Anda di halaman 1dari 19

Estimation of Postmortem Interval Using

Attenuated Total Reflectance: Fourier


Transform Infrared Spectroscopy in Adipose
Tissues

( Estimasi interval postmortem menggunakan


reflektansi atenuasi total: transformasi
inframerah spektroskopi pada jaringan
adiposa)

Putri Dwi Anggraini (1112014036)


Wiya Alawiyah (1112014050)

Dosen pembimbing: drg. Astiti H, GDFO


ABSTRAK
• Estimasi Interval PostMortem sangat penting dalam melakukan
investigasi forensik. Seiring berjalannya waktu, tidak ada laporan yang
menggunakan metode spektroskopi dalam jaringan adiposa yang
tersedia.
• Reflektansi total atenuasi fourier transforminfrared (ATR-FTIR)
spektroskopi digunakan untuk mengumpulkan informasi biokimia
komprehensif dari jaringan adiposa manusia secara in vitro pada
waktu yang berbeda
• Tikus digunakan sebagai contoh pada eksperimen in vivo untuk
penelitian yang lebih terperinci mengenai PMI
ABSTRAK
• Model PLS digunakan untuk estimasi PMI berdasarkan spektral yang
diperoleh dari dataset sampel tikus
• Variabel spektral yang terkait dengan C=O didapatkan dari lipid dan
asam lemak bebas yang rentan terhadap PMI.
• Model PLS juga digunakan untuk mencapai kesalahan prediksi cross
validation selama 1,87 hari
• Penelitian ini menggunakan metode ATR-FTIR dalam estimasi PMI
dengan menggunakan jaringan adiposa
PENDAHULUAN
• Membantu ahli patologi forensic
untuk memverifikasi pernyataan saksi
Estimasi Interval Postmortem • Mempersempit ruang lingkup
pencarian
• Memandu arah investigasi

Estimasi interval postmortem dikenal sebagai waktu saat


kematian dan sangat penting dlm penyelidikan forensik
PENDAHULUAN
Estimasi Interval Postmortem

Metode tradisional
• Pemeriksaan algor mortis, livor mortis dan kondisi
pertumbuhan serangga setelah kematian.
Metode baru
• Perubahan indeks kimia dan biomolekul seperti
degdradasi DNA, RNA, protein dan variasi
postmortem mikroorganisme
Keuntungan
Fourier transform infrared (FTIR) spectroscopy • Tidak merusak
• Cepat
• Portabel
• Baik untuk digunakan

Ada banyak keterbatasan untuk estimasi interval postmortem


secara akurat untuk tetap dalam kondisi pembusukan tinggi.

Degradasi lipid relatif lambat dan dapat diterapkan untuk


estimasi interval postmortem yang lebih lama. Selain itu,
jaringan adiposa dekat dengan permukaan tubuh dan dapat
diperoleh melalui sayatan kecil, bahkan tanpa melakukan
otopsi forensic.

FTIR yang digabungkan dengan kemometrik untuk mendeteksi


proses dekomposisi jaringan adiposa.
Fourier transform infrared (FTIR) spectroscopy

Metode analisis yang sensitif, sangat baik untuk mengidentifikasi sampel


komposisi molekul biologis dengan deteksi getaran ikatan kimia.
Banyak digunakan untuk investigasi:
• Sidik jari
• Tinta
• Serat
• Rambut
• Residu tembakan di TKP
• Analisis sampel biologis (protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat)
TOTAL ATENUASI REFLEKTANSI-TRANSFORMASI ANALISIS
SPEKTRAL DAN PRETREATMENT FOURIER INFRARED

• 9 dari masing-masing sampel mereplikasi spektrum yang diperoleh untuk


dataset treatment.
• Untuk mengurangi variasi yang sistematis, peneliti menggunakan metode
bervariasi (SNV) standard normal variate untuk menormalkan spektrum
• (PLS) parsial least squares adalah pendekatan model populer untuk
mendapatkan data di berbagai bidang dengan tujuan menemukan faktor
laten variabel (LVs) dengan memaksimalkan jumlah variasi yang
dijelaskan dalam X untuk memprediksi respon Y dan hubungan model
linear antara X dan Y seperti data spektral dan nilai PMI dalam penelitian
ini
Bahan dan metode
Persiapan sampel manusia Persiapan sampel hewan

• Sebanyak 8 jaringan adiposa subkutan perut dari 8 manusia


( 2 yang sudah terurai dan 6 relative segar) dengan ukuran
4x4cm kemudian specimen disimpan dlm gelas ukuran 100
mL dengan suhu ruangan 25°. • Tikus jantan (n = 121, berat 24-26 g) dibius
• Jaringan adiposa ukuran 0,5x0,5cm dari sampel setiap 2 hari dengan 0,1 ml / 10 g 4% chloral hydrate
selama 2 minggu melalui perut
• semua tabung jaringan adiposa dengan ultrasonik selama • Sampel jaringan adiposa dari 121 tikus
15 detik dan disentrifugasi pada suhu 4 ° C dan 3000 rpm diambil pada 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, dan 14
selama 3 menit, dan supernatan diperoleh dan kemudian hari
dibekukan pada - 80 ° C hingga analisis FTIR. • sampel disentrifugasi pada 4 ° C dan 3000
rpm selama 3 menit
Pengukuran fourier transform infrared (FTIR)

• Paket perangkat lunak analisis spektrum inframerah


OMNIC versi 8.2 digunakan untuk menganalisis
spektrum dan merekam data.
• setiap tetes supernatan terdeteksi dan dicatat tiga kali.
• Parameter pengumpulan spektral diatur ke frekuensi
mulai dari 4000 hingga 400 cm-1 dengan resolusi 4 cm-1
dan 32 scan.
Diskusi dan hasil
Analisis spectrum visual sampel
manusia

• sampel pra SNV ATR-FTIR pada 0 dan 6 hari dalam


kisaran 4000-400 cm-1
• Spektra memiliki C – H yang kuat antara 3050 dan 2850
cm-1
• Band terpisah pada 2922 dan 2852 cm-1 sesuai dengan
peregangan C – H disebabkan oleh peregangan C – H
asimetris (= C – H).
• Dibandingkan dengan spektrum pada 0 hari, spektrum
pada 6 hari menunjukkan 1711 cm-1, yang dikenal
sebagai daerah signifikan untuk asam lemak bebas.
Diskusi dan hasil

• Pada penelitian Swann et al asam lemak dapat dideteksi


dengan metode kromatografi spektrometri massa dalam
cairan yang dikeluarkan selama dekomposisi dan
komponen asam lemak berkorelasi dengan estimasi
interval postmortem.
• Kami menemukan bahwa asam lemak bebas juga dapat
dideteksi oleh ATR-FTIR dalam jaringan adiposa
Analisis spektrum visual sampel
manusia

• Pada gambar 2 yang terlihat perubahan adalah pada 1743


dan 1711 cm-1 , dan intensitas 1743 cm-1 menurun dari
waktu ke waktu, sementara 1711 cm-1 meningkat pada
awalnya dan kemudian menurun.
• Nilai tertinggi yang terkait dengan = C – H pada 3008 cm-1
menunjukkan peningkatan intensitas,
• sedangkan nilai tertinggi yang terkait dengan getaran CH2
pada 2922 dan 2852 cm-1 mengalami peningkatan
kemudian menurun.

• perubahan dalam spektrum ini dihasilkan dari hidrolisis


trigliserid yang mengurangi kandungan lipid dan
meningkatkan kandungan asam lemak bebas dan dengan
peningkatan estimasi interval postmortem, asam lemak bebas
tersebar dari jaringan adiposa dan menjadi bagian
dari produk degradasi.
• ketika nilai pada 1711 cm-1 pertama kali muncul adalah
pada hari ke-4 pada 25 ° C ± 1 ° C dan kelembaban relatif
50% ± 5%.
• Perbedaannya adalah bahwa nilai tertinggi karakteristik
pada sampel tikus in vivo muncul lebih cepat daripada pada
sampel manusia in vitro.

• Seiring dengan keuntungan jaringan adiposa, penelitian


spektroskopi saat ini menunjukkan bahwa jaringan adiposa
dapat menjadi media yang tepat untuk estimasi interval
postmortem dalam tubuh yang sangat terurai.
• estimasi interval postmortem dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti suhu, kelembaban, dan penyebab kematian
ANALISIS SPEKTRA SAMPEL TIKUS

• Dalam penelitian in vivo dengan menggunakan sampel tikus, peneliti


menemukan bahwa perubahan postmortem secara konsisten terjadi
pada jaringan adipose manusia secara in vitro
• Perubahan jaringan adipose diamati selama 4 hari, dan dibandingkan
dengan aturan dari degradasi jaringan lain. Sedangkan untuk jaringan
hati dan limpa yang mengandung protein diamati selama 5 hari (tidak
boleh lebih dari 6 hari) karena jaringan yang memiliki protein di
dalamnya, mudah terpengaruhi oleh mikroba yang dapat
mengganggu hasil penelitian jika lebih dari 6 hari.
ANALISIS SPEKTRA SAMPEL TIKUS
• Peneliti menyimpulkan bahwa jaringan yang kaya akan protein memiliki korelasi yang
lebih baik dengan waktu kematian dalam jangka pendek.
• penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menyimpulkan bahwa beberapa
metabolit lipid pada sampel biologis dapat dianggap biomarker untuk estimasi PMI.
• penelitian dengan menggunakan spektroskopi dapat menunjukkan bahwa jaringan
adipose dapat menjadi media yang tepat untuk melakukan estimasi PMI dalam tubuh
yang diurai.
• Nilai tertinggi pada sampel tikus in vivo muncul lebih awal daripada sampel in vitro
pada manusia
• Jaringan adiposa in vivo dan in vitro terdegradasi dengan cara yang sama tetapi
jaringan adiposa pada penelitian dengan in vivo terjadi lebih cepat karena terdapat
kandungan enzim dan air yang lebih banyak
• Spektroskopi ATR-FTIR diaplikasikan untuk memperoleh informasi
biokimia dalam jaringan adiposa sampel manusia in vitro untuk
pertama kalinya dan kemudian dilakukan tes in vivo pada tikus.
Kesimpulan • Hasilnya menunjukkan bahwa analisis FTIR dan kemometrik
berdasarkan perubahan biokimia dalam jaringan adiposa sangat ideal
untuk memperkirakan estimasi interval postmortem pada sisa yang
sangat terurai

• penelitian dengan menggunakan spektroskopi dapat menunjukkan bahwa jaringan


adipose dapat menjadi media yang tepat untuk melakukan estimasi PMI dalam tubuh
yang diurai.
• Nilai tertinggi pada sampel tikus in vivo muncul lebih awal daripada sampel in vitro
pada manusia
• Jaringan adiposa in vivo dan in vitro terdegradasi dengan cara yang sama tetapi
jaringan adiposa pada penelitian dengan in vivo terjadi lebih cepat karena terdapat
kandungan enzim dan air yang lebih banyak
Kesimpulan

• Penelitian ini menunjukkan kelayakan menggunakan ATR-FTIR pada


jaringan adiposa untuk memperkirakan estimasi interval postmortem
dan memberikan pendekatan baru yang menjanjikan dalam adegan
spesifik sisa- sisa yang sudah sangat terdekomposisi.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai