Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS PENYAKIT MULUT

ANGULAR CHEILITIS : LAPORAN SIMULASI KASUS

Disusun Oleh:
Muhamad Al-Faqih
1112014025

Pembimbing:
Drg. Nurfianti. Sp. PM

PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2022

1
ANGULAR CHEILITIS : LAPORAN SIMULASI KASUS

Muhamad Al Faqih1, Nurfianti2,


1
Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Kedokteran Gigi
2
Staf pengajar departemen Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas YARSI
Jakarta – Indonesia
ABSTRAK
Pendahuluan: Angular cheilitis merupakan peradangan yang terjadi baik pada salah satu
sudut mulut ataupun keduanya. Angular cheilitis biasanya bersifat kronis, disebabkan oleh
infeksi atau trauma mekanis, ditandai dengan adanya fisura, kemerahan atau deskuamasi pada
sudut mulut. Laporan kasus: Seorang perempuan berusia 83 tahun datang dengan keluhan
luka pada sudut mulutnya sejak 4 bulan yang lalu terasa perih dan kadang mengeluarkan
darah bila membuka mulut terlalu lebar. Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
dan hipertensi. Pasien menggunakan gigi tiruan lengkap sejak 10 tahun yang lalu hingga saat
ini. Gigi tiruan tersebut terasa longgar dan tidak nyaman saat digunakan mengunyah
makanan. Pembahasan: Angular cheilitis merupakan suatu lesi mulut yang ditandai dengan
adanya fisura, pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut dengan gejala berupa rasa sakit,
gatal, kering, sensasi terbakar, dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut
seperti tertawa ataupun berbicara. Angular cheilitis sering disebabkan infeksi jamur dan atau
bakteri oportunistik, dengan beberapa faktor predisposisi lokal dan sistemik seperti defisiensi
nutrisi, anemia, trauma mekanis, alergi, infeksi, penurunan tinggi wajah atau dimensi vertikal
rendah, mulut kering, orang-orang yang memakai gigi palsu seringkali mungkin ada mukosa
eritematosa di bawah gigi palsu (biasanya gigi palsu atas) yaitu denture stomatitis. Diagnosis
banding dari kasus ini adalah herpes labialis dan eksfoliatif cheilitis. Kesimpulan: Penyakit
diabetes mellitus dan gigi tiruan lengkap yang tidak presisi merupakan sebagian dari faktor
predisposisi dari angular cheilitis dan penatalaksanaannya adalah dengan eliminasi faktor
etiologi dan mengatasi faktor predisposisi.
Keywords: Angular Cheilitis

2
PENDAHULUAN
Penyakit gigi dan mulut dapat terjadi pada mukosa non-keratin dan mukosa
berkeratin, dapat memberikan keluhan atau tanpa keluhan, dapat terasa nyeri atau tidak nyeri,
dapat merupakan kelainan warna, kelainan bersifat jinak atau ganas. Penyakit mulut dapat
menyerang segala usia.1
Angular cheilitis merupakan peradangan yang terjadi baik pada salah satu sudut mulut
ataupun keduanya. Awalnya sudut mulut mengalami penebalan abu-abu putih dan eritema.2
Angular cheilitis sering disebabkan infeksi jamur dan atau bakteri oportunistik, dengan
beberapa faktor predisposisi lokal dan sistemik yang terlibat dalam inisiasi dan persistensi
lesi. Faktor-faktor tersebut meliputi defisiensi nutrisi, penurunan dimensi vertikal, mulut
kering, kebiasaan menjilat bibir, saliva, dan konsumsi imunosupresan.2 Angular cheilitis
biasanya disebabkan oleh infeksi, trauma mekanis, defisiensi nutrisi dan alergi ditandai
dengan adanya fisura, kemerahan atau deskuamasi pada sudut mulut. Angular cheilitis
memiliki nama lain yaitu; angular cheilosis, commissural cheilitis, angular stomatitis, atau
perleche.3 Angular cheilitis terjadi 0,7-3,8% pada dewasa dan 0,2-15,1% pada anak-anak,
namun secara keseluruhan paling sering terjadi pada dewasa berusia 30 – 60 tahun baik pria
maupun wanita.2 Angular cheilitis adalah presentasi paling umum dari infeksi jamur dan
bakteri pada sudut bibir. Lesi lebih sering muncul secara simetris di kedua sisi mulut tetapi
kadang hanya satu sisi. Dalam beberapa kasus, lesi mungkin terbatas pada mukosa bibir, dan
dalam kasus lain lesi dapat meluas melewati batas vermilion ke kulit wajah.2
Angular cheilitis mempunyai gejala berupa rasa sakit, gatal, kering, sensasi terbakar,
dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara.
Rasa tidak nyaman dan rasa sakit akan lebih parah misalnya selama menguap, dan saat
makan makanan yang asin dan asam. Angular cheilitis bisa mengenai semua usia, tidak
terbatas pada kelompok usia tertentu, orang tua, anak-anak maupun remaja dapat terkena
angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin.3
Laporan kasus ini menggambarkan angular cheilitis yang terjadi bilateral, dan diduga
terjadi akibat faktor sistemik yaitu diabetes mellitus dan diperberat gigi tiruan lengkap yang
longgar yang sudah digunakan selama 10 tahun. Selain itu juga akan dijelaskan mengenai
penatalaksanaan kasus.

3
LAPORAN KASUS
Seorang perempuan berusia 83 tahun datang ke RSGM dengan keluhan luka pada
sudut mulutnya sejak 4 bulan yang lalu. Luka terasa perih dan kadang mengeluarkan darah
bila membuka mulut terlalu lebar. Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus dan
hipertensi, dan rutin minum obat anti hipertensi yaitu amlodipine 1 x ½ tablet dan obat
diabetes mellitus yaitu metformin 1x 10 mg. Pasien menggunakan gigi tiruan lengkap sejak
10 tahun yang lalu hingga saat ini. Gigi tiruan tersebut terasa longgar dan tidak nyaman saat
digunakan mengunyah makanan.
Pada pemeriksaan ekstraoral terdapat pembengkakan pada kelenjar limfatik
submandibular kanan dan kiri teraba kenyal dan sakit. Pada perioral area sudut mulut kanan
dan kiri terdapat lesi tipe fissure disertai atrofi berwarna kemerahan dengan bentuk irreguler,
tepi jelas disertai area kemerahan, ukuran 1-2 cm, berjumlah 2 (Gambar 1). Pada pemeriksaan
intraoral kebersihan mulut buruk dengan adanya kalkulus supragingiva dan subgingiva.
Hasil pemeriksaan darah sebagai berikut:
Hemoglobin : 10.2 g/dl
Leukosit : 4.800 /µl
Trombosit : 220 ribu/µl
Eritrosit : 4.4 juta/µl
Hematokrit : 39%
GDS : 120 mg/dL
GDPP : 200 mg/dL
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis, ditegakkan diagnosis kasus ini adalah
angular cheilitis diperberat penyakit diabetes mellitus dan gigi tiruan lengkap yang longgar.
Diagnosis banding dari kasus ini adalah herpes labialis dan eksfoliatif cheilitis.
Penatalaksanaan pasien diberikan obat kumur chlorhexidine gluconate dan kassa steril untuk
mengompres pada sudut bibir selama 10 menit dipakai 3 kali sehari.
Penatalaksanaan angular cheilitis pada kasus ini, pasien diberikan edukasi/KIE
(komunikasi, informasi, edukasi) yaitu menjelaskan angular cheilitis bisa sembuh dan bukan
penyakit yang berpotensi menjadi keganasan, pasien menjaga dan meningkatkan kebersihan
rogga mulut pola makan dan kontrol gula darah, menghimbau untuk membuat gigi tiruan
yang baru atau reparasi gigi tiruan yang lama. Selain itu, kompres sudut bibir menggunakan
obat chlorhexidine 0,2% menggunakan kassa steril selama 10 menit 3 kali sehari selama 5
hari dan kontrol dalam satu minggu.

4
Gambar 1. Angular cheilitis pada kedua sudut bibir

PEMBAHASAN
Angular cheilitis merupakan suatu lesi mulut yang ditandai dengan adanya fisura,
pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut disertai rasa sakit, kering, rasa terbakar dan
terkadang disertai rasa gatal.3 Angular cheilitis merupakan peradangan yang terjadi baik pada
salah satu sudut mulut ataupun keduanya pada beberapa kasus, lesi terbatas pada mukosa
bibir, dan dalam kasus lain lesi dapat meluas hingga perbatasan vermilion (tepi lapisan di
bibir dan kulit wajah) hingga kulit wajah. Pada awalnya, sudut mulut menunjukkan adanya
penebalan berwarna putih keabu-abuan dengan eritema dikelilingi daerah berdekatan, pada
keadaan akut dapat dengan cepat berevolusi dengan pembentukan eritema yang memburuk,
maserasi yang basah, ulserasi, dan adanya pembentukan seperti kerak. Dalam kasus angular
cheilitis kronis biasanya akan membentuk jaringan granulasi dan daerah kulit yang
berdekatan dengan lesi akan menunjukkan dermatitis.4

Gambaran klinis
Angular cheilitis merupakan suatu lesi mulut yang ditandai dengan adanya fisura,
pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut dengan gejala berupa rasa sakit, gatal, kering,
sensasi terbakar, dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa
ataupun berbicara. Rasa tidak nyaman dan rasa sakit akan lebih parah misalnya selama
menguap, dan saat makan makanan yang asin dan asam. Pada kasus yang lebih parah,
terutama pada pemakai gigi tiruan, lesi bisa meluas melewati garis bibir ke kulit disekitar
bagian yang berfisur dengan bentuk linear. Angular cheilitis bisa mengenai semua usia, tidak
terbatas pada kelompok usia tertentu, orang tua, anak-anak maupun remaja dapat terkena

5
angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin. 3 Lesi lebih sering muncul secara simetris di
kedua sisi mulut tetapi kadang hanya satu sisi. Dalam beberapa kasus, lesi mungkin terbatas
pada mukosa bibir, dan dalam kasus lain lesi dapat meluas melewati batas vermilion hingga
ke kulit wajah.2,4
Pada awalnya, sudut mulut menunjukkan adanya penebalan berwarna putih keabu-
abuan dengan eritema dikelilingi daerah berdekatan, pada keadaan akut dapat dengan cepat
berevolusi dengan pembentukan eritema yang memburuk, maserasi yang basah, ulserasi, dan
adanya pembentukan seperti kerak. Dalam kasus angular cheilitis kronis biasanya akan
membentuk jaringan granulasi dan daerah kulit yang berdekatan dengan lesi akan
menunjukkan dermatitis.4
Angular cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut mulut yang ditandai
dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir, berwarna kemerahan, mengalami
ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah,
retakan tersebut dapat berdarah ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau
krusta. Secara umum angular cheilitis menunjukkan bibir kering, rasa tidak nyaman, adanya
sisik-sisik dan pembentukan fisur yang diikuti dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Yang
paling sering sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua
komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi
eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi.
Kadang-kadang lesi dapat menyeliputi vermilion ke kulit dalam bentuk fisur atau garis lurus
yang dalam berasal dari sudut mulut disebut rhagades, dalam bentuk yang lebih parah,
terutama pada pemakai protesa.4,7

Gambar 2. Angular cheilitis pada sudut bibir7

Patofisiologi
Sebagian besar kasus angular cheilitis pada akhirnya disebabkan oleh maserasi fisik
pada komisura angular karena paparan berlebih terhadap air liur. Enzim pencernaan dalam air

6
liur dapat bekerja bahkan pada jaringan tubuh di sebelah kiri jika dibiarkan kontak dalam
waktu lama. Paparan saliva yang berlanjut menginduksi dermatitis kontak dan reaksi eksema
pada komisura. Integritas stratum korneum epitel yang terganggu memungkinkan organisme
komensal lokal menginfeksi daerah tersebut. Seringkali, menjajah Candida albicans
membentuk dan menyerang jaringan yang rentan. Ini kemudian memungkinkan superinfeksi
bakteri dengan spesies staph dan strep. Dengan demikian, faktor risiko adalah faktor-faktor
yang meningkatkan retensi saliva pada komisura, meningkatkan paparan mikroba penyebab,
menyebabkan peradangan jaringan langsung, atau menghambat penyembuhan luka dan
kekebalan. Penyebab non-infeksi dari angular cheilitis dibahas lebih lanjut di bagian etiologi.4
Pada awalnya, sudut mulut menunjukkan adanya penebalan berwarna putih keabu-abuan
dengan eritema dikelilingi daerah berdekatan, pada keadaan akut dapat dengan cepat
berevolusi dengan pembentukan eritema yang memburuk, maserasi yang basah, ulserasi, dan
adanya pembentukan seperti kerak. Dalam kasus angular cheilitis kronis biasanya akan
membentuk jaringan granulasi dan daerah kulit yang berdekatan dengan lesi akan
menunjukkan dermatitis.4

Faktor etiologi/ predisposisi


Angular cheilitis terjadi karena multifaktor, baik faktor predisposisi lokal maupun
sistemik. Etiologi Angular cheilitis dapat berupa defisiensi nutrisi, gangguan imun, infeksi
jamur dan bakteri serta faktor mekanikal. 5 Angular cheilitis sering disebabkan infeksi jamur
dan atau bakteri oportunistik, dengan beberapa faktor predisposisi lokal dan sistemik yang
terlibat dalam inisiasi dan persistensi lesi. Faktor-faktor tersebut meliputi defisiensi nutrisi,
anemia, trauma mekanis, alergi, infeksi, penurunan tinggi wajah atau dimensi vertikal karena
kehilangan gigi, mulut kering, kebiasaan menjilat bibir, saliva, dan konsumsi imunosupresan
serta pada orang-orang yang memakai gigi palsu, seringkali mungkin ada mukosa eritematosa
di bawah gigi palsu (biasanya gigi palsu atas) yaitu denture stomatitis.2,3,4
1. Defisiensi nutrisi
Insidensi angular cheilitis meningkat pada anak-anak, terutama pada anak yang
mengalami defisiensi nutrisi, yaitu defisiensi riboflavin, defisiensi zat besi, asam folat, zinc,
pyridoxine, biotin dan defisiensi protein.3 Angular cheilitis yang disebabkan defisiensi
vitamin B kompleks berbeda dari lesi lain. Ketika terjadi penurunan kadar riboflavin dalam
tubuh, dapat terlihat dari tanda-tanda fisik terutama di daerah mulut, bibir dan hidung, dimana
bibir terinflamasi dan terjadi maserasi disertai dengan adanya retak-retak dan berkembangnya
lesi pada sudut mulut. Lesi di sudut mulut meluas 1-10 mm kearah lateral dari mukosa pipi

7
dan biasanya lokasinya bilateral. Dasar lesi basah dan mengalami maserasi, terlihat juga fisur
vertikal halus pada batas vermillion bibir dan pada daerah kulit yang berdekatan. Biasanya
pada permukaan lesi tidak dijumpai inflamasi. 7
Penyebab Angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi nutrisi.
Defisiensi nutrisi pada anak-anak merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh
negara berkembang termasuk Indonesia. Data dari WHO sendiri memperkirakan 181,9 juta
(32%) anak kekurangan gizi di negara berkembang, sehingga menyebabkan tingginya
persentase angular cheilitis. Pada penelitian Sriwahyuni (2015), angular cheilitis paling
sering terjadi pada kelompok usia anak-anak 5-11 tahun (89,2%) diduga berhubungan dengan
faktor asupan nutrisi. Asupan gizi yang masuk pada usia 5- 11 tahun mayoritas digunakan
tubuh untuk pertumbuhan, serta perkembangan organ dan tulang, sehingga persentase asupan
nutrisi untuk pertumbuhan jaringan perifer kurang tercukupi.3 Pada penelitian Ilery (2012),
mengalami angular cheilitis mencapai 84% pada anak usia 6-12 tahun disebabkan karena
angka kecukupan gizi (AKG) tidak terpenuhi sebab rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari atau disebut dengan kekurangan energi protein (KEP).1
Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi nutrisi,
biasanya disebabkan kurangnya asupan riboflavin, zat besi dan asam folat. Defisiensi
riboflavin menyebabkan berkurangnya kematangan jaringan kolagen, sehingga mudah terjadi
infeksi. Selain kurangnya riboflavin, defisiensi zat besi dalam plasma darah akan
menghambat penyembuhan lesi dan memudahkan terjadinya angular cheilitis.5 Defisiensi
nutrisi dapat menyebakan menurunnya sistem imun anak sehingga mudah terserang virus dan
bakteri.1 Kebutuhan energi anak juga lebih besar karena mereka banyak melakukan aktivitas
fisik, misalnya olah raga, bermain atau membantu orang tua. 3 Pada status gizi kurang, terjadi
penurunan imunitas dengan berkurangnya jumlah sel-T helper dan terganggunya
fagositosis serta memori imunologik belum sempurna sehingga pusat respon imun
tubuh yaitu limfosit T tidak dapat memproduksi sitokin dan mediator sebagai pertahanan
tubuh. Kekurangan gizi dapat karena kekurangan zat besi, vitamin B, asam folat, dan biotin.
Defisiensi pada satu jenis nutrisi dapat berperan kepada defisiensi nutrisi-nutrisi yang
lainnya. Defisiensi nutrisi seperti defisiensi zat besi, vitamin B, dan asam folat berkaitan
dengan angular cheilitis. Keduanya saling berhubungan, karena zat besi dan vitamin adalah
zat yang esensial untuk mempertahankan sistem imun, bila tidak mencukupi, sistem imun
akan melemah dan mikroorganisme yang biasa menjadi flora normal seperti candida
albicans dapat berproliferasi dan menyebabkan infeksi. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan keutuhan jaringan epitel berkurang. Mukokutan junction yang merupakan

8
daerah peralihan antara kulit dan mukosa mulut dengan epitel mukosa yang lebih tipis
dibanding epitel kulit menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Gizi kurang khususnya yang
disebabkan oleh defisiensi zat besi berpengaruh terhadap proliferasi sel terutama sel mukosa,
karena fungsi zat besi secara fisiologis meliputi pertumbuhan/proliferasi sel, penyembuhan
luka, respon imunitas, dan mempertahankan struktur protein dan membran sel. Zat besi dan
nutrisi lainnya diperlukan dalam transkripsi gen untuk replikasi sel, perbaikan sel, dan
proteksi. Kekurangan nutrisi menyebabkan terganggunya fungsi proteksi, perbaikan, dan
pergantian sel- sel epitel di sudut mulut sehingga menimbulkan gambaran klinis berupa
angular cheilitis.3

2. Infeksi bakteri
Selain itu, infeksi bakteri dan faktor mekanik dapat juga menjadi predisposisi angular
cheilitis yang sering terjadi pada anak-anak. Kebiasaan buruk seperti menjilat ujung bibir dan
mengisap jari akan menyebabkan penumpukan air liur di sudut mulut dan tanpa disadari
memberikan lingkungan yang sempurna untuk agen infeksi dalam menyebabkan angular
cheilitis.6 Pada angular cheilitis kulit meradang dan pecah-pecah sering menjadi tempat
Candida albicans yang terlokalisasi, Staphylococcus aureus, dan atau pertumbuhan berlebih
streptokokus b-hemolitik. Meskipun kolonisasi dimungkinkan, agen infeksi ini juga dapat
berfungsi sebagai patogen sejati. infeksi candida albicans (perlambatan monilial) dan
kebersihan mulut yang buruk menyebabkan 10% dari kasus angular cheilitis, sering muncul
sebagai proses bilateral jangka panjang dengan periode kambuh.4

3. Sistemik
Berbagai manifestasi penyakit sistemik di mana pasien menderita penyakit yang
mempengaruhi seluruh tubuh dan menunjukkan tanda-tanda dan gejala oral tertentu seperti
kelainan hematologis: anemia karena kekurangan zat besi, penderita endokrin: diabetes
mellitus, infeksi virus: human immunodeficiency virus , penyakit ganas lanjut, leukemia,
gangguan hematologi pada pasien yang menderita anemia. Kekurangan zat besi memiliki
kecenderungan untuk beberapa penyakit mukosa mulut termasuk: ulserasi aphthous, angular
cheilitis, nyeri dan retak pada sudut mulut yang disebabkan oleh jamur candida albicans dan
oleh bakteri Staphylococcus aureus. Atrofi mukosa adalah mukosa yang tampak memerah
dan halus. Penting untuk memikirkan kekurangan zat besi, anemia pada pasien dengan
angular cheilitis. Jika anemia defisiensi besi tidak terdeteksi, penyebab lain harus diselidiki.6

9
Angular cheilitis pada remaja diduga berhubungan dengan penyakit sistemik.
Seseorang yang menderita anemia, diabetes mellitus dan immunodeficiency syndrome
(AIDS) berisiko tinggi terkena angular cheilitis. Studi epidemiologi yang dilakukan pada
tahun 2006 di Turkey pada remaja umur 13-16 tahun menunjukkan bahwa angular cheilitis
memiliki hubungan yang signifikan dengan anemia.3

4. Dimensi vertikal rendah


Angular cheilitis dijumpai juga pada orang lanjut usia. Faktor predisposisi angular
cheilitis pada orang lanjut usia adalah penurunan dimensi vertikal dan penggunaan gigi tiruan
yang terlalu lama. Pada pasien lanjut usia, penurunan tinggi oklusal atau desain gigi tiruan
yang sudah tidak adekuat atau resorpsi dan atropi tulang alveolar dapat mengakibatkan oklusi
yang buruk dan dapat menyebabkan lipatan yang dalam pada sudut mulut. Lipatan yang
dalam di sudut mulut memungkinkan saliva untuk keluar dari mulut, saliva cenderung
terkumpul di daerah tersebut sehingga menciptakan lingkungan yang lembab dan kondusif
bagi pertumbuhan jamur atau bakteri. Insidensi angular cheilitis juga meningkat tiga kali lipat
pada orang lanjut usia yang menggunakan gigi tiruan.3

5. Jenis kelamin
Angular cheilitis lebih sering dijumpai pada laki-laki. Hal tersebut sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa insidensi angular cheilitis meningkat dua kali lipat pada
jenis kelamin laki-laki. Hal ini diduga disebabkan oleh kebutuhan asupan nutrisi yang
berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan
aktivitas fisik, sehingga memerlukan energi lebih banyak daripada anak perempuan. Selain
itu nilai metabolisme basal (BMR) pada perempuan lebih rendah daripada laki-laki dengan
berat badan yang sama. BMR dipengaruhi oleh jaringan aktif di dalam tubuh. Otot dan
kelenjar adalah jaringan aktif sedangkan tulang dan lemak merupakan jaringan tak aktif.
Perempuan umumnya mempunyai jaringan lemak (tak aktif) lebih banyak dibandingkan laki-
laki. Jalannya metabolisme di dalam jaringan aktif lebih cepat daripada metabolisme di dalam
jaringan tak aktif karena otot dan kelenjar lebih banyak memerlukan energi dalam melakukan
fungsinya, sehingga energi minimal yang diperlukan untuk mempertahankan proses-proses
hidup yang pokok pada perempuan umumnya lebih rendah daripada laki-laki. 3
Perbedaan insidensi antara laki-laki dan perempuan juga dapat dilihat dari aspek
psikologi. Perempuan lebih memperhatikan penampilan fisiknya dibandingkan dengan pria.
Perempuan pada umumnya lebih suka merias diri sedangkan laki-laki mengekspresikan diri
dengan suatu tindakan daripada memperhatikan penampilannya. Tanda-tanda perubahan

10
kematangan dari segi psikologis sudah dimulai saat usia 8 tahun bagi anak perempuan,
sedangkan bagi anak laki-laki baru dimulai saat usia 10 tahun. Perkembangan psikologis anak
mempengaruhi kemampuan anak untuk menjaga kebersihan rongga mulut. Tingkat
kebersihan rongga mulut dengan kategori baik tertinggi pada anak perempuan, sedangkan
tingkat kebersihan mulut dengan kategori buruk lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan
anak perempuan. Kebersihan rongga mulut yang baik menurunkan risiko terjadinya angular
cheilitis, sehingga perempuan memiliki risiko menderita angular cheilitis lebih kecil daripada
laki-laki.3

6. Alergi
Ketika alergen bersentuhan dengan mukosa mulut dan bibir, mereka sering
menyebabkan cheilitis saja. Selain itu, adanya angular cheilitis iritan dapat mempengaruhi
pasien dengan dermatitis kontak alergi yang ditumpangkan karena peningkatan penetrasi
alergen di tempat ini. Dengan demikian pasien yang sensitif terhadap nikel dengan paparan
oral terhadap kawat gigi ortodontik yang mengandung nikel dapat menyebabkan angular
cheilitis. Penelitian pada pasien dengan cheilitis umum mengungkapkan hingga 22% kasus di
Inggris, 25% kasus di Australia, dan 34% kasus di Singapura memiliki dasar alergi. Secara
umum telah secara etiologis terkait dengan reaksi alergi regional terhadap lipstik, pasta gigi,
produk jerawat, kosmetik, permen karet, obat kumur, makanan, peralatan gigi, dan bahan gigi
tiruan atau merkuri amalgam.4

7. Trauma mekanis
Faktor mekanis dapat terjadi pada orang tua dan anak-anak. Pada orang tua dapat
disebabkan oleh pemakaian gigi tiruan yang tidak pas atau akibat proses penuaan sedangkan
pada anak-anak seperti menjilat sudut bibir, menghisap jari dan menggunakan dot. Pada
orang tua, bila terjadinya kehilangan ketinggian oklusal disebabkan karena kehilangan gigi
atau pasien dengan gigi tiruan yang tidak pas akan menyebabkan kurangnya dimensi vertikal,
dan seterusnya membentuk lipatan-lipatan pada sudut mulut. Saliva akan berakumulasi pada
lipatan tersebut, menyebabkan lembab dan menyediakan habitat yang sempurna untuk
Candida albicans. Pada anak-anak, kebiasaan menjilat sudut bibir dan menghisap jari akan
menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan terbentuklah lingkungan yang sesuai
untuk proliferasi organisme. Keadaan ini dapat menjadi lebih parah dengan membiarkan bibir
yang basah dikeringkan oleh angin dan sinar matahari. Penyebab angular cheilitis lainnya
pada anak adalah kebiasaan bernafas melalui mulut dan sering mengeluarkan air liur.7
Trauma pada rongga mulut dapat disebabkan oleh mekanik, kimia dan panas. Trauma

11
mekanik dapat disebabkan oleh iritasi dari gigi yang tajam, instrumen ortodontik, dan
menggigit bibir atau pipi. Diagnosis jenis ini biasanya tidak sulit tergantung pada posisi,
bentuk dan ukuran lesi yang harus sesuai dengan penyebab yang diduga. Lesi biasanya mulai
sembuh dalam 10 hari. Jika penyembuhan tidak terjadi maka penyebab lain dari lesi harus
dicurigai.6

8. Virus
Infeksi virus tidak seperti bakteri yang terdiri dari sel tunggal dan mampu tumbuh
secara mandiri. Virus terdiri dari fragmen nekleus kecil yang dikelilingi oleh protein. Ia tidak
dapat membelah atau mereplikasi dirinya sendiri dan untuk bertahan hidup ia harus
memperoleh akses untuk hidup di dalam sel. Saat memasuki sel inang, digunakan proses
sintetik dalam sel inang untuk mereproduksi dan dalam proses, sering merusak sel inang.
Dalam kasus lain, inang akan menghancurkan sel yang terinfeksi virus untuk menghilangkan
virus. Ini adalah penghancuran sel yang bertanggung jawab atas banyak fitur klinis infeksi
virus yang mempengaruhi rongga mulut. Waktu yang dibutuhkan virus untuk menginfeksi
inang, untuk mereplikasi dan merusak sel dan dengan demikian gejala klinis dapat terjadi
pada hari ke 3-21 dan dikenal sebagai periode inkubasi. Sebagian besar virus dengan infeksi
parah antara 10 dan 14 hari, setelah host memiliki respon imun yang efektif dan infeksi
tersebut teratasi. Infeksi lain yang tidak terlalu ganas hanya berlangsung beberapa hari.
Infeksi virus pada umumnya mempengaruhi kelompok usia yang lebih muda dan infeksi virus
yang terjadi pada kelompok usia yang lebih tua yang mungkin menjadi penyebab penekanan
kekebalan tubuh.6

Diagnosis banding
1. Herpes labialis.
Herpes labialis berupa vesikel pada batas luar vermilion dan kulit sekitarnya. Herpes
labialis berupa vesikel pada batas luar vermilion dan kulit sekitarnya. Perbedaan angular
cheilitis dengan herpes labialis pada Tabel 1.5 Virus herpes simpleks berulang paling sering
terjadi di perbatasan vermilion bibir. Ketika infeksi ini terjadi di sudut mulut, dapat
menyerupai angular cheilitis, terutama setelah 48 hingga 72 jam ketika vesikel virus herpes
simplex telah pecah dan hanya lesi berkerak yang tersisa. Riwayat beberapa kekambuhan di
tempat yang sama selama periode tahun, masing-masing berlangsung 5 hingga 7 hari,
merupakan petunjuk penting untuk diagnosis herpes simpleks.4

12
Tabel 1. Perbedaan Angular cheilitis dan Herpes labialis5
Kategori Angular Cheilitis Herpes labialis
Lokasi Sudut mulut unilateral/bilateral Tepi merah bibir
Etiologi Defisiensi nutrisi, gangguan imun, infeksi Virus HSV Tipe 1
bakteri, faktor mekanis
Perawatan Menghilangkan faktor lokal, pemberian Pemberian acylovir
antijamur/antibakteri, vitamin
Gambaran Eritema, fissure, ulser, deskuamasi, Prodormal parastesi, eritem, vesikel,
Klinis perdarahan krusta

Gambar 3. Angular Cheilitis dan Herpes labialis5

2. Eksfoliatif cheilitis
Eksfoliatif cheilitis adalah proses reaktif yang yang langka dan persisten, terjadi pada
bagian bibir atas, bawah atau keduanya yang mengalami peradangan secara kronis, yang
memiliki gambaran klinis dengan krusta dan terkadang disertai dengan fisur yang ditandai
dengan pengelupasan rutin lapisan permukaan keratin secara berlebihan. Pendarahan yang
terjadi mengakibatkan kerak hemoragik. Orang dengan kondisi ini mungkin memiliki
beberapa tingkat rasa sakit dan kesulitan berbicara, makan atau tersenyum. Karena
penampilan yang tidak menyenangkan ini, orang-orang dengan cheilitis eksfoliatif mungkin
menghindari bersosialisasi, berusaha mengasingkan diri dan dikenakan depresi klinis.
Meskipun cheilitis eksfoliatif dapat membaik secara spontan, namun kasus ini sering muncul
secara berkala dan dapat bertahan selama bertahun-tahun. Wanita lebih sering terjangkit
dibandingkan pria dengan rentan usia dewasa hingga dewasa muda.7
Etiologi mungkin dipicu oleh stress. Apapun penyebab yang mendasari, cheilitis
eksfoliatif dapat menjadi lebih buruk oleh pernapasan melalui mulut, menjilati bibir,
mengisap bibir, mengelupas bibir, menggigit bibir. Bakteri (Staphylococcus aureus) atau

13
infeksi jamur (Candida albicans) kebersihan mulut yang buruk juga telah dilaporkan dalam
hubungan dengan cheilitis eksfoliatif dan dianggap sebagai pemicu predisposisi. Salah satu
bentuk kondisi ini berhubungan dengan infeksi HIV. Apapun penyebabnya, pembentukan
keratin berlebihan menghasilkan pengelupasan abnormal.7
Gambaran klinis terlihat seperti pengelupasan terus menerus dari vermilion (luar)
bagian dari bibir. Ini biasanya hanya mempengaruhi satu bibir, biasanya bawah. Bibir
mungkin terlihat normal atau merah sebelum pembentukan lapisan permukaan menebal.
Pengelupasan tampaknya menjadi siklus dan hasil pada tingkat yang berbeda di lokasi yang
berbeda, sehingga selalu ada beberapa bagian dari bibir yang mengelupas setiap saat. Bila
terkait perdarahan dapat mengakibatkan pembentukan kerak hemoragik. Ketika kedua bibir
terlibat, bibir bawah biasanya lebih terpengaruh daripada bibir atas.7

Gambar 3. Eksfoliatif cheilitis2

PENATALAKSANAAN
Pada Angular Cheilitis pasien ini diberikan topikal kompres Chlorhexidine 0,2% serta
pada lesi di sudut bibir. Chlorhexidine adalah suatu antiseptik yang termasuk golongan
bisbiguanide yang umumnya digunakan dalam bentuk glukonatnya. Chlorhexidine digunakan
sebagai surgical scrub, mouth wash, neonatal bath, dan antiseptik kulit. Chlorhexidine
menyerang bakteri Gram postif dan negatif, bakteri ragi, jamur, protozoa, alga dan virus.5
Pencegahan angular cheilitis dapat dilakukan diantaranya dengan menjaga kebersihan
rongga mulut, menghindari stres serta mengkonsumsi nutrisi yang sehat seimbang, terutama

14
yang mengandung vitamin B12, asam folat dan zat besi, serta cukup hidrasi dan menjaga
kebersihan rongga mulut. 5
Angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B harus diobati dengan
menyediakan suplemen vitamin B kompleks atau multivitamin yang mengandung vitamin B.
Namun, defisiensi satu jenis vitamin biasanya diikuti oleh defisiensi nutrisi, maka dalam
perawatan, pemberian multivitamin lebih efektif daripada vitamin B kompleks sendiri.
Pengobatan yang dilaporkan dari penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12
dengan terapi vitamin dapat disembuhkan dalam 3 minggu. Pemberian antimikroba pada
pasien dengan angular cheilitis yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi hanya
mempersingkat waktu penyembuhan. Karena sebagian besar infeksi yang terjadi dapat
menyembuhkan dirinya sendiri tanpa antimikroba, sistem pertahanan tubuh harus
dipertahankan atau ditingkatkan dengan memberikan suplemen vitamin atau multivitamin.6
Pengobatan cheilitis sudut sangat tergantung pada penyebabnya, sehingga penyakit
yang mendasarinya harus diobati. Jika Candida terlibat, salep antijamur seperti ketoconazole
harus dipreparasi, penggunaan gel miconazole nitrate 2% dioleskan secara topikal empat kali
sehari selama 2 minggu adalah pilihan perawatan yang sangat efektif. Zat ini harus diterapkan
pada area yang terkena. Ketika Staphyloccocus aureus terlibat, pengobatan topikal dengan
kombinasi mupirocin atau asam fusidic dan krim hidrokortison 1% (untuk melawan
peradangan) bekerja secara efektif. Ini bisa diterapkan pada sudut mulut.2
Upaya perawatan lokal melibatkan langkah-langkah sederhana seperti mengganti atau
merawat gigi tiruan dan pembersihan yang tepat, kebersihan mulut yang tepat, dan
penggunaan substitusi saliva (sialogogues) jika dibutuhkan. Perawatan ini serta penggunaan
krim barrier (pasta ZOE) pada waktu tidur mungkin semua yang diperlukan untuk
meringankan angular cheilitis. Percobaan terapi singkat menggunakan krim antijamur azole,
neomycin sulfate-polymyxin B sulfate, atau salep mupirocin mungkin tepat. Ketika
rendahnya dimensi vertikal mulut, krim barrier harus dilanjutkan dalam semalam untuk
mengurangi iritasi yang dapat menyebabkan flare angular cheilitis. Selain itu, jika langkah-
langkah konservatif tidak berhasil, injeksi tissue fillers (misalnya, bovine or human collagen,
cross-linked hyaluronic acid, autologous fat) dapat digunakan untuk mengurangi kedalaman
lipatan di sudut mulut untuk mengurangi saliva stasis. Kasus-kasus refraktori harus diperiksa
ulang untuk memastikan bahwa etiologi yang mendasari nutrisi, terkait obat-obatan, atau
sistemik yang dapat mengarah pada pengobatan yang lebih spesifik dan ditargetkan tidak
terlewatkan.4

15
KESIMPULAN
Angular cheilitis merupakan peradangan yang terjadi pada sudut mulut yang disebabkan oleh
infeksi Candida dan bakteri. Penyakit diabetes mellitus dan gigi tiruan lengkap yang tidak
presisi merupakan sebagian dari faktor predisposisi dari angular cheilitis. Penatalaksanaan
angular cheilitis dengan eliminasi faktor etiologi dan mengatasi faktor predisposisi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilery Citra, Mintjelungan Christy, Soewantoro. Hubungan status gizi dengan kejadian
angular cheilitis pada anak-anak di lokasi pembungan akhir sumompo kota manado.
Jurnal e-GiGi (eG). Maret 2013. 1(1).32-37
2. Shahza Mahreen, Faraz Raheela, Sattar Anam. Angular Cheilitis: Case Report and
Literature Review.2014.597-599.
3. Sriwahyuni Herlin, Hernawati Sri, Mashartini Ayu. Insidensi dan Distribusi Penderita
Angular Cheilitis pada Bulan Oktober-Desember Tahun 2015 di RSGM Universitas
Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 2017;5(1).
4. Park Kelly K, Brodell Robert T, Helms Stephen E. Angular Cheilitis, Part 1: Local
Etiologies. Cutis.2011;87.287-95.
5. Bachrudin Fatima, Rezeki Aisyah, Hidayat Wahyu. Tatalaksana lesi oral pada anak laki-
laki usia 9 tahun. Prosdiding DIES 57 FKG UNPAD.2016.230-239.
6. Fajriani. Management of angular cheilitis in children. JDMFS. 2017.1-3
7. Putri R, Ridzali AM, Alawiyah F. Makalah Oral Medicine Cheilosis. Universitas
Sriwijaya. Fakultas Kedokteran. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi. Sumatera
Selatan. 2016.

16

Anda mungkin juga menyukai