Anda di halaman 1dari 23

NAMA KELOMPOK:

1. Seflia
2. Isti Nela Agustin (1812402076)
3. Trisna Nur Azizah (1812402083)
4. wisda Rama Desta (1812402093)

SPECIFIK PROTECTION
(FISURE SEALANT)
Pengertian Pit, Grove, dan Fissure pada Gigi
• Pit adalah titik terdalam berada pada
pertemuan antar beberapa groove atau akhir
PIT dari groove.

• Groove adalah suatu lekukan yang dangkal,


sempit dan panjang yang terdapat pada suatu
GROOVE permukaan gigi.

• Istilah pit sering berkaitan dengan fissure.


Fissure adalah garis berupa celah yang dalam
FISSURE pada permukaan gigi (Russel C.Wheeler, 1974).
Macam-macam Pit dan Fissure
Macam-macam pit dan fissure bervariasi bentuk dan kedalamannya, yaitu :

Tipe V (terbuka, namun sempit)


Tipe U (terbuka cukup lebar)
dan tipe I (bentuk seperti leher botol)

Bentuk pit dan fissurepada


bentuk V atau I cenderung
Bentuk pit dan fissure
dalam, sempit dan berkelok
cenderung dangkal, lebar
sehingga lebih rentan karies.
sehingga mudah dibersihkan
Bentukan ini mengakibatkan
dan lebih tahan karies.
penumpukan plak,
mikroorganisme dan debris.
Pengertian Fissure Sealant
Fissure sealant merupakan bahan yang diletakkan pada pit dan fissure gigi yang
bertujuan untuk mencegah proses karies gigi (Nunn, dkk., 2000).

Fissure sealant diberikan pada awal erupsi gigi agar dapat mencegah bakteri sisa
makanan yang berada dalam pit dan fissure (Kervanto, 2009).

Fissure Sealant adalah perawatan preventif dengan cara meletakkan bahan pada pit
dan fissure gigi yang bertujuan untuk mencegah proses karies gigi.

Fissure sealant adalah istilah yang digunakan untuk aplikasi bahan resin yang
dimasukkan kedalam pit dan fissure dipermukaan oklusal gigi yang merupakan
daerah yang rentan terjadinya karies gigi.
Indikasi Pemberian Sealant
a. Dalam, pit dan fissure retentif.
b. Pit dan fissure dengan
dekalsifikasi minimal.
c. Karies pada pit dan fissure atau
restorasi pada gigi sulung atau
permanen lainnya.
Tidak adanya karies interproximal.
d. Memungkinkan isolasi adekuat
terhadap kontaminasi saliva.
e. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.
Kontraindikasi pemberian
sealant
a. Self cleansing yang baik pada pit
dan fissure.
b. Terdapat tanda klinis maupun
radiografis adanya karies
interproximal yang memerlukan
perawatan.
c. Banyaknya karies interproximal
dan restorasi.
d. Gigi erupsi hanya sebagian dan
tidak memungkinkan isolasi dari
kontaminasi saliva.
e. Umur erupsi gigi lebih dari 4
tahun.
Bahan yang Dapat Digunakan untuk Fissure Sealant
1. Fissure Sealant Berbasis Resin

Menurut Kervanto (2009) fissure sealant yang sering


digunakan adalah fissure sealant berbasis resin dan
fissure sealant semen ionomer kaca (SIK). Fissure
sealant berbasis ionomer kaca mengandung gelas
aluminosilikat dan asam poliakrilat dan merupakan
bahan restorasi pertama yang adhesif terhadap email
dan dentin secara kimia.
a. Bahan matriks resin

Bahan matriksnya adalah bisfenol A-glisidil metakrilat


(bis-GMA), suatu resin dimetakrilat. Karena bis-GMA
memiliki berat molekul yang lebih tinggi dari metal
metakrilat, kepadatan gugus metakrilat berikatan ganda
adalah lebih rendah dalam monomer bis-GMA, suatu
faktor yang mengurangi pengerutan
polimerisasi.Penggunaan dimetakrilat juga menyebabkan
bertambahnya ikatan silang dan perbaikan sifat polimer
(Kenneth J Anusavice, 2004: 230).
b. Partikel bahan pengisi

Dimasukkannya partikel bahan pengisi ke dalam suatu


matriks secara nyata meningkatkan sifat bahan matriks
bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan
matriks. Penyerapan air dan koefisiensi termal dari
komposit juga lebih kecil dibandingkan dengan resin
tanpa bahan pengisi. Sifat mekanis seperti kekuatan
kompresi, kekuatan tarik, dan modulus elastis membaik,
begitu juga ketahanan aus.Semua perbaikan ini terjadi
dengan peningkatan volume fraksi bahan
pengisi (Kenneth J Anusavice, 2004: 230-1).
c. Bahan coupling

Bahan pengisi sangatlah penting berikatan dengan matriks


resin. Hal ini memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel
dalam meneruskan tekanan ke partikel yang lebih kaku.Ikatan
antara 2 fase komposit diperoleh dengan bahan
coupling.Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat
meningkatan sifat mekanis dan fisik serta memberikan
kestabilan hidrolitik dengan mencegah air menembus
sepanjang antar bahan pengisi dan resin.γ-
metakriloksipropiltrimetoksi silaneadalah bahan yang sering
digunakan sebagai bahan coupling (Kenneth J Anusavice,
2004: 230-1).
d. Penghambat

Untuk mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan


penghambat ditambahkan pada sistem resin.Penghambat ini
mempunyai potensi reaksi kuat dengan radikal bebas. Bila
radikal bebas telah terbentuk, bahan penghambat akan bereaksi
dengan radikal bebas kemudian menghambat perpanjangan
rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk
mengawali proses polimerisasi. Bahan penghambat yang umum
digunakan adalah butylated hydroxytoluene (Kenneth J.
Anusavice, 2004: 232).
e. Sifat bahan resin

Secara umum resin memiliki sifat mekanis yang


baik, kelarutan bahan resin sangat rendah. Sifat
termis bahan resin sebagai isolator termis yang
baik. Bahan resin memiliki koefisien termal yang
tinggi. Kebanyakan resin bersifat radiopaque
(E.C Combe, 1992: 176-7).
2. Glass Ionomer Cement
Semen ionomer kaca adalah nama generik dari
sekelompok bahan yang menggunakan bubuk
kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Bahan
ini mendapatkan namanya dari formulanya
yaitu suatu bubuk kaca dan asam ionomer yang
mengandung gugus karboksil.Juga disebut
sebagai semen polialkenoat. Bahan dalam
semen ionomer kaca terdiri atas bubuk dan
cairan.
a. Bubuk semen ionomer kaca

Bubuk adalah kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang


larut dalam asam.Komposisi dari bubuk semen ionomer
kaca adalah silica, alumina, aluminium fluoride, calsium
fluoride, sodium fluoride, dan aluminium
phosphate. Bahan-bahan mentah digabung sehingga
membentuk kaca yang seragam dengan memanaskannya
samapi temperature 1100-1500 ºC. Lanthanum,
strontium, barium, atau oksida seng ditambahkan untuk
menimbulkan sifat radiopak(Kenneth J. Anusavice,
2004: 449).
b. Cairan semen ionomer kaca
Cairan yang digunakan untuk semen ini adalah larutan
asam poliakrilat dengan konsentrasi 50%.Cairannya
cukup kental dan cenderung membentuk gel setelah
beberapa waktu.Pada sebagian besar semen, asam
poliakrilat dalam cairan adalah dalam bentuk kopolimer
dengan asam itikonik, maleik atau trikarbalik.Asam-asam
ini cenderung menambah reaktivitas dari cairan,
mengurangi kekentalan, dan mengurangi kecenderungan
membentuk gel.Selain itu, memperbaiki karakteristik
manipulasi dan meningkatkan waktu kerja dan
memperpendek waktu pengerasan (Lloyd Baum, 1997:
254).
c. Pengerasan

Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk membentuk


suatu pasta (gambar 2), permukan partikel kaca akan
terpajan asam. Ion-ion kalsium, aluminium, natrium
dan fluorin dilepaskan ke dalam media yang bersifat
cair. Rantai asam poliakrilat akan berikatan silang
dengan ion-ion kalsium dan membentuk masa yang
padat.
d. Sifat semen ionomer kaca

Semen ini memiliki sifat kekerasan yang baik, namun


jauh inferior dibanding kekerasan bahan resin.
Kemampuan adhesi melibatkan proses kelasi dari gugus
karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit
enamel dan dentin. Semen ini memiliki sifat anti karies
karena kemampuannya melepaskan fluor. Dalam proses
pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena mudah
larut dalam cairan dan menurunkan kemampuan adhesi.
Ikatan fisiko kimiawi antara bahan dan permukaan gigi
sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi
tumpatan (Kenneth J. Anusavice, 2004: 453).
Kelebihan dan Kekurangan Fissure Sealant
 Dua bahan sealant yang sering digunakan adalah sealant berbasis resin dan
sealant semen ionomer kaca (SIK). Bahan sealant berbasis resin dapat melakukan
polimerisasi secara autopolimerisasi dan fotopolimerisasi. Sedangkan sealant SIK yang
sering digunakan bersifat autopolimerisasi (Sari Kervanto, 2009: 20).
 Sealant berbasis resin bertahan lebih lama dan kuat karena memiliki
kemampuan penetrasi yang lebih bagus. Hal ini karena adanya proses etsa pada enamel
gigi yang menghasilkan kontak yang lebih baik antara bahan resin dengan permukaan
enamel (Mahadevan Ganesh, 2007).
 Etsa menghilangkan mineral enamel gigi dan menghasilkan resin tag dan
secara klinis nampak lebih putih dan pudar. Bahan sealant yang diberikan pada area
yang dietsa akan berpenetrasi ke dalam resin tag. Hal ini dapat meningkatkan retensi
mekanis bahan sealant dengan permukaan enamel gigi (Carline Paarmann, 1991:13).
 Sealant ionomer kaca memiliki kemampuan mencegah karies yang hampir
sama dengan sealant berbasis resin. Manipulasi sealant semen ionomer kaca lebih
mudah, dan tidak diperlukan tahapan pengetsaan pada permukaan gigi (Subramaniam,
2008).
 Berbeda dengan sealant berbasis resin, bahan sealant semen ionomer kaca
melakukan interaksi khusus dengan enamel gigi dengan melepaskan kalsium, strontium
dan ion fluor yang bersifat kariostatik dan mengurangi perkembangan karies pada
daerah yang diberi sealant (Laurence J. Walsh, 2006).
Metode Tindakan Pencegahan Karies Gigi

metode utama dalam tindakan pencegahan


karies gigi adalah dengan penggunaan yang
bervariasi dari fluoride yang dapat digunakan
baik secara sistemik maupun secara topikal.
Dari sekian banyak strategi pencegahan
karies gigi, fluoridasi air dan penggunaan
pasta gigi mengandung fluoride merupakan
strategi yang cukup efektif dalam pencegahan
karies gigi baik pada anak-anak maupun
orang dewasa.
Cara mengaplikasikan Fissure sealant
Sebelum mengaplikasian Bahan Sealant kepermukaan gigi maka ada
beberapa tahapan harus dilakukan sebagai syarat berhasilnya Fissure
Sealant antara lain :
1. Pembersihan pit dan fisura pada gigi yang akan dilakukan aplikasi
fissure sealant menggunakan brush dan pumis
Syarat pumis yang digunakan dalam perawatan gigi:
 Memiliki kemampuan abrasif ringan
 Tanpa ada pencampur bahan perasa
 Tidak mengandung minyak
 Tidak mengandung Fluor
 Mampu membersihkan dan menghilangkan debris, plak dan stain
 Memiliki kemampuan poles yang bagus

2. Bilas dengan air


Syarat air:
 Air bersih
 Air tidak mengandung mineral
 Air tidak mengandung bahan kontaminan Isolasi gigi
3. Gunakan cotton roll atau gunakan rubber dan keringkan permukaan gigi
selama 20-30 detik dengan udara.
Syarat udara :
 Udara harus kering
 Udara tidak membawa air (tidak lembab)
 Udara tidak mengandung minyak
 Udara sebaiknya tersimpan dalam syringe udara dan dihembuskan
langsung ke permukaan gigi.

4. Lakukan pengetsaan pada permukaan gigi


 Lama etsa tergantung petunjuk pabrik
 Jika jenis etsa yang digunakan adalah gel, maka etsa bentuk gel tersebut
harus dipertahankan pada permukaan gigi yang dietsa hingga waktu etsa
telah cukup.
 Jika jenis etsa yang digunakan adalah berbentuk cair, maka etsa bentuk
cair tersebut harus terus-menerus diberikan pada permukaan gigi yang
dietsa hingga waktu etsa telah cukup.
5. Pengeringan dengan udara setelah pengetsaan permukaan pit dan fissure.
Syarat udara sama dengan point 3.
 Cek keberhasilan pengetsaan dengan mengeringkannya dengan udara, permukaan yang
teretsa akan tampak lebih putih
 Jika tidak berhasil, ulangi proses etsa
 Letakkan cotton roll baru, dan keringkan
 Keringkan dengan udara selama 20-30 detik

6. Aplikasi bahan sealant


 Self curing: campurkan kedua bagian komponen bahan, polimerisasi akan terjadi selama
60-90 detik.
 Light curing: aplikasi dengan alat pabrikan (semacam syringe), aplikasi penyinaran pada
bahan, polimerisasi akan terjadi dalam 20-30 detik.

7. Evaluasi permukaan oklusal


 Cek oklusi dengan articulating paper
 Penyesuaian dilakukan bila terdapat kontak berlebih (spot grinding)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai