Oleh:
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Resin Komposit 2
2.1.1 Definisi 2
2.1.2 Klasifikasi 2
2.1.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Partikel Filler 3
2.1.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Viskositas 5
2.1.3 Indikasi dan Kontraindikasi 6
2.1.3.1 Indikasi Resin Komposit 6
2.1.3.2 Kontraindikasi Resin Komposit 7
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan 7
2.1.4.1 Kelebihan Restorasi Komposit 7
2.1.4.2 Kekurangan Restorasi Komposit 8
2.2 Teknik Penumpatan Komposit 8
2.2.1 Teknik Bulk 8
2.2.2 Teknik Inkremental Konvensional 9
2.2.2.1 Teknik Horizontal Layering 10
2.2.2.2 Teknik Oblique Layering 11
2.2.2.3 Teknik Vertical Layering 11
2.2.2.4 Teknik Centripetal Buildup 12
2.2.2.5 Teknik Split- Increment Horizontal Layering 13
2.2.2.6 Teknik Successive Cusp Buildup 13
2.2.2.7 Teknik Three- Site 14
2.3 Teknik Stamp 15
2.3.1 Definisi 15
2.3.2 Indikasi dan Kontraindikasi 15
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan 16
2.3.3.1 Kelebihan Teknik Stamp 16
2.3.3.2 Kekurangan Teknik Stamp 16
2.3.4 Prosedur 17
BAB III. PEMBAHASAN 21
3.1 Laporan Kasus 21
iii
3.1.1 Kasus 1 21
3.1.2 Kasus 2 21
3.1.3 Kasus 3 23
3.1.4 Kasus 4 23
3.1.5 Kasus 5 24
3.1.6 Kasus 6 25
3.2 Diskusi 26
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 28
4.1 Diskusi 28
4.2 Diskusi 28
DAFTAR PUSTAKA 29
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Resin Komposit 2
Gambar 2. Perkembangan Partikel Resin Komposit 5
Gambar 3. Teknik Tumpatan Komposit Bulk 9
Gambar 4. Teknik Tumpatan Inkremental Konvensional 10
Gambar 5. Teknik Tumpatan Horizontal Layering 10
Gambar 6. Teknik Tumpatan Oblique Layering 11
Gambar 7. Teknik Tumpatan Vertikal Layering 12
Gambar 8. Teknik Tumpatan Centripetal Buildup 12
Gambar 9. Teknik Tumpatan Split- Increment Horizontal Layering 13
Gambar 10. Teknik Tumpatan Successive Cusp Buildup 14
Gambar 11 Teknik Tumpatan Three-Site 14
Gambar 12. Isolasi, Baseplate wax, Separating Agent 17
Gambar 13. Pembuatan Cetakan Stamp Oklusal 18
Gambar 14. Profilaksis, Eksavasi Jaringan Karies, Preparasi 19
Gambar 15. Proses Etsa dan Bonding 20
Gambar 16. Hasil tumpatan Akhir dengan Teknik Stamp 21
Gambar 17. Tahapan Teknik Stamp Kasus 1 22
Gambar 18. Tahapan Pembuatan Cetakan Stamp Kasus 2 22
Gambar 19. Tahapan Pencetakan Kasus 2 22
Gambar 20. Hasil Akhir Kasus 2 23
Gambar 21. Tahapan Teknik Stamp Kasus 3 23
Gambar 22. Tahapan Teknik Stamp Kasus 4 24
Gambar 23. Tahapan Teknik Stamp Kasus 5 25
Gambar 24. Tahapan Teknik Stamp Kasus 6 26
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi resin komposit sejak pertama kali ditemukan berdasarkan
ukuran partikel fillernya dapat dibedakan menjadi resin komposit makrofiller,
resin komposit mikrofiller, resin komposit hibrid (termasuk hibrid tradisional,
midihibrid, mikrohibrid, dan nanohibrid), serta resin komposit nanofiller.
Komposit dapat di klasifikasikan pula berdasarkan viskositasnya, yaitu resin
3
komposit flowable dan resin komposit packable (Anusavice dkk., 2013; Noort,
2013).
2.1.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Partikel Filler
1) Resin Komposit Makrofiller
Resin Komposit makrofiller yang dikenal dengan Komposit
tradisional/konvensional merupakan komposit yang sudah digunakan
sejak akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Kemudian sudah
mengalami sedikit modifikasi selama bertahun-tahun. Komposit
Makrofiller memiliki ukuran bahan partikel pengisi yang relatif besar
yaitu rata- rata 10-50 µm (Ferracane, 2010; Anusavice dkk., 2013)
Ukuran partikel yang cukup besar dan sifatnya yang sangat keras
dan kuat, menyebabkan resin komposit makrofiller memiliki struktur
permukaan yang kasar (Heymann dkk., 2006). Sifat kuat dan keras yang
dimiliki komposit makrofiller sehingga sering digunakan sebagai bahan
restorasi pada gigi posterior. Permukaan kasar pada resin komposit
makrofiller menyebabkan bersifat mudah dalam hal menyerap cairan
sehingga rentan terjadi diskolorasi serta restorasi akan terasa sangat
berbeda dengan gigi asli (Anusavice dkk., 2013; Manappallil, 2010).
4
Resin komposit hibrid merupakan resin komposit kombinasi antara
resin komposit makrofiller/konvensional dan resin komposit
mikrofiller, mengandung partikel filler berukuran 10-50 µm dan 40 nm
(Ferracane, 2010). Kelebihan resin komposit hibrid yaitu memiliki
tingkat kekuatan yang tinggi serta memiliki permukaan yang halus
sehingga resin komposit jenis hibrid sering digunakan untuk bahan
restorasi gigi anterior maupun posterior. Resin komposit hibrid juga
memliki kekurangan seperti resin konvensional yaitu mudah mengalami
diskolorasi atau perubahan warna (Manappallil, 2010). Komposit
Hibrid dalam perkembangannya dikenal beberapa jenis yaitu
(Ferracane, 2010):
a) Resin Komposit Midihibrid
Resin komposit midihibrid merupakan komposit Hibrid yang
mengalami perkembangan sekitar tahun 1980-an, ukuran partikel
pada komposit hibrid yang sebelumnya lebih diperkecil sehingga
dikenal dengan resin komposit midihibrid atau midfill. Resin
komposit midihibrid memiliki ukuran partikel sebesar 1-10 µm dan
40 nm (Ferracane, 2010).
b) Resin Komposit Mikrohibrid
Resin komposit mikrohibrid merupakan komposit midihibrid
yang mengalami perkembangan lagi sehingga partikel semakin kecil
sampai memiliki rata-rata ukuran 1 µm. Resin komposit mikrohibrid
mengandung partikel berukuran 0,6 – 1,0 μm dan 40 nm (Ferracane,
2010).
c) Resin Komposit Nanohibrid
Komposit nanohibrid merupakan gabungan antara komposit
mikrofil dan komposit nanofil. Resin komposit nanohibrid
merupakan salah satu jenis resin komposit hibrid yang mengandung
partikel filler berukuran nano yaitu 0,005-0,01 μm. Komposit
nanohibrid memiliki kekuatan yang cukup baik. Ukuran partikel
yang kecil menghasilkan restorasi yang lebih baik bila dinilai dari
5
tekstur permukaan komposit, shrinkage lebih sedikit, dan perubahan
warna lebih sedikit (Ferracane, 2010; Anusavice dkk., 2013).
6
Resin Komposit packable merupakan resin komposit dalam bentuk
pasta yang memiliki viskositas tinggi (Sakaguchi dan Power, 2012).
Viskositas yang tinggi ini akan memudahkan saat diaplikasikan pada
gigi. Resin komposit packable memiliki filler 70% volume. Komposisi
filler yang tinggi membuat terjadinya peningkatan viskositas resin
komposit sehingga resin komposit ini menjadi kental dan cenderung
sulit dalam mengisi celah kavitas yang kecil. Sebaliknya, dengan
semakin besarnya komposisi filler dapat mengurangi pengerutan selama
polimerisasi (Heymann dkk., 2006).
7
b. Full veneers
c. Modifikasi kontur gigi
d. Penutupan/perapatan diastema
5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)
6. Restorasi sementara
7. Periodontal splinting
8. Restorasi pada pasien yang alergi terhadap material restorasi lain
seperti logam.
8
6. Tidak membuang banyak jaringan
7. Tidak menimbulkan reaksi galvanis
9
ditemukan mempunyai nilai kebocoran mikro yang lebih tinggi daripada
menggunakan teknik inkremental (Nadig dkk., 2011).
10
sehingga perlu mempertahankan isolasi daerah kerja untuk menjamin kesuksesan
restorasi (Safty dkk., 2012; Yadav dkk., 2019). Beberapa teknik inkremental
dibagi lagi menjadi beberapa macam yaitu seperti Teknik Horizontal Layering ,
Oblique Layering, Vertical Layering, Centripetal Buildup, Split-Increment
Horizontal Layering, Successive Cusp Buildup, serta Three-Site.
11
2.2.2.2 Teknik Oblique Layering
Teknik Oblique Layering merupakan teknik tumpatan komposit yang
dilakukan dengan cara peletakan lapisan pertama dengan bentuk wedge-shaped
di dinding gingiva. Lapisan kedua diletakkan diatas lapisan pertama dengan
arah oblik berkontak dengan dinding bukal dan aksial. Lapisan ketiga
diletakkan dengan arah oblik dan mengisi seluruh kavitas. Masing-masing
lapisan disinar curing selama 40 detik. Pada teknik ini polimerisasi dimulai dari
dinding kavitas dan berakhir pada permukaan oklusal. Keuntungan dari teknik
ini adalah lebih sedikitnya hasil C-factor, sehingga mencegah terjadinya
deformasi pada dinding kavitas yang biasanya ditemukan pada teknik restoratif
lainnya (Garg dan Garg, 2015; Yadav dkk., 2019).
12
Gambar 7. Teknik Tumpatan Vertical Layering (Garg dan Garg, 2015)
13
2.2.2.5 Teknik Split- Increment Horizontal Layering
Komposit yang ditambahkan secara horizontal menghasilkan jumlah C-
factor yang tinggi, sehingga dilakukan modifikasi melalui teknik split
incremental horizontal layering. Penambahan resin komposit dilakukan secara
horizontal dan dibagi menjadi empat bagian berbentuk segitiga, penempatan
komposit pada masing-masing dinding dan dasar kavitas. Satu bagian daerah
diagonal diisi dengan komposit sewarna dentin kemudian curing. Bagian
diagonal lainnya diisi dan dilakukan curing setengah demi setengah bagian
(Nadig dkk., 2011).
14
Gambar 10. Teknik Tumpatan Successive Cusp Buildup (Chandrasekhar dkk.,
2017)
2.2.2.7 Teknik Three-Site
Teknik Three Site merupakan teknik penumpatan komposit yang dalam
proses light curing menggunakan clear matrix and reflective wedges untuk
menghasilkan hasil restorasi yang baik. Pada teknik ini polimerisasi dilakukan
dengan mengarahkan light cure ke 3 lokasi (Giachetti dkk., 2006). Pertama
light cure diarahkan melalui clear matrix and reflective wedges sehingga
mengarahkan vektor polimerisasi kearah margin gingiva untuk mencegah
timbulnya celah (Deliperi, 2002). Material komposit diletakkan secara
inkremental untuk menghambat terjadinya distorsi dan mengurangi c factor.
Polimerisasi dilakukan pula dengan mengarahkan light cure pada dinding
kavitas (bukal maupun lingual), serta melalui arah oklusal. (Garg dan Garg,
2015; Yadav dkk., 2019).
15
2.3 Teknik Stamp
2.3.1 Definisi
Teknik Stamp merupakan salah satu teknik restorasi komposit yang
diperkenalkan oleh Dr. Waseem Riaz di London. Teknik stamp meupakan teknik
yang dapat menghasilkan restorasi yang menyerupai anatomi gigi asli melalui
proses seperti stamping/mengecap. Cetakan stamp dibuat terlebih dahulu sehingga
nantinya dapat ditekankan pada bahan komposit, proses tersebutlah yang terlihat
seperti sedang mengecap sehingga disebut teknik stamping. Cetakan stamp yang
diperoleh kemudian akan ditekankan pada bahan komposit sebelum akhirnya akan
dilakukan curing sehingga didapatkan replika dari anatomi gigi asli (Mary dan
Jayadevan, 2016).
16
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan
2.3.2.1 Kelebihan
Kelebihan dari Teknik Stamp yaitu (Shikha, 2019; Nishad dan Sharma,
2018; Tambake, 2017):
1. Menghemat waktu pengerjaan, karena anatomi gigi secara instan
dapat dicapai sehingga dokter gigi dapat menginvestasikan waktu
berharga mereka untuk melakukan banyak kasus dalam jadwal yang
padat
2. Menghemat penggunaan bahan
3. Mereplikasi anatomi gigi dengan akurasi yang tinggi seperti gigi
aslinya dibandingkan membuat restorasi secara manual
4. Tidak memerlukan instrument khusus
5. Mengurangi kejadian porositas pada restorasi akhir, proses penekanan
stamp pada teknik ini membantu dalam mengeluarkan oksigen serta
mencegah terbentuknya gelembung mikro yang menghambat proses
polimerisasi. Proses polimerisasi yang berjalan lancar akan
menghasilkan keberhasilan restorasi jangka panjang.
6. Meningkatkan reputasi dokter gigi pada pasien, dokter gigi dapat
bekerja dengan cepat dengan hasil yang mirip seperti anatomi gigi asli
pasien sehingga memberika rasa nyaman pada pasien terkait prosedur
pengerjaannya
2.3.2.2 Kekurangan
Kekurangan dari Teknik Stamp yaitu (Shikha, 2019; Nishad dan Sharma,
2018; Modi dkk., 2018; Mary dan Jayadevan, 2016):
1. Cakupan jumlah kasus yang dapat dikerjakan dalam teknik ini masih
terbatas. Namun, dengan modifikasi dalam teknik dan penelitian lebih
lanjut, cakupannya dapat diperluas.
2. Membutuhkan keterampilan dan ketelitian operator agar dapat
dilakukan dengan benar.
17
3. Cetakan yang dihasilkan kurang sempurna apabila pada pit dan fissure
yang dalam tidak tercetak baik pada stamp.
4. Kemungkinan stamp lepas dari tongkat sehingga dapat menyebabkan
pasien tersedak
5. Flowable Komposit yang harganya cenderung mahal. Untuk
mengatasi kekurangan ini, dapat digunakan komposit flowable atau
resin akrilik yang expired untuk membuat stamp
2.3.4 Prosedure
Prosedur teknik stamp diawali dengan pembuatan cetakan stamp, isolasi
daerah kerja terlebih dahulu menggunakan rubber dam (Gambar 20A). Kavitas
yang ada pada permukaan gigi dapat ditutup menggunakan baseplate wax
(Gambar 20B). Aplikasikan petroleum jelly/vaseline sebagai separating agent
pada permukaan oklusal menggunakan ujung aplikator (Gambar 20C). Tahapan
aplikasi bahan separating agent dalam beberapa kasus tidak dilakukan, namun
apabila gigi dengan pit dan fissure sangat dalam disarankan melaksanakan
tahapan ini (Shikha, 2019; Mary dan Jayadevan, 2016).
18
seperti dijelaskan sebelumnya yang telah expired (Tambake,2017). Microbrush
kemudian ditempatkan di atas bahan komposit dengan tekanan ringan (Gambar
21C). Lakukan light cured (Gambar 21D) sehingga akan dihasilkan cetakan dari
stamp gigi (Gambar 21E) (Mary dan Jayadevan, 2016).
19
Gambar 14. A) Profilaksis; B) Eksavasi Jaringan Karies; C) Preparasi Kavitas
(Mary dan Jayadevan, 2016)
Lakukan etsa pada enamel dengan asam fosfat 37% (Gambar 23A) dan
bilas dengan air menggunakan jarum suntik sekali pakai. Keringkan kavitas
dengan chip blower untuk mendapatkan tampilan frosty white pada email,
sedangkan dentin dikeringkan secara blot-dry (Gambar 23B). Bonding agent
diaplikasikan dengan ujung aplikator dan light cured selama 20 detik (Gambar
23C) (Mary dan Jayadevan, 2016).
Gambar 15. A) Pengetsaan; B) Tampilan Frosty White dan Dentin yang Moist;
C) Bonding (Mary dan Jayadevan, 2016)
20
Gambar 16. A) Tumpatan Komposit Lapisan Akhir; B) Aplikasi Cling Film; C)
Proses Pencetakan dengan Cetakan Stamp; D) Lightcure; E) Polishing; F) Hasil
Tumpatan Akhir (Mary dan Jayadevan, 2016).
21
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.2 Kasus 2
22
2A). Setelah dilakukannya profilaksis dan isolasi dengan rubber dam, sejumlah
kecil flowable komposit (aliran Filtek, 3M ESPE, St Paul, MN, USA)
ditempatkan pada permukaan oklusal gigi 45 (Gambar 2B). Ujung dari tip brush
dibenamkan ke komposit tersebut kemudian dilakukan curing sehingga
didapatkan cetakan stamp gigi 45 tersebut (Gambar 2C).
23
Gambar 20. A) Hasil Akhir; B) Pemeriksaan Oklusi
3.1.3 Kasus 3
Pasien memiliki lesi serupa seperti pada kasus II yaitu di sisi kontralateral
(Gambar 5A). Teknik yang sama diterapkan untuk mendapatkan "cetakan stamp
oklusal" (Gambar 5B). Preparasi kavitas dilaksanakan (Gambar 5C) dan restorasi
diselesaikan menggunakan langkah yang sama seperti pada kasus-kasus
sebelumnya (Gambar 5D, 5E, 5F). Dalam kasus ini digunakan dua macam shade
komposit.
3.1.4 Kasus 4
Pasien wanita berusia 43 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri di
daerah gigi belakang kanan bawah. Hasil radiografi dengan jelas menunjukkan
adanya karies interproksimal yang tersembunyi pada permukaan mesial dan distal,
24
lesi ini membutuhkan intervensi endodontik (Gambar 6A). Stamp oklusal dalam
kasus ini dibuat sebelum dilakukannya akses kedalam kavitas (Gambar 6B), karies
dibersihkan dan perawatan endodontik dilakukan (Gambar 6C). Restorasi pasca-
obturasi diselesaikan menggunakan stamp oklusal untuk mereplikasi anatomi pra-
operasi yang asli (Gambar 6D).
3.1.5 Kasus 5
Pasien berusia 21 datang ke klinik untuk dilakukan restorasi. Ketika defek
berukuran besar hadir dalam waktu yang lama, sering dialami bahwa gigi
antagonis bergeser ke arah defek. Setelah menyelesaikan restorasi, oklusi yang
tepat dengan gigi antagonis tidak dapat dicapai. Namun, hal ini dapat dihindari
dengan metode berikut: Selama tahapan preliminary mock up, pasien menggigit
lapisan komposit yang belum di curing dan anatomi yang diharapkan akan
diperoleh kemudian dilakukan curing. Lapisan komposit tadi digunakan untuk
memprediksi anatomi dan digunakan untuk membuat cetakan stamp sehingga
didapatkan restorasi akhir (Gambar 7A-F).
25
Gambar 23. A) Preoperative; B) Pemeriksaan Oklusi; C) Komposit diletakkan
Kemudian Pasien Menggigit untuk Memprediksi Anatomi Akhir ; D) Preparasi
Kavitas; E) Penumpatan Komposit; F) Hasil Akhir
3.1.6 Kasus 6
26
Gambar 24. A) Preoperative; B) Model pada gigi Preoperative; C) Preparasi
Kavitas pada Model ; D) Penumpatan pada Model Sesuai Bentuk Anatomi yang
Diinginkan; E) Pembuatan Stamp pada Tumpatan Komposit di Model ; F) Hasil
Akhir
3.2 Diskusi
27
ditemukan terdapat area perubahan warna kebiruan / hitam di bawah permukaan
email, atau lebih jelas apabila diperiksa secara radiografik. Metode lain yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi lesi tersebut melalui endoskopi
(AcuCam), laser fluoresensi (DIAGNOdent), transilluminasi serat optik,
radiografi digital, monitor dan deteksi karies listrik (ECM), dll.
Seperti teknik-teknik yang lainnya, teknik stamp inipun memiliki pro dan
kontra. Pro yang paling mepengaruhi yakni dalam hal waktu pengerjaan, waktu
penyelesaian restorasi berkurang karena hubungan cusp-fossa yang diinginkan
hampir didapatkan secara instan. Teknik ini tentunya menjadi keuntungan bagi
para praktisi yang sibuk serta dapat meningkatkan reputasi diantara pasien apabila
dapat menyelesaikan restorasi dalam waktu lebih cepat serta dengan tumpatan
yang bagus. Derajat pororsitas pada pasca restorasi sangat berkurang. Hal ini
disebabkan karena pada saat penggunaan teknik stamp akan memberikan tekanan
pada komposit, sehingga mengurangi pembentukan gelembung mikro serta
mengurangi gangguan oksigen dengan polimerisasi lapisan akhir komposit.
Faktor-faktor ini telah terbukti menjadi penentu utama untuk keberhasilan jangka
panjang restorasi komposit.
Kontraindikasi teknik ini yaitu membutuhkan keterampilan dan ketajaman
klinis agar dapat dilakukan dengan benar. Meskipun teknik ini telah digunakan
untuk kavitas Kelas 2, namun tidak salah untuk mengasumsikan bahwa sebagian
besar kasus di mana anatomi pra-operasi dipertahankan adalah karies pada kavitas
Kelas I. Karena komposit flowable biasanya lebih disukai dalam teknik ini,
diperkirakan akan terjadi penurunan dalam hal kekuatan. Oleh karena itu, kasus
yang diindikasikan untuk teknik ini harus dipilih.
Selain itu, waktu yang digunakan untuk menguasai dan melatih teknik ini
terkadang cukup lama. Tetapi teknik ini dapat dengan mudah diatasi dengan
latihan. Penempatan stamp oklusal dengan posisis yang benar dan tepat
merupakan prasyaratan untuk mencapai hubungan cusp-fossa yang akurat.
Penempatan yang kurang tepat akan menyebabkan distorsi.
28
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Teknik Stamp merupakan salah satu teknik restorasi komposit yang dapat
menghasilkan restorasi yang menyerupai anatomi gigi asli melalui proses seperti
stamping/mengecap. Teknik stamp diindikasikan terutama pada kasus gigi dengan
lesi karies (kelas I atau II) tanpa/dengan kavitas ringan dimana masih memiliki
struktur anatomi secara utuh yang banyak. Teknik stamp memiliki keunggulan
dapat mereplikasi anatomi gigi dengan akurasi yang tinggi seperti gigi asli dalam
waktu yang cepat. Adapun kekurangan teknik ini yaitu cakupan jumlah kasus
yang dapat dikerjakan masih terbatas.
4.2 Saran
Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut baik itu in vitro and in vivo
terkait penggunaan Teknik Stamp pada kasus-kasus lainnya serta kesuksesan
dalam penggunaan teknik stamp dalam jangka waktu panjang.
29
DAFTAR PUSTAKA
Alleman, S. D., Nejad, A. M., Alleman, S. D., 2017, The Protocols of Biomimetic
Restorative Dentistry: 2002 to 2017, Inside Dentistry, 13(6) :64-72
Ammannato, R., Ferraris, F., Marchesi, G., 2014, The “Index Technique” in Worn
Dentition: a New and Conservative Approach, The International Journal
Of Esthetic Dentistry, 9(4): 1-31
Anusavice, K. J., Shen, C., Rawls, H. R., 2013, Philip’s Science of Dental
Materials 12th ed, Missouri: Elsevier Saunders, hal. 275-280
Chandrasekhar, V., Rudrapati, L., Badami, L., Tummala, M., 2017, Incremental
Techniques in Direct Composite Restoration, India J Conserv Dent, 20(6):
386–391.
Deliperi, S., David, N., Bardwell, D. M. D., An Alternative Method to Reduce
Polymerization Shrinkage in Direct Posterior Composite Restorations, J
Am Dent Assoc, 133(10): 1387-1398
Ferracane, J. L., 2010, Review Resin Composite-State of the Art, Dental
Materials, 27(1): 29-38
Garg, N., Garg, A., 2015, Textbook of Operative Dentistry 3rd ed, New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers, hal. 252-284
Giachetti, L., Scaminaci, R. D., Bambi, C., Grandini, R., 2006, A Review of
Polymerization Shrinkage Stress: Current Techniques for Posterior Direct
Resin Restorations, J Contemp Dent Pract, 4 (7): 79-88
Hassan, K., Khier, S., 2005, Split Increment Horizontal Layering: A Simplified
Placement Technique for Direct Posterior Resin Restorations, General
Dentistry, 53(6):406-409
Istikharoh, F., 2018, Dental Resin Komposit: Teori, Instrumentasi, dan Aplikasi,
Malang: Universitas Brawijaya Press, hal. 18-22
Manappallil, J. J., 2010, Basic Dental Materials 3 th Ed, New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers, hal. 121-130.
Mary, G., Jayadevan, A., 2016, Microbrush Stamp Technique to Achieve
Occlusal Topography for Composite Resin Restorations - A Technical
Report, Journal of Scientific Dentistry, 6(2): 76-82
30
McCabe, J. F., Walls, A. W., 2008, Applied Dental Materials Ninth Edition,
Blackwell Munksgaard: Singapura, hal. 195-205
Modi, R. R., Rakesh, J., Manoj, G. G., Chandak, Bhutda, P., 2018, Stamp
Technique-a New Perspective for Composite Resin Restoration: A Case
Report, International Journal of Current Research, 10(7): 71406-71408
Nadig, R. R., Bugalia, A., Usha, G., Karthik, J., Rao, R., Vedhavathi, B., 2011,
Effect of Four Different Placement Techniques on Marginal
Microleakage in Class II Composite Restorations: An in vitro Study,
World Journal of Dentistry, 2(2): 111-116
Nishad, S. V., Sharma, U., 2018, Stamp Technique for Posterior Composite
restorations A Case Report, IOSR Journal of Dental and Medical
Sciences,17(8): 13-15
Noort, R. V., 2013. Introduction to Dental Materials Fourth Edition, Missouri:
Elsevier Saunders, hal. 73-90
Roberson, Theodore M., Heymann, H.O., Swift Jr, E.J., 2006, Sturdevant’s Art
and Science of Operative Dentistry 5 th ed, Philadelphia: Elsevier Mosby,
hal. 500-505.
Safty, S. E., Silikas, N. A., Watts, D. C., 2012, Creep Deformation of Restorative
Resin Composites Intended for Bulk-fill Placement, Dental Material,
28(8):928-935
Sakaguchi, R. L., Powers, J. M., 2012, Craig’s Restorative Dental Materials 13th
ed, Philadelphia: Elsevier Mosby, hal. 2, 143.
Shikha, S., 2019, Biomimetic Dentistry Using Stamp Technique for Direct
Posterior Composite Restorations: A Case Report, Acta Scientific Dental
Sciences, 3(9): 63-73
Sulastri, S., 2017, Dental Material: Bahan Ajar Keperawatan Gigi, 1 st ed,
Jakarta: PPSDMK Kemenkes RI, hal. 77-80
Tambake, J. N., Tambake, S., Gandhi, N., Jadhav, Y., Madhu, K., Burad, P.,
2017, Stamp Technique New Perspective of Aesthetic Dentistry : A Case
Report, Journal of Dental and Medical Sciences, 16(6): 49-51
31
Yadav, K. D., Prasad, P. S., Chaganti, H., Saleem, M., Pai, A., 2019, Techniques
in Direct Composite Restoration, Mod App Dent Oral Health, 3(5): 307-
309
32