Anda di halaman 1dari 12

2.

7 Klasifikasi Glass Ionomer Cement


Berdasar sifat fisik dan kimia, GI cement diklasifikasikan menjadi 4 tipe:
a. Glass Ionomer Cement Konvensional
Bahan ini berasal dari asam polialkenoat cair seperti asam
poliakrilat dan komponen kaca yang biasanya adalah fluoroalumino
silikat GI. Fuji 7 merupakan bahan semen glass ionomer yang
mengeluarkan fluor kadar tinggi untuk proteksi permukaan pada daerah
risiko tinggi (Sulastri, 2017).

Gambar 2.7.1 GI Konvensional

Indikasi: melindungi permukaan oklusal di atas gigi molar yang


sedang erupsi, perlindungan permukaan akar, mengontrol hipersensitif
gigi, stabilitas karies dan remineralisasi internal lesi aktif, perantara
sealing endodontik-, restorasi kavitas kecil, pupa capping indireck
(Sulastri, 2017).

b. Resin Modifide Glass Ionomer Cement


Bahan ini mengkombinasikan reaksi basa ionomer kaca
tradisional dengan reaksi polimerisasi amine peroksiad self cured. System
light cured ini telah dikembangkan (Sulastri, 2017).

c. Hybrid Ionomer
Jenis semen ini memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis semen ionomer konvensional (Sulastri, 2017).

d. Tri Care Glass Ionomer Cement


Semen ini terdiri dari kaca silikat, sodium fluoride dan moner
yang dimodifikasi polyacid tanpa kandungan air (Sulastri, 2017).
e. Metal Reinforced Glass Ionomer Cement
Semen ini kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan gaya
mastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan
penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti
komposit dan keramik (Sulastri, 2017).

Berdasar Aplikasinya, GI cement diklasifikasikan menjadi:


a. Tipe I: Luting
Fuji 1 aman digunakan dan efektif untuk segala prosedur luting
cement. Isi murni Glass Ionomer. Gunakan bubuk yang relatif rendah,
yang mengarah ke kekuatan sedang saja. Setting cepat dengan ketahanan
awal yang baik terhadap air. Radio-opaque. (Sulastri, 2017; Anusavice,
2004; Sidhu, 2016).

Gambar 2.7.2 Tipe I: Luting

Sifat dan Manfaat: Melekatkan restorasi indirect (crown, inlay),


Paling baik untuk merekatkan restorasi berbahan dasar logam pada
permukaan dalam, Beradaptasi terhadap pulpa dan jaringan gigi, sehingga
mengurangi risiko sensitis setelah pengerjaan, perlekatan sempurna dan
member penutupan tepi yang sempurna, Waktu pengerjaan panjang, hasil
pencampuran yang memudahkan dalam aplikasi sehingga dapat
melekatkan sekaligus banyak crown, Ukuran partikel kecil, Mudah
ditempatkan pada restorasi, Cepat mengeras/setting cepat, Radiopasitas
sempurna, Melepaskan fluoride dalam jangka lama, sehingga gigi tidak
linu dan tahan terhadap karies (Sulastri, 2017).

b. Tipe II: Restorasi


Ada dua sub divisi dari semen Tipe II, tergantung dari
pentingnya penampilan. Untuk perbaikan anterior di mana penampilan
penting, Tipe II a : Semen restorasi untuk estetika. Penggunaan semen
ionomer kaca sebagai semen tumpatan terutama pada gigi anterior oleh
karena lebih memerlukan kekuatan dan ketahanan terhadap abrasi, karies
pada bagian leher gigi dan akar yang umumnya sensitif maupun daerah
yang mengalami erosi atau abrasi servikal. Sebagai estetik, ketahanan
lambat untuk air serapan tetapi jika resin dimodifikasi maka setting time
cepat, dan memiliki ketahanan terhadap penyerapan air. Memiliki
kecocokan warna dan tembus cahaya yang bagus. Butuh perlindungan
dari kelembaban setidaknya selama 24 jam dengan varnish atau
petroleum jelly. Umumnya radio-opaque (Anusavice, 2004; Sidhu, 2016).
Untuk penggunaan di mana penampilan tidak penting (restorasi
atau perbaikan posterior), Tipe II b : Semen restorasi untuk kekuatan.
Tipe Il b sebagai bahan restoratif untuk mempertahankan sifat fisik dant
idak untuk estetika, yaitu pada gigi posterior dan pada fissure sealant.
Tipe IIb memiliki setting tim yang cepat. Cepat setting dan ketahanan
awal terhadap serapan air. Radio-opaque (Anusavice, 2004; Sidhu, 2016).
Fuji II memberikan semua keuntungan yang dimiliki oleh glass
ionomer, sehingga menjadikan ideal untuk restorasi kelas III dan V,
karies karena erosi dan basis kavitas. GIC tipe II secara umum
mempunyai sifat lebih keras dan kuat dibandingkan tipe I, karena
mempunyai rasio bubuk terhadap cairan lebih tinggi. Material ini amat
berguna dalam merawat pasien gigi anak yang mempunyai risiko karies
tinggi karena melepas fluor dan estetik dapat diterima (Sulastri, 2017;
Septishelya, 2016).
Gambar 2.7.3 Tipe II: Restorasi

Sifat dan manfaat: Dapat mentoleransi kelembaban sehingga


pemolesan dapat dilakukan dengan menggunakan water spray, 20 menit
sesudah pengadukan, radiopak memudahkan diagnose post operative.,
Mudah handling-nya sehingga pengadukan lebih mudah. Translusen
sehingga warna mendekati warna gigi asli. Dalam Pabrikan biasanya ada
bentuk kapsul dan adukan manual. Kelarutan rendah menjadikan restorasi
lebih kuat dan tahan lebih lama, Sudah dilakukan uji klinis jangka
panjang yang menjamin kesuksesan sebuah restorasi. Catatan: Gunakan
matriks selama setting dan aplikasikan GC Fuji Varnish atau Fuji Coat
LC untuk menambah daya tahan restorasi GC Fuji II (Sulastri 2017).
c. Tipe III: Lining/base
Sebagai pelapik, semen ionomer kaca merupakan suatu bahan
yang diletakan berupa lapisan tipis. Fungsi utamanya adalah untuk
memberikan perlindungan terhadap iritasi kimia. Sebagai basis dari
tumpatan, selain berfungsi sebagai selindung terhadap iritasi kimia,
semen ionomer kaca juga menghasilkan penyekat panas dan menahan
tekanan yang diberikan selama penumpatan restorasi. Basis/alas
bertindak sebagai pengganti dentin dalam teknik "open sandwich" dalam
hubungannya dengan resin komposit. Radio-opaque. (Sulastri 2017;
Anusavice, 2004).
d. Tipe IV: Pit dan Fissure sealent

Gambar 2.7.4 Tipe IV: Pit dan Fissure sealent

Salah satu cara untuk mempertahankan gigi setelah dilakukan


perawatan saluran akar yaitu dengan pembuatan inti pasak yang
merupakan persiapan untuk restorasi mahkota (Sulastri 2017; Anusavice,
2004)
Diaplikasikan pada permukaan oklusal gigi untuk menutup pit
dan fissure. Sebagai sealant yang bertindak sebagai agen kimia dan
mekanis yang melepaskan fluor sehingga dapat berfungsi sebagai
perawatan profilaksis dan mencegah karies gigi. Polimerisasi dengan
sinar. Komposisi : Bisphenol A Glycidyl methacrylate 35,6%,
methacrylate groups, B.H.T, silicium dioxide, sodium fluoride, calcium
fluoride, catalyst (Sulastri, 2017).
Keuntungan : Mengandung fluor dalam bentuk sodium fluoride
2,43%=1,09% ion fluor dan bentuk calcium fluoride 0,40%=0,19% ion
fluoride., Konsentrasi sodium fluoride menyebabkan aksi awal yang
cepat dan calcium fluoride memberikan aksi yang lebih lama dan dalam
polimerisasi sinar, Tingkat perlekatan tinggi Mudah mengalir sehingga
dapat menutup pit dan fissure, Mengandung fluor sehingga mencegah
karies, Sebagai bahan sealant (Sulastri, 2017)
Glass-ionomer memiliki keunggulan tertentu dibandingkan
komposit sebagai fissure sealant, khususnya karena sifatnya yang
hidrofilik dan stabil. Menjadi hidrofilik mereka dapat menyerap cairan
yang tersisa di dasar celah dan masih menempel pada email. Stabilitas
dimensional memungkinkan semen untuk mempertahankan adaptasi
marginalnya dan menutup dengan gigi. Akibatnya, risiko karies
berkembang di bawah material penutup celah dapat dihilangkan (Sidhu,
2016)
e. Tipe V: Orthodontic cement
Sebagai bahan dasar perekat pada ortodontik atau yang sering
disebut sebagai band orthodontic (Sulastri 2017).
f. Tipe VI: Core build up (Sulastri, 2017)
g. Tipe VII: Flouride release
Pelepasan fluorida dari ionomer kaca meningkat dalam kondisi
asam. Namun, semen ini mampu melawan keasaman tersebut dengan
meningkatkan pH media eksternal. Proses ini disebut buffering, dan
Flouride release bermanfaat secara klinis karena dapat melindungi gigi
dari kerusakan gigi lebih lanjut (Sidhu, 2016; Sulastri, 2017).
h. Tipe VIII: ART (Atraumatic Restorative Treatment) Technique
Fuji IX merupakan bahan tambal glass ionomer yang
dikembangkan secara khusus untuk mengembangkan teknik ART dengan
kekuatan tekan yang lebih besar dan ketahanan pemakaian lebih baik
yang memungkinkan dipakai pada gigi belakang. Paket terpadu meliputi
cairan multifungsi yang digunakan sebagai kondisioner dan powder untuk
membentuk semen (Sulastri, 2017)

Gambar 2.7.5 Tipe VIII: ART

Teknik ini telah dikembangkan di bawah naungan Organisasi


Kesehatan Dunia dengan tujuan menyediakan perawatan gigi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Di negara-negara ini, karies tidak
ditangani dengan baik dan sakit gigi ditangani dengan pencabutan gigi
yang terkena (Sidhu, 2016).
ART menggunakan instrumen tangan untuk menghilangkan dentin
dan enamel yang terkena karies, setelah itu semen glass-ionomer dengan
viskositas tinggi dipasang untuk memperbaiki gigi. Glass-ionomer
cement digunakan karena bersifat adhesif dan dapat digunakan pada
permukaan gigi yang hanya memiliki sedikit persiapan (Sidhu, 2016).
ART telah dilaporkan berhasil terutama untuk lesi permukaan
tunggal. Misalnya, pada gigi permanen, setelah 2-3 tahun, restorasi Kelas
I dan Kelas V memiliki tingkat keberhasilan sekitar 90%. ART
digunakan untuk anak-anak, yang umumnya siap menerima pengobatan
(Sidhu, 2016).
i. Tipe IX: Decidiu restoration (Sulastri, 2017)

2.8 Indikasi dan Kontra Indikasi Penggunaan Glass Ionomer Cement


a. Indikasi Glass Ionomer Cement:
1. Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas (Sulastri,
2017).
2. Penutupan/penumpatan pit dan fisura oklusal (Sulastri, 2017).
3. Restorasi gigi decidui/ Pediatric dan geriatric restorasi
Penelitian Wadenya et al (2010) dengan menggunakan gigi
molar desidui menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan leakage pada
enamel dan dentin antara SIK konvensional dan SIK modifikasi resin
nano. Celah mikro dapat dipengaruhi oleh sifat dari bahan restorasi.
Peningkatan perubahan dimensi selama berpolimerisasi dan
kurangnya adaptasi bahan restorasi ke dinding kavitas dan margin
dapat menyebabkan celah marginal (Mc.Cabe, 2008; Sulastri, 2017;
Manapalli, 2016)
4. Restorasi lesi karies kelas V (Sulastri, 2017).
5. Restorasi lesi karies kelas III, diutamakan yang pembukaannya dari
lingual atau palatal (Sulastri, 2017).
6. Restorasi kelas I yang kecil
Umumnya, semen glass ionomer digunakan untuk
mengembalikan gigi berlubang pada gigi anterior proksimal dan
cacat pada permukaan akar, baik merupakan akibat dari keausan atau
kerusakan (Mc.Cabe, 2008).
7. Restorasi transisi (Mc.Cabe, 2008).
8. Kegagalan pengisian dan undercut
Penggunaan lain yang disarankan ionomer kaca adalah
sebagai pit and fissure sealant. Bahan ini dicampur dengan
konsistensi lebih cair untuk memungkinkan aliran ke kedalaman
lubang dan celah gigi posterior hingga mencapai daerah undercut
(Mc. Cabe, 2008).
9. Pembuatan pasak yang sekurang-kurangnya 50% dari struktur
mahkota gigi tersisa sehingga dapat dijadikan sebagai dukungan.
(sandwich technique).
GICs memiliki sejumlah keunggulan sebagai lapisan rongga
karena mereka obligasi untuk dentin dan fluoride rilis yang dapat
membantu untuk mengurangi kerusakan berulang. Mereka dapat
digunakan baik di bawah resin komposit atau campuran. Teknik
sandwich yang disebut melibatkan menggunakan GIC sebagai
pengganti dentin dan komposit untuk menggantikan enamel (Mc.
Cabe, 2008).

Gambar 2.8.1 Diagram ilustrasi dari penggunaan komposisi dan GIC


pada restorasi kelas II dengan sandwich technique.

b. Kontraindikasi Glass Ionomer Cement:


1. Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang (Sulastri S, 2017).
2. Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah bertekanan tinggi (Sulastri
S, 2017).
3. Lesi karies kelas IV (Sulastri S, 2017).
4. Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang
mengutamakan factor estetika (Sulastri S, 2017).
5. GIC adalah material rapuh; tensile strength << digunakan pada low
stress-bearing kavitas (Gladwin, 2013).
6. Translucency yg tdk memadai dan ketidak mampuan utk dipolishà
kurang cocok dipakai di area labial yg luas (Gladwin, 2013).
7. Lesi karies klas IV atau fraktur insisal (Gladwin, 2013).
8. Lesi yg melibatkan area labial enamel yg luasà diperlukan faktor
estetis (Gladwin, 2013).
9. Lesi karies klas II (Gladwin, 2013).
10. Kehilangan daerah tonjol/cups (Gladwin, 2013).
2.9 Sifat Glass Ionomer Cement
a. Sifat Mekanik:
1. Compressive strength karena perbedaan rasio powder-liquid GIC
untuk aplikasi yg berbeda yang menunjukan variasi pada sifat fisik.
Restorative GIC memiliki kekuatan kompresi sekitar 150 MPa.
Luting GIC memiliki kekuatan kompresi yang rendah sekitar 85
MPa (Manapallil, 2016).
2. Kekuatan tensil ( pada tipe luting (6.2 MPa) dan restorative (6.6
MPa) (Manapallil, 2016).
3. Kekerasan (49 KHN) memiliki kekerasan yang kurang daripada
silikat. Kekerasannya juga kurang bila dibandingkan dengan
komposit (Manapallil, 2016).
4. Dibandingkan dengan komposit resin, GIC memiliki kekuatan tekan
dan kekuatan tarik diametral yang lebih rendah, ketahanan yang
lebih rendah terhadap keausan dan erosi asam, dan kerapuhan yang
lebih besar, membuat penggunaannya tidak layak di area konsentrasi
tinggi kekuatan pengunyahan dan area estetika (Piola Rizzante,
2016).
5. Modulus elastisitas rendah orde 7,3 GPa, setengah dari modulus
komposit mikro-hibrida (15 hingga 20 GPa), sehingga memberikan
karakteristik elastis yang unik yang akan menentukan beberapa
klinisnya (Piola Rizzante, 2016).
b. Sifat Fisik
1. Kelarutan
Kelarutan awalnya tinggi karena pencuncian produk
perantara. Setting sempurna memerlukan 24 jam. Sebelumnya semen
harus diproteksi dari saliva di dlm mulut. GIC lebih sensitive dengan
asam organic. Tipe luting (1.25 wt) dan tipe restorative (0.4 wt)
(Manapallil, 2016)
2. Adhesi
GIC memiliki potensi mengurangi infiltrasi dari cairan oral
pada permukaan cement-tooth dan mengatasi karies sekunder
(Manapallil 2016; Sakaguchi, 2018).
3. Sensitivitas Air
Semen ionomer kaca konvensional sensitif terhadap
kontaminasi kelembaban selama tahap awal reaksi pengaturan dan
pengeringan saat semen mulai mengeras (Garg A & Garg N, 2015;
Anusavice, 2013).
4. Radiopasitas
Semen ionomer kaca konvensional bersifat radiolusen
(Garg A & Garg N, 2015; Anusavice, 2013).
5. Fluoride Releasing
GIC mengandung 10%-23% fluorida bebas dalam matriks.
Penelitian telah menunjukkan bahwa GIC dapat bertindak sebagai
sistem pelepas fluorida yang dapat diisi ulang. Kapasitas ionomer
kaca untuk mengisi ulang dengan fluorida disebut efek reservoir.
(Garg A & Garg N, 2015; Anusavice, 2013).

6. Adaptasi Margin dan Kebocoran


Koefisien muai panas semen ionomer kaca hampir sama
dengan gigi dan juga bertanggung jawab atas adaptasi marginal yang
baik dari restorasi ionomer kaca (Garg A & Garg N, 2015).
c. Sifat Biologis
1. Biokompatibel artinya Respon pulpa dengan GIC terklasifikasi
ringan. GIC tipe 2 lebih biokompatibel dan reaksi pulpa lebih baik
daripada menggunakan zinc oxide eugenol cement namun lebih
sedikit daripada zinc phosphate cement karena polyacid relative
lemah terhadap asam lemah; Semen Ionomer Kaca memiliki sifat
biokompabilitas yang cukup baik artinya tidak mengiritasi jaringan
pulpa sejauh ketebalan sisa dentin kea rah pulpa tidak kurang dari
0,5 mm (Manapallil, 2016; Sakaguchi, 2018; Sulastri, 2017).
2. Sifat antikariogenik dari GIC tipe II melepaskan fluoride dgn jumlah
yang comparable (seimbang) dgn silikat semen dan bertahan dgn
periode waktu tertentu (Manapallil 2016; Sakaguchi 2018).
d. Sifat Kimia
Semen Ionomer Kaca melekat dengan baik ke enamel dan
dentin, perlekatan ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari
jaringan gigi dan ion COOH dari Semen Ionomer Kaca (Sulastri, 2017)

Daftar Pustaka
Anusavice, KJ. 2004. Phillips' Science of Dental Materials 12th ed, United State :
Elsevier.
Anusavice, KJ. 2013. Phillips' Science of Dental Materials 12th ed, United State :
Elsevier.
Gladwin M, Bagby M. Clinical Aspect of Dental Material Ed 4. Philadephia,
2013.
Garg, N. & Garg, A., 2015. Textbook of Operative Dentistry. 3th ed. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers.
Manapallil JJ. 2016. Basic Dental Material: 4th edition. USA: Jaypee brothers
Medical Publishers. Ltd
Mc.Cabe and Walls. 2008. Applied Dental Material Ninth Edition. Singapore :
Blackwell Publishing.
Piola Rizzante, Fabio Antonio et al. 2016. “Indications and Restorative
Techniques for Glass Ionomer Cement.” Rsbo 12(1): 79.
Sakaguchi R, Ferracane J, Powers J. 2018. Craig’s Restorative Dental Materials :
14th edition. Missouri : Elsevier.
Septishelya PF, Nahzi MYI, Dewi N. 2016. Kadar kelarutan fluor Glass Ionomer
Cement setelah perendamanair sungai dan akuades. Majalah Kedokteran
Gigi Indonesia; 2(2): 96.
Sidhu, S. & Nicholson, JW., 2016. A Review of Glass-Ionomer Cements for
Clinical Dentistry. Journal of Functional Biomaterials, 7(16), 1-15.
Sulastri S. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi Dental Material. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai