2003). Phillip;s Science of Dental Material. Missouri: Elsevier


Anusavice, K.J., (2004). Phillip’s Science of Dental Materials 10th Edition, W.B.
Saunders Company, Philadelphia.
Baum, Lyold. (1997). Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta : EGC
Combe, E.C., (1992), Notes on Dental Material, 6th ed, Churchill Livingstone,
New York.
Craig, R.G., dkk. (2004). Dental Materials Properties and Manipulation. 6 th
edition. C.V. Mosbey.
Feronica dkk. (2010). Disintegrasi dan kekuatan tekan pada beberapa tumpatan
sementara dengan bahan dasar zinc oxide yang digunakan di klinik
RSGMP Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jurnal PDGI
Vol. 59 No.3 Hal 100- 104.
Hussain, S., (2004), Textbook of Dental Materials, Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd., New Delhi.
Manapallil, J.J., (2003), Basic Dental Materials, 2nd ed., Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd., New Delhi.
McCabe, J.F. (2008). Applied Dental Materials. 9 th edition. Blackwell
Publishing.
Noort ,Van R. (2002). Introduction to Dental Materials. 2nd ed. Philadelphia
Elsevier.p:130-131.
O’Brien, William J. (2002). Dental Materials and Their Selection. 3 rd edition.
Quintessence Publishing
Power, J.M., dan Sakaguchi, R.I., (2006). Craig’s Dental Materials. Ed.Ke-12.
Mosby Elsevier, St.Louis.
Robert G., John M. Powers. (2002). Restorative Dental Materials : 11 th edition.
Missouri : Mosby
Syafiar L, Rusfian S, Yudhit A, Harahap KL, Adiana ID. (2011). Bahan Ajar Ilmu
Material dan Tekhnologi Kedokteran Gigi. USU Press.
Van Noort, Richard. (2007). Introduction to Dental Materials 3 rd Edition.
Mosby Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai